ABSTRAK
Seperti yang kita ketahui bahwa kasus pelecehan seksual pada saat ini
semakin marak terjadi, tidak hanya dilingkungan luar tetapi juga terjadi di
lingkungan keluarga bahkan yang masih hangat diperbincangkan yaitu kasus
pelecehan seksual yang dilakukan oleh Herry Wirawan yang melakukan
pelecehan seksual terhadap 13 santrinya yang mana 8 korban nya telah melahirkan
bayi. Disini diketahui bahwa pelecehan seksual bisa terjadi dimana saja serta
kepada siapa saja bahkan dilingkungan pendidikan, dimana lingkungan
pendidikan yang memiliki konotasi sebagai tempat mulia untuk menuntut ilmu
pun tidak luput dari perbuatan menyimpang seperti pelecehan seksual.
Melihat dari rumusan masalah diatas maka dengan begitu perlu dilakukan
suatu upaya untuk upaya pencegahan pelecehan seksual dengan mengamalkan dan
menanamkan nilai pancasila kepada masyarakat baik upaya dari keluarga,
pemerintah serta satuan pendidikan untuk lebih memberikan suatu pemahaman
tentang bahaya pelecehan sesksual serta cara pencegahannya melalui pemahaman
terhadap pentingnya menjaga nilai pancasila melalui penerapan nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Upaya tersebut tidak hanya dalam bentuk
pemahaman saja namun uapya real untuk pencegahan pelecehan seksual seperti
yang saat ini telah dikeluarkannya Undang-undang Tindak Pidana Kekerasan
Seksual ( UU TPKS) yakni UU Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana
Kekerasan Seksual.
PEMBAHASAN
Seperti yang kita ketahui kasus pelecehan seksual semakin marak terjadi
saat ini, dari kasus pelecehan yang dilakukan oleh seorang kakek terhadap
cucunya, dosen salah satu perguruan tinggi kepada mahasiswinya, antar sepasang
kekasih yang berujung niat aborsi janin, serta yang baru baru ini terjadi di satuan
pendidikan pondok pesantren dimana seorang ustad pengasuh pondok pesatren
yang menghamili santrinya yaitu yang dilakukan oleh Herry Wirawan yang
melakukan pelecehan seksual terhadap 13 santrinya yang mana 8 korban nya telah
melahirkan bayi.. Sesuai yang dikatakan oleh Ketua Komnas Perempuan Andy
Yentiriyani “Kalau dilihat dari catatan komnas perempuan 2020 kenaikan
kekerasan seksual itu mencapai 19%” (Media, 2021), dimana beliau
menyampaikan bahwa kekerasan seksual ini berakhir pada kebuntuan dalam hal
hukum. Dari banyaknya kasus yang terjadi saat ini perlu dipahami penyebab serta
bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi terjadinya pelecehan
seksual sesuai dengan pengamalan nilai-nilai pancasila di Indonesia.
Sebelum membahas lebih lanjut kita harus mengetahui terlebih dahulu apa
itu pelecehan seksual, menurut Tulus Winarsunu “pelecehan seksual adalah segala
macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak
dan tidak dikehendaki oleh korbannya. Bentuknya dapat berupa ucapan, tulisan,
simbol, isyarat dan tindakan yang berkonotasi seksual.” (Aditya, 2021) Sementara
menurut Collier “pelecehan seksual adalah segala bentuk perilaku bersifat seksual
yang tidak diinginkan oleh yang mendapat perlakuan tersebut. Ia menekankan
bahwa pelecehan seksual itu dapat terjadi atau dialami oleh semua perempuan.”
Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa pelecehan seksual adalah suatu tindakan
yang berkaitan dengan aktivitas seksual dimana yang mendapat perlakuan
pelecehan tersebut tidak menginginkannya (korban) baik bentuk pelecehan
tersebut berupa ucapan, tulisan, tindakan yang berhubungan dengan aktivitas
seksual.
Pelecehan seksual dapat terjadi dimana saja dan kapan saja seperti
ditempat yang sepi dan rawan tetapi tidak menutup kemungkinan pelecehan
seksual terjadi di tempat yang terbilang umum seperti kantor, bus, rumah, bahkan
dilingkungan pendidikan, dimana lingkungan pendidikan yang memiliki konotasi
sebagai tempat mulia untuk menuntut ilmu pun tidak luput dari perbuatan
menyimpang seperti pelecehan seksual (Zein, 2021). Serta kepada siapa saja,
mungkin umumnya sering dikatakan bahwa perempuan yang menjadi tokoh
utama korban pelecehan seksual namun nyatannya laki-laki juga bisa terkena
plecehan seksual.
1. Pelecehan verbal yaitu dimana bentuk pelecehan seksual melalui suatu kata-
kata yang dilontarkan mengarah pada perilaku seksual baik secara langsung
maupun di dunia maya atau tidak langsung seperti siulan.
2. Pelecehan dengan kontak fisik yaitu dengan menyentuh anggota tubuh yang
dilarang/pribadi milik seseorang dengan tujuan seksual, hal ini sering terjadi
kepada orang berposisi lebih kepada orang yang mudah terintimidasi.
