Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“Gawat Daruratan Psikiatrik “

Untuk Memenuhi Mata Kuliah


“KEPERAWATAN GAWAT DARURAT “

DOSEN PEMBIMBING : NS. BAITUS SHOLEHA, S. KEP

DISUSUN OLEH :
FITRIYAH WARDATUL JANNA
1570117009

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS NURUL JADID
PAITON-PROBOLINGGO
2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada

kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatrik seperti percobaan

bunuh diri, penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau

perubahan lainnya pada perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik

dilakukan oleh para profesional di bidang kedokteran, ilmu perawatan, psikologi

dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik dengan

cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun 1960-an, terutama di perkotaan.

Penatalaksanaan pada pasien kegawatdaruratan psikiatrik sangat kompleks. Para

profesional yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik umumnya

beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental pasien mereka.

Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan oleh petugas

kesehatan lainnya, atau tanpa disengaja. Penatalaksanaan pasien yang menuntut

intervensi psikiatrik pada umumnya meliputi stabilisasi krisis dari masalah hidup

pasien yang bisa meliputi gejala atau kekacauan mental baik sifatnya kronis

ataupun akut.

Di Amerika tiap tahun kasus bunuh diri yang berhasil mencapai 30.000

orang per tahun. Angka ini menunujukkan jumlah orang yang mencoba bunuh diri

jauh lebih besar lagi, diperkirakan 8 sampai 10 kali lebih besar dan jumlah

tersebut. Di Indonesia belum ada data mengenai hal ini.

Dan data yang ada, 95% kasus bunuh diri berkaitan dengan masalah

kesehatan jiwa diantaranya 80% mengalami Depresi, 10% Skizofrenia dan 5%

2
Dementia/Delirium. Sedangkan sekitar 25% lainnya mempunyai diagnosa ganda

yang berkaitan dengan Ketergantungan Alkohol.

B. Rumusan masalah

Bagaimana cara mahasiswa mengetahui mengenai gelisah, bunuh diri dan

penyalahgunaan napza dalam konteks kegawatdaruratan psikiatri ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa mampu memahami serta menjelaskan tentang materi kedaruratan

dalam psikiatri

2. Mahasiswa mampu dan memahami tentang gaduh atau gelisah

3. Mahasiswa mampu dan memahami tentang bunuh diri

4. Mahasiswa mampu dan memahami tentang penyalahgunaan napza

3
BAB II

TINJAUAN TEORTIS

A. Kedaruratan Psikiatrik adalah Keadaan gangguan dalam proses fikir, alam

perasaan dan perbuatan yang memerlukan tindakan pertolongan segera. Kasus

kedaruratan psikiatrik yang sering ditemukan adalah percobaan bunuh diri,

penyalahguanaan napza dan keadaan gaduh gelisah. Kondisi pada keadaan

kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh diri, ketergantungan

obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi, kekerasan, serangan

panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan, serta beberapa

kondisi medis lainnya yang mematikan dan muncul dengan gejala psikiatriks

umum. Kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan menangani

kondisi ini. Kemampuan dokter untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi

ini sangatlah penting. Kedawatdaruratan psikiatri terdiri dari :

1. NAPZA

NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah

bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan

mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga

menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya

karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan

(dependensi) terhadap NAPZA.

Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan

kesehatan, yang menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut

kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering disebut juga sebagai zat

4
psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan

perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.

2. Jenis NAPZA Yang Disalahgunakan

a. Narkotika (Menurut UU RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika).

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan kedalam

golongan-golongan :

1) Narkotika Golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu

pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai

potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh :

heroin/putauw, kokain, ganja).

2) Narkotika Golongan II :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai

pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin).

3) Narkotika Golongan III :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu

5
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

ketergantungan (Contoh : kodein).

Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan

I, seperti  Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-

lain - Ganja atau kanabis, marihuana, hashis - Kokain, yaitu serbuk

kokain, pasta kokain, daun koka.

b. Psikotropika (Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang

Psikotropika).

Yang dimaksud dengan Psikotropika adalah zat atau obat, baik

alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif

melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. 

Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai

berikut:           

1) Psikotropika Golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai

potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

(Contoh : ekstasi, shabu, LSD). 

2) Psikotropika Golongan II

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan

dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai

6
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan . ( Contoh

amfetamin, metilfenidat atau ritalin).

3) Psikotropika Golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma

ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).

4) Psikotropika Golongan IV

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas

digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom

ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital,

klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil

Koplo).

Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :

a) Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu

b) Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur)  : MG, BK,

DUM, Pil koplo dan lain-lain.

c) Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD),

mushroom.

c. Zat Adiktif Lain

Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh

psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :

7
1) Minuman berakohol

Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh

menekan susunan syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari

kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika

digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika,

memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.

Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :

a) Golongan A: kadar etanol 1-5%, (Bir)

b) Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman

anggur)

c) Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW,

Manson House)

2) Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut)

Mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat

pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai

pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain : Lem,

thinner, penghapus cat kuku, bensin.

3) Tembakau

Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas

di masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di

masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja,

harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan

alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain

8
yang lebih berbahaya. Bahan/ obat/zat yang disalahgunakan dapat

juga diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Sama sekali dilarang : Narkotoka golongan I dan Psikotropika

Golongan I.

b) Penggunaan dengan resep dokter: amfetamin, sedatif

hipnotika.

c) Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-lain.

d) Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat

digolongkan menjadi tiga golongan :

1. Golongan Depresan (Downer)

Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional

tubuh. Jenis ini membuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan

bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini

termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang),

hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.

2. Golongan Stimulan(Upper)

Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan

meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi

aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah :

Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain

3. Golongan Halusinogen

9
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang

bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya

pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.

Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis.

Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin.

B. Penyalahgunaan Dan Ketergantungan

Penyalahgunaan dan Ketergantungan adalah istilah klinis/medik-

psikiatrik yang menunjukan ciri pemekaian yang bersifat patologik yang perlu

di bedakan dengan tingkat pemakaian psikologik-sosial, yang belum bersifat

patologik.

1. Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa

jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis,sehingga

menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial.

2. Ketergantungan NAPZA adalah keadaan dimana telah terjadi

ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah

NAPZA yang makin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya

dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat (withdrawal

syamptom). Oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh NAPZA yang

dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya

sehari-hari secara “normal”.

3. Tingkat Pemakaian NAPZA.

10
a. Pemakaian coba-coba (experimental use), yaitu pemakaian NAPZA

yang tujuannya ingin mencoba,untuk memenuhi rasa ingin tahu.

Sebagian pemakai berhenti pada tahap ini, dan sebagian lain berlanjut

pada tahap lebih berat.

b. Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreational use) : yaitu pemakaian

NAPZA dengan tujuan bersenang-senang,pada saat rekreasi atau

santai. Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini,namun

sebagian lagi meningkat pada tahap yang lebih berat.

c. Pemakaian Situasional (situasional use) : yaitu pemakaian pada saat

mengalami keadaan tertentu seperti ketegangan, kesedihan,

kekecewaaqn, dan sebagainnya, dengan maksud menghilangkan

perasaan-perasaan tersebut.

d. Penyalahgunaan (abuse): yaitu pemakaian sebagai suatu pola

penggunaan yang bersifat patologik/klinis (menyimpang) yang

ditandai oleh intoksikasi sepanjang hari, tak mapu mengurangi atau

menghentikan, berusaha berulang kali mengendalikan, terus

menggunakan walaupun sakit fisiknya kambuh. Keadaan ini akan

menimbulkan gangguan fungsional atau okupasional yang ditandai

oleh : tugas dan relasi dalam keluarga tak terpenuhi dengan

baik,perilaku agresif dan tak wajar, hubungan dengan kawan

terganggu, sering bolos sekolah atau kerja, melanggar hukum atau

kriminal dan tak mampu berfungsi secara efektif.

e. Ketergantungan (dependence use) : yaitu telah terjadi toleransi dan

gejala putus zat, bila pemakaian NAPZA dihentikan atau dikurangi

11
dosisnya. Agar tidak berlanjut pada tingkat yang lebih berat

(ketergantungan), maka sebaiknya tingkat-tingkat pemakaian tersebut

memerlukan perhatian dan kewaspadaan keluarga dan masyarakat.

Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan pada keluarga dan masyarakat.

C. Penyebab Penyalahgunaan Napza

Penyebab penyalahgunaan NAPZA sangat kompleks akibat interaksi

antara faktor yang terkait dengan individu, faktor lingkungan dan faktor

tersedianya zat (NAPZA). Tidak terdapat adanya penyebab tunggal (single

cause) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalagunaan NAPZA

adalah sebagian berikut :

1. Faktor individu :

Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa

remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik,

psikologik maupun sosial yang pesat merupakan individu yang rentan

untuk menyalahgunakan NAPZA. Anak atau remaja dengan ciri-ciri

tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna

NAPZA. Ciri-ciri tersebut antara lain :

a. Cenderung membrontak dan menolak otoritas

b. Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti

c. Depresi,Ccemas, Psikotik, Kkeperibadian dissosial.

12
d. Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku

e. Rasa kurang percaya diri (low selw-confidence), rendah diri dan

memiliki citra diri negatif

f. (low self-esteem)

g. Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif

g. Mudah murung,pemalu, pendiam

h. Mudah merasa bosan dan jenuh

i.  Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran

j. Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun)

k. Keinginan untuk mengikuti mode,karena dianggap sebagai lambang

l. Keperkasaan dan kehidupan modern.

m. Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.

n.  Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang “jantan”

o.  Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit

p.  mengambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan tegas

q.  Kemampuan komunikasi rendah

r.  Melarikan diri sesuatu (kebosanan,kegagalan, kekecewaan,ketidak

s.  mampuan, kesepian dan kegetiran hidup,malu dan lain-lain)

t.  Putus sekolah

u.  Kurang menghayati iman kepercayaannya

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan

pergaulan baik disekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun

masyarakat. Faktor keluarga,terutama faktor orang tua yang ikut menjadi

13
penyebab seorang anak atau remaja menjadi penyalahguna NAPZA antara

lain :

a. Lingkungan Keluarga

1) Komunikasi orang tua-anak kurang baik/efektif

2) Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam

keluarga

3) Orang tua bercerai,berselingkuh atau kawin lagi

4) Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh

5) Orang tua otoriter atau serba melarang

6) Orang tua yang serba membolehkan (permisif)

7) Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan

8) Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah NAPZA

9) Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang

konsisten)

10) Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam

keluarga

11) Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahduna

NAPZA

b. Lingkungan Sekolah

1) Sekolah yang kurang disiplin

2) Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual NAPZA

3) Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara

4) kreatif dan positif

14
5) Adanya murid pengguna NAPZA

c. Lingkungan Teman Sebaya

1) Berteman dengan penyalahguna

2) Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar

d. Lingkungan masyarakat/sosial

1) Lemahnya penegakan hukum

2) Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung

3. Faktor Napza

a. Mudahnya NAPZA didapat dimana-mana dengan harga “terjangkau”

b. Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk

dicoba

c. Khasiat farmakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan

nyeri, menidur-kan, membuat euforia/fly/stone/high/teler dan lain-

lain.

Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selau membuat seseorang

kelak menjadi penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin banyak faktor-

faktor diatas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi

penyalahguna NAPZA.

Penyalahguna NAPZA harus dipelajari kasus demi kasus.Faktor

individu, faktor lingkungan keluarga dan teman sebaya/pergaulan tidak

selalu sama besar perannya dalam menyebabkan seseorang

15
menyalahgunakan NAPZA. Karena faktor pergaulan, bisa saja seorang

anak yang berasal dari keluarga yang harmonis dan cukup kominikatif

menjadi penyalahguna NAPZA

D. Deteksi Dini Penyalahgunaan Napza

Deteksi dini penyalahgunaan NAPZA bukanlah hal yang mudah,tapi

sangat penting artinya untuk mencegah berlanjutnya masalah tersebut.

Beberapa keadaan yang patut dikenali atau diwaspadai adalah :

1. Kelompok Risiko Tinggi

Kelompok Risiko Tinggi adalah orang yang belum menjadi pemakai

atau terlibat dalam penggunaan NAPZA tetapi mempunyai risiko untuk

terlibat hal tersebut, mereka disebut juga Potential User (calon pemakai,

golongan rentan). Sekalipun tidak mudah untuk mengenalinya, namun

seseorang dengan ciri tertentu (kelompok risiko tinggi) mempunyai potensi

lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA dibandingkan dengan

yang tidak mempunyai ciri kelompok risiko tinggi. Mereka mempunyai

karakteristik sebagai berikut :

a. Anak

Ciri-ciri pada anak yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakan

NAPZA antara lain :

1) Anak yang sulit memusatkan perhatian pada suatu kegiatan (tidak

tekun)

2) Anak yang sering sakit

3) Anak yang mudah kecewa

4) Anak yang mudah murung

16
5) Anak yang sudah merokok sejak Sekolah Dasar

6) Anak yang sering berbohong,mencari atau melawan tatatertib

7) Anak denga IQ taraf perbatasan (IQ 70-90)

b. Remaja

Ciri-ciri remaja yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakan

NAPZA :

1) Remaja yang mempunyai rasa rendah diri, kurang percaya diri

dan mempunyai citra diri negative

2) Remaja yang mempunyai sifat sangat tidak sabar

3) Remaja yang diliputi rasa sedih (depresi) atau cemas (ansietas)

4) Remaja yang cenderung melakukan sesuatu yang mengandung

risiko tinggi/bahaya

5) Remaja yang cenderung memberontak

6) Remaja yang tidak mau mengikutu peraturan/tata nilai yang

berlaku

7) Remaja yang kurang taat beragama

8) Remaja yang berkawan dengan penyalahguna NAPZA

9) Remaja dengan motivasi belajar rendah

10) Remaja yang tidak suka kegiatan ekstrakurikuler

11) Remaja dengan hambatan atau penyimpangan dalam

perkembangan psikoseksual (pemalu,sulit bergaul, sering

masturbasi,suka menyendiri, kurang bergaul dengan lawan  jenis).

12) Remaja yang mudah menjadi bosan,jenuh,murung.

13) Remaja yang cenderung merusak diri sendiri

17
c. Keluarga

Ciri-ciri keluarga yang mempunyai risiko tinggi,antara lain

1) Orang tua kurang komunikatif dengan anak

2) Orang tua yang terlalu mengatur anak

3) Orang tua yang terlalu menuntut anaknya secara berlebihan agar

berprestasi diluar kemampuannya

4) Orang tua yang kurang memberi perhatian pada anak karena

terlalu sibuk

5) Orang tua yang kurang harmonis,sering bertengkar,orang tua

berselingkuh atau ayah menikah lagi

6) Orang tua yang tidak memiliki standar norma baik-buruk atau

benar-salah yang jelas

7) Orang tua yang tidak dapat menjadikan dirinya teladan

8) Orang tua menjadi penyalahgunaan NAPZA

E. Gejala Klinis Penyalahgunaan Napza

1. Perubahan Fisik

Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan, tapi

secara umum dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo

(cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif,curiga.

b. Bila kelebihan disis (overdosis) : nafas sesak,denyut jantung dan nadi

lambat, kulit teraba dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal.

18
c. Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau) : mata dan hidung

berair,menguap terus menerus,diare,rasa sakit diseluruh tubuh,takut

air sehingga malas mandi,kejang, kesadaran menurun.

d. Pengaruh jangka panjang, penampilan tidak sehat,tidak peduli

terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos,

terhadap bekas suntikan pada lengan atau bagian tubuh lain (pada

pengguna dengan jarum suntik)

2. Perubahan Sikap dan Perilaku

a. Prestasi sekolah menurun,sering tidak mengerjakan tugas

sekolah,sering  membolos,pemalas,kurang bertanggung jawab.

b. Pola tidur berubah,begadang,sulit dibangunkan pagi hari,mengantuk

dikelas atau tempat  kerja.

c. Sering berpegian sampai larut malam,kadang tidak pulang tanpa

memberi tahu lebih dulu.

d. Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi, menghindar

bertemu dengan anggota keluarga lain dirumah.

e. Sering mendapat telepon dan didatangi orang tidak dikenal oleh

keluarga,kemudian menghilang.

f. Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi

tak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga

milik sendiri atau milik keluarga, mencuri, mengomengompas terlibat

tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi.

g. Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap

bermusuhan, pencuriga, tertutup dan penuh rahasia

19
F. Tujuan Terapi Dan Rehabilitasi

1. Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA.

Tujuan ini tergolong sangat ideal, namun banyak orang tidak mampu atau

mempunyai motivasi untuk mencapai tujuan ini, terutama kalau ia baru

menggunakan NAPZA pada fase-fase awal. Pasien tersebut dapat ditolong

dengan meminimasi efek-efek yang langsung atau tidak langsung dari

NAPZA. Sebagian pasien memang telah abstinesia terhadap salah satu

NAPZA tetapi kemudian beralih untuk menggunakan jenis NAPZA yang

lain.

2. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps

Sasaran utamanya adalah pencegahan relaps .Bila pasien pernah

menggunakan satu kali saja setelah “clean” maka ia disebut “slip”. Bila ia

menyadari kekeliruannya,dan ia memang telah dobekali ketrampilan untuk

mencegah pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap mencoba

bertahan untuk selalu abstinensia. Pelatihan relapse prevention programe,

Program terapi kognitif, Opiate antagonist maintenance therapy dengan

naltreson merupakan beberapa alternatif untuk mencegah relaps.

3. Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial.

Dalam kelompok ini, abstinensia bukan merupakan sasaran utama. Terapi

rumatan (maintence) metadon merupakan pilihan untuk mencapai sasaran

terapi golongan ini.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kedaruratan psikiatri dibagi dalam beberapa bagian diantaranya ialah bunuh

diri,gaduh atau gelisah dan penyalahgunaan napza. Bunuh diri adalah setiap

aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail w. Stuart,

Keperawatan Jiwa,2010). Secara garis besar bunuh diri dapat dibagi menjadi 3

kategori  besar yaitu;

1. Upaya bunuh diri (Suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan menuju

bunuh diri, dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian

2. Isyarat bunuh diri (Suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk

usaha mempengaruhi perilaku orang lain.

21
3. Ancaman bunuh diri (Suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara

langsung atau tidak langsung, verbal atau nonverbal bahwa seseorang sedang

mengupayakan bunuh diri

Setiap orang yang ingin melakukan prilaku bunuh diri biasanya melewati

beberapa rentang ataupun tahap-tahapan diantaranya: Suicidal ideation, Suicidal

intent, Suicidal threat, Suicidal gesture, Suicidal attempt dan suicide.

Sementara itu gaduh/gelisah merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan :

banyak bicara, mondar-mandir,lari-lari,loncat-loncat,destruktif dan bingung. Hal

ini di sebabkan oleh : Gangguan mental organik (delirium), psikosis fungsional,

amok, gangguan panic, kebingungan post konvulsi, reaksi disosiatif dan  ledakan

amarah (temper tantrum).

Kedaruratan psikiatri yang ke tiga ialah penyalahgunaan napza. NAPZA

(Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang bila

masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan

saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi

sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan

(dependensi) terhadap NAPZA. Penyebab penyalahgunaan NAPZA sangat

kompleks akibat interaksi antara faktor yang terkait dengan individu, faktor

lingkungan dan faktor tersedianya zat (NAPZA). Tidak terdapat adanya penyebab

tunggal (single cause) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

penyalagunaan NAPZA diantaranya ialah : factor individu, faktor lingkungan dan

faktor NAPZA itu sendiri.

B. Saran

22
Perilaku bunuh diri, gelisah/gaduh dan penyalahgunaan NAPZA dapat di

cegah atau dihindarkan dengan beberapa cara diantaranya :

1. Selalu berfikiran positif akan segala hal

2. Selalu mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa

3. Menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan yang positif

4. Jangan mencoba-coba sesuatu yang tidak baik.

DAFTAR PUSTAKA

Kusuma,Widjaja. 2011. Kedaruratan Psikiatri dalam Praktek. Jakarta :

Professional Books

Tom, Kustedi.2010. Bahaya NAPZA Bagi Pelajar .Bandung : Yayasan Al-Ghifari

Morgan. 2013. Segi PraktisPsikiatri. Jakarta : Bina rupa aksara

23

Anda mungkin juga menyukai