Anda di halaman 1dari 8

MODUL I

PENGERTIAN NARKOBA DAN ASPEK HUKUM


PENYALAHGUNAAN NARKOBA

Pengantar
Bahwa dalam rangka mengimplementasikan upaya pencegahan penyalahgunaan
narkotika,psikotropika dan bahan adiktif oleh para siswa siswi sekolah menengah atas dan
sekolah kejuruan, perlu dijelaskan kepada para siswa tentang pengertian narkotika,
psikotropika, bahan adiktif dan alkohol yang seringkali disalahgunakan.
Kompetensi Dasar
1. Memahami pengertian tentang Narkotika, Psikotropika, Bahan Adiktif dan Alkohol
Indikator Hasil Belajar
a. Memahami pengertian Narkotika
b. Memahami Pengertian Psikotropika
c. Memahami Pengertian Bahan Adiktif
d. Memahami pengertian Alkohol
2. Memahami aspek hukum tentang Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Bahan
Adiktif dan Alkohol
Indikator Hasil Belajar
a. Memahami dasar hukum Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif dan Alkohol
b. Memahami Sanksi Pidana Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Bahan
Adiktif dan Alkohol
Materi Pokok
1. Pengertian umum Narkotka, Psikotropika, Bahan Adiktif dan Alkohol
a. Pengertian Narkotika
b. Pengertian Psikotropika
c. Pengertian Bahan Adiktif dan Alkohol
2. Aspek hukum Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Bahan
Adiktif dan Alkohol.
a. Dasar hukum penanggulangan penyalahgunaan Narkotika
Psikotropika, Zat Adiktif dan alkohol.
b. Sanksi pidana penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif
dan alkohol

Metode Pembelajaran
1. Ceramah digunakan untuk menjelaskan materi tentang :
a. Pengertian umum Narkotika, Psikotropika, Bahan Adiktif dan
Alkohol
b. Aspek hukum penanggulangan penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika, Bahan Adiktif dan Alkohol
2. Brain storming (curah pendapat) digunakan untuk membahas tentang materi Pengertian
dan Aspek Hukum
Bahan dan Alat
1. Bahan
a. Modul
b. Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
c. Undang-undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
d. Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan
Narkotika Nasional
e. Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2011 tentang
Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika
2. Alat
a. Whiteboard
b. Flipchart
c. Kertas Flipchart
d. Komputer/laptop
e. LCD dan Screen
f. Alat Tulis

Proses Pembelajaran
1. Tahap Awal 5 menit
Guru memberikan pengantar tentang materi Pengertian Narkotika, Psikotropika,
bahan Adiktif dan Alkohol
2. Tahap Inti 35 menit
Guru menjelaskan pengertian , sejarah dan dasar hukum penanggulangan
penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Bahan Adiktif dan Akohol
3. Tahap akhir 5 menit
Guru menyimpulkan materi yang telah diberikan, memberikan kesempatan untuk
diskusi atau tanya jawab kepada para siswa

BAHAN BACAAN

1. Pengertian Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-undang ( Pasal 1 angka 1 Undang-undang No.
35 tahun 2009 tentang Narkotika)
Yang dimaksud narkotika dalam undang-undang narkotika adalah tanaman
papever, opium mentah, opium masak; seperti candu, jicing,jicingko, opium obat
morfina, tanaman koka, daun koka, kokaina mentah, ekgonina, dari tanaman ganja,
damar ganja, garam-garam atau turunannya dari morfina dan kokaina. Barang lain, baik
alamiah, atau sintesis maupun semisintetis yang belum disebutkan yang dapat dipakai
sebagai pengganti morfina dan kokaina yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
sebagai narkotika, apabila penyalahgunaannya dapat menimbulkan akibat

2
ketergantungan yang merugikan, dan campuran-campuran atau sediaan-sediaan yang
mengandung garam-garam atau turunan dari morfina dan kokaina, atau bahan-bahan
lain yang alamiah atau olahan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan sebagai
narkotika.
Narkotik merupakan zat atau bahan aktif yang bekerja pada sistem saraf pusat
(otak), yang dapat menyebabkan penurunan sampai hilangnya kesadaran dari rasa sakit
(nyeri) serta dapat menimbulkan ketergantungan atau ketagihan.
Secara etimologis, menurut Hukum Pidana Nasional, narkoba atau narkotika
berasal dari bahasa Inggris narcose atau narcosis yang berarti menidurkan dan
pembiusan. Menurut Sudarto dalam bukunya Kapita Selekta Hukum Pidana
mengatakan bahwa kata narkotik berasal dari bahasa Yunani yaitu narke atau narkam
yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Secara termologi, menurut
Anton M Moelyono dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, narkoba atau narkotika
adalah obat yang dapat menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan
rasa mengantuk atau merangsang.
Menurut undang-undang Narkotika membedakan Narkotika ke dalam 3 (tiga)
golongan, yaitu :
- Narkotika Golongan I ; dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan untuk reagensia diagnostik, serta reagensia
laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan dan tidak dapat digunakan untuk terapi, serta
mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan,
Narkotika yang paling berbahaya dengan daya adiktif yang sangat tinggi.
Karenanya tidak diperbolehkan penggunaannya untuk terapi pengobatan, kecuali
penelitian dan pengembangan pengetahuan. Narkotika yang termasuk golongan ini,
contohnya adalah sabu-sabu (berbentuk kristal berisi zat menthaphetamin) dan
ekstasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul)
- Narkotika Golongan II ; Berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan, Narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Meskipun demikian penggunaan
narkotika golongan II untuk terapi atau pengobatan sebagai pilihan terakhir jika
tidak ada pilihan lain. Contoh dari narkotika golongan II ini adalah benzetidin,
betametadol, petidin dan turunannya, dan lain-lain.
- Narkotika golongan III ; berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan atau penelitian, serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan, Narkotika
yang memiliki daya adiktif atau potensi ketergantungan ringan dan dapat
dipergunakan secara luas untuk terapi atau pengobatan dan penelitian. Adapun
jenis narkoba yang termasuk dalam golongan III adalah kodein dan turunannya,
metadon, naltrexon, nitrazepan, diazepan dan sebagainya.
2. Pengertian Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetik, bukan
narkotika dan berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Menurut
Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, adalah zat atau obat, baik
alamiah atau sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat proaktif melalui pengaruh

3
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku.
Djoko Prakoso dalam bukunya berjudul Kejahatan-Kejahatan Yang dapat
menurunkan Merugikan dan Membahayakan Negara, menyatakan bahwa Psikotropika
ialah obat atau zat berbahaya yaitu zat kimia yang dapat merubah reaksi tingkah
seseorang terhadap lingkungannya.
Zat atau obat Psikotropika ini dapat menurunkan aktifitas otak atau merangsang
susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya
halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan
dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi
para pemakai.
Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan
pembatasan dari petugas medis dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk. Tidak
hanya menimbulkan ketergantungan melainkan juga dapat menimbulkan berbagai
macam penyakit serta kelainan fisik bagi si pemakai, bahkan dapat menimbulkan
kematian.
Perbedaan antara Narkotika dan Psikotropika terletak pada efek dan reaksi penggunaan
obat bagi pemakainya. Zat Narkotika bersifat menurunkan bahkan menghilangkan
kesadaraan seseorang, sedangkan zat Psikotropika justru membuat seseorang semakin
aktif dengan pengaruh dari syaraf yang ditimbulkan oleh pemakai zat Psikotropika
tersebut.
Menurut undang-undang psikotropika membedakan psikotropika ke dalam 4 (empat)
golongan, yaitu :
- Psikotropika Golongan I ; hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan tidak dapat digunakan untuk terapi, serta mempunyai potensi sangat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan, contohnya adalah sabu-sabu (berbentuk
kristal berisi zat menthaphetamin) dan ekstasi (menthylendioxy menthaphetamine
dalam bentuk tablet atau kapsul)
- Psikotropika Golongan II ; berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan untuk
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan, contohnya amphetamine dan
metafetamin
- Psikotropika Golongan III ; berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan, contohnya lumubal dan flunitrazepan
- Psikotropika golongan IV ; berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan atau penelitian, serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan, contohnya
nitrazepan dan diazepan.

3. Bahan Adiktif
Bahan adiktif atau zat adiktif adalah istilah untuk zat-zat yang pemakaiannya
dapat menimbulkan ketergantungan fisik yang kuat dan ketergantungan psikologis yang
panjang (drug dependence). Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang
apabila dikonsumsi oleh organisme hidup dapat menyebabkan kerja biologi serta
menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin
menggunakannya secara terus-menerus, yang jika dihentikan dapat memberi efek lelah

4
luar biasa atau rasa sakit luar biasa, atau zat yang bukan narkotika dan psikotropika
tetapi menimbulkan ketagihan. Contohnya kopi, rokok dan miras.
Kecanduan (adiksi) adalah suatu keadaan fisik (jasmani) maupun non fisik
(psikologis) dari seseorang yang merasa tidak normal jika tidak menggunakan zat
tertentu yang ditandai dengan tubuh terasa sakit antara lain sembelit, muntah-muntah,
kejang-kejang dan badan menggigil pada saat tidak memakai atau penggunaan zat
adiktif dihentikan
Pada mulanya zat adiktif digunakan untuk memenuhi kebutuhan medis. Para
dokter yang melakukan tindakan operasi terhadap pasien menggunakan bahan adiktif
untuk menghilangkan rasa sakit pada pasien. Pemakaian obat atau zat adiktif oleh para
dokter tersebut menggunakan dosis yang sesuai kebutuhan dan dalam pengawasan
medis sehingga tidak akan menimbulkan ketergantungan.
4. Alkohol
Alkohol adalah senyawa organik turunan senyawa alkana dengan gugus OH
pada atom karbon tertentu. Alkohol diperoleh melalui proses peragian (fermentasi)
sejumlah bahan, seperti beras ketan, singkong, dan perasan anggur. Alkohol ini dikenal
manusia sudah sangat lama, salah satu penggunaannya adalah untuk mensterilkan
berbagai peralatan dalam bidang kedokteran.
Para ahli kimia di Eropa pada abad pertengahan kemudian menggunakan istilah
tersebut untuk menyebut sebuah senyawa berbau khas yang diperoleh dari penyulingan,
yaitu etanol yang mempunyai rumus C2H5OH. Oleh karena itu, secara umum orang
kemudian menggunakan istilah ini untuk menyebut sebuah senyawa alkohol secara
spesifik (etil alkohol atau etanol)
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol;
dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena
memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan
metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga alkohol yang digunakan dalam dunia
farmasi, alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Minuman beralkohol mengandung
zat etanol dan mempunyai warna dan rasa yang berbeda-beda tergantung bahan dasar
yang digunakan dalam pembuatannya. Contoh : brandy, whisky, anggur, bir, arak dan
lain-lain.

5. Dasar hukum Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika


Landasan hukum yang mengatur tentang bahaya penyalahgunaan narkoba di negara
Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1) Undang-undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
2) Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3) Undang-undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
4) Undang-undang RI No. 8 Tahun 1976 tentang Pengesahan Konvensi Tunggal
Narkotika 1961
5) Peraturan Pemerintah RI No. 1 Tahun 1980 tentang Ketentuan Penanaman
Papaver, Koka dan Ganja
6) Keputusan Presiden No. 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian
Minuman Beralkohol
7) Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2021 tentang
Perubahan Penggolongan Narkotika

5
8) Keputusan Menteri Kesehatan No. 196/Men.kes/SK/VIII/1997 tentang Penetapan
Alat-alat dan Bahan-bahan sebagai barang dibawah Pengawasan Kementerian
Kesehatan.
9) dan beberapa ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan terkait
jenis baru Narkotika dan Psikotropika

6. Sanksi Hukum Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif dan Alkohol


dalam rangka memberikan efek psikologis kepada masyarakat agar tidak melakukan
tindak pidana narkotika, perlu diterapkan ancaman pidana mengingat bahaya yang
ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkotika sangat mengancam ketahanan dan
keamanan nasional. Sanksi hukum tersebut adalah sebagai berikut :

a. Menggunakan Narkotika dan Psikotropika


- Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ( Pasal 7 dan 8 UU
Narkotika dan Pasal 4 UU Psikotropika)
- Kecuali narkotika golongan I dan psikotropika golongan I yang tidak boleh
digunakan dalam pelayanan kesehatan
- Untuk kepentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis, dokter dapat
memberikan narkotika golongan II atau golongan III dalam jumlah terbatas
dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai peraturan perundang-undangan.
Pasien dapat memiliki, menyimpan dan atau membawa narkotika untuk
dirinya dan harus mempunyai bukti yang sah bahwa narkotika yang dimiliki,
disimpan dan/atau dibawa untuk digunakan dan diperoleh secara sah sesuai
ketentuan perundang-undangan (Pasal 53 UU Narkotika)

- Setiap Penyalahguna
Penyalah Guna adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum.
Dalam UU Narkotika telah ditentukan mengenai perbuatan-perbuatan yang
dilarang dan diancam dengan sanksi pidana dalam hubungannya dengan
narkotika. Perbuatan-perbuatan tersebut dikenal sebagai tindak pidana
narkotika yang dapat berupa penyalahgunaan narkotika dan peredaran gelap
narkotika.
Penyalahgunaan narkotika adalah pemakaian narkotika yang dilakukan oleh
seorang secara ilegal atau melawan hukum, yaitu tanpa sepengetahuan dan
pengawasan dokter, sedangkan peredaran gelap narkotika dan prekursor
narkotika adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara tanpa hak atau melawan hukum yang ditetapkan sebagai tindak pidana
narkotika dan prekursor narkotka.
Berikut ini setiap penylahguna :
1) narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 tahun
2) narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 tahun

6
3) narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 tahun
- Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum menggunakan narkotika
golongan I terhadap orang lain atau memberikan untuk digunakan orang lain,
dipidana dengan pidana penjara 5-10 tahun dan denda 1-10 milyar rupiah (
Pasal 116 UU Narkotika)
b. Kewajiban menjalani pengobatan dan/atau perawatan bagi pecandu narkotika dan
psikotropika
- pecandu yang sudah cukup umur dan orang tua/wali dari pecandu yang belum
cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat rumah
sakit dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang
ditunjuk oleh pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau
perawatan (pasal 55 UU Narkotika)
- pengguna psikotropika yang mengalami sindroma ketergantungan
berkewajiban untuk ikut serta dalam pengobatan dan/atau perawatan, yang
dilakukan pada fasilitas Rehabilitasi (Pasal 37 UU Psikotropika)
c. Memiliki, Menyimpan, Mengedarkan
- Setiap orang yang tanpa hak dan melawan hukum menanam, memelihara,
memiliki, menguasai, atau menyediakan narkotika golongan I dalam bentuk
tanaman dipidana penjara 4 sd. 12 tahun dan dipidana denda 800 juta sampai
8 milyar rupiah (pasal 111 UU Narkotika)
- Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
menguasai atau menyediakan narkotika golongan I bukan tanaman dipidana
penjara 4 s.d 12 tahun dan denda 800 juta s.d 8 milyar rupiah (Pasal 112 UU
Narkotika)
- Setiap orang yang tanpa hak dan melawan hukum menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar
atau menyerahkan narkotika golongan I dipidana penjara 5 s.d 20 tahun dan
dipidana denda 1-10 milyar rupiah (pasal 112 UU Narkotika)
- Setiap orang yang menyuruh, memberi atau menjanjikan sesuatu,
memberikan kesempatan, menganjurkan, memberikan kemudahan, memaksa
dengan ancaman, memaksa dengan kekerasan, melakukan tipu muslihat, atau
membujuk anak yang belum cukup umur untuk melakukan tindak pidana
narkotika dalam UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dipidana mati
atau pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara 5-30 tahun, dan pidana
denda 2-20 milyar rupiah

d. Mabuk-mabukan/Minum-Minuman Keras
- membeli minuman keras untuk diminum sendiri atau diberikan kepada orang
lain secara sengaja, dengan/tanpa ancaman kekerasan dan mengakibatkan
mabuk, melanggar KUHP pasal 300, dapat dikenakan pidana penjara selama-
lamanya 1 tahun.
- Mabuk di tempat umum merintangi lalu lintas, mengganggu
ketertiban/mengancam keselamatan orang lain, melanggar pasal 492 KUHP
dan dipidana kurungan 6 hari atau denda
- Dilarang mengedarkan dan/atau menjual minuman beralkohol di tempat
umum, kecuali di hotel, bar, restoran dan tempat tertentu lainnya yang

7
ditetapkan oleh bupati/walikota kepala daerah tingkat II dan Gubernur.
Tempat-tempat tertentu lainnya itu tidak boleh berdekatan dengan tempat
peribadatan, sekolah, rumah sakit, atau lokasi lain yang ditetapkan oleh
pejabat tersebut di atas (pasal 5 Keputusan Presiden RI No. 2 Tahun 1997
tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol.

Anda mungkin juga menyukai