Bentuk Pencegahan Pelecehan Seksual Dengan Menjadika Pancasila Sebagai
Paradigma KEhidupan
Pelecehan seksual tidak serta merta terjadi begitu saja, tentunya segala
sesuatu terjadi memiliki suatu penyebab yang mendasarinya, beberapa hal yang
menjadi penyebab pelecehan seksual adalah pada umum nya dikarenakan para
perempuan yang berpakaian minim sehingga mengundang perilaku menyimpang
laki-laki kepadanya namun nyatanya juga terjadi pelecehan seksual di lingkungan
pondok pesantren yang notabene para santri menutup aurat semua, lalu dimana
penyebab pelecehan tersebut terjadi?, nah disini bisa ditarik kesimpulan bahwa
terjadinya peecehan seksual adalah dari pelaku yang tidak bermoral atau
mengalami krisis moral, dimana terjadi degradasi moral dengan adanya
penyimpangan pada nilai-nilai pancasila atau lunturnya nilai-nilai pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara, yang menjadi dasar acuan serta landasan
dalam menjalankan suatu kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara,
dimana masyarakat harus mengimlementasikan nilai-nilai pancasila sebagai
pedoman dalam bertingkah laku dan menjalankan pemerintahan dan kehidupan.
Jadi korelasi antara pelecehan seksual dengan mulai hilangnya nilai-nilai
pancasila yaitu bahwa pelecehan seksual merupakan perbuatan menyimpang dari
nilai moral pancasila yang merupakan pelanggaran hak asasi manusia (Tiemes,
2019) .Mengapa bisa dikatakan sebagai menyimpang?
Yang petama, jika dilihat dari sila pertama jelas terihat bahwa pelecehan
seksual merupakan perilaku menyimpang dari ajaran Tuhan, seperti dalam islam
di sampaikan larangan untuk berzina, disini pelechan seksual termasuk kedalam
zina selain itu ajaran agama mengajarkan agar tidak semena-mena terhadap orang
lain, lalu jika di hubungkan dengan nilai sila kedua bahwa pelecehan seksual
merupakan suatu perbuatan yang tidak beradab yang mana pelaku tidak
menghormati hak individu untuk dihormati dan dihargai, seperti contoh ketika
dalam melakukan pelecehan seksual diperkosa hingga digilir merupakan satu
contoh ketidakberadaban.
Jika dikaji lebih dalam pelecehan seksual juga terjadi karena kebanyakan
korban yang tidak berani melapor kepada pihak berwajib untuk dilakukannya
proses hukum, hal banyak terjadi karena korban mersa bahwa hal yang dialaminya
merupakan suatu aib pada dirinya sehingga mereka lebih memilih diam, hal inilah
yang menyebabkan para pelaku semakin melancarkan aksinya untuk yang kedua
ataupun kesekian kalinya, korban tidak melaporkan pelecehan yang dialaminya
basa juga karena lingkungan sekitar yang menjauhi dan menghina korban
pelecehan seksual yang mana hal ini menjadikan korban tidak memiliki tempat
untuk mengadukan hal yang dialaminya karena masyarakat seringkali
mengabaikan hal tersebut diamana yang seharusnya membantu melaporkan hal
tersebut malah menjatuhkan mental korban.Dan juga tak jarang ditemui pelaku
pelecehan seksual malah dinikahkan dnegan korban, dimana hal ini jelas bukan
malah menyembuhkan trauma pada korban melainkan menempatkan korban
dalam terauma seumur hidupnya karena hidup dengan pelaku. Beberapa sikap
masyarakat ini juga termasuk kedalam lunturnya pengamalan nilai pancasila,
dimana seharusnya jika sesuai dengan nilai pancasila kita harus peka dan toleransi
terhadap kejadian pelecehan seksual terutama pada korban dan saling menolong
serta mendorong dan meberikan dukungan terutama keluarga korban untuk berani
melaporkan hal tersebut, karena sejatinya sesuai dengan sila kedua bahwa korban
pelecehan seksual juga merupakan manusia dan warga negara yang wajib
dihormati dan dihargai hak asasinya.
Melihat dari beberapa kasus diatas diatas maka dengan begitu perlu
dilakukan suatu upaya untuk upaya pencegahan pelecehan seksual dengan
mengamalkan dan menanamkan nilai pancasila kepada masyarakat baik upaya
dari keluarga, pemerintah serta satuan pendidikan yang harus dilaukan kepada
masyarakat sejak sedini mungkin untuk lebih memberikan suatu pemahaman
tentang bahaya pelecehan sesksual serta cara pencegahannya melalui pemahaman
terhadap pentingnya menjaga nilai pancasila dengan menerapkan nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Upaya tersebut tidak hanya dalam bentuk
pemahaman saja namun uapya real untuk pencegahan pelecehan seksual seperti
yang saat ini telah dilakukan oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-
undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual ( UU TPKS) yakni UU Nomor 12
Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (Novianto, 2022). Yang
diharapkan dengan adanya UU TPKS tersebut segala bentuk pelecehan seksual
atau kekerasan seksual bisa di cegah dan untuk yang sudah terjadi bisa ditangani
dengan baik oleh hukum Indonesia dan oleh pemerintah hal ini juga merupakan
bentuk mengamalan nilai pancasila sebagai suatu paradigma pembangunan politik
dan hukum yang mana menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia melalui
UU tindak pidana kekerasan seksuai sehingga nantinya diharapkan pula kekerasan
dan pelecehan seksual di Indonesia bisa berkurang ataupun tidak terjadi lagi
dengan adanya pengamalan dan pemahaman terhadap nilai pancasila /
dijadikannya pancasila sebagai paradigma.
SIMPULAN