Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA KASUS

HIV / AIDS

Disusun Oleh :

Patmawati (2114201110)

Ricky Fauzi Ginanjar (2114201113)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peningkatan angka kejadian HIV/AIDS tidak saja disebabkan faktor perilaku seksual,
tetapi juga pengaruh trend dan teknologi yang semakin canggih. Dengan adanya teknologi
yang canggih itu pula penjualan maupun pengaruh NAPZA dan HIV/AIDS semakin meluas.
Kurangnya pengetahuan remaja mengenai dampak dan informasi mengenai NAPZA dan
HIV/AIDS menjadi faktor penyebab tingginya kasus NAPZA dan HIV/AIDS di Indonesia.
Penyalahgunaan NAPZA sebagai salah satu penyebab penyebaran penyakit HIV/AIDS
yang meningkat dari tahun ke tahun. Beralihnya penggunaan NAPZA dari menghisap
menuju penyuntikan yang dikenal sebagai Injecting Drugs User (DU) menjadikan pengguna
NAPZA sebagai subjek potensial tertular dan menularkan HIV melalui jarum suntik yang
tidak steril atau dipakai secara bergantian
Di beberapa negara, penggunaan NAPZA (narkotika, alkohol, psikotropika dan zat
adiktif) melalui jarum suntik atau IDU (Injecting Drug User) atau obat yang disuntikkan
menjadi sebuah trend baru yang menjadi pemicu kasus-kasus HIV/AIDS seperti di Malaysia,
Vietnam, Thailand termasuk Indonesia. IDU mempunyai kaitan yang erat dengan HIV/AIDS
ketika obat disuntikkan dengan menggunakan media atau jarum suntik yang telah
terkontaminasi dengan virus , sehingga virus dapat dengan mudah ditularkan daripada cara-
cara penularan yang lain. Selain itu, ada kecenderungan di kalangan IDU memiliki perilaku
seksual yang beresiko tinggi.
Dengan kondisi tersebut, jelas akan menjadi pemicu yang menghawatirkan terhadap
kasus-kasus di sebuah daerah. Kondisi seperti itu pun ternyata sudah menjangkau kalangan
IDU's di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasus HIV/AIDS yang disebabkan
oleh IDU yaitu dari 1.283 kasus HIV/AIDS , 60 diantaranya disebabkan oleh IDU. Gambaran
ini bisa dilihat pada perkembangan 6 bulan terakhir sampai dengan bulan Juni 2009, dimana
dari 240 kasus baru, 37 kasus diantaranya adalah IDU. Seperti pengalaman negara-negara
lain, perkembangan kasus HIV/AIDS pada IDU ini diperkirakan bisa mencapai 40 persen
B. Rumusan malasah
Bagaimana rumusan makalah ini diambil dalam penyalahgunaan Napza pada kasus HIV
AIDS yang meliputi :
1. Pengertian dan jenis NAPZA
2. Factor penyebab penyalahgunaan NAPZA
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dan jenis dari NAPZA
2. Mengetahui factor penyebab penyalahgunaan NAPZA

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan Makalah ini adalah sebagai tambahan referensi tentang
gambaran penyalahgunaan NAPZA pada kasus HIV ADIS
BAB II
PEMBAHASAN

A. Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA)


Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain (NAPZA) adalah bahan/zat/obat yang
bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh konsumsi zat ini dapat berupa gangguan fisik, psikis, dan
fungsi sosial akibat kebiasaan, ketagihan serta ketergantungan terhadap zat ini. Istilah
NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan yang menitik beratkan pada
upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering disebut
juga zat psikoaktri: yaitu yang bekerja pada otak sehingga menimbulkan perilaku, perasaan
dan pikiran.
1. Narkotika
Zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintesis maupun semisintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi atau
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika
dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Narkotika Golongan I
Merupakan jenis narkotika yang dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dalam jumlah terbatas.
Adapun Narkotika jenis ini adalah:
- Opium mentah
- Psilosina, psilotsin
- Psilobisin
- Metamfetamin
- Metakualon
- Amfetamin
b. Narkotika Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Dikelompokkan dalam narkotika
golongan II yaitu: Metadon, morfin dan petidin adalah beberapa contoh Narkotika
dari jenis ini.
c. Narkotika Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Merupakan narkotika golongan III yaitu: kodein dan
buprenorfin.

2. Psikotropika
Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika, pengertian
psikotropika yaitu zat atau obat, baik alamiah maupun sinteis bukan Narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan
dalam golongan-golongan sebagai berikut:
a. Psikotropika Golongan I
Jenis psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan tertinggi,
hanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, tidak untuk pengobatan,
antara lain :
- MDMA (Ecstacy)
- LSD (Lysergic Diethylamide).
- Mescaline
b. Psikotropika Golongan II
Kelompok psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan
menengah digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan pengobatan
contohnya adalah amphetamine (shabu-shabu).
c. Psikotropika Golongan III
Merupakan jenis psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan
sedang, mempunyai khasiat, digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan
pengobatan , antara lain:
- Amobarbital
- Flunitrazepam
- Fenobarbital
d. Psikotropika Golongan IV
Jenis psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan rendah dan
digunakan luas untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan pengobatan,antara lain:
- Diazepam
- Barbital
- Klobazam
- Nitravupun
Menurut UU tentang narkotika No. 35 Tahun 2009 ada beberapa penambahan dari
golongan I dan golongan II dari psikotropika. Karena sering terjadi penyalahgunaan
buprenorfin yang sebelumnya masuk pada psikotropika golongan II pada UU tentang
Psikotropika No. 5 Tahun 1997 dipindahkan ke golongan III pada UU Narkotika No. 35
tahun 2009

3. Zat Adiktif Lainnya


Bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut narkotika dan psikotropika,
diantaranya :
a. Minuman beralkohol
Minuman beralkohol, mengandung etanol etil alkohol yang berpengaruh menekan
susunan saraf pusat. Jika digunakan secara bersamaan dengan narkotika atau
psikotropika, akan memperkuat efek narkotika dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan
minuman beralkohol;
- Golongan A kadar etanol 1-5%, (Bir).
- Golongan B kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur).
- Golongan C kadar etanol 20-45%, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House,
Johny Walker, Kamput)
b. Inhalasi Zat
Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) yang mudah menguap merupakan
senyawa organik yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor
dan sebagai pelumas mesin. Zat yang sering disalah gunakan, antara lain: lem, thiner,
penghapus cat kuku, dan bensin.
B. Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA
Faktor penyebab penyalahgunaan narkoba dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu :
1. Faktor Internal / individu
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu seperti kepribadian,
kecemasan, dan depresi serta kurangya religiusitas. Kebanyakan penyalahgunaan
narkotika dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja yang sedang mengalami
perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang pesat merupakan individu yang
rentan untuk menyalahgunakan obat-obat terlarang ini. Keinginan besar untuk mencoba,
tanpa berfikir panjang mengenai akibatnya, sampai dengan keinginan untuk bersenang-
senang pada saat remaja. Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko
lebih besar untuk menjadi penyalahguna narkoba

2. Faktor Eksternal / Lingkungan


Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu atau lingkungan seperti
keberadaan zat, kondisi keluarga, sekolah serta lemahnya hukum pengaruh lingkungan.
Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selau membuat seseorang kelak menjadi
penyalahgunaan obat terlarang. Akan tetapi makin banyak faktor-faktor diatas, semakin
besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahgunaan narkoba. Hal ini harus dipelajari
Kasus demi kasus.Faktor individu, faktor lingkungan keluarga dan teman
sebaya/pergaulan tidak selalu sama besar perannya dalam menyebabkan seseorang
menyalahgunakan narkoba. Karena factor pergaulan, bisa saja seorang anak yang berasal
dari keluarga yang harmonis dan cukup kominikatif menjadi penyalahgunaan narkoba.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Penyalahgunaan napza pada kasus HIV / AIDS di indonesia merupakan teringgi pertama
di dunia pada tahun 2014.
2. Penyalahgunaan napza pada kasus HIV/AIDS terjadi karena dari faktor individu dan
lingkungan, penularan pada kasus peyalahgunaan napza pada kasus HIV/AIDS
penularannya sangat cepat di kalangan orang-orang yang melakukan berhubungan
seksual secara berganti-ganti pasangan pemasakain jarum suntik yang bergantian
DAFTAR PUSTAKA

Gambaran Perilaku BEresiko Terinfeksi HIV/AIDS pada Pasien Napza di RSKO tahun 2013
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30242/1/NAPARUDIN-FKIK.pdf.
Diakses pada tanggal 18 Maret 2022

peyebab penyalahgunaan-narkotika
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2013/07/23/704/
faktorpeyebabpenyalahgunaannarkotika
diakses pada tanggal 18 Maret 2022

Wikipedia. 2010. “Narkoba” (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba)

Anda mungkin juga menyukai