Anda di halaman 1dari 4

NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENANGANI PELECEHAN SEKSUAL DI

MASYARAKAT
Pendahuluan
“Pancasila bukan hanya sebuah ajaran, melainkan pilar kokoh yang mesti
diimplementasikan untuk merangkul kasih dan mengecam keras kekerasan
seksual. Bersama-sama, kita wujudkan masyarakat yang aman, adil, dan penuh
martabat.". Keberadaan pelecehan seksual merupakan bentuk kekerasan yang
melanggar hak asasi manusia dan memberikan ancaman terhadap kesejahteraan
individu dalam konteks masyarakat. Menurut penelitian oleh Kartika, Y., dan Najemi, A.
(2020), pelecehan seksual didefinisikan sebagai tindakan yang melibatkan unsur
seksual yang dilakukan oleh pelaku tanpa persetujuan dari objek atau korban. Tindakan
pelecehan ini mencakup pemaksaan untuk melakukan tindakan seksual, baik secara
lisan maupun fisik. Di Indonesia, upaya untuk menanggulangi pelecehan seksual telah
diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia dan UU No. 12 Tahun 2022 tentang kekerasan seksual. Meskipun telah ada
regulasi yang mengatur, pelecehan seksual tetap menjadi isu serius yang menghantui
masyarakat.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) pada tahun 2022, tercatat 9.588 kasus kekerasan
seksual terhadap anak. Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatatkan 4.162 kasus. Penting untuk dicatat
bahwa kekerasan seksual tidak hanya merugikan anak di bawah umur dan perempuan,
melainkan dapat menimpa siapa pun tanpa memandang jenis kelamin. Permasalahan
ini dapat menimbulkan dampak sosial dan psikologis yang berat bagi korban. Oleh
karena itu, kajian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi
terjadinya pelecehan seksual dan mencari solusi yang tepat untuk menanggulangi
permasalahan ini.
Pancasila sebagai pandangan hidup dapat diaplikasikan untuk mengatasi
permasalahan pelecehan seksual yang terjadi di tengah masyarakat. Setiap sila
Pancasila, seperti Ketuhanan Yang Maha Esa (mengandung nilai ketuhanan),
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (mengandung nilai kemanusiaan), Persatuan
Indonesia (mengandung nilai persatuan), Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan (mengandung nilai kerakyatan dan
kebijaksanaan), serta Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia (mengandung nilai
keadilan), memiliki peran yang signifikan dan memberikan dasar yang kuat untuk
membangun masyarakat yang aman, menghormati hak asasi manusia, dan mencegah
terjadinya pelecehan seksual (Sianturi, Y. R., & Dewi, D. A., 2021).
Dalam menghadapi lonjakan kasus pelecehan seksual dan dampak negatif yang
ditimbulkannya pada korban dan masyarakat, pemahaman akan peran nilai-nilai
Pancasila diharapkan dapat memunculkan langkah-langkah konkret. Tujuannya adalah
mengurangi angka kejadian pelecehan seksual serta membentuk masyarakat yang lebih
aman, adil, dan bermartabat. Melalui penerapan nilai-nilai Pancasila, diharapkan dapat
mendorong terciptanya norma-norma sosial yang menghargai hak asasi manusia,
memupuk rasa keadilan, dan memperkuat persatuan dalam masyarakat. Hal ini
diharapkan menjadi pijakan untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari pelecehan
seksual dan menggalang dukungan bersama dalam menciptakan perubahan positif.

Isi
Pemanfaatan Pancasila dalam usaha menanggulangi pelecehan seksual di
masyarakat melibatkan implementasi nilai dan prinsip yang terkandung dalam
Pancasila.
Salah satu cara efektif untuk menerapkan Pancasila dalam upaya menanggulangi
pelecehan seksual adalah dengan memperkenalkan nilai-nilai yang relevan, seperti
keadilan, persatuan, kesetaraan, dan kemanusiaan, kepada semua anggota masyarakat.
Langkah ini dapat dilakukan melalui pendidikan di institusi pendidikan formal seperti
sekolah dan universitas, serta melalui kampanye kesadaran di platform media sosial.
Pendidikan seksual yang mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila juga dapat
berperan dalam mencegah pelecehan seksual dengan memberikan pemahaman kepada
masyarakat tentang pentingnya persetujuan, mengenali batasan pribadi, dan
menjunjung tinggi hak-hak orang lain. Dengan demikian, pendidikan seksual yang
berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dapat menjadi sarana untuk membentuk
kesadaran masyarakat terhadap hak asasi manusia, menciptakan budaya persetujuan,
dan mendorong penghargaan terhadap hak-hak individu.
Di samping itu, langkah-langkah implementasi Pancasila dalam menanggulangi
pelecehan seksual melibatkan pembentukan komunitas yang peduli dan responsif.
Komunitas ini harus melibatkan partisipasi aktif dari berbagai pihak, termasuk
pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, dan organisasi masyarakat.

Upaya penguatan sistem hukum dan kebijakan yang melindungi korban


pelecehan seksual juga merupakan wujud implementasi Pancasila. Ini mencakup
penegakan hukum yang adil dan tegas terhadap pelaku, serta perlindungan korban
untuk menciptakan rasa aman dan memberikan keadilan.
Prinsip kesetaraan dalam Pancasila menuntut perlakuan yang adil dan setara
bagi semua individu, tanpa memandang jenis kelamin. Implementasi Pancasila dalam
menanggulangi pelecehan seksual artinya mendukung kesetaraan gender dan
menentang segala bentuk diskriminasi yang dapat menyebabkan pelecehan seksual.
Prinsip keadilan dalam Pancasila mengacu pada perlakuan yang adil dan
penegakan hukum yang tepat bagi pelaku pelecehan seksual. Pendekatan berbasis hak
asasi manusia dan keadilan bagi korban harus diintegrasikan dalam proses hukum.
Prinsip persatuan dalam Pancasila mengajarkan pentingnya solidaritas dan
saling bantu dalam menangani pelecehan seksual. Implementasi Pancasila dalam
konteks ini melibatkan kolaborasi lintas sektor, termasuk pemerintah, masyarakat sipil,
dan lembaga pendidikan, untuk bersama-sama mengatasi pelecehan seksual.
Prinsip kemanusiaan dalam Pancasila menekankan perlunya menghormati dan
melindungi martabat manusia. Implementasi Pancasila dalam menanggulangi pelecehan
seksual melibatkan pemahaman bahwa setiap individu memiliki hak untuk hidup
dengan aman.

Penutup
Pelecehan seksual adalah tindakan yang melibatkan tindakan tidak diinginkan
dengan unsur seksual. Pelecehan seksual ditetapkan sanksi dan diatur oleh berbagai
undang-undang, termasuk UU No. 12 tahun 2022 tentang kekerasan seksual dan Pasal
30 UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Sebagai landasan negara
Indonesia, Pancasila memiliki nilai-nilai yang relevan untuk menangani pelecehan
seksual. Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (RUU TPKS)
mengatur sembilan bentuk kekerasan seksual, dan pelecehan seksual memiliki dampak
yang signifikan, baik pada korban maupun masyarakat. Faktor penyebab pelecehan
seksual dapat dianalisis secara psikologis, sosial, dan agama.
Meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pelecehan
seksual dapat dilakukan melalui upaya pendidikan dan kampanye yang tepat sasaran.
Menegakkan hukum yang tegas terhadap pelaku pelecehan seksual, serta menerapkan
undang-undang dengan ketat, juga merupakan langkah penting dalam upaya
pencegahan. Selain itu, diperlukan partisipasi aktif dari semua pihak untuk mencegah
dan menangani pelecehan seksual. yang lebih mendalam mengenai akar penyebab
pelecehan seksual juga menjadi kebutuhan, bersamaan dengan penguatan prinsip-
prinsip Pancasila di dalam konteks pendidikan. Kerjasama antara lembaga pemerintah
dan sektor lainnya menjadi suatu keharusan, dengan perluasan peran yang mereka
mainkan dalam memberikan perlindungan yang memadai kepada para korban.

Referensi :
Dea Pitaloca, N. I. (2023). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Menanggulangi
Pelecehan Seksual di Lingkungan Masyarakat. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan dan Filsafat, 97-105.
Nurrahman, A. (2019). MENIMBANG SEMANGAT PANCASILA DALAM RANCANGAN
UNDANG-UNDANG PENGHAPUSAN KEKERASAN SEKSUAL (RUU P-KS). Jurnal
Kebijakan Pemerintahan.
Priyanto, H. (2022). Pelecehan Seksual Dalam Konteks Nilai-Nilai Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai