Disusunoleh :
X IPA CI
TAHUN 2014
Narkoba adalah obat, bahan, zat dan bukan tergolong makanan jika diminum , dihisap,
ditelan, atau disuntikan serta dapat mennyebabkan ketergantungan dan berpengaruh terhadap
kerja otak,demikian pula fungsi vital organ tubuh lain.
Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Pasal 1 angka 1 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (“UU 35/2009”), “Narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.”
Penjabaran lebih dalam pada Undang-Undang Tentang Narkotika UU No. 35 Tahun 2009
tentang Narkotika tentang Rehabilitasi ini dipertegas pada Pasal 55 Ayat 1,2, dan 3 yang terdiri
atas 3 Pasal, antara lain:
Ayat 1 isinya bahwa "Orang tua atau wali dari pecandu Narkotika yang belum cukup umur
wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan
pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi sosial".
Ayat 2 isinya bahwa "Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur wajib melaporkan diri atau
dilaporkan oleh keluarganya kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau
lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk
mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi sosial".
B. Kegunaan Narkoba
Narkotika yang sama sekali tidak boleh digunakan dalam pengobatan adalah narkotika
golongan 1 (Kokain, Heroin, Ganja) dan psikotropika golongan 1(LSD , Ekstasi ) karena bukan
tergolong obat, dan menyebabkan ketergantungan tingkat tinggi. Untuk itu, narkoba diatur
dalam undang – undang no.22 tahun 1997 tentang narkotika dan undang undang no. 5 tahun
1997 tentang psikotropika.
1. Faktor Diri
Keingintahuan yang besar untuk mencoba.
Keinginan untuk bersenang-senang.
Menderita kecemasan dan kegetiran.
Kecanduan merokok dan minuman keras.
Upaya untuk menurunkan berat badan atau kegemukan dengan menggunakan obat
penghilang rasa lapar yang berlebihan.
Merasa tidak dapat perhatian, tidak diterima atau tidak disayangi, dalam lingkungan
keluarga atau lingkungan pergaulan.
Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Ketidaktahuan tentang dampak dan bahaya penyalahgunaan narkoba.
Pengertian yang salah bahwa mencoba narkoba sekali-kali tidak akan menimbulkan
masalah.
2. Faktor Lingkungan
Keluarga bermasalah atau broken home.
Ayah, ibu atau keduanya atau saudara menjadi pengguna atau penyalahguna atau
bahkan pengedar gelap narkoba.
Lingkungan pergaulan atau komunitas yang menjadi penyalahguna atau pengedar gelap
narkoba.
Sering berkunjung ke tempat hiburan (café, diskotik, karoeke, dll.).
Mempunyai banyak waktu luang, putus sekolah atau menganggur.
Lingkungan keluarga yang kurang / tidak harmonis.
Orang tua yang otoriter.
Orang tua yang serba boleh, kurang/tanpa pengawasan.
Lingkungan sosial yang penuh persaingan dan ketidakpastian.
Kehidupan perkotaan yang hiruk pikuk, orang tidak dikenal secara pribadi, tidak ada
hubungan primer.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif dan susunan saraf pusat dan menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku, yang dibagi menurut potensi yang
menyebabkan ketergantungan sebagai berikut :
Zat adiktif lainnya adalah zat – zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan
ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah :
Rokok.
Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.
Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin yang
bila dihirup akan dapat memabukkan.
Bahaya Heroin
Ketergantungan
Seperti pembuatan obat-obatan terlarang lainnya, putau yang dijual di masyarakat sering
dicampur dengan bahan berbahaya seperti bedak talek dan deterjen. Kadang-kadang beberapa
obat-obatan seperti amfetamin dan obat tidur dicampurkan juga. Zat-zat aditif ini dapat
mematikan, dan karena pengguna tidak berhati-hati apakah ia menggunakan heroin murni
dengan kadar 5% atau 50% akan mudah bagi orang itu untuk mengalami overdosis dadakan dan
bahkan mati.
Mengemudi
Heroin biasanya disuntikkan, dan berbagi peralatan suntik – alat hisap, sendok, kain katun
penyeka, turniket – sangat meningkatkan peluang komplikasi infeksi seperti keracunan darah,
Hepatitis B dan C sekaligus HIV/AIDS. Baik Hepatitis C dan AIDS tidak dapat disembuhkan dan
akhirnya menyebabkan kematian.
Ganja
Ganja atau Mariyuana adalah tumbuhan budidaya
penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat
narkotika pada bijinya,tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-
cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami
euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab).
Ganja terbuat dari daun, bunga, biji, dan ranting muda
tanaman mariyuana (Cannabis sativa) yang sudah kering.
Tanaman ganja biasanya dibuat menjadi rokok mariyuana.
Ganja menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika Serikat. Hal ini
biasanya dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas. Selain itu ganja danopium
juga didengungkan sebagai simbol perlawanan terhadap arus globalisme yang dipaksakan
negara kapitalis terhadap negara berkembang. Di India, sebagian Sadhuyang menyembah dewa
Shiva menggunakan produk derivatif ganja untuk melakukan ritual penyembahan dengan cara
menghisap hashish melalui pipa chilam/chillum, dan dengan meminum bhang.
Tanda-tanda penyalahgunaan ganja, yaitu gembira dan tertawa tanpa sebab, santai dan
lemah, banyak bicara sendiri, pengendalian diri menurun, menguap atau mengantuk, tetapi
susah tidur, dan mata merah, serta tidak tahan terhadap cahaya dan badan kurus karena susah
makan. Tanda-tanda gejala putus obat (ganja), yaitu sukar tidur, hiperaktif, dan hilangnya nafsu
Kokain
Kokain termasuk ke dalam salah satu
jenis dari narkotika. Kokain diperoleh dari
hasil ekstraksi daun tanaman koka
(Erythroxylum coca). Zat ini dapat dipakai
sebagai anaestetik (pembius) dan
memiliki efek merangsang jaringan otak
bagian sentral. Pemakaian zat ini
menjadikan pemakainya suka bicara, gembira yang meningkat menjadi gaduh dan gelisah,
detak jantung bertambah, demam, perut nyeri, mual, dan muntah. Seperti halnya narkotika
jenis lain, pemakaian kokain dengan dosis tertentu dapat mengakibatkan kematian.
Opium
Opium merupakan narkotika dari golongan opioida, dikenal
juga dengan sebutan candu, morfin, heroin, dan putau. Opium
diambil dari getah buah mentah Pavaper sommiverum.
Opium digunakan untuk menghilangkan rasa sakit karena luka
atau menghilangkan rasa nyeri pada penderita kanker.
Penggunaannya yang menyalahi aturan dapat
menimbulkan rasa sering mengantuk, perasaan gembira
berlebihan, banyak berbicara sendiri, kecenderungan untuk
melakukan kerusuhan, merasakan nafas berat dan lemah,
ukuran pupil mata mengecil, mual, dan sulit berpikir. Jika
pemakaian obat ini diputus, akan timbul hal-hal berikut: sering
menguap, kepala terasa berat, mata basah, hidung berair,
hilang nafsu makan, lekas lelah, badan menggigil, dan kejang-
kejang. Jika pemakaiannya melebihi dosis atau overdosis, akan menimbulkan hal-hal berikut:
tertawa tidak wajar, kulit lembap, napas pendek tersenggal-senggal, dan dapat mengakibatkan
kematian.
Alkohol
Alkohol diperoleh melalui proses peragian (fermentasi)
sejumlah bahan, seperti beras ketan, singkong, dan perasan
anggur. Alkohol ini sudah dikenal manusia cukup lama.
Salah satu penggunaan alkohol adalah untuk mensterilkan
berbagai peralatan dalam bidang kedokteran.
Alkohol yang terkandung dalam minuman dapat berasal
dari hasil fermentasi bahan minuman itu sendiri (contohnya,
alkohol yang terdapat dalam minuman hasil fermentasi sari
buah anggur) atau sengaja ditambahkan ke dalam suatu minuman olahan. Semua jenis
minuman yang mengandung alkohol (etanol). Berdasarkan kandungan alkoholnya, minuman
keras dikelompokkan menjadi golongan:
1) A, berkadar etanol 1–5 %;
2) B, berkadar etanol 5–20 %; dan
3) C, berkadar etanol 20–50 %.
Tanda-tanda gejala pemakaian alkohol, yaitu gembira, pengendalian diri turun, dan muka
kemerahan. Jika sudah kecanduan meminum minuman keras, kemudian dihentikan maka akan
timbul gejala gemetar, muntah, kejang-kejang, sukar tidur, dan gangguan jiwa. Jika overdosis
akan timbul gejala perasaan gelisah, tingkah laku menjadi kacau, kendali turun, dan banyak
bicara sendiri.
Ekstasi
Ekstasi atau MDMA (Methylene Dioxy Meth Amphetamine)
adalah senyawa kimia yang sering digunakan sebagai obat
rekreasi yang membuat penggunanya menjadi sangat aktif.
Ekstasi memiliki struktur kimia dan pengaruh yang mirip dengan
amfetamin dan halusinogen. Ekstasi biasanya berbentuk tablet
berwarna dengan disain yang berbeda-beda. Ekstasi bisa juga
berbentuk bubuk atau kapsul.
1) Ketergantungan
Ada bukti bahwa orang dapat menjadi kecanduan ekstasi secara psikologis. Pemakai
mengakui kesulitan mereka untuk berhenti atau mengurangi pemakaian.
4) Kematian
Telah diketahui bahwa kematian akibat ekstasi dapat terjadi sebagai akibat dari tiga
keadaan yang berbeda:
Morfin
Morfina adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan
merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium.
Morfina bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk
menghilangkan rasa sakit. Efek samping morfina antara lain
adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan
penglihatan kabur. Morfina juga mengurangi rasa lapar,
merangsang batuk, dan meyebabkan konstipasi. Morfina
menimbulkan ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Pasien ketergantungan
morfina juga dilaporkan menderita insomnia dan mimpi buruk. Kata "morfina" berasal dari
Morfeus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani. Morfin (INN) adalah potensial candu analgesik
obat dan dianggap sebagai prototipikal opioid . Hal ini ditemukan pada 1804 oleh Friedrich
Sertürner , pertama didistribusikan oleh Friedrich Sertürner pada tahun 1817, dan komersial
pertama dijual oleh Merck pada tahun 1827, yang pada waktu itu sebuah toko kimia kecil. Itu
lebih banyak digunakan setelah penemuan jarum suntik pada tahun 1857. Ini mengambil nama
dari Tuhan Yunani mimpi Morpheus.
Morfin adalah paling banyak mengandung alkaloid yang
ditemukan di opium , getah kering (lateks) yang berasal dari
hasil getah irisan biji mentah opium, atau dinamakan,
poppy, Papaver somniferum . Morfin adalah pemurnian
pertama dari sumber tanaman dan merupakan salah satu
dari sedikitnya mengandung 50 macam alkaloid dari
beberapa jenis dalam opium, Poppy Straw Konsentrat , dan
turunan opium lainnya. Morfin umumnya 8 sampai 17 persen dari berat kering opium,
walaupun khusus dibesarkan kultivar mencapai 26 persen atau menghasilkan morfin sedikit
sekali, di bawah 1 persen, mungkin turun menjadi 0,04 persen. Varietas yang terakhir, termasuk
'Przemko' dan Norman 'kultivar' dari opium poppy, digunakan untuk menghasilkan dua alkaloid
lain, tebain dan oripavine , yang digunakan dalam pembuatan-sintetik dan semi sintetik opioid
seperti oxycodone dan etorphine dan beberapa jenis obat. ( P. bracteatum ) tidak mengandung
morfin atau kodein, atau lainnya narkotika fenantrena tipe, alkaloid. Spesies ini lebih
merupakan sumber tebain .
Terjadinya morfin di lain papaverales dan Papaveraceae , serta pada beberapa jenis hop dan
murbei pohon belum dikonfirmasi. Morfin diproduksi paling dominan di awal siklus hidup
tanaman. Melewati titik optimum untuk ekstraksi, berbagai proses di pabrik memproduksi
Tidak mungkin anda mencegah, jika Anda tik tahu apa yang sedang anda coba untuk
mencegahnya. Ambillah kesempatan untuk mempelajari masalah narkoba. Dengan membaca,
mendengarkan ceramah, berdiskusi, dan membahas masalah narkoba di majalah, koran, atau
pada program televisi dan radio. Anda harus mengerti jenis-jenis narkoba dan bahaya
menggunakan narkoba yang nantinya kita akan sampaikan kepada anak kita sebagai proses
pendidikan tentang narkoba.
Umumnya anak dan remaja menerima informasi tentang narkoba dari luar rumah, sebagian
besar dari teman sebayanya. Sangat berbahaya ketika anak mengetahui suatu hal yang baru
hanya setengah-setengah. Saya katakan setengah-setengah karena biasanya anak hanya tau
enaknya saja tidak mengerti dampak yang ditimbulkan akibat penyalahguanan narkoba. Untuk
itu orang tua perlu mengajarkan tentang narkoba secara detai kepada anak sehingga anak
mengerti secara utuh dan mampu mengambil langkah yang benar.
Melarang anak melakukan pemakaian narkoba jenis apapun, termasuk rokok dan minuman
beralkohol, dan ini harus menjadi peraturan keluarga. Anda (orang tua) harus bisa
mencontohkan anak agar tidak mengkonsumsi hal-hal tersebut. Selain itu Anak harus
memahami hal-hal berikut ini dengan jelas.
Harus spesifik; jelaskan peraturan larangan memakai narkoba. Bahas konsekuensinya jika
melanggar aturan; apa hukumnya; bagaimana pelaksanaannya; dan tujuan hukuman tersebut.
Harus Konsisten; Jelaskan pada anak bahwa peraturn inti berlaku tetap, kapan saja, dan
dimana saja, baik dirumah, di sekolah, maupun dirumah teman dan ditempat lainnya.
Harus Masuk Akal; Jangan menambahkan konsekuensi atau hukuman lain jika peraturan
dilanggar. Jika peraturan dilanggar bertindaklah bijaksana terapkan hukuman sesuai dengan
peraturan awal yang sudah ditetapkan.
Amati apa yang ditonton anak di televisi. Anda tidak perlu menyensornya, akan tetapi anda
perlu mengambil kesempatan untuk menjelaskan kepadanya tentang berita kriminal. Berita
kriminal yang ditanyangkan ditelevisi hanya sepenggal dan sekilas saja, hal ini membuat anak
penasaran dan akan mencari tahu informasi itu diluar. Sebelum itu terjadi berilah penjelasan
dan informasi dari berita-berita itu. Hal ini dapat mecegah anak untuk mencoba-coba
khususnya tentang penyalahgunaan narkoba. Terdapat banyak alasan mengapa jumlah jam
yang diluangkan anak untuk menonton televisi harus dibatasi hanya 2 jam saja. Siaran informasi
di televisi yang mendorong pemakaian narkoba adalah salah satu alasannya.
Kita harus merapatkan barisan, kita harus satukan tekad sambil mengevaluasi serta
instropeksi diri terhadap langkah kita selama ini : apa yang telah kita lakukan, apa yang harus
kita lakukan, apakah yang telah kita lakukan itu sudah maksimal atau belum, apakah kata hati
nurani kita sudah sesuai dengan perbuatan kita, serta banyak lagi hal yang perlu kita renungi
bersama. Tanpa adanya penerapan nilai Agama mustahil rasanya masalah penyalahgunaan
narkoba dan sejenisnya dapat dibasmi. Nilai-nilai agama tentu harus ditanamkan sejak dini oleh
orang tua kepada anaknya.
Kita perlu manusia yang sehat jasmani dan rohani sebagai pejuang yang akan membebaskan
bangsa ini dari penyalahgunaan barang haram tersebut, sekaligus diharapkan akan melahirkan
manusia-manusia sehat jasmani dan rohani .
Kita berharap semuanya ikut berperan aktif menanggulangi penyebaran narkoba. Peran orang
tua sangat penting. Para petugas yang menangani kasus-kasus narkoba juga sangat perlu diberi
bekal Agama yang kuat. Tujuannya adalah agar petugas tidak berpikiran kotor, berkeinginan
ingin mendapatkan hasil dengan pura-pura ingin menolong agar hukumannya diperingan, atau
menerima suap dari anggota keluarga yang terkena kasus agar kasusnya di peti es kan.
F. Sumber
http://mediabelajaronline.blogspot.com/2010/03/zat-adiktif-dan-psikotropika.html
http://patology.wordpress.com/2009/05/23/zat-adiktif/
http://belajarpsikologi.com/cara-pencegahan-narkoba-sejak-dini/
http://marhenyantoz.wordpress.com/2011/03/12/cara-menanggulangi-narkoba/