Anda di halaman 1dari 6

NAPZA

Oleh :

dr.Yupi Gunawan

Pengertian

NAPZA merupakan akronim dari Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya yang
merupakan jenis obat-obatan yang dapat mempengaruhi gangguan kesehatan dan kejiwaan.

NAPZA secara umum merupakan zat-zat kimiawi yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh
baik secara oral (diminum, dihisap dan dihirup) maupun disuntik dapat mempengaruhi
pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang. Hal ini dapat menimbulkan gangguan
keadaan sosial yang ditandai dengan indikasi negatif, waktu pemakaian yang panjang dan
pemakaian yang berlebihan.

Jenis-jenis NAPZA

Menurut UU No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika, narkotika dikelompokkan kedalam tiga
golongan yaitu:

Narkotika, merupakan suatu zat atau obat yang berasal dari tanaman maupun bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran,
menurangi dan menghilangkan rasa nyeri serta dapat menimbulkan ketergantungan secara
fisik maupun psikologik.

Narkotika terbagi menjadi tiga golongan:

 Narkotika golongan I adalah narkotika yang dapat digunakan untuk tujuan


pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: heroin, kokain, ganja.
 Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan,
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin, petidin,
turunan garam dalam golongan tertentu.
 Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan yang
banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan menyebabkan ketergantungan. Misalkan: kodein,
garam-garam narkotika dalam golongan tertentu.

Psikotropika, setiap bahan baik alami ataupun buatan bukan Narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif mempunyai pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

Psikotropika terbagi menjadi empat golongan:

 Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan


ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi yang
amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Yang termasuk golongan ini
yaitu: MDMA, ekstasi, LSD, ST.
 Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat menimbulkan ketergantungan. Contoh: amfetamin,
fensiklidin, sekobarbital, metakualon, metilfenidat (Ritalin).
 Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang menyebabkan ketergantungan. Contoh : fenobarbital dan
flunitrasepam.
 Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang mempunyai khasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: diazepam,
klobazam, bromazepam, klonazepam, khlordiazepoxiase, nitrazepam.

Zat Adiktif, bahan lain yang bukan Narkotika atau Psikotropika yang merupakan inhalasi
yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan, misalnya lem, aceton, eter, premix,
thiner dan lain-lain. Dalam KEPRES tahun 1997, minuman yang mengandung etanol yang
diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan
destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, maupun yang diproses dengan mencampur
konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung etanol.
Minuman alcohol dibagi menjadi tiga golongan sesuai dengan kadar alkoholnya yaitu:

 Golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol 1%-5%

Contoh : bir, green sand.

 Golongan B adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol 5%-20%

Contoh : anggur kolesom.

 Golongan C adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol 20%-55%

Contoh : arak, wisky, vodka.

Etiologi penyalahgunaan NAPZA

Faktor individu

Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja
yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang pesat merupakan
individu yang rentan untuk menyalahgunakan NAPZA. Anak atau remaja dengan ciri-ciri
tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA.

Faktor lingkungan

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik di sekitar rumah,
sekolah, teman sebaya maupun masyarakat. Faktor lingkungan yang ikut menjadi penyebab
seorang anak atau remaja menjadi penyalahgunaan NAPZA antara lain adalah:
Lingkungan Keluarga

 Komunikasi orang tua-anak kurang baik


 Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga
 Orang tua bercerai, berselingkuh atau kawin lagi
 Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh
 Orang tua otoriter atau serba melarang
 Orang tua yang serba membolehkan (permisif)
 Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan
 Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah NAPZA
 Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (tidak konsisten)
 Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam keluarga
 Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna NAPZA.

Lingkungan Sekolah

 Sekolah yang kurang disiplin


 Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual NAPZA
 Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri
secara kreatif dan positif
 Adanya murid pengguna NAPZA

Lingkungan Pergaulan

 Berteman dengan pengguna narkoba


 Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar narkoba

Lingkungan masyarakat / sosial

 Lemahnya penegakan hukum


 Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung

Faktor NAPZA

 Mudahnya NAPZA didapat di mana-mana dengan harga terjangkau


 Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk dicoba
 Khasiat farmakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan nyeri,
menidurkan, membuat euforia/fly/stone/high/teler dan lain-lain.

Faktor individu, faktor lingkungan keluarga dan teman sebaya/pergaulan tidak selalu sama
besar perannya dalam menyebabkan seseorang menyalahgunakan NAPZA. Karena faktor
pergaulan, bisa saja seorang anak yang berasal dari keluarga yang harmonis dan cukup
kominikatif menjadi penyalahguna NAPZA.

Gejala Penyalahgunaan NAPZA

Menurut skripsi karya Nurhanifah yang dikutip dari Universitas Muhammadiyah Ponorogo,
beberapa gejala penyalahgunaan NAPZA yang dapat berujung pada kecanduan adalah
sebagai berikut..
1. Gejala Pasien Pengguna Zat Sedatif Hipnotik
Gejala pasien pengguna zat sedatif hipnotik adalah sebagai berikut.

Menurunnya sifat menahan diri


Jalan tidak stabil
Koordinasi motorik menurun
Bicara menjadi cadel
Kurang perhatian
Sangat gembira dan tiba-tiba menjadi depresi
Meningkatnya rasa kepercayaan diri berlebihan

2. Gejala Pasien Pengguna Ganja

Gejala pasien pengguna ganja adalah sebagai berikut.

Kontrol diri menghilang


Euforia ringan
Menurunnya motivasi diri

3. Gejala Pasien Pengguna Alkohol

Gejala pasien pengguna alkohol adalah sebagai berikut.

Sering murung dan pendiam


Kontrol diri menurun
Agresif
Koordinasi motorik terganggu
Partisipasi dalam dunia sosial menurun
Bicara menjadi kacau dan cadel

4. Gejala Pasien Pengguna Opioid

Gejala pasien pengguna opioid adalah sebagai berikut.

Mengantuk
Bicara cadel
Koordinasi motorik terganggu
Acuh terhadap lingkungan
Menjadi manipulatif

5. Gejala Pasien Pengguna Kokain

Gejala pasien pengguna kokain adalah sebagai berikut.

Hiperaktif
Iritabilitas
Halusinasi
Sangat tegang
Insomnia
Sering membesar-besarkan sesuatu
Kejang dan paranoid apabila dalam keadaan overdosis

Efek Penyalahgunaan NAPZA

NAPZA adalah zat adiktif yang berbahaya bagi tubuh apabila dikonsumsi terus menerus.
Simak beberapa efek penyalahgunaan NAPZA berikut ini.

Terganggunya sistem neurotransmitter pada susunan saraf di otak yang mengakibatkan


gangguan mental dan perilaku penderita.
Terganggunya fungsi kognitif (pikiran), afektif (perasaan dan emosi), psikomotor (perilaku),
dan aspek sosial.
Kerusakan organ dalam tubuh
Kematian

Pengobatan Penyalahgunaan NAPZA

Sejatinya, terdapat 2 upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyalahgunaan NAPZA,
yakni melalui terapi dan rehabilitasi. Teknik pengobatan penyalahgunaan NAPZA adalah
sebagai berikut.
1. Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya memulihkan kondisi pecandu NAPZA hingga kembali sehat secara
fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Terdapat beberapa tahap rehabilitasi yang biasanya
dilakukan, yakni sebagai berikut.

Pemeriksaan yang dilakukan dokter untuk melihat tingkat kecanduannya


Detoksifikasi untuk membersihkan racun akibat penyalahgunaan NAPZA
Stabilisasi untuk pengobatan jangka panjang
Komunikasi secara rutin untuk pemulihan secara mental

2. Terapi

Terapi adalah upaya untuk mengurangi gejala putus zat, yang biasanya dilakukan dengan cara
berikut ini.

Detoksifikasi tanpa substitusi, di mana pasien tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala
putus zat tersebut.
Detoksifikasi dengan substitusi, di mana pasien diberikan obat untuk membantu mengurangi
gejala putus zat, seperti kodein, metadon, dan buprenorfin.

Terapi dan Rehabilitasi

Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA

Tujuan ini tergolong sangat ideal, namun banyak orang tidak mampu atau mempunyai
motivasi untuk mencapai tujuan ini, terutama kalau ia baru menggunakan NAPZA pada fase-
fase awal. Pasien tersebut dapat ditolong dengan meminimasi efek-efek yang langsung atau
tidak langsung dari NAPZA. Sebagian pasien memang telah abstinesia terhadap salah satu
NAPZA tetapi kemudian beralih untuk menggunakan jenis NAPZA yang lain.

Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps

Sasaran utamanya adalah pencegahan relaps. Bila pasien pernah menggunakan satu kali saja
setelah “clean” maka ia disebut “slip”. Bila ia menyadari kekeliruannya, dan ia memang telah
dibekali ketrampilan untuk mencegah pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap
mencoba bertahan untuk selalu abstinensia. Pelatihan relapse prevention programe, program
terapi kognitif, opiate antagonist maintenance therapy dengan naltreson merupakan beberapa
alternatif untuk mencegah relaps.

Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA

Mengingat dampaknya yang sangat berbahaya bagi kesehatan, perlu dilakukan upaya
pencegahan penyalahgunaan NAPZA. Upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA adalah
sebagai berikut.

Jangan tergoda untuk menggunakan NAPZA, sekalipun diajak oleh orang-orang terdekat.
Pelajari lebih dalam mengenai efek samping dan bahaya negatif penyalahgunaan NAPZA.
Jaga pergaulan, jangan sampai jatuh ke dalam pergaulan bebas.
Ikuti kegiatan yang bersifat positif bagi tubuh, seperti berolahraga.
Ingat bahwa ada hukum keras yang menjerat pengguna dan pengedar narkoba.
Jangan gunakan narkoba sebagai jalan keluar permasalahan.
Jalin komunikasi yang baik dengan keluarga dan sahabat.

Anda mungkin juga menyukai