Anda di halaman 1dari 19

5

BAB II

TINJUAN PUSATAKA

A. Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lain)


1. Narkotika
Dalam Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika, Pasal 1 ayat (1) menyebutkan Narkotika adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, kehilangan rasa, mengurangi sampai
menghilangi rasa nyeri, dan dapat menumbuhkan ketergantungan,
yang dibedakan dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir
dalam undang-undang ini (Agsya, 2010). Lebih lanjut pada Pasal 1
ayat (2) menyebutkan prekursor Narkotika adalah zat atau bahan
pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan
Narkotika.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika, mengenai pengertian Narkotika di atur dalam Pasal 1
disebutkan bahwa Narkotika adalah Zat atau obat yang berasal dari
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, menghilangkan rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Penggolongan Narkotika di atur dalam Pasal 2 Undang-Undang
RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, yang digolongkan
menjadi 3 (tiga) golongan. Narkotika golongan I antara lain meliputi:
Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya
termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya, Opium mentah dan
masak, Tanaman dan Daun Koka, Kokain mentah, Kokaina (metil
ester – 1 bensoil ekgonina), Tanaman ganja, Tetrahydrocannabinol,

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014


6

Delta 9 Tetrahydrocannabinol, Asetorfina, dan lain-lain sampai dengan


26 jenis dan turunannya.
Narkotika golongan I antara lain meliputi: Alfesetilmetadol,
Alfameprodina, Alfametadol, Alfaprodina, Alfentanil, Allilprodina,
Anileridina, Asetilmetadol, Benzetidin, Benzilmorfinz, dan lain-lain
sampai 87 jenis dan turunannya. Narkotika golongan III antara lain
meliputi: Asetildihydrokodeina, Dekstropropoksifena, Dihidrokodeina,
Etilmorfina, dan lain-lain sampai 14 jenis dan turunannya.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika, penyerahan Narkotika hanya dapat dilakukan oleh: Apotek,
Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pegobatan, Dokter. Apotek hanya
dapat menyerahkan narkotika kepada: Rumah Sakit, Puskesmas, Balai
Pengobatan, Dokter dan pasien.
Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas dan Balai Pengobatan hanya
dapat menyerahkan Narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter.
Penyerahan Narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan:
menjalankan praktek dokter dan diberikan melalui suntikan, dan
menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
2. Psikotropika
Menurut Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1997 Tentang
Psikotropika, mengenai pengertian Psikotropika di atur dalam pasal 1
bahwa Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktifitas mental dan perilaku.
Penggolongan Psikotropika diatur dalam Pasal 2 Undang-
Undang RI Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika, dapat
digolongkan menjadi 4 (empat) golongan. Psikotropika golongan I
antara lain: nama lain DET, DMPH, DMT, (+) – LYSERGID nama
lain LSD – 25, meskalina, paraheksil, Psilosina, serta Psilosibina nama
lain Fosfat, STP, DOM, Tetrahidrokannabinol. Psikotropika golongan

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014


7

II antara lain: Amfetamina, Deksamfetamina, Fenmetrazina,


Fensklidina, Metafetamina dan Metilfenidat. Psikotropika golongan III
antara lain meliputi: Amobarbital, Glutetimida, Pentobarbital,
Sekobarbital, dan Siklobarbital. Psikotropka golongan IV antara lain:
Amfepramonam Barbital, Etinamat, Fenobarbital, Meprobanat,
Etakualon, Metfenobarbital, Meiprilon, dan Piprodo.
3. Zat Adiktif Lain
Zat adiktif lain adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif
diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi: Minuman
beralkohol, Inhalasi (gas yang dihirup), dan Solven (zat pelarut) dan
tembakau. Minuman beralkohol yaitu yang mengandung etanol etil
alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat, dan sering
menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan
tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan Narkotika atau
Psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.
Ada 3 golongan minuman beralkohol, yaitu (BNN, 2012):
a. Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)
b. Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman
anggur).
c. Golongan C : kadar etanol 20-45%, (Whiskey, Vodka, KW,
Manson house, Johny Walker, Kamput).

Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah


menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang
keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang
sering disalahgunakan, antara lain lem, thiner, penghapus cat kuku,
bensin (BNN, 2012).

Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di


masyarakat. Pada upaya penaggulangan Napza di masyarakat,
pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi
bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014


8

menjadi pintu masuk penyalahgunaan Napza lain yang lebih berbahaya


(BNN, 2012).

Bahan/obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan


sebagai berikut:

a. Sama sekali dilarang: Narkotika golongan I dan golongan II.


b. Penggunaan dengan resep dokter: amfeamin, sedatif hipnotika.
c. Diperjualbelikan secara bebas: Lem, thiner dan lain-lain.
d. Ada batas umur dalam penggunaanya : alkohol, rokok (BNN,
2012).

B. Efek Napza
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan Napza
dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu: Golongan Depresan,
Golongan Stimulan, dan Golongan Halusinogen. Golongan Depresan
adalah jenis Napza yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh.
Jenis ini membuat pemakainya merasa tenang, pendiam dan bahkan
membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk
Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), Hipnotik
(otot tidur), dan Tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain. Golongan
Stimulan adalah jenis Napza yang dapat merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Jnis ini membuat pemakainya menjadi
aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah:
Amfetamin, Kafein, Kokain. Golongan Halusinogen adalah jenis Napza
yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan
dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda
sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak dipakai
dalam terapi medis. Golongan ini termasuk: Ganja, LSD, Mescalin
macam-macam bahan Narkotika dan Psikotropika yang terdapat di
masyarakat serta akibat pemakaiannya (Agus, 2007).

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014


9

C. Gejala Klinis Penyalahgunaan Napza


1. Perubahan Fisik
Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan,
tetapi secara umum dapat digolongkan sebagai berikut (Agus, 2007):
a. Pada saat menggunaan Napza: jalan sempoyongan, bicara pelo
(cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif, curiga.
b. Bila kelebihan dosis (over dosis): nafas sesak, denyut jantung dan
nadi lambat, kulit teraba dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal.
c. Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau): mata dan hidung berair,
menguap terus menerus, diare, rasa sakit diseluruh tubuh, takut air
sehingga malas mandi, kejang, kesadaran menurun.
d. Pengaruh jangka panjang: penampilan tidak sehat, tidak peduli
terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan keropos,
terhadap bakas suntikan pada lengan atau di bagian tubuh lain
(pada pengguna dengan jarum suntik).

2. Perubahan sikap pada perilaku

a. Prestasi telah menurun, sering tidak mengerjakan tugas sekolah,


sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.
b. Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari,
mengantuk di kelas atau di tempat kerja.
c. Sering bepergian sampai larut malam, kadang tidak pulang tanpa
memberi tahu terlebih dahulu.
d. Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi, menghindar
dengan anggota keluarga lain dirumah.
e. Sering mendapat telepon dan didatangi orang tidak dikenal oleh
keluarga, kemudian menghilang.
f. Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan
tapi tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang
berharga milik sendiri atau milik keluarga, mencuri, mengompas
terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi.

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014


10

g. Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap


bermusuhan, pencuriga, tertutup dan penuh rahasia.

D. Penyebab Penyalahgunaan Napza


Penyalahgunaan dan ketergantungan adalah istilah klinis/medik-
psikiatrik yang menunjukan ciri pemakaian yang bersifat patologik yang
perlu dibedakan dengan tingkat pemakaian psikologik-sosial, yang belum
bersifat patologik. Penyalahgunaan Napza adalah penggunaan salah satu
atau beberapa jenis Napza secara berkala atau teratur diluar indikasi medis,
sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan
fungsi sosial. Ketergantungan Napza adalah keadaan ketika telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah
Napza yang semakin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya
dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat. Oleh karena itu
ia selalu memperoleh Napza yang dibutuhkannya dengan cara apapun,
agar dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara normal (BNN, 2010).
Penyebab penyalahgunaan Napza sangat kompleks akibat interaksi
antar faktor yang terkait dengan faktor keluarga, kepribadian, teman
sebaya dan faktor kesempatan. Tidak terdapat adanya penyebab tunggal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalahgunaan Napza
adalah sebagai berikut:
1. Faktor Keluarga
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkuan
pergaulan baik di sekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun
masyarakat. Faktor keluarga terutama faktor orang tua yang ikut
menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi penyalahgunaan
Napza (Hawari, 2006).
Faktor lingkungan tempat tinggal mempengaruhi remaja dalam
menentukan teman bergaul dan figur yang patut dijadikan contoh serta
panutan. Jika lingkungan tempat tinggal mereka banyak dihuni oleh
para pengguna Napza tentu mereka akan melihat perilaku para

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014


11

pengguna tersebut yang akan menimbulkan keinginan untuk mencoba


dan merasakan bagaimana Napza. Penyebab yang timbul dari faktor
keluarga ikut menentukan terjadinya penyalahgunaan Napza.
Penyebab dari faktor lingkungan keluarga antara lain:
komunikasi orang tua-anak kurang baik/efektif, hubungan dalam
keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga, orang tua bercerai,
berselingkuh atau kawin lagi, orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh,
orang tua otoriter atau serba melarang, orang tua yang serba
membolehkan (permisif), kurangnya orang yang dapat dijadikan model
atau teladan, orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah
Napza, tatatertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang
konsisten), kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah
dalam keluarga, dan orang tua atau anggota keluarga yang menjadi
penyalahguna Napza (Hawari, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian Abu Hanifah dan Nunung Unayah
(2011), jika keluarga kerap menjadi tertuduh dalam masalah tersebut,
hal itu bukanah tanpa alasan. Terdapat beberapa tipe keluarga yang
anggota keluarganya (anak dan remaja) beresiko tinggi terlibat
penyalahgunaan Napza. Tipe-tipe keluarga tersebut antara lain:
Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) mengalami
ketergantungan napza;
a. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang
terlihat dari pelaksanaan aturan yang tidak konsisten yang
dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya, ayah bilang ya, ibu
bilang tidak)
b. Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada
penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik.
Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu
dan anak, maupun antara sodara.
c. Keluarga dengan orang tua otoriter. Disini peran orang tua
sangat dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014


12

menuruti apa kata orang tua dengan alasan sopan santun, adat
istiadat atau demi kemajuan, dan masa depan anak itu sendiri
tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan
ketidak setujuan.
d. Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut
anggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi
yang harus dicapai dalam banyak hal.
e. Keluarga yang neurosis yaitu keluarga yang meliputi rasa
kecemasan dengan alasan yang kuat, mudah cemas dan curiga,
dan sering berlebihan dalam menanggapi sesuatu.

Menurut Agus (2007) penggunaan opioida selain mempunyai


khasiat analgesik (menghilangkan rasa sakit), opioida juga mempunyai
khasiat hipnotik (menidurkan) dan eufona (menimbulkan rasa gembira
dan sejahtera). Penggunaan opioida berulang kali dapat menimbulkan
toleransi dan ketergantungan. Bila sudah terjadi ketergantungan
terhadap opioida, lalu jumlah penggunaan dikurangi atau dihentikan,
maka akan timbul gejala putus zat. Pada umumnya opioida dikonsumsi
melalui suntikan intravena, inhalasi, dicampur dalam rokok tembakau,
atau secara oral. Prevalensi penyalahgunaan napza semasa hidup
dirumah tangga 2,4 %. Prevalensi jauh tebih tinggi pada laki-laki
(4,6%) dibanding perempuan (0,4%). Angka penyalahgunaan napza
semasa hidup pada laki-laki kelompok usia 10-19 tahun 2,2%, dan
tertinggi pada kelompok usia 20-29 tahun 10,6%. Angka
penyalahgunaan napza lebih tinggi di kota (pada laki-laki 5,4%)
dibanding di pedesaan pada laki-laki (2,6%).

2. Faktor Kepribadian
Kebanyakan penyalahgunaan Napza dimulai atau terdapat pada
masa remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan
biologik, psikologik maupun sosial yang pesat merupakan individu

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014


13

yang rentan untuk menyalahgunakan Napza. Anak atau remaja dengan


ciri-ciri tertentu mempunyai resiko lebih besar untuk menjadi pengguna
Napza.
Ciri-ciri tersebut antara lain: cenderung membrontak dan
menolak otoritas, cenderung memilki gangguan jiwa lain (depresi,
cemas, psikotik, keperibadian dissaosial), perilaku menyimpang dari
aturan atau norma yang berlaku, rasa kurang percaya diri (low self-
confidence), rendah diri dan memiliki citra diri negative (low self-
esteem), sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif, mudah
murung, pemalu, pendiam, mudah merasa bosan dan jenuh,
keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran, keinginan
untuk bersenang-senang (just for fun), keinginan untuk mengikuti
mode, keinginan untuk diterima dalam pergaulan, identitas diri yang
rendah, tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan
sehingga sulit mengambil keputusan untuk menolak tawaran Napza
dengan tegas, kemampuan komunikasi rendah, melarikan diri sesuatu
(kebosanan, kegagalan, kekecewaan, ketidakmampuan dan lain-lain),
putus sekolah, kurang menghayati iman kepercayaannya (Hawari,
2006).
Menurut Hawari (2006) remaja dengan kelainan kepribadian
anti sosial (psikopat) mempunyai resiko relatif 19,9 kali untuk
menyalahgunakan Napza dibanding dengan mereka yang tidak
berkepribadian anti sosial. Remaja dengan gangguan jiwa depresi
mempunyai resiko relative 18,8 kali untuk menyalahgunakan Napza
dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami gangguan kejiwaan
depresi. Remaja dengan gangguan kejiwaan kecemasan mempunyai
resiko relative 13,8 kali untuk menyalahgunakan Napza dibanding
dengan mereka yang tidak mengalami gangguan kejiwaan kecemasan.
Seseorang pada masa remaja menunjukan dengan jelas sifat masa
transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status orang
dewasa tetapi juga tidak lagi memilki status anak. Pada masa remaja

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014


14

terjadi perubahan yang besar dan penting, perubahan tersebut berkenaan


dengan kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah terutama
seksual. Perubahan yang menonjol pada masa remaja ini adalah adanya
kesadaran yang mendalam mengenai diri sendiri.
Penyalahgunaan napza dapat terjadi akibat faktor kepribadian.
Kepribadian-kepribadian tertentu mempunyai kecenderungan untuk
menyalahgunakan napza. Apalagi yang bersangkutan sedang
menghadapi masalah-masalah sulit. Pengaruh-pengaruh luar yang
seperti ini akan mengarahkan pribadi tersebut untuk melakukan
tindakan destruktif terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Salah
satunya penyalahgunaan napza.
Gambaran kepribadian yang potensial terjerumus dalam
penyalahgunaan napza antara lain :
a. Kepribadian yang mudah stress
Pribadi seperti ini biasanya gampang mempersalahkan diri atau
orang lain dan selalu merasa tidak puas. Tampaknya dia sok hebat,
sok sempurna, bahkan sok nekat.
b. Kepribadian yang terlalu nekat
Pada jaman sekarang ini banyak orang yang nekat dan
memaksakan kehendaknya sendiri. Hal ini dipengaruhi oleh
kesibukan yang berlebihan hingga menyebabkan frustasi dan
kebingungan sendiri. Ada yang malas hingga ia merasa bosan
sendiri. Tidak aneh jika hal ini menimbulkan konflik dengan orang
lain gampang terjadi.
c. Kepribadian yang tidak tahan perubahan
Pribadi ini ditandai dengan alergi terhadap perubahan-perubahan
seperti cuaca, makanan, orang baru, tugas baru dan lain
sebagainya. Dia akan bingung atau akan bereaksi secara meledak.
d. Kepribadian yang tidak tahu atau tidak mampu mengurus diri
Pribadi seperti ini akan membuat dirinya menjadi kacau, ia tidak
ada pegangan ataupun patokan, tidak ada disiplin, tanpa wawasan

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014


15

hidup, lingkungan, suasana menjadi hambar kacau balau.


