Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN MATERI NARKOBA

NAMA : EGIE AYU WULANDARI (S1 KEBIDANAN KONVERSI)

A. Sejarah Narkoba
Tahun 1806 seorang dokter dari Westphalia bernama Friedrich Wilhelm Adam
Sertürner menemukan modifikasi candu yang dicampur amoniak yang kemudian dikenal
sebagai Morphin (diambil dari nama dewa mimpi Yunani yang bernama Morphius). Tahun
1856 waktu pecah perang saudara di A.S. Morphin ini sangat populer dipergunakan untuk
penghilang rasa sakit luka-luka perang sebahagian tahanan-tahanan tersebut “ketagihan”
disebut sebagai “penyakit tentara”. Tahun 1874 seorang ahli kimia bernama Alder Wright
dari London, merebus cairan morphin dengan asam anhidrat (cairan asam yang ada pada
sejenis jamur) campuran ini membawa efek ketika diuji coba kepada anjing yaitu: anjing
tersebut tiarap, ketakutan, mengantuk dan muntah-muntah.
Namun tahun 1898 pabrik obat “Bayer” memproduksi obat tersebut dengan nama
Heroin, sebagai obat resmi penghilang sakit (pain killer). Tahun 60-an sampai dengan 70-an
pusat penyebaran candu dunia berada pada daerah “Golden Triangle” yaitu Myanmar,
Thailand dan Laos, dengan produksi 700 ribu ton setiap tahun. Pada daerah “Golden
Crescent” yaitu Pakistan, Iran dan Afganistan dari Golden Crescent menuju Afrika dan
Amerika.
Selain morfin dan heroin ada lagi jenis lain yaitu kokain (ery throxylor coca) berasal
dari tumbuhan coca yang tumbuh di Peru dan Bolavia. Biasanya digunakan untuk
penyembuhan Asma dan TBC. Pada akhir tahun 70-an ketika tingkat tekanan hidup manusia
semakin meningkat serta teknologi mendukung maka diberilah campuran-campuran khusus
agar candu tersebut dapat juga dalam bentuk obat dan pil.

B. Pengertian Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Istilah lain yang
diperkenalkan khususnya oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah napza
yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Semua istilah ini,
baik “narkoba” ataupun “napza”, mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki
risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah
senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak
dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu disalahartikan
akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya.
Pada tahun 2015 terdapat 35 jenis yang dikonsumsi pengguna di Indonesia dari yang
paling murah hingga yang mahal seperti LSD, di dunia terdapat 354 jenis. Narkotika adalah
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009). Narkotika
digolongkan menjadi tiga golongan sebagaimana tertuang dalam lampiran 1 undang-undang
tersebut. Yang termasuk jenis narkotika adalah:
1. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat,
morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
2. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran
dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
C. Jenis-Jenis Narkoba
Narkoba dibagi dalam 3 jenis yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya.
Penjelasan mengenai jenis-jenisnya adalah sebagai berikut:
1. Narkotika
Menurut Soerdjono Dirjosisworo mengatakan bahwa pengertian narkotika adalah “Zat
yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya dengan memasukkan
ke dalam tubuh. Pengaruh tersebut bisa berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan
semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut yang
diketahui dan ditemukan dalam dunia medis bertujuan dimanfaatkan bagi pengobatan dan
kepentingan manusia di bidang pembedahan, menghilangkan rasa sakit dan lain-lain.
Narkotika digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu:
 Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat
tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contoh: ganja,
heroin, kokain, morfin, dan opium.
 Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat
untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: petidin, benzetidin, dan betametadol.
 Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: kodein dan turunannya.
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis, yang
memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika digolongkan
lagi menjadi 4 kelompok adalah:
 Psikotropika golongan I adalah dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui
manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya. Contoh: MDMA, LSD, STP,
dan ekstasi.
 Psikotropika golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contoh: amfetamin, metamfetamin, dan metakualon.
 Psikotropika golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: lumibal, buprenorsina, dan fleenitrazepam.
 Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: nitrazepam (BK, mogadon, dumolid),
dan diazepam.
3. Zat adiktif lainnya
Zat adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat
menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, di antaranya adalah:
 Rokok.
 Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.
 Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin yang bila
dihirup akan dapat memabukkan.

D. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba


Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab penyalahgunaan narkoba pada seseorang.
Berdasarkan kesehatan masyarakat, faktor-faktor penyebab timbulnya penyalahgunaan
narkotika, terdiri dari:
1. Faktor Individu
Tiap individu memiliki perbedaan tingkat resiko untuk menyalahgunakan NAPZA.
Faktor yang mempengruhi individu terdiri dari faktor kepribadian dan faktor konstitusi.
Alasan-alasan yang biasanya berasal dari diri sendiri sebagai penyebab penyalahgunaan
NAPZA antara lain:
 Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir panjang mengenai
akibatnya;
 Keinginan untuk bersenang-senang;
 Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya;
 Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok;
 Lari dari kebosanan, masalah atau kesusahan hidup;
 Pengertian yang salah bahwa penggunaan sekali-sekali tidak menimbulkan ketagihan;
 Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau kelompok
pergaulan untuk menggunakan napza;
 Tidak dapat berkata tidak terhadap napza.
2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Keluarga
Hubungan ayah dan ibu yang retak, komunikasi yang kurang efektif antara orang tua
dan anak, dan kurangnya rasa hormat antar anggota keluarga merupakan faktor yang ikut
mendorong seseorang pada gangguan penggunaan zat.
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah yang kurang disiplin, terletak dekat tempat hiburan, kurang memberi
kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif, dan adanya
murid pengguna napza merupakan faktor kontributif terjadinya penyalahgunaan napza.
c. Lingkungan Teman Sebaya
Adanya kebutuhan akan pergaulan teman sebaya mendorong remaja untuk dapat
diterima sepenuhnya dalam kelompoknya. Ada kalanya menggunakan napza merupakan
suatu hal yang penting bagi remaja agar diterima dalam kelompok dan dianggap sebagai
orang dewasa.

