Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN REPRODUKSI


DALAM SITUASI DARURAT BENCANA TENTANG
KEKERASAN BERBASIS GENDER

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :


DARA FEBRIYENTI (PO71241230222)
ELISA DEVINA (PO71241230572)
MARIA EMININTHA FS (PO71241230568)
SRI LESTARI (PO71241230647)

DOSEN MATA KULIAH :


IBU NURMISIH, S.Pd, M.Kes

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TA 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah "Paket Pelayanan Awal Minimum
Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana tentang Kekerasan Berbasis Gender”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Paket Pelayanan Awal Minimum
Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kerinci, Januari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1


B. Tujuan .......................................................................................................................1
C. Manfaat .................................................................................................................... 1
D. Rumusan Masalah ………………………………………………………………... 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

1. Pengertian …………............................................................................................... 3
2. Pencegahan Terhadap Kekerasan Seksual ..............................................................3
3. Menangani Akibat-Akibat Kekerasan Seksual ....................................................... 5
4. Mekanisme Penanganan Kekerasan Seksual ……………...................................... 7

BAB III PEMBAHASAN …………………………………………………………………… 9

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ……................................................................................................... 12
B. Saran ..................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................


14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kekerasan berbasis gender tidaklah merupakan fenomena baru. Kekerasan
terhadap perempuan dan anak perempuan telah ada sepanjang sejarah manusia.
Namun, kesadaran dan perhatian terhadap kekerasan ini semakin meningkat dalam
beberapa dekade terakhir. Kekerasan berbasis gender tidak terbatas pada satu negara
atau budaya tertentu, tetapi merupakan masalah global yang melibatkan masyarakat di
seluruh dunia. Kekerasan ini terjadi karena perbedaan gender dan ketidaksetaraan
antara perempuan dan laki-laki. Kekerasan berbasis gender mencakup berbagai
bentuk kekerasan, termasuk kekerasan fisik, seksual, psikologis, dan ekonomi yang
ditujukan kepada seseorang berdasarkan jenis kelamin mereka.
Kekerasan berbasis gender ini merupakan masalah yang meluas dan
mempengaruhi banyak individu di seluruh dunia, tidak hanya menyebabkan trauma
fisik dan psikologis pada korban, tetapi juga memiliki konsekuensi sosial, ekonomi,
kesehatan mental, hilangnya kesempatan pendidikan, keterbatasan partisipasi
ekonomi, dan perubahan dalam dinamika keluarga dan komunitas yang disebabkan
oleh kekerasan berbasis gender. Oleh karena itu, penting untuk memahami latar
belakang, tujuan, manfaat, dan rumusn masalah tentang kekerasan berbasis gender.

B. Tujuan
a. Mengetahui definisi Kekerasan Berbasis Gender
b. Mengetahui cara melaksanakan pencegahan terhadap kekerasan seksual
c. Mengetahui cara menangani akibat-akibat kekerasan seksual
d. Mengetahui mekanisme penanganan kasus kekerasan seksual

C. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah :
a. Menambah ilmu pengetahuan mahasiswa khusus nya didalam kekerasan
seksual.
b. Memberikan alternatif supaya dapat mencegah dan menangani akibat-akibat
dari kekerasan seksual
c. Memberikan informasi tentang kekerasan seksual
D. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian kekerasan seksual?
b. Bagaimana cara pencegahan terhadap kekerasan seksual?
c. Bagaimana cara menangani akibat-akibat kekerasan seksual?
d. Bagaimana mekanisme penanganan kasus kekerasan seksual?
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. Pengertian

Kekerasan berbasis gender adalah bentuk kekerasan yang terjadi sebagai hasil
dari ketidaksetaraan gender, di mana perempuan atau individu lain yang tidak sesuai
dengan norma gender yang dominan menjadi korban. Kekerasan berbasis gender
melibatkan tindakan yang menimbulkan atau berpotensi menimbulkan kerugian fisik,
seksual, atau psikologis yang secara khusus ditujukan kepada individu berdasarkan
perbedaan gender mereka.

