PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekitar 64,5 juta orang Amerika memiliki tipe penyakit
kardiovaskuler atau lebih. Walaupun angka kematian akibat penyakit
kardiovaskuler menurun sebesar 9,2% antara tahun 1991 dan 2001,
penyakit kardiovaskuler tetap menjadi pembunuh nomor satu dan terhitung
sebesar 38,5 % dari semua kematian di Amerika serikat. Kurang lebih
2600 orang Amerika meninggal setiap hari akibat penyakit kardiovaskuler,
yang menggambarkan rata-rata satu kematian setiap 34 detik. Dari mereka
yang meninggal akibat penyakit kardiovaskuler, mayoritas (54%)
meninggal akibat penyakit jantung coroner (infark miokardium [IM] dan
angina pektoris).
Kurang lebih 565.000 orang Amerika mengalami IM baru setiap
tahun dan sekitar 300.000 mengalami IM ulang setiap tahun. Usia rata-rata
pada saat IM pertama kali adalah 65,8 tahun pada pria dan 70,4 tahun pada
wanita. Sekitar 25% pria dan 38% wanita akan meninggal dalam satu
tahun setelah IM awal.
Di Indonesia, sejak sepuluh tahun terakhir dan dengan adanya
fasilitas-fasilitas penunjang diagnostic serta unit perawatan untuk penyakit
jantung, infark miokard sudah banyak yang terdiagnosa atau dengan kata
lain, Indonesia menunjukkan angka kenaikan yang jelas terhadap penyakit
infark miokardium ini.
Infark miokard atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung,
adalah keadaan di mana terjadi nekrosis pada miokardium akibat
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Secara umum, infark miokard
dapat terjadi secara tiba-tiba dan dapat mengancam hidup seseorang.
Infark miokard apabila tidak segera ditangani atau dirawat dengan cepat
dan tepat, dapat menimbulkan komplikasi seperti CHF, syok kardiogenik
dan kematian.
Seperti besarnya angka statistic mortalitas dan morbiditas yang
muncul, banyak kemajuan yang telah dibuat dalam pencegahan, diagnosis,
1
penatalaksanaan dan proses rehabilitasi untuk klien dengan infark miokard
ini.
Untuk itu, satu diantara peran perawat yang berpikir kritis adalah
menurunkan mortalitas yang berkaitan dengan penyakit jantung,
khususnya yang dibahas dalam makalah ini adalah infark miokardium.
Perawat perlu keterampilan dan pengetahuan yang diwujudkan dengan
pemberian asuhan keperawatan tanpa melupakan usah rehabilitasinya.
Penyuluhan terhadap pasien dan dukungan psikologis yag diberikan oleh
perawat memungkinkan pasien dan keluarga mereka untuk kembali
kerumah dan memaksimalkan status kesehatan mereka.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Dari penyusunan makalah ini diharapkan penulis dapat mengerti,
memahami dan memperoleh gambaran tentang penerapan asuhan
keperawatan pada klien infark miokardium dengan menggunakan
proses keperawatan.
2. Tujuan khusus
Setelah penulisan makalah ini, penulis mampu :
a. Menjelaskan konsep dasar penyakit infark miokardium dimulai dari
pengertian, penyebab, patofisiologi, manifestasi klinik,
pemeriksaan diagnostik sampai.
b. Melakukan pengkajian data pada klien dengan Miocardium
infraction.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan kepada klien dengan
Miocardium infraction.
d. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan Miocardium
infraction.
e. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
Miocardium infraction.
2
C. Manfaat
Sebagai tolak ukur tingkat kemampuan Mahasiswa dalam
penguasaan materi dan kasus Infark Miokardium. Penguasaan proses
Keperawatan, serta kemampuan pencapaian kompetensi
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
4
B. Etiologi
infark miokard terjadi oleh penyebab yang heterogen, antara lain:
1. Infark miokard tipe 1
Infark miokard secara spontan terjadi karena ruptur plak, fisura,
atau diseksi plak aterosklerosis. Selain itu, peningkatan kebutuhan
dan ketersediaan oksigen dan nutrien yang inadekuat memicu
munculnya infark miokard. Hal-hal tersebut merupakan akibat dari
anemia, aritmia dan hiper atau hipotensi.
2. Infark miokard tipe 2
Infark miokard jenis ini disebabkan oleh vaskonstriksi dan spasme
arteri menurunkan aliran darah miokard.
3. Infark miokard tipe 3
Pada keadaan ini, peningkatan pertanda biokimiawi tidak
ditemukan. Hal ini disebabkan sampel darah penderita tidak
didapatkan atau penderita meninggal sebelum kadar pertanda
biokimiawi sempat meningkat.
4. Infark Miokard tipe 4
a. Infark miokard tipe 4a
Peningkatan kadar pertanda biokimiawi infark miokard
(contohnya troponin) 3 kali lebih besar dari nilai normal
akibat pemasangan percutaneous coronary intervention
(PCI) yang memicu terjadinya infark miokard.
b. Infark miokard tipe 4b
Infark miokard yang muncul akibat pemasangan
stenttrombosis.
5. Infark miokard tipe 5
Peningkatan kadar troponin 5 kali lebih besar dari nilai normal.
Kejadian infark miokard jenis ini berhubungan dengan operasi
bypass koroner. Terdapat 2 faktor resiko yaitu yang dapat diubah
dan tidak dapat diubah. Ada empat faktor resiko biologis infark
miokard yang tidak dapat diubah yaitu
1. Usia
5
2. jenis kelamin
3. ras
4. riwayat keluarga.
6
berkurang. Tingginya kebutuhan oksigen karena hipertrofi jaringan tidak
sesuai dengan rendahnya kadar oksigen yang tersedia.
Resiko terkena infark miokard meningkat pada pasien yang
mengkonsumsi diet yang rendah serat, kurang vitamin C dan E, dan
bahan-bahan polisitemikal. Mengkonsumsi alkohol satu atau dua sloki
kecil per hari ternyata sedikit mengurangi resiko terjadinya infark
miokard. Namun bila mengkonsumsi berlebihan, yaitu lebih dari dua sloki
kecil per hari, pasien memiliki peningkatan resiko terkena penyakit.
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala infark miokard adalah :
1. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak
mereda, bagian bawah sternum dan abdomen bagian atas, ini
merupakan gejala utama.
2. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
3. Nyeri yang tajam dan berat yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke
bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
4. Nyeri muncul secara spontan (bukan setelah kegiatan/bekerja atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan
tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
5. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
6. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis
berat, pusing atau kepala ringan dan mual muntah.
7. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang
hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor (menumpulkan pengalaman nyeri)
D. Patofisiologi
Infark miokard atau nekrosis iskemik pada miokardium,
diakibatkan oleh iskemia pada miokard yang berkepanjangan yang bersifat
irreversible. Waktu diperlukan bagi sel-sel otot jantung mengalami
kerusakan adalah iskemia selama 15-20 menit. Infark miokard hampir
7
selalu terjadi di ventrikel kiri dan dengan nyata mengurangi fungsi
ventrikel kiri, makin luas daerah infark, makin kurang daya kontraksinya.
Secara fungsional, infark miokard menyebabkan : berkurangnya kontraksi
dengan gerak dinding abnormal, terganggunya kepaduan ventrikel kiri,
berkurangnya volume denyutan, berkurangnya waktu pengeluaran dan
meningkatnya tekanan akhir-diastole ventrikel kiri. Gangguan fungsi tidak
hanya tergantung luasnya infark, tetapi juga lokasinya karena
berhubungan dengan pasokan darah. Infark juga dinamakan berdasarkan
tempat terdapatnya seperti infark subendokardial, infark intramural, infark
subepikardial, dan infark transmural. Infark transmural meluas dari
endokardium sampai epikardium. Semua infark miokard memiliki daerah
daerah pusat yang nekrotik/infark, dikelilingi daerah cedera, diluarnya
dikelilingi lagi lingkaran iskemik. Masing-masing menunjukkan pola EKG
yang khas. Saat otot miokard mati, dilepaskan enzim intramiokard, enzim
ini membantu menentukkan beratnya infark. Jaringan otot jantung yang
mati, diganti jaringan parut yang dapat mengganggu fungsinya [ CITATION
Tambayong \l 14345 ]
8
E. WOC
ETIOLOGI REVERSIBLE
Oksigen tidak
Oksigen tidak
adekuat Iskhemia
adekuat
9
Kelemahan Asam laktat
miokard meningkat
Tekanan vena
pulmonalis
meningkat
Hipertensi kapiler
paru
Gangguan
Oedem paru pertukaran gas
10
F. Pemeriksan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan infark miokard yaitu :
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas
Pasien sering mengalami kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur.
Ditandai adanya takikardia dan dispnea pada saat istirahat maupun
beraktivitas.
2. Sirkulasi
Adanya riwayat infark miokard sebelumnya, penyakit arteri koroner,
gagal jantung kronis, masalah tekanan darah dan diabetes mellitus
perlu ditanyakan pada pasien. Ditandai dengan tekanan darah dapat
normal atau naik atau turun, nadi dapat normal penuh atau tak kuat
juga bisa lemah tapi kuat, dan disritmia.
3. Nyeri atau ketidaknyamanan
Nyeri dada yang timbulnya mendadak atau tidak berhubungan
dengan aktivitas, tida hilang dengan istirahat skala nyeri 1-10. Hal ini
ditandai dengan wajah meringis, menangis, merintih. Perubahan
frekuensi atau irama jantung, tekanan darah, pernapasan, warna kulit,
kesadaran.
4. Pernapasan
Pada pasien infark dapat terjadi dispnea, batuk dengan atau tanpa
produksi sputum, riwayat merokok dan pernapasan kronis, ditandai
dengan peningkatan frekuensi pernapasan, napas sesak, pucat,
sianosis.
B. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap
sumbatan arteri
2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
faktor-faktor listrik, penurunan karakteristik miokard.
12
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik, kerusakan
otot jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri
koronaria
4. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan
penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air ,
peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrosis
jaringan miokard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan
darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum.
[ CITATION Herdman \l 14345 ]
C. Intervensi
Intervensi Keperawatan menurut [ CITATION Doe06 \l 14345 ]
Nyeri berhubungan dengan iskemia jarinn sekunder terhadap sumbatan
arteri
13
(bedrest) selama 24 jam pertama konsumsi O2 miokard sehingga
post serangan. membantu jantung tidak bekerja lebih
keras.
4 Berikan obat sesuai indikasi,
contoh : a. Nitrat berguna untuk kontrol
a. Antiangina, contoh nyeri dengan efek vasodilatasi
nitrogliserin koroner yang meningkatkan
aliran darah koroner dan perfusi
miokardia.
b. Penyekat β, contoh b. Agen penting kedua untuk
atenolol (Tenormin), mengontrol nyeri melalui efek
pindolol (visken), hambatan rangsang simpatis
propanolol (inderal) dengan begitu menurunkan FJ,
TD sistolik dan kebutuhan
oksigen miokard.
5 Anjurkan dan bimbing pasien Teknik relaksasi dibutuhkan untuk
untuk tarik nafas dalam (teknik meminimalkan konsumsi O2 miokard
relaksasi), telnik distraksi, dan dan meningkatkan supply O2 jaringan
bimbingan imajinasi. , teknik distribusi dan imajinasi
membantu mengalihkan fokus
perhatian dari rasa nyeri.
6 Lakukan pemeriksaan ECG tiap Pemeriksaan ECG tiap hari dan saat
hari dan saat nyeri dada timbul. nyeri dada timbul berguna untuk
mendiagnosa luasnya infark.
No Intervensi Rasional
1 Kaji adanya bunyi tambahan Bunyi S3 biasanya dihubungkan dengan
pada Auskultasi. kelebihan kerja ventrikel kiri dan S4
berhubungan dengan ischemik miokard.
14
Murmur menunjukkan gangguan aliran
darah normal pada jantung.
2 Auskultasi bunyi nafas Krekles menunjukkan kongesti paru
akibat penurunan fungsi miokard.
3 Berikan oksigen tambahan Meningkatkan jumlah sediaan oksigen
sesuai indikasi untuk kebutuhan miokard, menurunkan
iskemia dan disritmia lanjut.
4 Pertahankan cara masuk Jalur yang paten penting untuk
IV /heparin-lok sesuai pemberian obat darurat pada adanya
indikasi. disritmia atau nyeri dada.
5 Ukur dan catat tanda vital Penurunan curah jantung dapat
tiap jam. dimanifestasikan dengan peningkatan
nadi, TD, HR.
6 Pantau frekuensi dan Adanya nekrose/ kematian otot jantung
irama jantung dan catat dapat menyebabkan gangguan sistim
adanya irama disritmia konduksi dan penurunan curah jantung.
melalui monitor (bedside
monitor ECG).
15
cemas, bingung, letargi, pingsan dan juga dipengaruhi oleh
elektrolit/variasi asam basa, hipoksia,
atau emboli sistemik.
2 Pantau pernapasan, catat kerja Pompa jantung gagal dapat
pernapasan mencetuskan distres pernapasan.
3 Pantau data laboratorium contoh Indikator perfusi/fungsi organ.
GDA, BUN, Kreatinin, elektrolit
4 Berikan obat sesuai indikasi :
a. Heparin/natrium warfarin a. Dosis rendah heparin mungkin
(Coumadin) diberikan secara profilaksis pada
pasien risiko tinggi dapat
menurunkan risiko tromboflebitis
b. Simetidin , ranitidin, atau pembekuan trombus mural.
antasida b. Menurunkan atau menetralkan
asam lambung, mencegah
ketidaknyamanan dan iritasi
gaster, khususnya adanya
penurunan sirkulasi mukosa.
5 Lihat pucat, sianosis, belang, kulit Vasokontriksi sistemik diakibatkan
dingin/lembab. Catat kekuatan nadi oleh penurunan curah jantung
perifer. mungkin dibuktikan oleh penurunan
perfusi kulit dan penurunan nadi.
16
jantung.
3 Kolaborasi : pemberian diet Natrium meningkatkan retensi cairan
rendah natrium, berikan diuretik. dan harus dibatasi.
4 Ukur masukan / haluaran, catat Penurunan curah jantung
penurunan , pengeluaran, sifat mengakibatkan gangguan perfusi ginjal,
konsentrasi, hitung retensi natrium/air, dan penurunan
keseimbangan cairan haluaran urine.
5 Timbang BB tiap hari Perubahan tiba-tiba pada berat badan
menunjukkan gangguan keseimbangan
cairan.
17
dingin.
5 Jelaskan akibat jika pasien Pada fase akut supply oksigen menurun
banyak beraktivitas selama oleh karena adanya sumbatan pada
24 jam pertama post serangan. miokard, aktivitasdapat memperburuk
hemodinamik.
D. Implementasi
Implementasi sesuai intervensi yang telah direncanakan sesuai dengan
keluhan dan kondisi pasien
E. Evaluasi
1. Prioritas Keperawatan
a. Menghilangkan nyeri, cemas.
b. Menurunkan kerja miokard.
c. Mencegah/mendeteksi dan membantu pengobatan disritmia
yanmengancam hidup atau komplikasi.
d. Meningkatkan kesehatan jantung, perawatan diri.
2. Tujuan Pemulangan
a. Tak ada nyeri dada/terkontrol.
b. Kecepatan jantung/irama mampu mempertahankan curah jantung
adekuat/perfusi jaringan.
c. Meningkatkan tingkat aktivitas untuk perawatan diri dasar.
d. Ansietas berkurang /teratasi.
e. Proses penyakit, rencana pengobatan, dan prognosis dipahami.
[ CITATION Mut12 \l 14345 ]
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infark Miokard adalah suatu kondisi medis yang mengancam
keselamatan jiwa yang ditandai dengan kematian otot jantung dikarenakan
penyumbatan arteri koroner secara tiba-tiba dimana hal ini menghalangi
pasokan darah ke otot jantung.
Terdapat 2 faktor resiko yaitu yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.
Adaempat faktor resiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah
yaitu Usia, jenis kelamin, ras dan riwayat keluarga.
Faktor resiko lain masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat
memperlambat proses aterogenik. Faktor- faktor tersebut yaitu
abnormalitas kadar serum lipid, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas,
faktor psikososial, konsumsi buah-buahan, diet dan alkohol, aktivitas fisik.
Gejala dan tanda tanda yang menyerang penyakit ini salah satunya adalah
Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda,
19
bagian bawah sternum dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala
utama. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri
tidak tertahankan lagi. Nyeri yang tajam dan berat yang dapat menjalar ke
bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
B. Saran
Pasien dengan kecurigaan adanya serangan jantung harus
mendapatkan diagnosis yang cepat, penyembuhan nyerinya, resusitasi dan
terapi reperfusi jika diperlukan. Pasien dengan kecurigaan atau telah
didiagnosis infark miokard harus dirawat oleh staf yang terlatih dan
berpengalaman di unit jantung yang modern. Mereka sebaiknya
mempunyai akses untuk mendapat metode diagnosis yang modern dan
perawatan, baik itu di tempat perawatan awal atau di tempat yang lebih
khusus. Mereka harus mendapat informasi yang cukup setelah pulang,
rehabilitasi, dan pencegahan sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
Bare, S. &. (2013). Keperawatan medikal bedah brunner & suddarth. Jakarta:
EGC.
Doengoes, M. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Herdman . (2012). NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. alih bahasa Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu
Tiar, editor bahasa Indonesia Monica Ester. Jakarta: EGC.
Muttaqin, a. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Selemba Medika.
Sudoyo, A. W. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit . jakarta.
Tambayong. J. (2007). Patofisiologi Keperawatan editor Monica Ester, S.Kep.
Jakarta: EGC.
20
21