Kehidupannya kacau dan bisa saja dia mulai mengidap penyakit
fisik dan sosial.
e. Kepribadian yang demam obat
Pribadi ini akan lebih banyak tergantung kepada obat, entah
disebabkan karena stres akibat ulah diri sendiri ataupun akibat dia
salah menjaga diri dalam kehidupannya. Pokoknya banyak
keluhan, kerjanya mencari-cari obat, kombinasi obat mujarab,
bahkan badannya menjadi apotik hidup. Dan tak khayal lagi kalau
obat berikutnya yang dia cari adalah napza yang akan sangat
merugikan bagi pemakainya.

Hal ini menuntut kita untuk lebih berhati-hati dalam kehidupan


kita. Kita mesti berhasil mengalahkan segala rintangan dan mampu
mengembangkan pribadinya secara sehat, kalau tidak ia akan menjadi
sangat rentan terhadap hal-hal atau peristiwa yang menegangkan. Ia
akan mudah panik dan gampang menyerah. Hal ini lama kelamaan
akan menghilangkan daya tahan atau imunitas diri di semua bidang
baik fisik, mental, spiritual, dan sosial. Yang akhirnya akan merusak
masa depan para pemakai napza. (BNN, 2010)
Penelitian yang dilakukan oleh Raniy (2003) tentang
pengetahuan dan sikap kelompok mahasiswa kesehatan (FK, FKG,
FKM, PSIK, dan PSP) USU mengenai penyalahgunaan Napza tahun
2003 manyimpulkan bahwa 49 orang responden (53,26%) mempunyai
tingkat pengetahuan yang baik, sedangkan sebanyak 35 responden
(38,04%) dan berpengetahuan kurang sebanyak 8 responden (8,7%).
Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa seluruh responden (100%)
mempunyai sikap yang baik terhadap upaya pencegahan dan
penanggulangan penyalahgunaan Napza. Dari hasil yang diperoleh
diharapkan mahasiswa dapat terlibat dalam upaya pencegahan

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014


16

penyalahgunaan Napza dengan memberikan informasi yang cukup


kepada mahasiswa dan masyarakat luas disekitarnya.

3. Faktor Teman Sebaya


Disadari atau tidak, sebuah kelompok teman sebaya dapat
menimbulkan tekanan pada seseorang yang berada dalam
kelompoknya agar berperilaku seperti kelompok itu. Karena tekanan
dalam peer group itu semua orang ingin disukai oleh kelompoknya dan
tidak ada yang mau dikucilkan. Demikian juga pada kelompok teman
sebaya yang memiliki perilaku dan norma yang mendukung
penyalahgunaan napza, dapat memunculkan penyalahgunaan baru.
Penyebab dari faktor lingkungan teman sebaya antara lain:
berteman dengan penyalahguna Napza, tekanan atau ancaman teman
kelompok ataupun pengedar. Adapun penyebab dari faktor lingkungan
masyarakat/sosial anatara lain: lemahnya penegakan hukum dan situasi
politik, sosial serta ekonomi yang kurang mendukung (Hawari, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Hawari (2002) menyebutkan
bahwa pengaruh teman kelompok sebaya mempunyai andil 81,3% bagi
seseorang terlibat penyalahgunaan/ketergantungan napza. Sedangkan
tersedianya dan mudahnya napza diperoleh mempunyai andil 88% bagi
seseorang terlibat penyalahgunaan/ketergantungan napza.
Penelitian lain oleh Saragih (2005) tentang pembinaan terhadap
anak dalam kasus penyalahgunaan Narkotik dan Psikotropika (Studi di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-A Anak Tanjung Gusta Medan)
menyimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab anak menggunakan
Napza karena ingin dianggap gaul atau hanya sekedar coba-coba dan
ikut-ikutan sebagai akibat pengaruh lingkungan pergaulan. Faktor ini
adalah kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua dan tidak
adanya arahan orang tua terhadap bahaya Napza, selanjutnya adanya
ketidakharmonisan keluarga yang mengakibatkan anak mencari jalan

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014


17

keluar sebagai alternatif mengatasi gejolak yang berkecamuk di dalam


hati dan pikirannya yang masih labil karena dalam tahap pancaroba.

4. Faktor Kesempatan
Penyebab dari faktor Napza antara lain: mudahya Napza didapat
dimana-mana dengan harga terjangkau, banyaknya iklan minuman
beralkohol dan rokok yang menarik untuk dicoba, serta efek
farmakologik Napza yang menenangkan, menghilangkan nyeri,
menidurkan, membuat euforia/fly/stone/high/teler dan lain-lain.
Ketersediaan dan kemudahan memperoleh Napza juga dapat dikatan
sebagai pemicu. Saat ini indonesia merupakan sasaran empuk bagi
sindikat Narkoba internasional untuk mengedarkan barang tersebut,
yang pada gilirannya menjadikan zat ini dengan mudah diperoleh
(BNN, 2010).
Menurut Siswanto Sunarto (2010: 114) ketidaktahuan generasi
muda pada narkoba serta gejolak kepribadian dan ketersediaan narkoba
merupakan pokok permasalahan dalam memerangi narkoba atau
napza. Oleh karenanya, variabel pasokan dengan permintaan harus
ditangi sekaligus.
Berdasarkan pengakuan para tersangka yang berhasil dijaring
polisi, kokain masuk indonesia dari Kolumbia, heroin, morfin, dan
putaw dari Segi Tiga Emas Asia melalui Bangkok; sedangkan sabu
dari China lewat Hongkong, Bangkok dan Singapura (Kaligis, dan
Soedjono Dirjosiswono 2006: 245). Lebih lanjut dikemukakan pasokan
sabu ini, memang tersebar di Jakarta, Surabaya, Bandung dan kota-
kota besar lainnya. Namun peredarannya sudah sampai ke kota-kota
kecil bahkan kecamatan. Sabu maupun obat-obat terlarang itu bisa
sampai ketangan penadah disetiap daerah karena biasanya dibawa
melalui darat. Distribusinya sangat rapi dan rahasia, yang melibatkan
mulai dari anak-anak pejabat, artis, mahasiswa, eksekutif, awak
penerbangan bahkan aparat keamanan.

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014


18

Menurut O.C Kaligis dan Soedjono Dirjosisworo (2006),


beberapa jenis obat psikotropika seperti pil ekstasi dan sabu juga bisa
diproduksi atau dirakit di Indonesia, bahkan dilaporkan ada yang sudah
mengekspornya ke Hongkong dan Australia. Dengan kata lain,
indonesia kini bukan saja sebagai daerah transit, tetapi telah juga
menjadi daerah pemasaran dan produsen. Karena pada kenyataannya
sudah ada yang memproduksi ekstasi di Indonesia, maka para pemakai
semakin mudah mendapatkannya. Jika pada waktu-waktu yang lalu
peredarannya terbatas di tempat-tempat hiburan di kota-kota besar
seperti Jakarta, Badung, Denpasar, pada saat ini selain di wilayah
pemukiman banyak pula di kampus-kampus universitas dan sekolah
menengah sebagai pasar potensial para pengedar napza. Dan yang
lebih menyedihkan lagi, beberapa SD di Jakarta sudah menjadi sasaran
penjualan obat-obat yang tergolong daftar G, seperti nipam dan
megadon.
Narkoba atau napza yang beredar, ternyata ada yang
dikendalikan oleh narapidana yang berada di Lembaga
Pemasyarakatan. Hal itu terbukti bahwa pabrik ekstasi di Cendana
Loka Blok P I/31, Perumahan Graha Raya, Bintaro, Tangerang
Selatan, yang digerebek pada hari Jum’at 26 Maret 2010 mampu
memproduksi pil 30.000 per minggu, dikendalikan oleh Kebot dari
Lembaga Pemasyarakatan Cipinang. Kebot ditanggap petugas tahun
2007. Terpidana NK yang dipenjara di Lembaga Pemasyarakatan
Cipinang Jakarta Timur, juga terbukti masih mengendalikan bisnis
ganjanya dari balik jeruji besi. Hal itu terungkap setelah polisi
menangkap kaki tangannya dan menyita 101 kilogram ganja senilai Rp
1,51 miliar di Jalan Raya Pasar Serpong (Kompas, 17/7-2010). Kasus
lain terungkap dari penangkapan dua orang sindikat membawa barang
bukti 575 gram heroin dan 86 gram sabu yang dikendalikan oleh
narapidana yang sedang manjalani hukuman di Lembaga

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014


19

Pemasyarakatan Nusakambangan yang dikenal dengan sebutan Kapten


(Kompas, 13/9-2010).
Tidak kalah pentingnya beberapa kasus penangkapan terhadap
pengedar dan penyalahgunaan napza berasal dari informasi
masyarakat. Peran serta masyarakat membantu pencegahan dan
pemberantasan peredaran gelap narkotika dan psikotropika tertuang
dalam Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Nakotika
dan Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.
Hasil penelitian Siregar Mastauli (2004) menyimpulkan bahwa
penyalahgunaan alkohol pada tahun 1984 disebabkan karena pengaruh
teman, mencoba-coba, dan untuk bersenang-senang. Pada tahun 1999,
faktor yang mempengaruhi bertambah yaitu karena perasaan menjadi
senang, menghilangkan stress. Siregar Mastauli (2004) menemukan
adanya pengaruh keluarga yaitu mendapatkan perlakuan kasar dari
orang tua selama 6 (enam) bulan berturut-turut dan hubungan orang
tua yang tidak harmonis.

E. Gambaran Umum Kota Purwokerto


Purwokerto tidak bisa dipisahkan dengan Banyumas karena
Purwokerto adalah ibukota dari kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Berbagai julukan di sandang kota di jalur selatan Jawa Tengah ini dari
Kota Wisata, Kota Kripik, Kota Transit, Kota Pendidikan sampai kota
Pensiunan karena begitu banyaknya pejabat-pejabat negara yang pensiun
dan akhirnya menetap di kota ini. Di kota ini pula terdapat museum Bank
Rakyat Indonesia, karena bank pertama kali berdiri ada disini dan pendiri
bank ini adalah R. Wirya Atmadja putra daerah Purwokerto. Dengan
jumlah penduduk sekitar 249.705 jiwa pada tahun 2005. Purwokerto
terletak di selatan Gunung Slamet, salah satu gunung berapi yang masih
aktif di pulau Jawa yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah &
terbesar di Jawa. Secara geografi Purwokerto terletak di koordinat
7°26′LU 109°14′BT. Selain menjadi pusat pemerintahan karena menjadi

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014


20

pusat koordinasi daerah Jawa Tengah bagian Barat Bakorlin III. Batas
wilayah kota Purwokerto adalah sebagai berikut :
Barat : Karanglewas
Timur : Kota Purbalingga
Utara : Baturraden (Kaki gunung Slamet)
Selatan : Kabupaten Banyumas

F. Gambaran Umum Lapas Kelas IIA Purwokerto


Lembaga Pemasyarakatan adalah adalah tempat untuk melakukan
pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di
Indonesia. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik
Indonesia Nomor M.01.PR.07.03 Tahun 1985 tanggal 26 Februari 1985
tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan kapasitas
tempat kedudukan dan kegiatan kerjanya, ditetapkan sebagai Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB, selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.16.PR.03 Tahun 2001
Tanggal 31 Desember 2003 tentang Organinsasi dan Tata Kerja Lembaga
Pemasyarakatan kapasitas tempat kedudukan dan kegiatan kerjanya,
ditetapkan sebagai Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA yang membawahi
Rumah Tahanan Banyumas Kelas IID, Purbalingga, dan Banjarnegara.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.03.UM.01.06
Tahun 1983 tentang Penetapan Lembaga Pemasyarakatan Tertentu sebagai
rumah tahanan (RUTAN).
Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto berdiri sejak Tahun 1823,
diatas tanah seluas 6.250 meter persegi dengan luas gedung 2.370 meter
persegi. Bangunan ini merupakan peninggalan kolonial Belanda yang
berlokasi di Jalan Jenderal Soedirman No. 104 Purwokerto, yang terletak
di tengah-tengah kota tidak jauh dari kabupaten Banyumas, komplek
pertokoan dan perumahan penduduk. Sejak dibangun pertama kali, gedung
Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto baru mengalami renovasi pada

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014


21

tahun 2001, gedung kantor mendapat perluasan 2 (dua) lantai. Sarana fisik
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Purwokerto sebagai berikut
1. Perkantoran
Gedung perkantoran terdiri dari:
a. Ruang kepala
b. Ruang Kasubag Tata Usaha
c. Ruang Umum
d. Ruang Kepegawaian dan Keuangan
e. Ruang Komandan Jaga
f. Ruang Kepala Administrasi Keamanan dan Ketertiban
g. Ruang Keamanan dan Pelaporan Tata Tertib
h. Ruang Kepala Kesatuan Lembaga Pemasyarakatan
i. Ruang Administrasi KPLP
j. Ruang Kasubsi Bimaswat
k. Ruang Kasubsi Registrasi
l. Ruang Kasi BINADIK
m. Ruang Keuangan
n. Ruang Kasi Bimbingan Kerja
2. Dapur Umum
3. Poliklinik
4. Ruang Latihan Kerja Narapidana
5. Ruang Gudang
6. Empat Pos Pengamanan
7. Satu Pos Penjagaan Luar
8. Ruang Ibadah/ Masjid
9. Ruang Perpustakaan
10. Lapangan Olahraga
11. Garasi Motor/ Mobil
12. Adapun tempat untuk Narapidana dan Tahanan terbagi menjadi 2 blok
yaitu:
a. Blok B yang terdiri dari 6 kamar yang ditempati Narapidana:

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014


22

Kamar No. 22, 24, 26 : Khusus Narapidana


Kamar No. 21 : Narapidana Narkoba
Kamar No. 23 : Narapidana membantu kebersihan
kantor
Kamar No. 10 : Narapidana yang tugas di dapur
b. Blok A yang terdiri dari 21 kamar yang ditempati Tahanan
Kamar No. 19, 20 : Ruang Isolasi
Kamar No. 1-9, 12-18 : Kamar Tahanan
Kamar No. 11 : Tahanan Narkoba

Kapasitas dari blok dan kamar Narapidana dan Tahanan adalah 111
orang, sedangkan penghuni dari Lembaga Pemasyarakatn Purwokerto
adalah 368 orang. Selain itu, untuk menunjang pekerjaan pegawai di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto juga disediakan fasilitas
komputer di setiap sub bagian serta kendaraan inventaris berupa mobil dan
sepeda motor. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat digunakan untuk pegawai
dalam menjalankan pekerjaanya.

Jumlah penghuni di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA


Purwokerto pada bulan Juli 2013 adalah 368 orang terdiri dari Narapidana
dan Tahanan.

Jumlah Narapidana dan Tahanan bulan Juli 2013:

Narapidana : 266 orang

Tahanan : 102 orang

Jumlah pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto pada


bulan Juli 2013 sebanyak 99 orang yang terdiri dari laki-laki dan wanita.
Laki-laki berjumlah 82 orang dan wanita berjumlah 17 orang. (LAPAS
Kelas IIA Purwokerto, 2012)

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014


23

G. Kerangka Konsep

Faktor keluarga (X1)

Faktor kepribadian (X2) PenyalahgunaanNapza

(Y)
Faktor teman sebaya (X3)

Faktor kesempatan (X4)

Gambar 1.1. Kerangka Konsep

H. Hipotesis
Mengacu pada hasil penelitian terdahulu dan model penelitian,
maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Faktor keluarga berpengaruh dan signifikan terhadap
penyalahgunaan napza.
H2 : Faktor Kepribadian berpengaruh dan signifikan terhadap
penyalahgunaan napza.
H3 : Faktor teman sebaya berpengaruh dan signifikan terhadap
penylahgunaan napza.
H4 : Faktor kesempatan berpengaruh dan signifikan terhadap
penylahgunaan napza.

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Anda mungkin juga menyukai