Kekerasan berbasis gender dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan di berbagai
konteks, termasuk dalam rumah tangga, tempat kerja, ruang publik, konflik bersenjata,
dan dalam hubungan antarbangsa. Beberapa bentuk umum kekerasan berbasis gender
meliputi kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, pemerkosaan, perdagangan
manusia, penindasan perempuan dalam konflik bersenjata, dan mutilasi genital
perempuan. Penting untuk memahami bahwa kekerasan berbasis gender tidak hanya
memengaruhi perempuan, tetapi juga dapat mempengaruhi laki-laki dan individu lain
yang tidak sesuai dengan norma gender yang dominan. Namun, secara statistik,
perempuan lebih sering menjadi korban kekerasan berbasis gender.

Kekerasan berbasis gender menggaris bawahi bahwa kekerasan ini terkait erat
dengan ketidaksetaraan gender, stereotip gender yang merugikan, dan hubungan
kekuasaan yang tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan. Penanganan kekerasan
berbasis gender melibatkan pendekatan yang komprehensif, termasuk upaya untuk
mengubah norma dan perilaku yang merugikan serta memperkuat hak asasi manusia,
kesetaraan gender, dan keadilan sosial.

2. Pencegahan Terhadap Kekerasan Seksual

Pencegahan terhadap kekerasan seksual merupakan langkah penting dalam


mengatasi kekerasan berbasis gender. Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat
dilakukan dalam melaksanakan pencegahan terhadap kekerasan seksual :
a. Pendidikan Seksual Komprehensif
Pendidikan seksual yang komprehensif dan inklusif harus diperkenalkan sejak
usia dini. Ini melibatkan memberikan pengetahuan yang akurat dan faktual tentang
tubuh, hubungan antarpersonal, persetujuan, dan hak-hak seksual kepada individu,
termasuk anak-anak dan remaja. Pendidikan seksual juga harus mengajarkan
keterampilan komunikasi yang sehat dan membangun hubungan yang saling
terhormat.

b. Kampanye Kesadaran Publik


Kampanye kesadaran publik dapat meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang kekerasan seksual, termasuk jenis-jenisnya, dampaknya, serta pentingnya
menghormati persetujuan dalam hubungan seksual. Kampanye ini dapat dilakukan
melalui media massa, platform online, acara komunitas, dan kerja sama dengan LSM
dan lembaga pemerintah.

c. Pelatihan dan Pendidikan bagi Profesional


Para profesional seperti petugas penegak hukum, tenaga medis, guru, dan
pekerja sosial perlu mendapatkan pelatihan yang memadai tentang identifikasi,
penanganan, dan pendampingan korban kekerasan seksual. Mereka juga harus
diberikan pemahaman tentang pentingnya mendengarkan, menghormati, dan
berempati terhadap korban.

d. Perlindungan Korban dan Akses ke Layanan


Korban kekerasan seksual perlu mendapatkan perlindungan yang memadai
dan akses ke layanan medis, konseling, dan hukum. Pemerintah dan LSM harus
bekerja sama dalam memastikan tersedianya pusat-pusat penanganan kekerasan
seksual yang sensitif gender, ramah korban, dan dapat diakses dengan mudah.

e. Penegakan Hukum yang Efektif


Penting untuk memastikan penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku
kekerasan seksual. Sistem peradilan harus bekerja secara adil dan efisien untuk
menyelidiki, mengadili, dan menghukum mereka yang melakukan kekerasan
seksual. Ini juga mencakup perlindungan terhadap korban selama proses hukum.
f. Keterlibatan Pria dan Anak Laki-Laki
Melibatkan pria dan anak laki-laki dalam upaya pencegahan adalah langkah
penting. Mengedukasi mereka tentang pentingnya kesetaraan gender, menghormati
persetujuan, dan mengatasi norma merugikan yang terkait dengan maskulinitas
toksik dapat membantu mengubah perilaku dan sikap yang mendukung kekerasan
seksual.

g. Mengatasi Ketimpangan Gender


Mengatasi ketimpangan gender dalam masyarakat secara umum juga
merupakan langkah penting dalam mencegah kekerasan seksual. Upaya ini
melibatkan pemberdayaan perempuan, peningkatan keterlibatan mereka dalam
pengambilan keputusan, dan memberikan kesempatan yang setara dalam berbagai
bidang kehidupan.

3. Menangani Akibat-Akibat Kekerasan Seksual

Menangani akibat-akibat kekerasan seksual merupakan bagian penting dalam


upaya mengatasi kekerasan berbasis gender. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat
diambil untuk menangani akibat-akibat kekerasan seksual :

a. Mendukung Korban
Penting untuk memberikan dukungan emosional, fisik, dan hukum kepada
korban kekerasan seksual. Ini melibatkan mendengarkan dengan empati, menghormati
privasi dan keinginan korban, serta memberikan informasi dan pilihan yang jelas
tentang layanan yang tersedia. Dukungan dapat berupa konseling individu atau
kelompok, layanan medis, bantuan hukum, dan perlindungan keamanan.

b. Pelayanan Medis
Korban kekerasan seksual harus memiliki akses ke pelayanan medis yang
komprehensif. Ini mencakup perawatan terhadap cedera fisik, pengobatan infeksi
menular seksual, perlindungan terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, dan
pencegahan terhadap penyakit menular seksual. Tim medis yang dilatih secara khusus
dalam menangani korban kekerasan seksual sebaiknya tersedia di fasilitas kesehatan.
c. Konseling dan Pendampingan
Korban kekerasan seksual sering mengalami trauma psikologis yang
signifikan. Layanan konseling dan pendampingan psikososial harus tersedia untuk
membantu korban mengatasi dampak emosional dan mental yang ditimbulkan oleh
kekerasan. Para profesional terlatih dapat membantu korban memproses pengalaman
mereka, mengembangkan strategi pemulihan, dan membangun kembali rasa harga diri
dan kekuatan internal.

d. Bantuan Hukum
Korban kekerasan seksual harus diberikan akses ke bantuan hukum yang
memadai. Ini termasuk memberikan informasi tentang hak-hak hukum mereka,
dukungan dalam melaporkan kejadian ke polisi, dan pendampingan selama proses
hukum. Bantuan hukum juga penting dalam memastikan bahwa korban mendapatkan
keadilan dan perlindungan terhadap pembebanan yang tidak adil atau pelecehan
selama proses hukum.

e. Perlindungan dan Keamanan


Korban kekerasan seksual sering memerlukan perlindungan dan keamanan
tambahan. Ini bisa termasuk tindakan perlindungan sementara, seperti perintah
penahanan atau perintah jarak, yang dapat membantu mengurangi risiko kontak
dengan pelaku kekerasan. Pihak berwenang dan lembaga terkait harus bekerja sama
untuk memastikan keamanan korban dan memberikan dukungan dalam menghadapi
ancaman atau risiko lanjutan.

f. Pemulihan dan Rehabilitasi


Proses pemulihan korban kekerasan seksual adalah perjalanan yang kompleks
dan membutuhkan dukungan jangka panjang. Program rehabilitasi dan pemulihan
harus tersedia untuk membantu korban membangun kembali kehidupan mereka dan
mengatasi dampak jangka panjang kekerasan seksual. Ini dapat melibatkan dukungan
dalam mendapatkan pendidikan, pelatihan kerja, perumahan, dan dukungan dalam
membangun hubungan yang sehat.
4. Mekanisme Penenganan Kekerasan Seksual

Mekanisme penanganan kasus kekerasan seksual melibatkan serangkaian langkah


yang melibatkan lembaga penegak hukum, lembaga medis, dan lembaga pendukung
korban. Berikut adalah gambaran umum tentang mekanisme penanganan kasus
kekerasan seksual :

a. Melaporkan Kepada Pihak Berwenang


Korban kekerasan seksual dapat melaporkan kejadian tersebut kepada pihak
berwenang, seperti kepolisian atau lembaga penegak hukum setempat. Korban harus
memberikan laporan yang mendetail tentang kejadian yang terjadi, termasuk waktu,
tempat, dan pelaku yang diduga.

b. Pemeriksaan Medis
Setelah melaporkan kekerasan seksual, korban harus menjalani pemeriksaan
medis yang komprehensif. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendokumentasikan
cedera fisik, mengumpulkan bukti forensik yang mungkin ada, dan memastikan
perlindungan terhadap risiko kesehatan yang mungkin timbul akibat kekerasan
seksual.

c. Proses Hukum
Setelah laporan diajukan, pihak berwenang akan melakukan penyelidikan
untuk mengumpulkan bukti dan menyelidiki kasus kekerasan seksual. Jika cukup
bukti ditemukan, kasus akan diajukan ke pengadilan untuk penuntutan. Proses hukum
termasuk pemeriksaan, persidangan, dan pengambilan keputusan oleh hakim
berdasarkan bukti yang ada.

d. Bantuan Hukum
Korban kekerasan seksual berhak mendapatkan bantuan hukum dalam proses
hukum. Bantuan hukum dapat meliputi pendampingan dalam melaporkan kejadian,
pengawalan selama proses hukum, dan memberikan nasihat hukum kepada korban
sepanjang proses.
e. Dukungan Psikososial
Korban kekerasan seksual membutuhkan dukungan psikososial yang kuat
selama proses penanganan kasus. Layanan konseling dan pendampingan harus
tersedia untuk membantu korban mengatasi trauma dan dampak emosional yang
ditimbulkan oleh kekerasan seksual. Ini juga melibatkan mengembangkan strategi
pemulihan dan membangun kembali kekuatan korban.

f. Perlindungan dan Keamanan


Selama proses penanganan kasus, perlindungan dan keamanan korban harus
diutamakan. Ini dapat melibatkan langkah-langkah seperti perintah penahanan,
perintah jarak, atau langkah-langkah lain untuk mengurangi risiko kontak dengan
pelaku kekerasan. Pihak berwenang harus memberikan perlindungan yang memadai
terhadap ancaman atau risiko lanjutan yang mungkin dihadapi oleh korban.

g. Kolaborasi dan Koordinasi Lembaga


Penanganan kasus kekerasan seksual melibatkan kerja sama dan koordinasi
antara berbagai lembaga terkait, termasuk kepolisian, lembaga medis, lembaga
hukum, dan lembaga pendukung korban. Kolaborasi ini penting untuk memastikan
bahwa korban mendapatkan dukungan dan perlindungan yang komprehensif
sepanjang proses penanganan kasus.

Mekanisme penanganan kasus kekerasan seksual dapat bervariasi di setiap negara


atau yurisdiksi. Oleh karena itu, penting untuk mengacu pada hukum dan prosedur yang
berlaku di tempat tinggal kita untuk informasi yang lebih spesifik dan akurat.
BAB III
PEMBAHASAN

Bentuk-bentuk Kekerasan Berbasis Gender (KBG) di Sekitar Kita


A. Kekerasan seksual.

1. Perkosaan
2. Perdagangan perempuan untuk tujuan seksual
3. Pelecehan seksual
4. Penyiksaan seksual
5. Eksploitasi Seksual
6. Perbudakan Seksual
7. Intimidasi/serangan bernuansa seksual, termasuk ancaman/percobaan perkosaan
8. Kontrol seksual, termasuk pemaksaan busana dan kriminalisasi perempuan lewat
aturan diskriminatif beralasan moralitas dan agama
9. Pemaksaan Aborsi
10. Penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual
11. Pemaksaan perkawinan, termasuk kawin paksa dan kawin gantung
12. Prostitusi paksa
13. Pemaksaan kehamilan
14. Praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi
perempuan

Kekerasan Berbasis Gender dalam jenis kekersan seksual terjadi sudah bermula
sejak adanya ANCAMAN. Maka dalam 14 contoh tindakan kekerasan seksual di atas,
semua bentuk ANCAMAN atas tindakan-tindakan tersebut adalah KEKERASAN
SEKSUAL.

B. Kekerasan fisik
Ini yang paling mudah untuk dideteksi dalam kehidupan sehari-hari. Ada rasa
sakit dan atau bekas/luka yang dapat ditemui sebagai tanda telah terjadinya jenis
kekerasan fisik. Jadi, tindakan yang mengakibatkan perlukaan atau rasa sakit di anggota
tubuh tertentu dengan motiv dan asumsi bias gender atau seksual adalah KBG dalam
jenis kekerasan fisik
C. Kekerasan sosial dan ekonomi
Dalam kategori ini, kekerasan berakibat pada penelantaran ekonomi dan
pemiskinan korban. Contoh yang bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari adalah
penelantaran ekonomi yang dilakukan oleh suami terhadap istri atau anak. Tapi tidak
hanya itu. Kita juga bisa melihat dalam relasi di luar rumah tangga. Misalnya, tindakan
seorang pacar terhadap pasangannya yang dipaksan untuk terus mengeluarkan uang
untuk menghidupi disertai ancaman. Efek ketidaknyamanan, ketidakbebasan dan
pemiskinan dapat muncul di sini. Jika itu yang terjadi, maka sudah bisa masuk dalam
kategori kekerasan ekonomi.