E. Dampak Narkoba
Penggunaan narkoba dapat menyebabkan efek negatif yang akan menyebabkan
gangguan mental dan perilaku, sehingga mengakibatkan terganggunya sistem neuro-
transmitter pada susunan saraf pusat di otak. Gangguan pada sistem neuro-transmitter akan
mengakibatkan terganggunya fungsi kognitif (alam pikiran), afektif (alam perasaan, mood,
atau emosi), psikomotor (perilaku), dan aspek sosial. Berbagai upaya untuk mengatasi
berkembangnya pecandu telah dilakukan, namun terbentur pada lemahnya hukum.
Beberapa bukti lemahnya hukum terhadap narkoba adalah sangat ringan hukuman bagi
pengedar dan pecandu, bahkan minuman beralkohol di atas 40 persen (minol 40 persen)
banyak diberi kemudahan oleh pemerintah. Sebagai perbandingan, di Malaysia jika
kedapatan pengedar atau pecandu membawa dadah 5 gr ke atas maka orang tersebut akan
dihukum mati. Sebenarnya juga tidak sedikit para pengguna ingin lepas dari dunia hitam ini.
Akan tetapi usaha untuk seorang pecandu lepas dari jeratan narkoba tidak semudah yang
dibayangkan.

F. Efek Samping Pemakaian Narkoba


Efek narkotika tergantung kepada dosis pemakaian, cara pemakaian, pemakaian
sebelumnya dan harapan pengguna. Selain kegunaan medis untuk mengobati nyeri, batuk dan
diare akut, narkotika menghasilkan perasaan “lebih membaik” yang dikenal dengan euforia
dengan mengurangi tekanan psikis. Efek ini dapat mengakibatkan ketergantungan. Tanda-
tanda fisik, dapat dilihat dari tanda-tanda fisik si pengguna, seperti mata merah, mulut kering,
bibir berwarna kecokelatan, perilakunya tidak wajar, bicaranya kacau, daya ingatannya
menurun.

G. Bahaya Narkoba bagi Remaja


Penyalahgunaan narkoba dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa
ini kian meningkat. Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat
membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai
generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti
zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih.
Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan.
Sasaran dari penyebaran ini adalah kaum muda atau remaja. Kalau dirata-ratakan, usia
sasaran adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun.
Di Indonesia, perkembangan pencandu semakin pesat. Para pencandu itu pada
umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau
usia pelajar. Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan
perkenalannya dengan rokok. Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal
yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat,
apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah
menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan.
Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja (pelajar) adalah
sebagai berikut:
1. Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian,
2. Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran,
3. Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah,
4. Sering menguap, mengantuk, dan malas,
5. Tidak memedulikan kesehatan diri,
6. Suka mencuri untuk membeli narkoba.

H. Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba


Pendekatan penanggulangan penyalahgunaan narkoba di Indonesia saat ini belum
benar-benar terpadu dan terlihat setiap instansi atau kelompok masyarakat bekerja sendiri-
sendiri sehingga hasil yang diperoleh belum optimal. Sebenarnya banyak instansi selain Polri
yang memiliki tugas memberantas penyalahgunaan narkoba. Belum ada upaya pembinaan
khusus terhadap pengguna sebagai korban, karena masih beranggapan bahwa para pengguna
itu adalah penjahat dan tanpa mendalami lebih jauh mengapa mereka sampai mengonsumsi
atau menyalahgunakan narkoba.
Peran serta masyarakat sangat rendah karena mereka masih berpandangan bahwa
pemberantasan penyalahgunaan Narkoba adalah tugas dan tanggung jawab polisi. Dengan
demikian mereka kurang peduli dan kurang berpartisipasi aktif dalam upaya penanggulangan
penyalahgunaan Narkoba. Ada beberapa LSM yang peduli dalam penyalahgunaan narkoba
seperti granat, geram, ganas, dan lain-lain. Namun sayangnya kegiatan mereka masih
cenderung belum konsisten dan belum berkesinambungan. Mereka lebih banyak untuk
menyoroti dan mencari kelemahan dan kesalahan yang dilakukan oleh penyidik/aparat
penegak hukum dari pada melakukan kemitraan, dengan kata lain kadar kemitraannya dengan
aparat penegak hukum masih meragukan.
Sedangkan di lingkungan internal Polri sendiri, kegiatan antar fungsi masih belum
terpadu dan belum terencana secara baik. Yang terkesan hanya kegiatan represif saja oleh
fungsi Reserse. Fungsi Binamitra, Intelijen dan Samapta kurang proaktif dalam melakukan
upaya perfektif dan preventif, sebagai contoh bahwa penyuluhan atau komunikasi, informasi
dan edukasi kepada masyarakat lebih banyak menunggu jika ada permintaan dari pihak lain
(kelompok masyarakat).

Anda mungkin juga menyukai