Anda di halaman 1dari 13

Gangguan

Ketergantungan
Kelompok 5:
Zat Terlarang
- Hanifatul Kullataeni
- Rifana
- Rizky Sani Fortuna
 Pengertian Zat Terlarang
NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya baik zat alami atau sintetis.
NAPZA dibagi menjadi tiga jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Ketiga istilah tersebut
mengacu pada kelompok senyawa yang dapat menyebabkan kecanduan. Contoh dari narkotika adalah opium, codein
dan LSD. Kemudian jenis psikotropika diantaranya ada ekstasi, demerol, dan sabu-sabu. Sementara itu contoh dari zat
adiktif adalah kafein, alkohol, dan nikotin.

Sebenarnya NAPZA memiliki dua sisi, yaitu sisi baik yang sangat bermanfaat dan sisi buruk bila disalahgunakan.
Manfaat dari NAPZA banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan, misalnya penggunaan morfin yang dapat
menghilangkan rasa nyeri dan kokain yang digunakan sebagai anestetik (obat bius) lokal pada pembedahan mata,
hidung, dan tenggorokan. Namun karena efeknya seperti halusinasi, meningkatkan stamina, dan menimbulkan rasa
senang bagi pemakainya, NAPZA sering disalahgunakan bukan untuk terapi pengobatan namun hanya untuk
memberikan rasa nikmat.

Sebenarnya narkotika itu obat legal yang diragukan dalam dunia kedokteran, namun saat ini narkotika banyak
disalahgunakan. Bahkan kalangan muda tidak sedikit yang menggunakan narkotika. Penyalahgunaan narkotika dan
obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini kian meningkat
 Obat yang disalah Gunakan
01 Narkoba
• Pengertian Narkoba
Narkoba merupkan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, bahan adiktif lainnya. Secara
Etimologi Narkoba berasal dari Bahasa inggris Narcose yang berarti menidurkan atau
pembiusan. Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia mengistilahkan narkona adalah obat yang
dapat menenangkan syaraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau
merangsang.
• Jenis-Jenis Narkoba
1. Golongan I: Narkotika yang hanya dipergunakan untuk tujua ilmu penegtahuan dan tidak
ditunjukkan untuk terapi sera mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk menyebabkan
ketergantungan. Misalnya: Heroin/Putaw, Kokain, Ganja, dan lain-lain.
2. Golongan II: Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir
dalam terapi bertujan sebagai pengembangan ilmu pengetauan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Misalnya Morfin, Petidin, Turunan/garam narkotika
dalam golongan tersebut dan lain-lain.
3. Golongan III: Narkoba yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ketergantungan. Misalnya Kodein, garam-garam narkotika dalam golongan tersebut.

02 Psikotropika
Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropik. Yang dimaksud psikotropika adalah zat atau obat,
baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan dalam golongan-
golongan sebagai berikut:
• Psikotropika Golongan I, Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh: ekstasi, shabu,
LSD).
• Psikotropika Golongan II, Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibat sindroma ketergantungan. (Contoh: amfetamin,
metilfenidat atau ritalin).
• Psikotropika Golongan III, Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh:
pentobarbital, Flunitrazepam).
• Psikotropika Golongan IV, Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan (Contoh: diazepin, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti
pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).
03 Zat Adiktif Lain
Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan
Psikotropika, meliputi:

• Minuman berakohol. Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat, dan
sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai
campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3
golongan minuman berakohol, yaitu: Golongan A: kadar etanol 1-5%, (Bir) Golongan B: kadar etanol 5-20%
(Berbagai jenis minuman anggar) Golongan C: kadar etanol 20-45% (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House,
Johny Walker, Kamput)

• Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat
pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan,
antara lain: Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.

• Tembakau: Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat. Pada upaya
penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi
bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA
lain yang lebih berbahaya. Bahan/ obat/ zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai berikut:
Sama sekali dilarang: Narkotika golongan I dan Psikotropika Golongan I, Penggunaan dengan resep dokter:
amfetamin, sedatif hipnotika, Diperjual belikan secara bebas: lem, thinner dan lain-lain, Ada batas umur dalam
penggunaannya: alkohol, rokok.
Dampak yang disebabkan dari penyalahgunaan Zat
Berbahaya

Penyalahgunaan Napza dapat berdampak kepada fisik dan psikis yaitu:


• Gangguan tidur, gangguan fungsi seksual, cemas, depresi berat, pada penyalahgunaan heroin
atau putaw.
• Paranoid (perasaan curiga berlebihan), psikosis, depresi berat kadang-kadang percobaan bunuh
diri, mania agitasi, cemas sampai panik, keadaan ini dijumpai pada penyalahgunaan stimulansia
seperti amfetamin, ekstasi, shabu, kokain.
• Gangguan psikotik, gangguan cemas, paranoid, kehilangan motivasi, acuh tak acuh dan gangguan
daya ingat. Ditemukan pada pengguna ganja.
• Depresi, cemas sampai panik dan paranoid dapat dilihat para pengguna alkohol dan sedatif-
hipnotika.

Kemudian berdampak pula kepada kehidupan social diantaranya:


 Di lingkungan keluarga, suasana nyaman yang terganggu, sering terjadi pertengkaran, marah
yang tak terkendali, dan mudah tersinggung. Serta perilaku menyimpang anak meningkatkan.
Putus sekolah atau menganggur karena dikeluarkan sekolah, meningkatnya pengeluaran orang
tua karena besarnya dana pengobatan.
 Di sekolah dapat merusak disiplin dan motivasi belajar, meningkatnya tingkat kenakalan
mempengaruhi peningkatan penyalahgunaan.
 Di masyarakat dapat tercipta pasar gelap, pengedar atau bandar sering menggunakan perantara
remaja atau siswa, meningkatnya kejahatan, meningkatnya kecelakaan lalu lintas, dan
menurunnya daya tahan sosial.
Cara Mengatasi Penyalahgunaan Zat
Berbahaya
Salah satunya, dengan di rehabilitasi.
Di Indonesia, rehabilitasi memiliki tiga tahap, yakni:
Detoksifikasi.
adalah tahap di mana dokter memberikan obat tertentu yang bertujuan untuk mengurangi gejala putus obat (sakau) yang
muncul. Sebelum pasien diberikan obat pereda gejala, dokter terlebih dahulu akan memeriksa kondisinya secara
menyeluruh.
Terapi perilaku kognitif.
Pada tahap ini, pasien akan dibantu psikolog atau pskiater berpengalaman. Terapis terlebih dahulu akan melakukan
pemeriksaan kondisi guna menentukan tipe terapi yang sesuai. Beberapa tujuan dilakukannya terapi perilaku kognitif,
antara lain adalah untuk mencari cara mengatasi keinginan menggunakan obat disaat kambuh, dan membuat strategi
untuk menghindari dan mencegah kambuhnya keinginan menggunakan obat.
Bina lanjut.
Tahap ini memungkinkan pasien ikut serta dalam kegiatan yang sesuai dengan minat. Pasien bahkan dapat kembali ke
sekolah atau tempat kerja, namun tetap dalam pengawasan terapis.
Dukungan dari keluarga dan kerabat sangatlah berpengaruh. Pasien dianjurkan untuk bersikap terbuka kepada mereka, dan
jangan ragu untuk menyampaikan apa yang ingin dikeluhkan. Hal tersebut dapat membantu pasien dalam mempercepat
Penggolongan
Gangguan yang
Berkaitan dengan
Zat
The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition, dikenal sebagai the
DSM-V atau DSM 5, merupakan petunjuk penggolongan diagnosis Gangguan Jiwa versi the
American Psychiatric Association. Edisi manual diagnosis dipublikasi pada Mei 2013, hampir 20
tahun sesudah, DSM-IV, pada 1994. DSM-V mengenali substance related disorders akibat dari
digunakannya sepuluh kelompok ZAT: alkohol, kafein, kanabis. Halusinogen (phencyclidine atau
yang serupa arylcyclohexylamines), halusinogen lainnya seperti LSD, inhalan, opioid, sedatif,
hipnotik, anxiolytik, stimulan (termasuk amphetamine-type substances, kokain, dan stimualan
lainnya), tembakau, dan zat lain yang tidak diketahui. Jadi ketika ditemui zat, dan efeknya serupa
dengan zat lainnya dalam kelompok, maka ia masuk dalam gangguan terkait zat atau gangguan
adiksi. DSM 5 menyatakan bahwa zat ini mengaktifkan sistem reward di otak, disinilah masalah
utamanya. Perasaan mendapatkan kesenangan sebagai umpan balik penggunaan demikian dirasakan,
sehingga keinginan mengulang penggunaan menjadi besar, membesar dan kemudian sulit.
Kesulitan mengendalikan penggunaan, membuat penggunanya mengabdikan hampir seluruh waktunya untuk
mencari, menggunakan dan mengatasi rasa tak nyaman jika tidak menggunakan. Dengan demikian waktu untuk
bekerja/sekolah, bersosialisasi, menikmati masa santai/liburan terabaikan, bersama dengan terabaikan hampir
semua kewajiban dalam hidupnya. Pengaktifan pusat sistem reward, membuat penggunanya eforia, dan oleh
kelompok mereka disebut “high” .

DSM 5 juga mengenali bahwa orang tidak serta merta berkembang menjadi pengguna zat ketika ia
menggunakannya. Beberapa individu cenderung meneruskan penggunaan ketika memulai, mereka adalah
kelompok yang kendali dirinya rendah, berdasarkan adanya cacat dalam otaknya, sehingga mereka cenderung
menjadi pengguna yang sulit lepas penggunaannya. Ketika terpapar zat. Ada dua kelompok substance-related
disorders: substance use disorders dan substance-induced disorders. Substance use disorders merupakan pola
penggunaan zat yang menghasilkan simtom menggunakan zat yang diteruskan oleh individu, meski individu
tahu dan mengalami akibatnya. Substance-induced disorders termasuk intoksikasi, putus zat, gangguan mental
yang diinduksi oleh penggunaan zat termasuk psikosis akibat penggunaan zat, gangguan bipolar dan yang
terkait penggunaan zat, gangguan cemas akibat penggunaan zat, gangguan depresi akibat penggunaan zat,
gangguan obsesif-kompulsif akibat penggunaan zat, gangguan disfungsi seksual akibat penggunaan zat,
delirium akibat penggunaan zat, dan gangguan neurpkognitif akibat penggunaan zat.
Gangguan penggunaan zat mengundang berbagai masalah dan meliputi 11 kriteria:

• Menggunaan zat dalam jumlah yang makin lama makin banyak atau waktu penggunaannya lebih panjang daripada
yang dibayangkan

• Ingin menurunkan atau menghentikan penggunaan, namun tidak kuasa memenuhinya

• Menghabiskan banyak waktu untuk mendapatkan, menggunakan, atau mengurus diri untuk pulih dari penggunaa

• Menagih dan meningkat dorongan untuk menggunakan

• Tidak mampu mengelola diri atas kewajibannya: bekerja/sekolah, dirumah atau di tempat kerja karena penggunaan

• Tetap meneruskan penggunaan, meski hubungan/relasi dengan orang sekitar menjadi bermasalah karenanya

• Tidak lagi melakukan kewajiban utama social, okupasional ataub rekreasional karena penggunaan

• Terus menggunakan zat, lagi dan lagi, meski tahu akan bahayanya

• Melanjutkan penggunaan, meski ada masalah fisik dan psikologik yang diakibatkan atau diperburuk oleh penggunaan
zat

• Meningkatkan jumlah pemakaian untuk mendapatkan efek yang sama dengan sebelumnya (toleransi)

• Simptom putus zat, yang akan dapat diatasi dengan penggunaan zat yag makin banyak.
Kesimpulan

NAPZA ,merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya baik zat alami atau
sintetis. NAPZA dibagi menjadi tiga jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
Ketiga istilah tersebut mengacu pada kelompok senyawa yang dapat menyebabkan kecanduan. Contoh
dari narkotika adalah opium, codein dan LSD. Kemudian jenis psikotropika diantaranya ada ekstasi,
demerol, dan sabu-sabu. Sementara itu contoh dari zat adiktif adalah kafein, alkohol, dan nikotin.
Penyalahgunaan NAPZA dapat menimbulkan efek negatif bagi kesehatan. Penyalahgunaan ganja dapat
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh dan memperburuk aliran darah. Penyalahgunaan kokain
dapat menyebabkan anemia dan turunnya berat badan. Penyalahgunaan alkohol menimbulkan banyak
komplikasi, seperti gangguan metabolisme, kanker usus, gangguan hati, gangguan pada otot jantung dan
syaraf, cacat janin, dan gangguan seksual.
Jadi tidak ada alasan bagi kita terutama kaum muda untuk mengkonsumsinya, dan kita harus berhati-hati
karena sasaran utama pengedar adalah kaum muda.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai