Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH METODIK KHUSUS

Bedsaid Teaching

Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodik Khusus

DOSEN MATA KULIAH :


IBU YULI SURYANTI, M.Keb

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 5


1. Novi Delmi Raini
2. Novira Nelsa Putri
3. Niki Ria Lestari
4. Mifya Silvia Sandi
5. Irda Melisa Yuseva
6. Dara Febriyenti

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITEKNIKKESEHATANKEMENKESJAMBI
2023/ 2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil’alamin, puji dan syukur kami panjatkan Kepada Tuhan yang Maha Esa,
Karena dengan kasih dan karunianya kami dapat menyelesaikan tugas makalah “METODE KHUSUS”
yang berjudul Menyusun Rumusan Masalah dengan baik dan semaksimal mungkin.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun tugas makalah ini kami banyak menemukan berbagai
hambatan atau kesulitan .namun atas bantuan dari banyak pihak maka kamipun dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen mata kuliah ibu Yuli Suryanti, M.Keb dan teman- teman yang telah membantu penyelesaian dari
makalah ini.
Tak lupa kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dalam penulisan
makalah ini. Kami sadar bahwa tidak ada yang sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan
kebesaran hati dari para pembaca dengan memberikan kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan,

Kerinci, Oktober 2023

Penyusun Kelompok 5 :

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................i


Daftar Isi............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Tujuan ........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Bedside Teaching .................................................................................3
B. Tujuan Pembelajaran Bedside Teaching ................................................................3
C. Prinsip Pelaksanaan Bedside Teaching ..................................................................4
D. Hal-hal yang harus dimiliki oleh Pembimbing ......................................................4
E. Kelebihan Bedside Teaching ..................................................................................4
F. Kekurangan Bedside Teaching ...............................................................................5
G. Hambatan Pembimbing ..........................................................................................5
H. Langkah-langkah Bedside Teaching.......................................................................5

BAB III SOP DAN DAFTAR TILIK


A. SOP ...................................................................................................................8
B. DAFTAR TILIK PELAYANAN ANC ........................................................... 9

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................15
B. Saran ...............................................................................................................15
C. Dokumentasi....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode pembelajaran klinik merupakan salah satu metode mendidik peserta didik di klinik
yang memungkinkan pendidik memilih dan menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan objectif
(tujuan) dan karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep pembelajaran
(Maritalia, 2016)
Metode pembelajaran yang tepat efektif dan efisien sangat dibutuhkan bagi pendidikan di
bidang kesehatan. Pada dasarnya hasil dari suatu sistem pendidikan bukanlah semata-mata
tergantung dari metodenya, tetapi lebih kepada bagaimana suatu metode diterapkan secara benar
dan dilaksanakan oleh orang yang sangat kompeten atau profesional dalam metode tersebut.
Bagaimanapun hebatnya metode pembelajaran bila para pengguna atau pelaksana metode
pembelajaran tidak memahami secara benar tentang konsepdan cara penggunaanya, maka hasilnya
juga tidak akan lebih efektif dari berbagai metode sebelumnya. Pembelajaran merupakan salah satu
metodemendidik peserta didik di klinik yang memungkinkan pendidik memilih danmenerapkan
cara mendidik yang sesuai dengan objektif (tujuan), dan karakteristik individual peserta didik
berdasarkan kerangka konsep pembelajaran (Nursalam, 2008).
Proses pembelajaran klinik merupakan salah satu bagian dari kegiatan pembelajaran akademik
khususnya pada mahasiswa profesi. Proses pembelajaran tersebut salah satunya adalah bedside
teaching. Bedside teaching merupakan suatu metode pembelajaran yang dilakukan disamping
tempat tidur pasien dan melibatkan pasien secara aktif. Fokus pelatihan. (Heslsy Desvitasari 2016)
Perkembangan metode pembelajaran di bidang kesehatan atau kedokteran dapat dikatakan
berjalan sangat lambat. Hingga tahun 1950-an, metode yang ada belum banyak beranjak dari
metode yang ada sejak zaman Hipocrates yaitu pembelajaran didaktik l dan dijalankan atas arahan
para pendidik yang menjadi narasumber utama.Metode ini disebut sebagai metode tradisional.
Hingga sekarang sebagian besar tenaga pendidik di bidang kesehatan atau kedokteran hanya
mengandalkan metode pembelajaran tradisional dan enggan untuk mengalihkan metode itu
menjadi metode alternatif yang lebih menantang dan berhasil guna. Hanya sebagian kecil tenaga
pendidik atau sekolah kedokteran baru yang banyak menggunakan metodealternatif yang terbukti
efektif, salah satunya bedside teaching.
Metode pembelajaran yang tepat efektif dan efisien sangat dibutuhkan bagi pendidikan di
bidang kedokteran atau kesehatan.Pada dasarnya luaran suatu sistem pendidikan, bukanlah semata-
mata tergantung dari metodenya, tetapi lebih kepada bagaimana suatu metode diterapkan secara
benar dan dilaksanakan oleh orang yang sangat kompeten atau profesional dalam metode tersebut.
Bagaimanapun hebatnya metode pembelajaran bila para pengguna atau pelaksana metode
pembelajaran tidak memahami secara benar tentang konsep dan cara penggunaanya, maka hasilnya
juga tidak akan lebih efektif dari berbagai metode sebelumnya. Tiga puluh (30) tahun yang lalu
pelaksanaan bedside teaching mencapai 75 % dari waktu pembelajaran. Sedangkan pada tahun
1978 menurun hingga 16 % dan pada tahun 2007 tidak diketahui bagaimana pelaksanaannya.
Pembelajaran merupakan salah satu metode mendidik peserta didik di klinik yang memungkinkan
pendidik memilih dan menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan objektif (tujuan), dan
karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep pembelajaran (Nursalam,
2002). Maka pemilihan dan penerapan metode bimbingan klinik dalam kondisi tertentu dengan
“Metode Bedside Teaching” sangat dimungkinkan.
Untuk membantu meningkatkan kemampuan/perilaku profesional tersebut pada mahasiswa,
mempersiapkan/meminimalisir hal-hal yang menjadi pengaruh dalam pembelajaran klinik dan
memilih atau menerapkan metode pembelajaran klinik dengan Bedside Teaching penting untuk
dilakukan dengan harapan peserta didik dapat menguasai keterampilan secara prosedural, tumbuh
sikap profesional melalui pengamatan langsung.

B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi Bedside Teaching
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tujuan Bedside Teaching
3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip pelaksanaan Bedside teaching
4. Mahasiswa mampu memahami hal-hal yang harus dimiliki Preceptor
5. Mahasiswa mampu memahami kelebihan Bedside teaching
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami kekurangan Bedside Teaching
7. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami hambatan Bedside Teaching
8. Mahasiswa mampu melakukan langkah-langkah Bedside teaching

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bedside Teaching


Bedside dapat diartikan sebagai proses pembelajaran dimana mentor mampu membuat
peserta bedside menjadi mandiri melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang diharapkan
terjadi yaitu mengalami sendiri dan menemukan sendiri fenomena praktek kebidanan dan
keperawatan dimana hal ini di harapkan dapat membangun kepercayaan diri, harga diri dan
kesadaran diri yang merupakan fundamental dalam penyelesaian masalah (cholifah.2015).
Bedside teaching merupakan metode mengajar peserta didik yang dilakukan disamping
tempat tidur klien, meliputi kegiatan mempelajari kondisi klien dan asuhan kebidanan yang
dibutuhkan oleh klien. Manfaal Bedside teaching Pembimbing klinik dapat mengajarkan dan
mendidik peserta didik untuk menguasai keterampilan prosedural, menumbuhkan sikap
profesional, mempelajari perkembangan biologis/ fisik, dan melakukan komunikasi melalui
pengamatan langsung (Nursalam 2008).

B. Tujuan Pembelajaran Bedside Teaching


Menurut McLeod dan Harden (1985):
a. Mengumpulkan dan merekam semua informasi tentang pasien secara kompleks
b. Melakukan pemeriksaan fisik yang lengkap dan teratur
c. Melakukan prosedur keterampilan
d. Menginterpretasikan Data
e. Memecahkan masalah secara ilmiah dan profesional
f. Memberikan informasi yang terpercaya
g. Mengembangkan keakraban dengan tim kesehatan lainnya
h. Mengembangkan sikap yang tepat untuk pasien dan petugas kesehatan yang lain
i. mengumpulkan pengetahuan kesehatan yang faktual
j. Memperoleh sikap positif untuk belajar mandiri

C. Prinsip Pelaksanaan Bedside Teaching


Prinsip pelaksanaan bed-side teaching adalah sebagai berikut : ( Nursalam 2008)
1. Sikap fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik, peserta didik, dan klien.

3
2. Jumlah peserta didik dibatasi, yaitu sekitar lima orang.
3. Diskusi pada awal dan pascademonstrasi di depan klien dilakukan seminimal mungkin.
4. Lanjutkan dengan demonstrasi ulang
5. Evaluasi pemahaman peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang didapatnya saat itu.
Kegiatan yang didemonstras ikan adalah sesuatu yang belum pernah diperoleh peserta didik
sebelumnya atau kesulitan yang dihadapi peserta

D. Hal – Hal yang Harus dimiliki Oleh Pembimbing


Menurut Gills (2003) pembimbing harus memiliki dan mencerminkan hal hal sebagai berikut :
a. Role Modeling (Panutan) Menunjukan kemampuan pelayanan dengan komunikasi yang
efektif danefisien.
b. Skill Building (Pembangun Kemampuan) Mengembangkan sebuah pembelajaran sesuai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
c. Critical Thinking (Pemikir yang Kritis) Kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks
dan menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir kritis melibatkan keahlian berpikir
induktif seperti mengenali hubungan, manganalisis masalah yang bersifat terbuka,menentukan
sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan mem- perhitungkan data yang relevan. Sedang
keahlian berpikir deduktifmelibatkan kemampuan memecahkan masalah yang bersifat spasial,
logissilogisme dan membedakan fakta dan opini.
d. Socialization (Sosialisasi) Kemampuan untuk beradaptasi dan memiliki pemahaman tentang
berorientasi terhadap lingkungan preceptor

E. Kelebihan Bedside Teaching


Beberapa kelebihan metode bedside teaching adalah sebagai berikut (Nursalam, 2008) :
a. Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberikan kesempatan
b. Kepada mahasiswa untuk menerapkan keterampilan teknik prosedural dan interpersonal
c. Menumbuhkan sikap professional
d. Mempelajari perkembangan biologis/ fisik dan melakukan komunikasi melalui pengamatan
langsung

F. Kekurangan Bedside Teaching


Beberapa kelemahan bedside teaching adalah sebagai berikut (Nursalam,2008) :
a. Dosen/ pembimbing klinik dan mahasiswa yang kurang persiapan fisik, psikologis akan
menimbulkan rasa tidak percaya dalam diri klien.

4
b. Dosen/ pembimbing klinik dan mahasiswa yang tidak memiliki menguasai bahan akan
mengurangi efektifitas pembelajaran.

G. Hambatan Bedside Teaching


Dalam pelaksanaan bedside teaching, ada beberapa hambatan yang mungkin timbul dalam
pelaksanaan bedside teaching :
a. Gangguan (mis. Panggilan telpon)
b. Waktu rawat inap yang singkat
c. Ruangan yang kecil sehingga padat dan sesak
d. Tidak ada papan tulis\
e. Tidak bias mengacu pada buku
f. Pelajar lelah.

Adapun beberapa hambatan dari pasien :


1) Pasien merasa tidak nyaman
2) Menyakiti pasien, terutama pada pasien yang kondisi fisiknya tidak stabil
3) Pasien tidak ada ditempat
4) Pasien salah pengertian dalam diskusi

H. Langkah-langkah Beside Teachig


Strategi / langkah-langkah pengajaran klinik menggunakan pendekatan bedside teaching menurut
menurut Cox (1993) dalam Harden (2009); Gonzalo, J. D.,et al. (2013); Kimm (2007); Affandi
(2008); Devitasari (2016) adalah sebagai berikut:
a. Tahap Pre Round
1) Perencanaan
Hal yang dilakukan pada tahap ini, seperti: Pembimbing sudah mempersiapkan
mahasiswa sebelum bertemu dengan pasien baik persiapan kognitif, afektif, dan
psikomotor mahasiswa serta menetapkan tujuan pembelajaran.

2) Orientasi
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahap ini, yaitu:
a) Mahasiswa diberitahu hal apa saja yang tidak boleh didiskusikan saat berhubungan
pasien.
b) Menghindari pemakaian alat komunikasi saat kegiatan bedside teaching berlangsung.

5
c) Memperoleh kasus yang spesifik dan pasien sesuai dengan kriteria.
d) Berkoordinasi sesama team sebelum melakukan bedside teaching dan menjelaskan
tujuan dari kegiatan tersebut.
e) Mengalokasikan peran selama bedside teaching sedang berlangsung.

b. Tahap Round
Hal yang harus diperhatikan dalam tahap ini, yaitu:
1. Introduction (Perkenalan) ; Preceptor mendampingi mahasiswa dalam melakukan interaksi
pada pasien.
2. Interaction (Interaksi) ; Dianjurkan menggunakan kalimat-kalimat yang mudah dimengerti
oleh pasien dan pada tahap ini mahasiswa didampingin oleh preceptor.
3. Observation (Observasi) ; Preceptor mengobservasi keterampilan mahasiswa saat
berinteraksi dengan pasien.
4. Conclusion (Penyelesaian) ; Membantu mahasiswa menarik kesimpulan berdasarkan
inetraksi yang dilakukan dengan pasien.

c. Tahap Post Round

Hal – hal yang dapat dilakukan pada tahap ini, yaitu :


a. Debriefing
Proses debriefing dimulai dengan meminta masukan dari pasien dan mahasiswa,
beberapa pertanyaan dari pasien dan mahasiswa, preceptor dapat membicarakan pasien
dan mahasiswa, preceptor dapat membicarakan dengan mahasiswa sendirian jika
memerlukan feedback khusus.
b. Reflection dan feedback
Mahasiswa diberikan kesempatan untuk menilai dirinya/self review, peer review
kemudian diberikan umpan balik oleh preceptor.

Pertanyaan yang diberikan ke mahasiswa :


- Apa yang anda temukan?
- Apakah semuanya dapat mengidentifikasi kasus tersebut?
- Apakah masih ada yang belum jelas/mengerti? Menjelaskan
temuan :

6
- Apa makna temuan tersebut?
- Temuan yang mana yang dapat mendeskripsikan antara temuan yang satu dan yang
lain?
- Bagaimana kita dapat menentukan diagnose, masalah dari kasus yang telah
dilakukan?

c. Working Knowledge and Education


Mahasiswa didampingi oleh preceptor untuk meningkatan pembelajaran selanjutnya.
Seperti melakukan analisis kasus yang telah dijumpai oleh mahasiswa selama proses bedside
teaching berlangsung.
Pertanyaan yang diberikan working knowledge mahasiswa yaitu apa yang harus
mahasiswa lakukan selanjutnya? Apakah harus dipicu dengan scenario kasus yang sama untuk
masa yang akan datang?

7
BAB III
SOP DAN DAFTAR TILIK

A. SOP

POLTEKKES KEMENKES
JAMBI

SOP

STANDAR
OPERASIONAL TANGGAL TERBIT BED SIDE TEACHING
PROSEDUR

Bed-side teaching merupakan metode mengajar peserta didik yang dilakukan di


1. PENGERTIAN samping tempat tidur klien, meliputi kegiatan mempelajari kondisi klien dan
asuhan kebidanan yang dibutuhkan oleh klien (Nursalam 2008)
1. Sikap fisik maupun psikologis pembimbing klinik, peserta didik dan pasien
2. Jumlah peserta didik dibatasi (ideal 5-6 orang)
3. Diskusi pada awal dan pascademonstrasi di depan pasien dilakukan seminimal
mungkin
2. PRINSIP 4. Lanjutkan dengan demonstrasi ulang.
5. Evaluasi/kaji pemahaman peserta didik segera mungkin terhadap yang
didapatnya saat itu
6. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah diperoleh
peserta didik sebelumnya atau kesulitan yang dihadapi peserta didik
1. Bed-side Teaching dilakukan saat memberikan asuhan kebidanan
2. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
3. PERSIAPAN PERALATAN 3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang rencana asuhan
kebidanan, tindakan yang akan dilakukan
4. Yang terlibat dalam Bedside Teaching adalah Preseptor dan peserrta didik
5. Perawat pelaksaan bertanggung jawab pada pasien masing-masing
1. Persiapan
2. Mendapatkan kasus sesuai yang dapat memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menerapkan keterampilan teknikprosedural dan interpersonal.
3. Koordinasi dengan staf diklinik agar tidak menggangu jalannya rutinitas asuhan
kebidana klien. Melengkapi peralatan/fasilitas yangakan digunakan
4. Pelaksanaan melakukan bed side teaching dengan variasi mode, contoh:
4. PROSEDUR demonstrasi dan redemonstrasi. Melakukan diskusi singkat di tengah proses.
Memfasilitasi untuk melakukan redemonstrasi.
5. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien.
6. Evaluasi
a. Memimpin diskusi terkait proses bedside teaching.
b. Memfasilitasi mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan dan menjawab
pertanyaan

8
B. DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN ANC

DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN ANC


KUNJUNGAN AWAL

LANGKAH 1 2 3 4
NILAI
I. MENYAMBUT IBU
1. Menyambu ibu dan seseorang yang menemani ibu
2. Memperkenalkan diri kepada ibu
3. menanyakan nama dan usia ibu
II. RIWAYAT KEHAMILN SEKARAG
4. Keluhan umum
5. HPHTdan apakah normal
6. Gerakan janin
7. Tanda-anda bahaya dan peyulit
8. Obat yag dikonsumsi (termasuk jamu)
9. Kekhawatiran-kekhawatira khusus
III. RIWAYAT KEHAMILAN YANG LALU
10. Jmlah kehamilan
11. Jumlah anak yang lahir hidup
12. Jumlah kelahiran premature
13. Jumlah Keguguran
14. Persalinan dengan tindakan (operasi sesar, forsep,
vakum)
15. Riwayat perdarahan pada persalian atau pasca
persalinan
16. Kehamilan dengan tekanan darah tinggi
17. Berat bayi < 2,5 kg atau > 4 kg
18. Masalah janin
IV. RIWAYAT KESEHATAN/PENYAKIT YG
DIDERITA SEKARANG & DULU
19. Masalah kariovaskuler
20. Hipertensi
21. Diabetes
22. Malaria
23. Penyakit/kelamin HIV/Aids
24. Imuisasi toxoid tetanus (TT)
25. Lainnya
V. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
26. Status perkawinan
27. Respons ibu dan keluarga
28. Riwayat KB

9
29. Dukungan keluarga
30. Pengambil keputusan dalam keluarga
31. Gizi yag dikonsumsi dan kebisaan makan, vitamin
A
32. Kebiasaan hidup sehat, merokok, minum minuman
keras, mengkonsumsi obat terlarang
33. Beban kerja dan kegiatan sehari-hari
34. Tempat dan Petugas Kesehatan yang diinginkan
untuk membantu persalinan
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Meminta pasien untuk mengosongkn kandung
kemih dan menampungnya di bengkok (urine mead
stream)
2. Mencuci tangan
3. Menjelaskan seluruh prosedur sambil melakukan
pemeriksaan
4. Mengajukan pertanyaan lebih lanjut untuk
klarifikasi sambil melakukan pemeriksaan sesuai
dengan kebutuhn dan kelayakan
A. TANDA-TANDA VITAL
5. Mengukur tinggi dan berat badan
6. Mengukur teknan darah, nadi dan suhu
7. Meminta pasien untuk melepaskan pakaian dan
meawarkan kain linen untuk menutup tubuhnya (atau
meminta pasien untuk melonggarkan pakaiannya dan
menggunakannya sebagai penutup tubuh
8. Membantu pasien berbaring di meja/tikar tempat
tidur pemeriksaan yang bersih
B.KEPALA DAN LEHER
9. Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah
10. Memeriksa apakah mata :

a. Pucat pada kelopak bagian bawah


b. Berwarna kuning

11. Memeriksa apakah rahang pucat dan memeriksa


gigi
12. Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui :

a. Pembesaran kelenjar tiroid


b. Pembesaran pembuluh limpe

C. DADA
PARU-PARU
13. Inspeksi : kesimerisan bentuk dan gerak perafasan,

10
warna kulit dada, retraksi, jaringan perut
14. Palpasi : Gerakan dinding dada, tactil vremitus
secara sistematis
15. Perkusi : Batas-batas paru secara sistematis
16. Auskultasi : bagian anterior
JANTUNG
17. Nilai bunyi jantung
PAYUDARA
18. Dengan posisi klien disamping, memeriksa
payudara :

a. Bentuk, ukuran da simetris atau tidak


b. Putting payudara menonjol atau masuk ke dalam
c. Adanya kolostrum atau cairan lain

19. Pada saat klien megangkat tangan ke atas kepala,


memeriksa payudara untuk mengetahui adanya retraksi
atau dimplig
20. Klien berbaring degan tangan kiri di atas, lakukan
palpasi secara sistematis pada payudara sebelah kiri
(sesudah itu sebelah kanan juga) dari arah payudara,
axila dan notest, kalau-kalau terdapat :

a. Massa
b. Pembesaran pembuluh limfe

D. ABOMEN
21. Memeriksa apakah terdapat bekas luka operasi
22. Mengukur tiggi fundus uteri dengan meggunakan
tangan (kalau > 12 minggu) atau pita ukuran (kalau >
22 minggu)
23. Melakukan palpasi pada abdomen untuk
mengetahui leak, presentasi, posisi dan penurunan
kepala janin
24. Menghitung denyut jantung janin (dengan fetoskop
kalau 18 minggu)
E. PANGGUL: GENIALIA LUAR
25. Membantu klien mengambil posisi untuk
pemeriksaan paggul dan meutup tubuh untuk
menjkaga privsi
26. Melepaskan perhiasan di jari dan di lengan
27. Mencuci tangan dengan sabun dan air, serta
mengeringkannya engan menggunakan kain yang
bersih (atau di udara terbuka/kering)
28. Memakai sarung tangan baru atau yang biasa

11
dipakai lagi yang sudah didesinfeksi tanpa
terkontaminasi
29. Menjelaskan tindkan yang dilakukan sambil terus
melakukan pemeriksaan
30. Memisahkan labia mayora dan memeriksa labia
minora, kemudian klitoris, lubang uretra dan introitus
vagina untuk melihat adanya :

a. Tukak atau luka


b. Varices
c. Cairan (warna, kosistensi, jumlah dan bau)

31. Mengurut uretra dan pembuluh skene untuk


mengeluarkan cairan nanah dan darah
32. Melakukan palpasi pada kelenjar bartholini untuk
mengetahui adanya :
a. Pembengkakan
b. Massa atau kista
c. Cairan
33. Sambil melakukan pemeriksaan selalu mengamati
wajah ibu untuk mengetahui apakah ibu merasakan
sakit atau nyeri karena prosedur ini
F. PANGGUL : PEMERIKSAAN
MENGGUNAKAN SPEKULUM
34. Memperlihatkan speculum kepada ibu sambil
menjelaskan bahwa benda tersebut akan dimasukkan
ke dalam vagina ibu dan bagaimana hal ini akan terasa
oleh ibu
35. Menjelaskan pada ibu bagaimana caranya agar
rileks selama dilakukan pemeriksaan (misalnya :
bernafas melalui mulut atau dada atau lemaskan badan
sambil kedua kaki tetap diregangkan)
36. Meminta ib untuk mengataka jika apa yang
dilakukan menyebabkan ibu merasa tidak nyaman
37. Basahi speculum dengan air (yang hangat jika
memungkinkan) atatu lumuri dengan jeli (jika idak ada
spesime yang diambil)
38. Memegang speculum dengan miring, memisahkan
bagian labia dengan tangan yang lain dan masukkan
speculum dengan hati-hati, hindari menyentuh uretra
dan clitoris
39. Memutar speculum dan membuka (blade)nya
untuk melihat serviks
40. Memeriksa serviks untuk melihat adanya :

12
a. Cairan atau darah
b. Adanya luka
c. Apakah serviks sudah membuka atau belum

41. Memeriksa dinding vagina utuk melihat adanya :

a. Cairan atau darah


b. Luka

42. Menutup mengeluarkan speculum secara hati-hati


dengan posisi miring
43. Meletakkan speculum yang sudah digunakan
dalamseuah tempat unuk didekontaminasi
G. PANGGUL : PEMERIKSAAN BIMANUAL
44. Menjelaskan kepada ibu bahwa pemeriksaan
dilakukan berkesinambungan dan apa yang akan
dirasakan ibu
45. meminta ibu untuk mengatakan kalau ibu merasa
tidak nyman karena pemeriksaan yang dilakkan
46. Memasukkan dua jari ke dalam vagina,
merenggangkan ke dua jari tersebu dan menekan ke
bawah
47. Mencari letak serviks dn merasakan untuk
mengetahui :

a. Pembukaan (dilatasi)
b. Rasa nyeri karena gerakan (nyeri tekan/nyeri
goyang)

48. Menggunakan 2 tangan (satu tangan di atas


abdomen, 2 jari di dalam vagina) untuk palpasi uterus
(hanya pada trimester saja) :

a. Ukuran, bentuk dan posisi


b. Mobilisasi
c. Rasa nyeri (amati wajah ibu)
d. Massa

49.Melepaskan tangan pelan-pelan, melepaskan sarung


tagan dan meuaskannya ke dalam laruan
dekontaminasi
50. Membantu ibu unuk bangun dari meja/tempat
tidur/tikar pemeriksaan
51. Mengucapkan terima kasih atas kerjasama ibu dan

13
meminta ibu untuk mengenakan pakaiannya
52. Mencuci tangan dengan sabun dan air serta
mengeringkan di udara terbuka atau melapnya dengan
kain bersih
H. TANGAN DAN KAKI
53. Memeriksa apakah tangan dan kaki : Edema dan
pucat pada kuku jari
54. Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui
adanya varises
55. Mengukur lingkar lengan atas
56.Memeriksa refleks patella untuk melihat apakah
terjadi gerakan hypo atau hyper
I. PUNGGUNG
57. Inspeksi kesimetrisan bentuk dan gerak, warna
kulit, luka
58. Perkusi bagian punggung secara sistematis
VII. PEMBELAJARAN/PENDIDIKAN
KESEHATAN
59. Memberitahukan kepada ibu hasil temuan dalam
pemeriksaan
60. Memberithukan usia kehamilan
61. Megajari ibu megenai ketidaknyamanan yag
mungkin akan dialami ibu
62. Sesuai dengan usia kehamilan :

a. Nutrisi
b. Olah raga ringan
c. Istirahat
d. Kebersihan
e. Pemberian ASI
f. KB pasca salin
g. Tanda-tanda bahaya
h. Aktivitas seksual
i. Kegiatan sehari-hari dan pekerjan
j. Obat-obatan dan merokok
k. Body mekanik
l. Pakaian dan sepatu

SKOR NILAI = ∑ NILAI X 100%


45
TANGGAL

PARAF PEMBIMBING

14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedside teaching adalah pembelajaran yang dilakukan langsung didepan pasien. Dengan
metode bedside teaching mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan, melaksanakan
kemampuan komunikasi, keterampilan klinik dan profesionalisme, menemukan seni
pengobatan, mempelajari bagaimana tingkah laku dan pendekatan dokter kepada pasien.
Metode bedside teaching merupakan salah satu metode pembelajaran klinik yang efektif,
namun hingga saat ini publikasi bedside teaching tidak terlalu gencar, sehingga masih banyak
pusat pendidikan kesehatan yang belum menerapkannya

B. Saran
Penulis mengharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memanfaatkan makalah ini
untuk menambah wawasan tentang metode bedside teaching sehingga mahasiswa dapat
menerapkan ilmu pengetahuan, melaksanakan kemampuan komunikasi, keterampilan klinik
dan profesionalisme, menemukan seni pengobatan, mempelajari bagaimana tingkah laku dan
pendekatan tenaga medis (dokter, bidan, perawat, dll) kepada pasien, sehingga masyarakat
dapat menghargai profesi tenaga medis dan mereka dapat lebih mencintai profesinya dengan
melihat peran dan tanggung jawab tenaga medis sebagai tenaga pendidik nantinya.

C. Dokumentasi

15
16
DAFTAR PUSTAKA

 Anonim. 2012. Metode Bedside Teaching. http://academiclifeinem.blogspot.com (diakses tanggal 01


Juli 2014).

 Anonim. 2012. Bedside Teaching dalam Keperawatan. http://ksuheime.blogspot.com (diakses


tanggal 01 Juli 2014)

 Eksap, hendrik. 2011. Bedside Teaching. http://www.hendrikeksap.blogspot.com (diakses tanggal 01


Juli 2014).

 Affandi M. (2008) Bedside Teaching and Clinical Tutoril. Diakses 02 juni 2015
http://www.mohaffandi.wordpress.Com.

 Cox, K. (1993). Planning bedside teaching. The Medical Journal of Australia 15, 280-282

 Gill,D., Free, R., & Dacre, J. (2003). Teaching and Learning ‘At the Bedside’. Harden, R.M., &
Dent, J.A. (2009). A Practical Guide for Medical Teachers. Edisi 3. Elsevier Limited.

 McKimm, J., & Swanwick, T. (2010). Web‐based faculty development: e‐learning for clinical
teachers in the London Deanery. The clinical teacher, 7(1), 58- 62.

 Nursalam & Ferry Efendi. (2008). Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

 Ramani, S. (2003). Twelve tips to improve bedside teaching. Medical teacher, 25(2), 112-115.

 Wardaningsih S. ( 2008). Materi Pelatihan Preseptor Klinik. Yogyakarta: Departemen keperawatan


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

17

Anda mungkin juga menyukai