Kelompok
6
TOKSISITAS ALKOHOL, NARKOTIKA DAN
PSIKOTROPIKA
We are...
Afifah Fitri .M Ach. Lutfi. A Khairunisa.R
01 2048201110144
02 2048201110001
03 2048201110104
Fase kedua adalah fase laten tanpa gejala, mengikuti depresi sistem saraf pusat
Fase keempat adalah toksisitas pada mata, diikuti dengan kebutaan, koma, dan
mungkin kematian
Apa yang harus dilakukan jika terkena paparan
metanol ?
Pertama Jika terkena pada kulit, segera cuci daerah yang terkena dengan
harus air hangat dan sabun sedikitnya selama 10-15 menit.
membersih
kan dari
dari Jika terkena paparan metanol pada mata, maka cuci mata
paparan. dengan cairan pencuci mata yang umum digunakan, sedikitnya
10-15 menit.
1. Kebingungan
2. Muntah
3. Kejang
4. Bernapas lambat (kurang dari delapan napas per menit)
5. Bernapas tidak teratur (selang waktu lebih dari 10 detik antara setiap napas)
6. Kulit biru-biruan atau kulit pucat
7. Suhu tubuh rendah (hipotermia)
8. Pingsan (tidak sadar) dan tidak dapat dibangunkan
Penanganan keracunan alkohol
Menggunakan metode pemeriksaan
● Narkotika adalah suatu zat atau obat yang berasal dari tanaman
maupun bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang
menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, mengurangi dan
menghilangkan rasa nyeri serta dapat menimbulkan ketergantungan
secara fisik maupun psikologik.
● Psikotropika adalah setiap bahan baik alami ataupun buatan bukan
Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif mempunyai pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktifitas mental dan perilaku.
● ZatAdiktif yaitu bahan lain yang bukan Narkotika atau
Psikotropika yang merupakan inhalasi yang penggunaannya dapat
menimbulkan ketergantungan, misalnya lem, aceton, eter, premix,
thiner dan lain-lain.
Jenis NAPZA
Narkotika
1. Berdasarkan Undang undang No. 22 Tahun 1997
Narkotika diklasifikasikan menjadi 3 (tiga)
golongan
Jenis – Jenis NAPZA
1. Narkotika
Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika
Berdasarkan Undang undang No. 22 Tahun dibedakan
1997 Narkotika diklasifikasikan menjadi
3 (tiga) golongan
1. Narkotika alami
Golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya dengan
daya adiktif yang sangat tinggi. contoh ganja, heroin, ( ganja, haish, kokain, dan opium )
kokain, morfin, opium, dan lain sebagainya. 2. Narkotika Semi Sintesis
Golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ( kodein, morfin, black heroin, opioid
kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. sintetik, petidin, methadon, naltrexon,
Contoh benzetidin, betametadol, petidin dan turunannya, buprenorfin)
dan lainlain.
3. Narkotika sintesis
Golongan III adalah jenis narkotika yang memiliki daya
adiktif atau potensi ketergantungan ringan dan dapat
dipergunakan secara luas untuk terapi atau pengobatan
danpenelitian. Contoh kodein dan turunannya, metadon,
naltrexon dan sebagainya.
Jenis – Jenis NAPZA
2. Psikotropika 3. Zat Aditif
Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter
untuk mengobati gangguan jiwa (psyche) yang Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika. menimbulkan ketergantungan.
menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1997 Biasanya ketergantungan seseorang terhadap
tentang Psikotropika terbagi menjadi zat bahan adiktif, merupakan pintu gerbang
kemungkinan adiksi mereka terhadap narkotika
Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat. dan psikotropika.
(MDMA/ekstasi, LSD dan STP)
Golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat (amfetamin, Adapun zat suatu benda yang termasuk dalam
metilfenidat atau Ritalin)
Golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang dan berguna untuk
kategori bahan adiktif adalah:
pengobatan dan penelitian (lumibal, buprenorsina, pentobarbital,
1. Rokok.
flunitrazepam dan sebagainya).
Golongan IV yaitu jenis psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta 2. Kelompok alkohol dan minuman lain
berguna untuk pengobatan (nitrazepam (BK, mogadon,
dumolid), diazepam dan lain sebagainya.) 3. Thinner
Kasus Alkohol & Napza
Next...
KASUS 1
PENYALAHGUNAAN MINUMAN OPLOSAN DAN PENGGUNAAN ZAT ADIKTIF
LAINNYA DI KAWASAN LAHAN BASAH
Secara empiris terlihat semakin maraknya kegiatan minum-minuman oplosan, penyalahgunaan alkohol dan obat-
obatan medis, yang dilakukan dengan cara mencampur alkohol atau obat-obatan tersebut dengan bahan lainnya
tanpa adanya resep medis yang dapat dipertanggungjawabkan, dan kegiatan penyalahgunaan minuman suplemen
atau minuman penyegar lainnya yang dicampur dengan alkohol, sehingga dapat menimbulkan efek mabuk
dan/atau kecanduan bagi si penggunanya, bahkan dapat merusak kesehatan dan dapat berpotensi meningkatkan
kriminalitas di daerah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yang akan lebih mengacu
kepada norma-norma hukum yang berkaitan dengan pelarangan minuman oplosan dan penggunaan zat adiktif
lainnya namun tidak mengabaikan juga persoalan hukum secara lebih bermakna dengan melakukan perbandingan
antara law in book dengan law in action. Pada kasus minuman oplosan yang mengandung alkohol pemerintah
kota Banjarmasin secara tegas melarang pembuatan dan peredarannya melalui Perda kota Banjarmasin Nomor 6
Tahun 2007 Tentang Larangan Memproduksi, Memiliki, Mengedarkan, Menjual, Menyimpan, Membawa,
Mempromosikan, Mengkonsumsi Minuman Beralkohol dikota Banjarmasin. Akan tetapi proses pada
penegakannya PERDA tersebut terkendala karena terbentur dengan peraturan lain.
KASUS 2
Penyalahgunaan Obat Kodein dan Tahapan Pembuktiannya: Tiga
Laporan Kasus
Kodein adalah alkaloid terkandung dalam opium sebesar 0,7- 2,5%, selain itu alkaloid kodein juga ditemukan
dalam opioid sekitar 0,3- 3,0%. Kodein merupakan obat analgesik golongan opium yang biasa digunakan untuk
penghilang rasa nyeri dari sedang hingga berat. Kodein merupakan obat yang paling banyak digunakan
dikalangan praktisi kesehatan. Kodein yaitu sejenis obat batuk, namun dapat menyebabkan ketergantungan/efek
adiksi sehingga peredarannya dibatasi dan diawasi secara ketat. Dalam menggunakan suatu obat, tidak hanya
manfaat terapi dari obat itu yang dipertimbangkan tetapi juga efek samping yang ditimbulkannya. Kodein
merupakan salah satu jenis NAPZA golongan depresan. Depresan adalah senyawa yang dapat menekan sistem
tubuh. Depresan Sistem Syaraf Pusat (SSP) adalah senyawa yang dapat menurunkan aktivitas fungsional dari
Sistem Syaraf Pusat (SSP). Akibatnya yaitu menurunnya fungsi beberapa organ tubuh. Depresan Sistem Syaraf
Pusat (SSP) bekerja dengan menekan pusat kesadaran, rasa nyeri, denyut jantung dan pernafasan. Telah
dilaporkan beberapa kasus penyalahgunaan kodein hingga menyebabkan kematian. Maka dari itu tujuan dari
artikel ini untuk memaparkan tentang kodein dan bagaimana tahapan pembuktian kasus peny
Thanks!
Do you have any questions?