Anda di halaman 1dari 2

Nama : Erina Maulida Yunita Sari

NIM : 1902026048
Kelas : HPI B5
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian dan Penulisan Hukum

Analisis
Prostitusi dalam hukum Islam diartikan sebagai perzinahan, zina berarti hubungan
kelamin diantara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang satu sama lain tidak terikat
dalam hubungan perkawinan. Tidak menjadi masalah apakah salah seorang atau kedua belah
pihak telah memiliki pasangan hidupnya (muhshan) masing-masing ataupun keduanya belum
menikah sama sekali (ghairu muhshan).
Islam menganggap zina bukan hanya sebagai suatu dosa yang besar melainkan juga
sebagai suatu Tindakan yang akan membuka gerbang berbagai perbuatan memalukan lainnya,
akan menghancurkan landasan keluarga yang sangat mendasar, akan mengakibatkan terjadinya
banyak perselisihan dan pembunuhan, meruntuhkan nama baik dan kekayaan, serta
menyebarluaskan sejumlah penyakit baik jasmani maupun rohani. Oleh karena itu Allah
melarang perbuatan persebut pada firmannya dalam Al-qur'an yang artinya: "Dan janganlah
kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan
yang buruk."1
Secara umum tindak pidana prostitusi diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana. Hukum pidana merupakan bagian daripada hukum publik yang mengatur mengenai
aturan umum terkait hukum pidana dan/atau yang berhubungan dengan larangan untuk
melakukan tindakan-tindakan baik secara aktif maupun pasif dan juga adanya pemberian sanksi
terhadap tindakan-tindakan tersebut, ketentuan-ketentuan yang menyatakan dapat diberikannya
sanksi terhadap pelaku perbuatan terlarang tersebut, serta upaya-upaya lainnya yang dpaat
dilakukan oleh negara melalui alat kelengkapan (dalam hal ini aparat penegak hukum) untuk
melakukan penahanan, penuntutan dan penjatuhan sanksi terhadap pelaku perbuatan terlarang
maupun upaya yang dapat dilakukan oleh pelaku perbuatan terlarang tersebut guna melindungi
hak asasinya. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa hukum pidana merupakan bagian
dari hukum public yang memuat aturan yang mengikat, berisi sanksi serta perintah dan larangan.2
Paisol Burlian mengungkapan faktor-faktor penyebab terjadinya prostitusi secara umum,
yaitu faktor moral atau akhlak, faktor ekonomi, faktor sosiologis, faktor psikologis, faktor
kemalasan, faktor biologis, faktor yuridis, dan faktor pendukung. Beberapa peristiwa sosial
penyebab timbulnya pelacuran sebagaimana penjelasan Kartini Kartono yaitu: (1) tidak adanya
1
H. Iman Hidayat, "Analisis Normatif Tindak Pidana Perzinahan Perspektif Hukum Islam," Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi Vol. 16 No. 1, 2016, hlm 46
2
Novrianti dan Padrisan Jamba, "Analisis Pertanggungjawaban Pidana Pekerja Seks Komersial Terhadap Prostitusi
Menggunakan Media Sosial Berdasarkan Hukum Positif Indonesiaí," Jurnal Syntax Admiration Vol. 1 No. 4, 2020,
hlm 424
undang-undang yang melarang pelacuran dan tidak ada larangan terhadap orang-orang yang
melakukan relasi seks sebelum menikah atau diluar penikahan ; (2) keinginan dan dorongan
manusia untuk menyalurkan kebutuhan seks, khususnya di luar ikatan perkawinan; (3)
komersialisasi dari seks, baik dipihak wanita maupun germo dan oknum tertentu memanfaatkan
pelayanan seks; (4) dekadensi moral, merosotnya norma susila dan keagamaan saat orang lain
mengenyam kesejahteraan hidup dan ada pemutarbalikan nilai-nilai pernikahan sejati; (5)
besarnya penghinaan orang terhadap martabat kaum wanita dan harkat manusia; (6) eksploitasi
kaum lemah/wanita untuk tujuan-tujuan komersial; (7) ekonomi laissez-fuire menyebabkan
timbulnya sistem harga berdasarkan hukum "jual dan permintaan", yang diterapkan pula dalam
relasi seks; (8) peperangan dan masa-masa kacau oleh gerombolan pemberontak yang melakukan
pemerkosaan didalam negeri meningkatkan jumlah pelacuran; (9) adanya proyek-proyek
pembangunan dan pembukaan daerah-daerah pertambangan dengan konsentrasi kaum pria
sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan rasio dan wanita di daerah-daerah tersebut; (10)
perkembangan kota, daerah-daerah pelabuhan dan industri yang sangat cepat dan menyerap
banyak tenaga buruh serta pegawai pria; (11) bertemunya kebudayaan asing dan kebudayaan
setempat.
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya prostitusi juga ada faktor modeling.
Faktor modeling adalah salah satu cara sosialisasi prostitusi yang mudah dilakukan dan sangat
efektif. Terdapat banyak pelaku prostitusi yang telah berhasil mengumpulkan kekayaan
dikalangannya yang juga menghasilkan pelaku prostitusi baru, sehingga dengan mudah remaja
dapat menemukan model prostitusi. Modeling juga dapat diartikan sebagai mencontoh atau
meniru sesuatu hal yang sudah dipelajari atau dilihat. Misalnya saja seperti menonton video
porno dan melihat gambar prono di internet.3

3
Suci Marliana dkk, "Faktor-faktor Penyebab Remaja Melakukan Prostitusi di Gal Panas Desa Jatijajar Kabupaten
Semarang," ISSN 2406-8691 Volume 5 Nomor 1, 2018, hlm 58-61

Anda mungkin juga menyukai