Anda di halaman 1dari 4

Pasal

10 Peraturan Menteri Rencana Kebutuhan Tahunan Narkotika,


1.
Ayat Kesehatan No. 26/2014 Psikotropika Dan Prekursor
2

Pasal
100 Peraturan Pemerintah Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2.
Ayat No. 40/2013 2009 tentang Narkotika
(2)

Pasal
101 Peraturan Pemerintah Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
3.
Ayat No. 40/2013 2009 tentang Narkotika
(4)

Pasal
108 Peraturan Kepala BNN
4. Pembentukan Wadah Peran Serta Masyarakat
Ayat No. 6/2010
2

Pasal
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat,
11
5. Pengawas Obat dan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
Ayat
Makanan No. 24/2021 Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
5

Pasal
11 Peraturan Pemerintah Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis
6.
Ayat No. 5/2021 Risiko
4

Pasal Tata Cara Penyelenggaraan Produksi Dan/Atau


12 Peraturan Menteri Penggunaan Narkotika Untuk Kepentingan
7.
Ayat Kesehatan No. 16/2022 Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dan
3 Teknologi

Pasal Tata Cara Penyelenggaraan Produksi Dan/Atau


13 Peraturan Menteri Penggunaan Narkotika Untuk Kepentingan
8.
Ayat Kesehatan No. 16/2022 Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dan
2 Teknologi

Pasal
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
14 Peraturan Menteri
9. Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan
Ayat Kesehatan No. 3/2015
Prekursor Farmasi
3

Pasal
10 15 Peraturan Pemerintah Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis
. Ayat No. 5/2021 Risiko
0
Undang-undang yang mengatur Narkotika dan psikotropika
Definisi narkotika dan Psikotropika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun
1997).

Psikotropika adalah zat atau obat yang bekerja menurunkan fungsi otak serta merangsang
susuan syaraf pusat sehingga menimbulkan reaksi berupa halusinasi, ilusi, gangguan cara
berpikir, perubahan perasaan yang tiba-tiba, dan menimbulkan rasa kecanduan pada
pemakainya.

Penggolongan Narkotika dan psikotropika


a. Narkotika
1. Narkotika golongan I
adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan
ini digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, heroin,
kokain, morfin, dan opium.

2. Narkotika Golongan II
Golongan narkotika ini berkhasiat untuk pengobatan, namun digunakan sebagai
pilihan terakhir. Selain itu, dapat digunakan untuk terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan. Mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon

3. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : kodein dan Codein, Etil
Morfin, dll

b. Psikotropika
 Jenis Obat Psikotropika Berdasarkan Risiko Kecanduan

Berdasarkan risiko kecanduan yang mungkin timbul, psikotropika dikelompokkan


menjadi empat golongan, yaitu:

1. Obat psikotropika golongan 1


Jenis obat psikotropika dalam golongan ini memiliki potensi tinggi untuk
menyebabkan kecanduan. Jenis obat ini tergolong dalam obat-obatan terlarang dan
tidak boleh digunakan untuk pengobatan. Pemakaian zat psikotropika dalam golongan
ini mampu memberikan efek halusinasi dan mengubah perasaan secara drastis.

Efek buruk yang ditimbulkan dari konsumsi obat ini adalah kecanduan yang
mengarah kepada kematian jika sudah mencapai level yang parah. Contoh dari jenis
obat psikotropika golongan 1 adalah LSD, DOM, dan Ekstasi.
2. Obat psikotropika golongan 2
Jenis obat psikotropika dalam golongan 2 ini juga memiliki potensi yang tinggi untuk
menyebabkan kecanduan, tetapi tingkat risikonya lebih rendah daripada golongan 1.

Pemakaian obat-obatan dalam kelompok ini sering dimanfaatkan untuk


menyembuhkan berbagai penyakit. Namun, penggunaannya harus sesuai dengan
petunjuk dokter. Contoh jenis obat psikotropika golongan 2 adalah Sabu atau
Metamfetamin, Amfetamin, dan Fenetilin.

3. Obat psikotropika golongan 3


Zat dalam golongan ini mampu memberikan efek kecanduan yang terhitung sedang.
Meskipun demikian, penggunaannya harus tetap sesuai dengan resep dokter agar tidak
memberikan dampak yang berbahaya bagi tubuh.

Ketika obat psikotropika golongan 3 ini dipakai secara berlebihan, kerja pada tubuh
akan mengalami penurunan secara drastis. Akhirnya, tubuh bisa tertidur
berkepanjangan dan tidak bisa bangun. Contoh jenis obat psikotropika golongan 3
adalah Mogadon, Buprenorfina, dan Amobarbital

4. Obat psikotropika golongan 4


Kelompok obat psikotropika ini memiliki risiko kecanduan yang kecil. Namun,
konsumsi obat ini harus tetap di bawah pengawasan dokter karena dapat
menimbulkan efek samping yang berbahaya, termasuk kematian.

Jenis psikotropika dalam golongan 4 ini cukup banyak disalahgunakan karena lebih
mudah ditemukan dan banyak dikonsumsi secara sembarangan. Contoh jenis
psikotropika golongan 4 adalah Lexotan, Pil Koplo, Sedativa, Hipnotika atau obat
tidur, Diazepam, dan Nitrazepam.

 Jenis Obat Psikotropika Berdasarkan Efek Obat yang Ditimbulkan

Penggunaan psikotropika dalam dunia kesehatan selama sesuai dengan resep dokter
masih terbilang aman dan diperbolehkan. Namun, jika zat psikotropika
disalahgunakan secara berlebihan dan tidak sesuai dengan resep dokter, maka hal
tersebut dapat berakibat buruk pada kesehatan. Berdasarkan efek pada tubuh, obat
psikotropika dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Obat Stimulan
Jenis obat psikotropika yang termasuk dalam kelompok stimulan dapat membuat
fungsi tubuh meningkat, sehingga orang yang menggunakannya dapat menjadi lebih
percaya diri, bergairah, dan dapat terjaga lebih lama. 
Namun, jika menggunakan obat ini maka kerja organ tertentu menjadi lebih berat dan
ketika berhenti konsumsi maka badan akan terasa lebih lemah. Oleh karena itu,
banyak orang yang terus menerus konsumsi obat untuk menjaga tubuh tetap
prima. Contoh obat psikotropika yang termasuk dalam kelompok stimulan adalah
kokain, ganja, dan ekstasi.
2. Obat Depresan
Kelompok obat depresan bekerja dengan menekan sistem saraf pusat dan mengurangi
aktifitas fungsional tubuh, sehingga orang yang memakai obat ini dapat merasa
tenang. 
Jika digunakan secara berlebihan, dapat menyebabkan tidur lebih lama dan tidak
sadarkan diri. Risiko yang paling fatal dari penggunaan obat ini adalah
kematian. Contoh obat psikotropika yang termasuk dalam kelompok ini adalah
Sedatin, Magadon, Valium, Mandrak, Cannabis, dan Putaw. 

3. Obat Halusinogen
Jenis obat yang termasuk dalam halusinogen bekerja dengan menimbulkan halusinasi
dan persepsi orang yang menggunakannya menjadi berubah.  Contoh obat
halusinogen adalah LSD, micraline, dan ganja. 
Penggunaan zat psikotropika yang tidak sesuai dengan petunjuk dokter dapat
menimbulkan bahaya bagi kesehatan dan juga sanksi pidana. Oleh sebab itu, jika tidak
ada tujuan medis yang jelas, sebaiknya Anda menghindari konsumsi obat dari
kelompok psikotropika ini. 

Anda mungkin juga menyukai