PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Saat ini psikotropika sudah menjadi barang yang biasa ada didalam
masyarakat, sudah tidak menjadi barang yang aneh lagi, bayangkan saja disetiap berita
televisi selalu ada berita tentang narkoba . Peredaran psikotropika saat ini sudah bisa
mencapai daerah yang terpelosok sekalipun, dan mulai dari kalangan strata bawah
samapai yang paling atas juga ikut menyalahgunakan psikotropika.
Psikotropika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang
pengobatan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Namun disisi lain dapat
menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila digunakan tanpa
pengendalian dan pengawasan yang ketat. Hal itulah antara lain yang mendorong
pemerintah menerbitkan UU nomor 5 tahun 1997. Sehingga secara yuridis keberadaaan
psikotropika di Indonesia adalah sah berdasarkan Undang- undang tersebut. Namun
fakta empiris menunjukan pemakaiannya sering disalahgunakan bukan untuk
kepentingan kesehatan, namun lebih jauh dijadikan obyek bisnis (ekonomi) yang
berdampak pada kerusakan mental dan fisik maupun psikis generasi muda
Pengaturan Psikotropika berdasarkan UU No.5 tahun 1997, bertujuan untuk
menjamin ketersediaan guna kepentingan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah
penyelahgunaan serta pemberantasan peredaran gelap psikotropika. Pelaksanaan
penegakan hukum terhadap tindak pidana psikotropika telah mengalami perkembangan
cukup signifikan, sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997, pada
tanggal 11 Maret 1997. Namun demikian, keberadaan undang- undang ini dapatlah
dikatakan cukup terlambat, bilamana diukur dari frekuensi terjadinya tindak pidana
psikotropika di tanah air yang sedemikian marak dan bersifat sebagai kejahatan
transnasional.
Psikotropika adalah merupakan suatu zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Zat atau obat psikotropika ini dapat menurunkan aktivitas otak atau
merangsang susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan
timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam
perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek
stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.
2.1 PENGERTIAN
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 5 tahun 1997, menteri
kesehatan republik Indonesia nomor 10 tahun 2013, yang merupakan dasar hukum
tentang psikotropika menyatakan psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
1. Psikotropika Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan.
Contohnya,
2. Psikotropika Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat yang
mengakibatkan sindroma ketergantungan
4. Psikotropika Golongan IV
Psikotropika yang barkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contohnya, Allobarbital, Alprazolam, Amfepramona, Aminorex, Barbital,
Benzfetamina, Bromazepam, Brotizolam, Butobarbital,
Delorazepam, Diazepam, Estazolam, Etil amfetamina, Etil
loflazepate, Etinamat, Etklorvinol, Fencamfamina,
Fendimetrazina, Fenobarbital, fenproporeks, Fentermina,
Fludiazepam, Flurazepam, Halazepam, Haloksazolam,
Kamazepam, Ketazolam, Klobazam, Kloksazolam, Klonazepam
dll
2.3 PRODUKSI PSIKOTROPIKA
Psikotropika hanya dapat diproduksi oleh pabrik obat yang telah memiliki izin
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PEREDARAN PSIKOTROPIKA
A. Penyaluran
Penyaluran psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat, PBF dan sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah. Penyaluran Psikotropika Gol I hanya
kepada lembaga penelitian dan atau lembaga pendidikan untuk tujuan ilmu
pengetahuan. Penyaluran Psikotropika Gol II, III dan IV yang berupa obat dapat
disalurkan kepada PBF, Apotek, rumah sakit, Sarana Penyimpanan sediaan farmasi
Pemerintah, lembaga peneliatan dan/atau lembaga pendidikan. Penyaluran dari
sarana penyimpanan pemerintah hanya dapat disalurkan kepada Rumah sakit,
Puskesmas dan balai pengobatan dilingkungan pemerintah.
Penyaluran psikotropika hanya dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan yang
di tandatangani oleh penanggung jawab obat di sarana kesehatan yaitu:
1. Lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan adalah dokter atau
apoteker.
2. PBF adalah apoteker.
3. Rumah sakit adalah apoteker.
4. Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah adalah apoteker.
5. Puskesmas adalah dokter.
B. Penyerahan
Penyerahan psikotropika golongan II,III,dan golongan IV yang berupa obat dapat
dilakukan oleh apotek kepada:
Untuk memperoleh izin sebagai importir psikotropika, Industri Farmasi atau PBF harus
mengajukan permohonan kepada Direktur Jnedral secara onlen melalui http://e-pharm.
Kemkes.go.id. dengan disertai dokumen pendukung meliputi :
Pada pasal 3 Permensos 2012, sasaran rehabilitas sosial meliputi pemerintah dan
pemerintah daerah, serta lembaga rehabilitasi sosial penyalahgunaan NAPZA
2.8.2 Pengawasan
a. Tindakan lisan
b. Tindakan tertulis
c. Penghentian sementara kegiatan
d. Denda administratif
e. Pencabutan izin praktik
2.9 PEMUSNAHAN
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1997 pasal 53 tentang psikotropika, pemusnahan
psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa
memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam
proses psikotropika,kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada
pelayanankesehatan dan atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan
psikotropika wajib dibuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam
waktu 7 hari setelah mendapat kepastian. Berita acara pemusnahan tersebut memuat:
a. Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan
b. Nama pemegang izin khusus atau apoteker pengelola apotek
c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dariapotek
tersebut
d. Nama dan jumlah psikotropika yang dimusnahkan
e. Cara pemusnahan
f. Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi (10).