D. Kekerasan psikis atau mental


Jika kekerasan fisik paling mudah dideteksi, maka kekerasan psikis paling mudah
dilihat tapi susah dideteksi efeknya.

E. Praktek sosial/budaya yang membahayakan.


Dalam penjelasan dikatakan bahwa praktek ini menyangkut praktek seperti sunat
perempuan (female genital mutilation), perkawinan paksa (forced or arranged marriage)
dan perkawinan di usia dini (early marriage).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kekerasan berbasis gender dan kekerasan seksual adalah pelanggaran hak
asasi manusia yang serius dan merugikan. Ini melibatkan tindakan kekerasan,
pelecehan atau pemaksaan yang ditujukan kepada seseorang berdasarkan perbedaan
gender atau peran gender yang diharapkan dalam masyarakat. Kekerasan berbasis
gender dan kekerasan seksual masih menjadi masalah yang meluas di seluruh dunia.
Banyak perempuan, anak perempuan, dan juga laki-laki mengalami kekerasan
seksual, baik dalam konteks hubungan intim maupun di lingkungan masyarakat.
Kekerasan berbasis gender dan kekerasan seksual memiliki dampak yang
serius pada kesehatan fisik, mental, dan emosional korban. Ini dapat menyebabkan
trauma jangka panjang, gangguan mental, cedera fisik, dan masalah kesehatan
lainnya. Penting untuk meningkatkan kesadaran, pendidikan, dan pemahaman tentang
kekerasan berbasis gender dan kekerasan seksual. Diperlukan upaya untuk mengubah
norma dan perilaku yang mendukung kekerasan serta mempromosikan kesetaraan
gender dan penghormatan terhadap hak-hak individu.
Implementasi hukum yang kuat, penegakan hukum yang tegas, serta sistem
peradilan yang adil dan responsif adalah penting dalam menangani kekerasan berbasis
gender dan kekerasan seksual. Korban harus memiliki akses yang mudah dan aman
untuk melaporkan kekerasan, mendapatkan perlindungan, dan mendapatkan dukungan
yang diperlukan. Pencegahan kekerasan berbasis gender dan kekerasan seksual juga
merupakan fokus yang penting. Hal ini melibatkan pendidikan seksual yang inklusif,
promosi kesetaraan gender, pembangunan budaya yang tidak mentoleransi kekerasan,
dan penguatan perlindungan bagi korban.
Kerja sama antar lembaga pemerintah, LSM, masyarakat sipil, dan individu
adalah kunci dalam menangani kekerasan berbasis gender dan kekerasan seksual.
Kolaborasi ini memungkinkan pertukaran informasi, pengembangan kebijakan, dan
implementasi langkah-langkah yang efektif untuk mengatasi masalah ini.
Kesimpulan ini menekankan perlunya tindakan konkret untuk menghentikan
kekerasan berbasis gender dan kekerasan seksual, serta mewujudkan masyarakat yang
aman, setara, dan menghormati hak-hak semua individu.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya

makalah ini menjadi lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Komnas Perempuan. (2020). Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan 2019.


Jakarta: Komnas Perempuan.

Anindita, R., Hapsari, D., & Fauzia, A. (2016). Kekerasan Seksual terhadap Perempuan di
Indonesia: Analisis Kasus dan Respons Hukum. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Haryanto, B. (2014). Kekerasan Seksual: Faktor, Dampak, dan Upaya Penanggulangan.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kementerian


Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2016). Modul Pelatihan Penanganan
Kekerasan Berbasis Gender bagi Pekerja Sosial. Jakarta: Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak.

Lestari, R. (2017). Kekerasan Seksual: Tinjauan Hukum dan Perlindungan Korban. Jakarta:
Prenadamedia Group.

Sudjatmoko, A., & Kartinah, M. (2018). Kekerasan Seksual dalam Perspektif Gender.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Lestari, R. (2016). Kekerasan Seksual: Analisis Hukum dan Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Genta Publishing.

Sutisna, E. (2017). Kekerasan Seksual: Perspektif Hukum Pidana. Bandung: Citra Aditya
Bakti.

Wijayanti, A. D., & Puspita, R. (2017). Kekerasan Seksual pada Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Santi, D. P. (2019). Kekerasan Seksual terhadap Perempuan: Pembangunan Hukum Nasional


dalam Mewujudkan Perlindungan Hak Asasi Perempuan. Jakarta: Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai