Anda di halaman 1dari 9

Penyalahgunaan Narkoba

1. Pengertian Narkoba
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan bahan Adiktif.
Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum seperti Polisi (termasuk
didalamnya Badan Narkotika Nasional), Jaksa, Hakim dan petugas Pemasyarakatan. Selain
Narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga zat tersebut adalah NAPZA yaitu Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif. Istilah NAPZA biasanya lebih banyak dipakai oleh para praktisi
kesehatan dan Rehabilitasi. Akan tetapi pada intinya pemaknaan dari kedua istilah tersebut tetap
merujuk pada tiga jenis zat yang sama.
Secara Etimologi Narkoba berasal dari bahasa inggiris yaitu Narcotics yang berarti obat
bius, yang artinya sama dengan Narcosis dalam bahasa Yunani yang berarti menidurkan atau
membiuskan. Sedangkan dalam kamus inggris Indonesia Narkoba berarti bahan-bahan pembius,
obat bius atau penenang.
Secara Terminologis Narkoba adalah obat yang dapat menenangkan syaraf,
menghiangkan rasa sakit , menimbulkan rasa ngantuk atau merangsang.
Menurut Soerdjono Dirjosisworo (1986) bahwa pengertian narkotika adalah “Zat yang
bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya dengan memasukkan kedalam
tubuh.” Pengaruh tersebut bisa berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat
dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan.
Wiliam Benton sebagaiaman dikutip oleh Mardani menjelaskan dalam bukunya Narkoba
adalah istilah umum untuk semua jenis zat yang melemahkan atau membius atau megurangi
rasa sakit
Soedjono dalam patologi sosial merumuskan defenisi Narkotika sebagai bahan-bahan
yang terutama mempunyai efek kerja pembiusan atau dapat menurunkan kesadaran.
Sementara Smith Kline dan French Clinical memberi defenisi Narkotika sebagai zat-zat
yang dapaat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja
mempengaruhi susunan pusat saraf. Dalam defenisi Narkotika ini sudah termasuk jenis candu
seperti Morpin, Cocain, dan Heroin atau zat-zat yang dibuat dari candu seperti (Meripidin dan
Methodan)
Sedangkan Korp Reserce Narkoba mengatakan bahwa Narkotika adalah zat yang dapat
menimbulkan perubahan perasaan, susunan pengamatan atau penglihatan karena zat tersebut
mempengaruhi susunan saraf.
Selanjutnya dalam UU No 35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal 1 ayat 1 menyebutkan
bahwa Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
Sintetis maupun Semi Sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilngnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan yang dibedakan dalam golongan-golongan.
2. Jenis-Jenis Narkoba
Dalam UU No.35 tahun 2009 tentang narkotika menjelaskan,bahwa ada 3 jenis Narkotika,
Psikotropika dan Zat adiktif lainnya
a. Narkotika.
Menurut Sordjono Dirjosisworo bahwa pengertian narkotika adalah zat yang bisa menimbulkan
pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya dengan memasukkan kedalam tubuh. Pengaruh
tersebut bisa berupa pembiusan, hilangnnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau
timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut yang diketahui dan ditemukan dalam dunia
medis bertujuan dimanfaatkan bagi pengobatan dan kepentingan manusia di bidang
pembedahan, menghilangkan rasa sakit dan lain-lain. Narkotika digolongkan menjadi 3
kelompok yaitu :
1. Narkotika Golongan I adalah narkotika hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Heroin, Kokain, Daun Koka, Opium,
Ganja, Jicing, Katinon, MDMDA/Ecstasy, dan lebih dari 65 macam jenis lainnya.
2. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh:
Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon dan lain-lain. c. Narkotika golongan III adalah narkotika
yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat dan berkhasiat untuk pengobatan dan
penelitian. Golongan 3 narkotika ini banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: Codein, Buprenorfin, Etilmorfina, Kodeina, Nikokodina, Polkodina, Propiram, dan ada
13 (tiga belas) macam termasuk beberapa campuran lainnya. Untuk informasi lebih mendalam
tentang jenis narkotika dalam ketiga golongan tersebut dapat dilihat di lampiran undang-undang
narkotika nomor 35 tahun 2009.
3. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi
bermanfaat dan berkhasiat untuk pengobatan dan penelitian. Golongan 3 narkotika ini banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Codein, Buprenorfin, Etilmorfina,
Kodeina, Nikokodina, Polkodina, Propiram, dan ada 13 (tiga belas) macam termasuk beberapa
campuran lainnya. Untuk informasi lebih mendalam tentang jenis narkotika dalam ketiga
golongan tersebut dapat dilihat di lampiran undang-undang narkotika nomor 35 tahun 2009.
b. Psikotropika
Sedangkan menurut Soerdjono Dirjosisworo : 1986) adalah zat atau obat bukan narkotika, baik
alamiah maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas normal dan perilaku.
Psikotropika digolongkan lagi menjadi 4 kelompok :
1. Psikotropika golongan I, adalah dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui
manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti khasitannya. Contoh:
MDMA,LSD,STP, dan ekstasi.
2. Psikotropika golongan II, adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: amfetamin, metamfetamin, dan metakualon.
3. Psikotropika golongan III, adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: lumibal, buprenorsina, dan fleenitrazepam.
4. Psikotropika golongan IV, adalah psikotropika yang memliki daya adiktif ringan serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: nintrazepam (BK, mogadon, dumolid
dan diazepam.

c. Zat adiktif lainnya


Zat adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat
menimbulkan ketergantungan pada pemakainnya, diantarannya adalah :
1. Rokok.
2. Kelompok alkhol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.
3. Thiner dan zat lainnya, seperti lem, kaya, penghapus cair dan aseton, cat, bensin
yang bila dihirup akan dapat memabukkan (Alifia, 2008).

3. Pengertian Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba adalah kondisi yang dapat dikatakan sebagai suatu


gangguan jiwa, sehingga pengguna/penderita tidak lagi mampu memfungsikan diri secara
wajar dalam masyarakat bahkan akan mengarah pada perilaku maladaptive
(kecemasan/ketakutan berlebihan). Kondisi ini memerlukan perhatian secara serius yang
tanggung jawabnnya tidak hanya pada pelaksanaan hukum semata, tetapi juga menuntut
tanggung jawab moral masyarakat sebagai cikal bakal pertumbuhan sesorang (mulai kanak-
kanak hingga dewasa) agar nilai-nilai moral etika kehidupan sebagai barometer terhadap apa
yang layak atau apa yang wajar maupun tidak wajar tetap terjaga.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Penyalahgunaan
Narkoba diartikan sebagai orang yang menggunakan narkoba tanpa hak atau melawan
narkoba, sedangkan ketergantungan narkoba adalah kondisi yang di tandai oleh dorongan
untuk menggunkan narkotika secara terus menerus dengan takaran yang meningkat agar
menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunannya dikurangi dan/atau dihentikan
secara tiba-tiba menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas. Penyalahgunaan narkoba
adalah salah satu perilaku menyimpang yang banyak terjadi dalam masyarakat saat itu.
Bentuk-bentuk penyalahgunaan narkoba, seperti mengkonsusmsi dengan dosis yang
berlebihan, memperjualbelikan tanpa izin serta melanggar aturan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, tentang Narkotika. Penyalahgunaan narkoba dapat
dikatagorikan sebagai kejahatan tanpa korban (crime without victim). Pengertian kejahatan
tanpa korban berarti kejahatan kejahatan ini tidak menimbulkan korban sama sekali, akan
tetapi si pelaku sebagai korban. Kejahatan yang secara kriminologi diartikan sebagai crime
without victim ini sangat sulit diketahui keberadaannya, karena mereka dapat melakukan
aksinya dengan sangat tertutup dan hanya diketahui orang-orang tertentu, oleh karena itu
sangat sulit memberantas kejahatan itu. Penamaan ini sebenarnnya merujuk kepada sifat
kejahatan tersebut, yaitu adanya dua pihak yang melakukan transaksi atau hubungan (yang
dilarang) namun pihak yang melakukan transaksi merasa tidak menderita kerugian atas
pihak lain (Moh. Taufik Makaro, Suhasril, Moh. Zakky, 2005:5). Kejahatan tanpa korban
biasannya hubungan antara pelaku dan korban tidak kelihatan akibatnnya. Dalam kejahatan
ini tidak ada sasaran korban sebab semua pihak terlibat dan termasuk dalam kejahatan
tersebut.

4. Faktor-Faktor Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba.


a. Faktor individu Terdiri dari aspek kepribadian, dan kecemasan/depresi. Yang termasuk
dalam aspek kepribadian antara lain kepribadian yang ingin tahu, mudah kecewa, sifat
tidak sabar dan rendah diri. Sedangkan yang termasuk dalam kecemasan/depresi adalah
karena tidak mampu menyelesaikan kesulitan hidup, sehingga melarikan diri dalam
penggunaan narkotika dan obat – obat terlarang. Ada beberapa faktor pribadi yang bisa
menyebabkan remaja terlibat penyalahgunaan narkoba, dan berikut faktor pribadi itu sendiri
: a. Mental yang lemah, ini menyebabkan remaja mudah goyah dan mudah terpengaruh
ajakan keburukan. Mental yang lemah ini bisa berbentuk seperti selalu merasa sendiri dan
terasingkan, tidak memiliki tanggung jawab, kurang mampu bergaul dengan baik, dan lain-
lain. b. Strees dan depresi, untuk kejenuhan hati, seseorang melakukan segala macam cara
melalui jalan pintas, bahkan terkadang cara itu tidak menjadi solusi tetapi malah
memperparah keadaan. c. Ingin tahu dan coba-coba, ini juga salah satunya, remaja
isengiseng untuk mencoba dan akhirnya kecanduan d. Mencari sensasi dan tantangan, ada
juga seseorang yang ingin mencari sensasi dan tantangan dengan menjadi pengedar.
b. Faktor sosial budaya Terdiri dari kondisi keluarga dan pengaruh teman. Kondisi keluarga di
sini merupakan kondisi yang disharmonis seperti orang tua yang bercerai, orang tua yang
sibuk dan jarang di rumah serta perekonomian keluarga yang serba berlebihan maupun yang
serba kekurangan. Sedangkan yang termasuk dalam pengaruh teman misalnya karena
berteman dengan seorang yang ternyata pemakai narkoba dan ingin diterima dalam suatu
kelompok. Penyebab penyalagunaan narkoba juga bisa terjadi karena keluarga, mengapa
seseorang terlibat narkoba karena faktor keluarga :
a. Broken home, orang tua sering bertengkar atau bahkan sampai terjadi perceraian dapa
menimbulkan anak mendapatkan tekanan batin, sehingga sering kali anak menghilangkan
tekanan tersebut dengan mencoba narkoba.
b. Kurangnya perhatian orang tua pada anak, ini juga salah satu penyebab dari faktor
keluarga, orang tua terlalu sibuk bekerja atau bahkan kurang peduli dengan pendidikan
dan moral anak.

c. Terlalu memanjakan anak, memanjakan anak juga bisa menjadi masalah, khususnya
penyalahgunaan narkoba.

d. Pendidikan keras terhadap anak, mendidik anak dengan otoritas penuh akan menyebabkan
mental anak terganggu, bisa jadi ia akan memberontak dan melakukan tindakan diluar
perkiraan.
e. Kurangnya komunikasi dan keterbukaan, orang tua harus mengerti segala sesuatu tentang
anak, jika komunikasi tidak berjalan baik, meka tidak akan ada keterbukaan antara orang
tua dan anak, bukan hanya anak tetapi ini juga bisa terjadi pada kepala keluarga.
c.. Faktor lingkungan Lingkungan yang tidak baik maupun tidak mendukung dan
menampung segala sesuatu yang menyangkut perkembangan psikologis anak dan
kurangnya perhatian terhadap anak, juga bisa mengarahkan seorang anak untuk menjadi
user/pemakai narkotika. Berikut ini beberapa faktor sosial yang menyebabkan remaja
terlibat penyalahgunaan narkoba :
1. Salah bergaul, jika remaja memiliki teman yang buruk, maka ia akan terjerat dalam jaring-
jaring keburukan mereka, bahkan untuk masalah narkoba.
2. Ikut-ikutan, begitu juga jika memiliki teman pengedar atau mengguna narkoba, penyakit
seperti ini akan bisa menular.
d. Faktor narkotika itu sendiri Mudahnya narkotika didapat didukung dengan faktor – faktor
yang sudah disebut di atas, semakin memperlengkap timbulnya penyalahgunaan narkotika.

5. Bentuk – Bentuk Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba


a. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
KIE merupakan gabungan dari tiga konsep yaitu komunikasi, informasi dan edukasi.
Pengertian ketiga konsep tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Komunikasi merupakan
suatu proses penyampaian isi pesan dari seseorang kepada pihak lain untuk mendapatkan
tanggapan. Informasi sebagai faktadan data untuk diketahui dan dimanfaatkan oleh siapa saja.
Sementara edukasi merupakan suatu kegiatan yang mendorong terjadinya perubahan
(pengetahuan, sikap, perilaku, dan keterampilan) seseorang, kelompok, dan masyarakat. KIE
juga biasa disebut penyuluhan sebagai suatu kegiatan dimana terjadi proses komunikasi dan
edukasi dengan penyebaran informasi. Dalam kaitannya dengan program pencegahan
penyalahgunaan narkoba
b. Pendidikan Kecakapan Hidup ( Life Skill)
Kecakapan (life skill) merupakan kecakapan yang harus dimiliki seseorang untuk berani
menghadapai problem kehidupan dengan wajar tanpa tertekan kemudian secara proaktif dan
kreatif mencari dan menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya. Kecakapan hidup (life
skill) terbagi menjadi dua jenis yaitu ;
1) Kecakapan Hidup Generic (General Life Skill, GLS)
Kecakapan hidup generic atau kecakapan untuk menguasai dan memiliki konsep dasar
keilmuan. Kecakapn hidup generic terdiri dari :
Kecakapan Personal (Personal Skill) yaitu pertama, kecakapan mengenal diri (self
awareness skill) merupakan kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk
tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan mengenal potensi diri. Kedua,
kecakapan berpikir (thinking skill) merupakan kecakapan berpikir (thinking skill) merupakan
kecakapan menggunakan pikiran atau rasio secara optimal. Kecakapan berpikir meliputi :
Kecakapan menggali dan menemukan informasi.
Kecakapan mengolah informasi.
Kecakapan mengambil keputusan.
Kecakapan memecahkan masalah.
1.) Kecakapan sosial (social skill)
Kecakapan social disebut juga kecakapan antar-personaln (inter-personal skill) yang
pertama, kecakapan berkomunikasi yaitu berkomunikasi melalui lisan atau tulisan. Untuk
komunikasi lisan kemampuan mendengarkan dan menyampaikan gagasan secara lisan perlu
dikembangkan. Kedua, kecakapan bekerjasama (collaboration skill) adalah sebagai makhluk
sosial, dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu memerlukan dan dengan manusia lain.
2) Kecakapan Hidup Spesifik (Spesificlife Skil, SLS)
Kecakapan hidup spesifik terkait dengan bidang pekerjaan (occupational) atau bidang kejuruan
(vocational) tertentu. Kecakapan hidup spesifik meliputi :
a). Kecakapan Akademik (Academic Skill) Kecakapan akademik disebut juga kecakapan
intelektual atau kemampuan berpikir ilmiah dan merupakan pengembangan dari kecakapan
berpikir.
b). Kecakapan Vokasional/Kejuruan (Vocational Skill) Kecakapan vokasional disebut juga
kecakapan kejuruan yaitu kecakapan dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang
terdapat dimasyarakat. Terdiri dari , kecakapan vocational dasar (basic vocational skill)
meliputi; kecakapan melakukan gerak dasar, menggunakan alat sederhana, atau kecakapan
membaca gambar, dan kecakapn vocational khusus (occupational skill) kecakapan ini
memiliki prinsip dasar menghasilkan barang atau jasa, seperti kecakapan memperbaiki
mobil bagi yang menekuni otomotif.

c). Promotif Program promotif disebut juga dengan program pembinaan. Program ini ditujukan
kepada masyarakat yang belum memakai narkoba, atau bahkan belum mengenal narkoba.
Bentuk program seperti pelatihan, dialog interaktif, dan lain-lain pada kelompok belajar,
kelompok olahraga, seni budaya, atau kelompok usaha (tani, dagang, bengkel, koperasi,
kerajinan, dan lain-lain). Penekanan dalam program preemtif adalah peningkatan kualitas
kinerja agar lebih bahagia dan sejahtera. Pelaku program preemtif yang paling tepat adalah
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.

d). Preventif Program preventif merupakan program pencegahan. Program ini ditujukan kepada
masyarakan sehat yang belum mengenal narkoba agar mengetahui seluk beluk narkoba
sehingga tidak tertarik untuk menyalahgunakannya. Adapun bentuk kegiatannya :
1). Kampanye Anti Penyalahgunaan Narkoba
Program pemberian informasi satu arah (monolog) dari pembicara kepada pendengar
tentang bahaya pemakaian narkoba. Kampanye bersifat memberi informasi satu arah tanpa
tanya jawab. Biasanya hanya memberikan garis besar , dangkal, dan umum. Informasi di
sampaikan oleh tokoh masyarakat, bukan oleh tenaga profesioanl. Tokoh tersebut bisa ulama,
pejabat, seniman, dan sebagainya. Kampanye anti Penyalahgunaan narkoba dapat juga
dilakukan melalui spanduk, poster, brosur, dan baliho. Misi yang disampaikan.adalah pesan
untuk melawan Penyalahgunaan narkoba, tanpa penjelasan yang mendalam atau ilmiah tentang
narkoba
2). Penyuluhan Seluk Beluk Narkoba
Berbeda dengan kampanye yang monolog, penyuluhan bersifat dialog dengan tanya
jawab. Bentuk penyuluhan dapat berupa seminar, ceramah, dan lain-lain. Tujuannya adalah
untuk mendalami pelbagai masalah tentang narkoba sehingga masyarakat benar-benar tahu dan
karenanya tidak tertarik untuk menyalahgunakan narkoba. Pada penyuluhan ada dialog atau
tanya jawab tentang narkoba lebih mendalam. Materi disampaikan oleh tenaga profesioanl –
dokter, psikolog,
polisi, ahli hukum, sosiolog – sesuai dengan tema penyuluhan, penyuluhan tentang narkoba
ditinjau lebih mendalam dari masing-masing aspek sehingga lebih menarik daripada kampanye.

3). Pendidikan dan Pelatihan Kelompok Sebaya (Peer Group),

Untuk dapat menanggulangi masalah narkoba secara lebih efektif di dalam kelompok
masyarakat terbatas tertentu, di lakukan pendidikan dan pelatihan dengan mengambil peserta
dari kelompok itu sendiri. Pada program ini , pengenalan materi narkoba lebih mendalam lagi,
disertai simulasi penanggulangan, termasuk latihan pidato, latihan diskusi, latihan menolong,
penderita, dan lain-lain.
Program ini dilakukan di sekolah, kampus, atau kantor dalam waktu beberapa hari. Program ini
melibatkan beberapa orang narasumber dan pelatih, yaitu tenaga profesioanal sesuai dengan
programnya.

4). Upaya Mengawasi dan Mengendalikan Produksi dan Distribusi

Pengawasan dan pengendalian adalah program preventif yang menjadi tugas aparat
terkait, seperti polisi, departemen kesehatan, balai pengawasan obat dan makanan (POM),
imigrasi, bea cukai, kejaksaan, pengadilan, dan sebagainya. Tujuannya adalah agar narkoba dan
bahan baku pembuatannya (precursor) tidak beredar sembarangan. Karena
keterbatasan numlah dan kemampuan petugas, program ini belum berjalan optimal.
Masyarakat harus ikut serta membantu secara proaktif. Sayangnya, petunjuk dan pedoman
peran serta masyarakatini sangat kurang, sehingga peran serta masyarakat menjadi tidak
optimal. Seharusnya instansi terkait membuat petunjuk praktis yang dapat digunakan oleh
masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengawasi peredaran narkoba

5. Penegak Hukum Penyalahgunaan Narkoba

a. Polri (Polisi Republik Indonesia)

Pengertian kepolisian juga terdapat dalam Undang-Undang di Indonesia. Undang-


undang yang membahas tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia terdapat dalam Undang-
Undang No 2 Tahun 2002 dalam Pasal 1 ayat (1) menyebutkan “Kepolisian adalah segala hal-
ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan’’. Polri dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba,
melakukan langkah strategis sebagai berikut:

a. Pre-emptif Upaya pre-emptif yang dilakukan adalah berupa kegiatan-kegiatan edukatif


(pendidikan/pengajaran) dengan tujuan mempengaruhi faktor-faktor penyebab yang
mendorong dan faktor peluang,yang biasa disebut faktor “korelatif kriminologen” dari
kejahatan narkotika, sehingga tercipta suatu kesadaran, kewaspadaan, daya tangkal, serta
terbina dan terciptanya kondisi perilaku/norma hidup bebas Narkoba. Yaitu dengan sikap
tegas untuk menolak terhadap kejahatan Narkoba. Kegiatan ini pada dasarnya berupa
pembinaan dan pengembangan lingkungan pola hidup sederhanadan kegiatan
positif,terutama bagi remaja dengan kegiatan yang bersifat produktif, konstraktif, dan
kreatif. Sedangkan kegiatan yang bersifat preventif edukatif dilakukan dengan metode
komunikasi informasi edukatif, yang dilakukan melalui berbagai jalur antara lain keluarga,
pendidikan, lembaga keagamaan, dan organisasi kemasyarakatan.

b. Preventif Upaya ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kejahatan Narkoba melalui
pengendalian dan pengawasan jalur resmi serta pengawasan langsung terhadap jalur-jalur
peredaran gelap dengan tujuan agar Police Hazard tidak berkembang menjadi ancaman
faktual.

c. Represif Upaya Represif atau penindakan dilakukan dengan cara melakukan


penangkapanpenangkapan terhadap para pengguna dan pengedar narkoba. Penangkapan
tidak hanya dilakukan terhadap warga negara Indonesia saja, tetapi penangkapan juga
dilakukan terhadap warga negara asing yang terlibat.

b. BNN (Badan Narkotika Nasional)

Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah lembaga pemerintah non kementerian yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui koordinasi Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam melaksanakan tugas pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, Badan Narkotika
Nasional berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika dan prekursor narkotika. Badan Narkotika Nasional (BNN) juga bertugas
menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali
bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.

Dalam melaksanakan tugas pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap


Narkotika dan Prekursor Narkotika, Badan Narkotika Nasional (BNN) berwenang melakukan
penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika. Keberadaan badan narkotika nasional sesuai dengan Keppres RI No.17/2002 tanggal
22 maret 2002, dalam rangka penanggulangan dan pemberantasan peredaran gelap narkotika,
kiranya harus lebih aktif mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam penyusunan
kebijakan dan pelaksanaan dibidang ketersediaan, pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psykotropika, precursor dan aditif lainnya.

Tugas Badan Narkotika Nasional (BNN) disebut dalam Pasal 70 UU 39 tahun 2009 dan
Pasal 2 Perpres No. 23 tahun 2010, sebagai berikut:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan


pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor
narkotika.
b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan
prekursor narkotika.
c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Republik Negara Indonesia dalam
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan
precursor narkotika.
d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
pecandu narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat.
e. Memberdayakan masyarakat dalam pecegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika dan precursor narkotika.
f. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam pencegahan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika.
g. Melakukan kerja sama bilateral dan multirateral, baik regional maupun internasional,
guna mencegah dan memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor
narkotika.

h. Mengembangkan laboratorium narkotika dan prekursor narkotika.

i. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara


penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika.

j. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.

Anda mungkin juga menyukai