URGENSI RUU PKS UNTUK PERLINDUNGAN KEKERASAN SEKSUAL
Kekerasan seksual adalah perlakuan tidak terpuji dan tidak menyenangkan
tanpa perizinan yang dilakukan atau ditunjukkan pada tubuh seseorang berdasarkan hasrat sesksual seseorang. Kekerasan ini mengandung unsur paksaan dalam pelaksanaannya sehingga dapat memberikan dampak negatif nagi penyintas baik secara fisik, psikis ataupun seksual. Kasus ini seringkali terjadi pada perempuan dan anak-anak tetapi oerku diperhatikan bahwa siapapun dapat menjadi penyintas kekerasan seksual bahkan bagi pasangan yang sedang dalam hubungan yang sah dalam status pernikahan. Sesuatu yang tidak didasarkan pada kesepakatan atau perizinan bersama dari kedua belah pihak termasuk dalam kekerasan seksual. Kekerasan seksual sendiri termasuk dalam pelanggaran pada martabat kemanusiaan atau human dignity dimana pelanggarannya perlu diberikan hukum dan dilindungi pelaksanaannya dengan perundang-undangan untuk mengurangi kasus yang terjadi di masyarakat. Ditemukan fakta bahwa kasus kekerasan seksual meningkat selama masa pandemi COVID-19 dimana adanya implikasi dari banyak faktor luar yeng menjadi penyebab seperti pemutusan hubungan kerja, naiknya angka pengangguran, turunnya pendapatan pribadi dan individual serta adanya pemberlakuan dari batasan sosial. Bentuk dari kekerasan seksual yang terjadi meliputi perkosaan, intimidasi seksual atau ancaman dan percobaan pemerkosaan, pelecehan seksual, eksploitasi seksual, perdagangan perempuan dengan tujjuan seksual, prostitusi paksa, perbudakan seksual, pemaksaan perkawinan, pemaksaan kehamilan, pemaksaan aborsi, pemaksaan kontrasepsi, penyiksaan seksual, penghukuman tidak manusiawi, praktik tradisi nuansa seksual dan kontrol seksual. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 khususnya pada alinea ke empat telah menjelaskan bahwa tujuan dari terbentuknya negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadiakn sosial.” Yang menjadi landasan awal untuk memberikan perlindungan pada segenap bangsa Indonesia termausk para penyintas kekerasan seksual. Lebih jauh lagi, dalam pasal 28 G ayat (1) disebutkan bahwa adanya hak untuk mendapatkan perlindungan serta rasa ama dari segala ancaman yang mengancam hak asasi manusia. Adanya RUU PKS atau Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual menjadi urgensi dari perlindungan hukum yang perlu ditegakkan mengingat meningkatnya kekerasan seksual. Dalam Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual iterangkan spesifik mengenai ketentuan hak korban meliputi penanganan, perlindungan serta pemulihan serta adanya jaminan untuk mendapat kesejahteraan dan kesehatan serta jaminan sosial. Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual juga mengatur mengeai kewajiban dan larangan bagi para penegak hukum selama proses hukum berlangsung serta mengklasifikasikan kekerasan seksual menjadi sembilan bagian yakni pelecehan seksual, eksploitasi seksual, pemaksaan kontrasepsi, pemaksaan aborsi, pemerkosaan pemaksaan perkawinan, pemaksaan pelacuran, perbudakan seksual serta penyiksaan seksual. Kemampuan dan kegunaan dari Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual beserta substansi yang dikandungnya seharusnya menjadi pertimbangan bari para pihak legislasif untuk mengesahkan dan menjadikan hukum positif di Indonesia. Adanya Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual memungkinkan pengisian dari kekosongan hukum yang melindungi kekerasan seksual seta menjadi komitmen dan konstitusi dari bangsa Indonesia untuk melaksanakan Sustainable Development Goals (SDGs) pada poin ke-5 yakni perihal kesetaraan gender dan perlindungan terhadap perempuan hal ini juga tentunya sesuai dengan cinta-cita bangsa yang tertulis pada pembukaan Undang-undang Dasar Negara Indonesia yang berisikan perlindungan bagi segenap warga Indonesia.