Anda di halaman 1dari 16

BAB I 

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia remaja sangat rentan oleh pergaulan bebas. Karena terlalu bebasnya, sering kali
kegiatan mereka sehari-hari tidak terkontrol oleh pihak sekolah. Jika hal tersebut berlanjut
bukan tidak mungkin bahwa akan banyak hal negatif yang akan menimpa mereka. Salah
satunya adalah terjerumusnya dalam dunia penyalahgunaan obat-obatan atau narkoba. Di
kota-kota besar di Indonesia, penyebarannya pada kalangan remaja sudah tidak terkendali
lagi. Bandar-bandar narkoba bahkan sudah berani masuk ke lingkungan sekolah.
Jelas saja hal tersebut membuat banyak orang tua merasa resah dan khawatir atas
perkembangan serta pertumbuhan anaknya di luar sana. Mungkin saja di rumah mereka
terlihat biasa-biasa saja atau berkelakuan baik. Namun, bagaimana perilaku mereka di luar
sana. Remaja sebenarnya tahu kalau itu sangat berbahaya bagi mereka. Namun, tetap saja ada
beberapa di antara mereka yang menggunakannya entah karena ingin coba-coba atau ikut-
ikutan temannya. Tentu kenyataan tersebut sangat mengkhawatirkan karena remaja adalah
generasi penerus bangsa, bagaimana nasib bangsa di masa mendatang jika banyak generasi
penerusnya terlibat penyalahgunaan narkoba.
 
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah singkat tentang narkoba?
2. Apa pengertian dari narkoba?
3. Apa saja jenis-jenis narkoba?
4. Faktor apa saja yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba?
5. Bagaimana dampak dari narkoba?
6. Apa saja efek samping pemakaian narkoba?
7. Apa bahaya narkoba bagi remaja?
8. Bagaimana cara penanggulangan penyalahgunaan narkoba?
 

1
C. Tujuan
1. Untuk memahami sejarah tentang narkoba
2. Untuk mengetahui pengertian narkoba
3. Untuk mengetahui jenis-jenis narkoba
4. Untuk mengetahui penyalahgunaan narkoba
5. Untuk mengetahui dampak narkoba
6. Untuk mengetahui efek samping pemakaian narkoba
7. Untuk mengetahui bahaya narkoba bagi remaja
8. Untuk mengetahui cara penanggulangan dari bahaya penyalahgunaan narkoba
 
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan untuk memberikan informasi tentang narkoba dan
bahayanya agar kita tidak terjerumus di dalamnya serta kita bisa menjadi penerus bangsa
yang bersih dari narkoba.
 

2
BAB II 
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Narkoba
Tahun 1806 seorang dokter dari Westphalia bernama Friedrich Wilhelim Sertuner
menemukan modifikasi candu yang dicampur amoniak yang kemudian dikenal sebagai
Morphin (diambil dari nama dewa mimpi Yunani yang bernama Morphius). Tahun 1856
waktu pecah perang saudara di A.S. Morphin ini sangat populer dipergunakan untuk
penghilang rasa sakit luka-luka perang sebahagian tahanan-tahanan tersebut “ketagihan”
disebut sebagai “penyakit tentara”. Tahun 1874 seorang ahli kimia bernama Alder Wright
dari London, merebus cairan morphin dengan asam anhidrat (cairan asam yang ada pada
sejenis jamur) campuran ini membawa efek ketika diuji coba kepada anjing yaitu: anjing
tersebut tiarap, ketakutan, mengantuk dan muntah-muntah.
Namun tahun 1898 pabrik obat “Bayer” memproduksi obat tersebut dengan nama
Heroin, sebagai obat resmi penghilang sakit (pain killer). Tahun 60-an sampai dengan 70-an
pusat penyebaran candu dunia berada pada daerah “Golden Triangle” yaitu Myanmar,
Thailand dan Laos, dengan produksi 700 ribu ton setiap tahun. Pada daerah “Golden
Crescent” yaitu Pakistan, Iran dan Afganistan dari Golden Crescent menuju Afrika dan
Amerika.
Selain morfin dan heroin ada lagi jenis lain yaitu kokain (ery throxylor coca) berasal dari
tumbuhan coca yang tumbuh di Peru dan Bolavia. Biasanya digunakan untuk penyembuhan
Asma dan TBC. Pada akhir tahun 70-an ketika tingkat tekanan hidup manusia semakin
meningkat serta teknologi mendukung maka diberilah campuran-campuran khusus agar
candu tersebut dapat juga dalam bentuk obat dan pil.
 
2.2 Pengertian Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Istilah lain yang
diperkenalkan khususnya oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah napza
yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Semua istilah ini,
baik “narkoba” ataupun “napza”, mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki
risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah
senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak
dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu disalahartikan
akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya.

3
Pada tahun 2015 terdapat 35 jenis yang dikonsumsi pengguna di Indonesia dari yang
paling murah hingga yang mahal seperti LSD, di dunia terdapat 354 jenis. Narkotika adalah
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009). Narkotika
digolongkan menjadi tiga golongan sebagaimana tertuang dalam lampiran 1 undang-undang
tersebut. Yang termasuk jenis narkotika adalah:
1. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium
obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
2. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-
campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
 
2.3 Jenis-Jenis Narkoba
Narkoba dibagi dalam 3 jenis yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya.
Penjelasan mengenai jenis-jenisnya adalah sebagai berikut:
1. Narkotika
Menurut Soerdjono Dirjosisworo mengatakan bahwa pengertian narkotika adalah “Zat
yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya dengan memasukkan
ke dalam tubuh. Pengaruh tersebut bisa berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan
semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut yang
diketahui dan ditemukan dalam dunia medis bertujuan dimanfaatkan bagi pengobatan dan
kepentingan manusia di bidang pembedahan, menghilangkan rasa sakit dan lain-lain.
Narkotika digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya
sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contoh:
ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium.
b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: petidin, benzetidin, dan
betametadol.
c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: kodein dan turunannya.
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis, yang
memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

4
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika digolongkan
lagi menjadi 4 kelompok adalah:
a. Psikotropika golongan I adalah dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum
diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya. Contoh: MDMA,
LSD, STP, dan ekstasi.
b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: amfetamin, metamfetamin, dan
metakualon.
c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: lumibal, buprenorsina, dan
fleenitrazepam.
d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan
serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: nitrazepam (BK, mogadon,
dumolid), dan diazepam.
3. Zat adiktif lainnya
Zat adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat
menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, di antaranya adalah:
a. Rokok.
b. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan
ketagihan.
c. Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin
yang bila dihirup akan dapat memabukkan.
 
2.4 Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab penyalahgunaan narkotika pada seseorang.
Berdasarkan kesehatan masyarakat, faktor-faktor penyebab timbulnya penyalahgunaan
narkotika, terdiri dari:
1. Faktor Individu
Tiap individu memiliki perbedaan tingkat resiko untuk menyalahgunakan NAPZA.
Faktor yang mempengruhi individu terdiri dari faktor kepribadian dan faktor konstitusi.
Alasan-alasan yang biasanya berasal dari diri sendiri sebagai penyebab penyalahgunaan
NAPZA antara lain:
a. Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir panjang
mengenai akibatnya;

5
b. Keinginan untuk bersenang-senang;
c. Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya;
d. Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok;
e. Lari dari kebosanan, masalah atau kesusahan hidup;
f. Pengertian yang salah bahwa penggunaan sekali-sekali tidak menimbulkan
ketagihan;
g. Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau
kelompok pergaulan untuk menggunakan napza;
h. Tidak dapat berkata tidak terhadap napza.
2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Keluarga
Hubungan ayah dan ibu yang retak, komunikasi yang kurang efektif antara orang tua dan
anak, dan kurangnya rasa hormat antar anggota keluarga merupakan faktor yang ikut
mendorong seseorang pada gangguan penggunaan zat.
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah yang kurang disiplin, terletak dekat tempat hiburan, kurang memberi
kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif, dan adanya
murid pengguna napza merupakan faktor kontributif terjadinya penyalahgunaan napza.
c. Lingkungan Teman Sebaya
Adanya kebutuhan akan pergaulan teman sebaya mendorong remaja untuk dapat
diterima sepenuhnya dalam kelompoknya. Ada kalanya menggunakan napza merupakan
suatu hal yang penting bagi remaja agar diterima dalam kelompok dan dianggap sebagai
orang dewasa.
 
2.5 Dampak Narkoba
Penggunaan narkoba dapat menyebabkan efek negatif yang akan menyebabkan
gangguan mental dan perilaku, sehingga mengakibatkan terganggunya sistem neuro-
transmitter pada susunan saraf pusat di otak. Gangguan pada sistem neuro-transmitter akan
mengakibatkan terganggunya fungsi kognitif (alam pikiran), afektif (alam perasaan, mood,
atau emosi), psikomotor (perilaku), dan aspek sosial. Berbagai upaya untuk mengatasi
berkembangnya pecandu telah dilakukan, namun terbentur pada lemahnya hukum.
Beberapa bukti lemahnya hukum terhadap narkoba adalah sangat ringan hukuman bagi
pengedar dan pecandu, bahkan minuman beralkohol di atas 40 persen (minol 40 persen)
banyak diberi kemudahan oleh pemerintah. Sebagai perbandingan, di Malaysia jika

6
kedapatan pengedar atau pecandu membawa dadah 5 gr ke atas maka orang tersebut akan
dihukum mati. Sebenarnya juga tidak sedikit para pengguna ingin lepas dari dunia hitam ini.
Akan tetapi usaha untuk seorang pecandu lepas dari jeratan narkoba tidak semudah yang
dibayangkan.
 
2.6 Efek Samping Pemakaian Narkoba
Efek narkotika tergantung kepada dosis pemakaian, cara pemakaian, pemakaian
sebelumnya dan harapan pengguna. Selain kegunaan medis untuk mengobati nyeri, batuk dan
diare akut, narkotika menghasilkan perasaan “lebih membaik” yang dikenal dengan euforia
dengan mengurangi tekanan psikis. Efek ini dapat mengakibatkan ketergantungan. Tanda-
tanda fisik, dapat dilihat dari tanda-tanda fisik si pengguna, seperti mata merah, mulut kering,
bibir berwarna kecokelatan, perilakunya tidak wajar, bicaranya kacau, daya ingatannya
menurun.
 
2.7 Bahaya Narkoba bagi Remaja
Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa
ini kian meningkat. Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat
membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai
generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti
zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih.
Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan.
Sasaran dari penyebaran ini adalah kaum muda atau remaja. Kalau dirata-ratakan, usia
sasaran adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun.
Di Indonesia, perkembangan pencandu semakin pesat. Para pencandu itu pada umumnya
berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar.
Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya
dengan rokok. Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di
kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi ketika
pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pencandu
narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan.
Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja (pelajar) adalah
sebagai berikut:
1. Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian,
2. Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran,

7
3. Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah,
4. Sering menguap, mengantuk, dan malas,
5. Tidak memedulikan kesehatan diri,
6. Suka mencuri untuk membeli narkoba.
 
2.8 Penanggulangan Penyalah gunaan Narkoba
Pendekatan penanggulangan penyalahgunaan narkoba di Indonesia saat ini belum benar-
benar terpadu dan terlihat setiap instansi atau kelompok masyarakat bekerja sendiri-sendiri
sehingga hasil yang diperoleh belum optimal. Sebenarnya banyak instansi selain Polri yang
memiliki tugas memberantas penyalahgunaan narkoba. Belum ada upaya pembinaan khusus
terhadap pengguna sebagai korban, karena masih beranggapan bahwa para pengguna itu
adalah penjahat dan tanpa mendalami lebih jauh mengapa mereka sampai mengonsumsi atau
menyalahgunakan narkoba.
Peran serta masyarakat sangat rendah karena mereka masih berpandangan bahwa
pemberantasan penyalahgunaan Narkoba adalah tugas dan tanggung jawab polisi. Dengan
demikian mereka kurang peduli dan kurang berpartisipasi aktif dalam upaya penanggulangan
penyalahgunaan Narkoba. Ada beberapa LSM yang peduli dalam penyalahgunaan narkoba
seperti granat, geram, ganas, dan lain-lain. Namun sayangnya kegiatan mereka masih
cenderung belum konsisten dan belum berkesinambungan. Mereka lebih banyak untuk
menyoroti dan mencari kelemahan dan kesalahan yang dilakukan oleh penyidik/aparat
penegak hukum dari pada melakukan kemitraan, dengan kata lain kadar kemitraannya dengan
aparat penegak hukum masih meragukan.
Sedangkan di lingkungan internal Polri sendiri, kegiatan antar fungsi masih belum
terpadu dan belum terencana secara baik. Yang terkesan hanya kegiatan represif saja oleh
fungsi Reserse. Fungsi Binamitra, Intelijen dan Samapta kurang proaktif dalam melakukan
upaya perfektif dan preventif, sebagai contoh bahwa penyuluhan atau komunikasi, informasi
dan edukasi kepada masyarakat lebih banyak menunggu jika ada permintaan dari pihak lain
(kelompok masyarakat).
 

8
Gejala klinis penyalahgunaan Napza
Peruahan fisik

 Saat menggunakan Napza : jalan sempoyongan


 Kelebihan dosis : nafas sesak
 Sedang ketagihan : mata dan hidung berair

Perubahan sikap dan perilaku

 Prestasi di sekolah menurun


 Pola tidur berubah
 Sering keluyuran malam hari
 Senang menyendiri
 Sering berbohong

Petugas di bidang adiksi

1. Sikap dan kepribadiaan yan sesuai sebagai petugas


2. Kompetensi(terlatih / bersertifikat di bidang adiksi)
3. Tidak rangkap jabatan

Teknik wawancara

1. Alloanamnesis dilakukan sebelum anamnesis


2. Alloanamnesis dilakukan sesudah autoanamnesis
3. Auto dan allo anamnesis dilakukan bersama

Isi wawancara
Pada klien yang sudah terbuka,pertanyaan mengenai Napza meliputi:

1. Jenis Napza yang di pakai


2. Lama pemakaian

9
3. Dosis : frekuensi dan cara pakai
4. Riwayat/gejala interaksi/putus zat
5. Alasan penggunaan
6. Taraf fungsi sosial

 Riwayat pendidikan
 Latar belakang kriminal
 Status keluarga
 Kegiatan sosial lain

Evaluasi keadaan psikologis

 Keadaan emosi dan kemampuan pengendalian


 Kemungkinan tindakan kekerasan, bunuh diri
 Riwayat perawatan terdahulu

Konsep dasar terapi

1. Tidak ada satu bentuk terapi yang sesuai untuk semua individu
2. Terapi yang efektif harus mampu memenuhi banyak kebutuhan individu, tidak hanya
mengatasi perilaku penggunaan narkotika
3. Rencana pelayanan dan terapi terhadap klien harus di nilai dengan data yang lebih
baru dan sewaktu-waktu perlu dimodifikasi
4. Mempertahankan klien dalam periode terapi yang adekuat
5. Konseling dan terapi perilaku lain
6. Farmakoterapi juga perlu pada terapi kasus kecanduan narkotika
7. Pada kasus dual diagnosis (adiksi dan gangguan mental) harus mendapatkan terapi
keduanya secara integratif
8. Detoksifikasi medik merupakan langkah permulaan terapi kecanduan narkotika,
biasanya di lanjutkan dengan rehabilitasi
9. Program terapi harus menyediakan asessmen untuk HIV/AIDS, hepatitis B,C, TBC,
dan penyakit infeksi lainnya

10
10.  Pemuihan kecanduaan narkotika merupakan merupakan proses jangka panjang dan
sering mengalami fase-fase relapse
Pelayanan rehabilitasi atau terapi Napza
Model TC (Therapeutic community)
Merupakan terapi dari sekelompok orang yag mempunyai masalah yang sama, mereka
berkumpul untuk saling bantu dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.
Berikut 5 pilar program TC

1. Family milieu concept (konsep kekeluargaan)


2. Peer pressure (tekanan rekan sebaya)
3. Therapeutic session (sesi terapi)
4. Religiuos session (sesi agama)
5. Role medeling (ketauladanan)
6. Model minnesota (NA;AA dengan 12 steps)
7. Model medis (hospitaly base / berbasis rumah sakit)
8. Model yang diterapan di RSJ Menur

 Model TC
 Model minnesota
 Model medis/ berbasis rumah sakit,gabungan dari :
o Perbaikan kesehatan fisik dan kejiwaan
o Psikoterapi CBT,dinamik,suportif :MI/MET
o Religius

Layanan pasca rehabilitasi(belum ada di RSJ Menur)


Metode layanan pasca rehabilitasi terdiri dari :

 Layanan pasca rehabilitasi intensif (rawat inap)


 Layanan pasca rehabilitasi reguler (rawat jalan)
 Layanan pasca rehabilitasi lanjutan

Setelah layanan pasca rehabilitasi tersebut selesai, diharapan klien/ korban penyalahgunaan
Napza dapat pulih, produktif, dan berfunsi sosial
Asuhan keperawatan pada pengguna Napza
Pengkajian

11
Faktor predisposisi

o Faktor biologis
o Faktor psikologis
o Faktor sosial kultural
o Faktor presipitasi

Stresor presipitasi untuk terjadinya penyalahgunaan zat adiktif adalah :

 Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan


 Reaksi sebagai prinsip kesenangan
 Kehilangan sesuatu yang berarti
 Diasingkan oleh lingkungan
 Dampak kompleksitas era global
 Tingkah laku pasien 

Tingkah laku pasien pengguna sedatif hipnotik

a)      Menurunya sifat menahan diri


b)      Koordinasi motorik kurang
c)      Bicara cadel/bertele-tele
d)     Acuh, mengantuk, binggung, gelisah
e)      Membanggakan diri, percaya diri meningkat
f)       halusinasi
Mekanisme koping
Mekanisme yang biasanya di gunakan pada penyalahgunaan zat adiktif umumnya adalah:

 Menghindari masalah
 Proyeksi melepaskan diri dari tanggungjawab
 rasionalisasi

Diagnosis
Beberapa diagnosis yng mencul menurut NANDA adalah sebagai berikut:

 Gangguan persepsi sensori pada pengguna halusinogen

12
 Gangguan hubungan sosial manipulatif
 Gangguan konsep diri
 Gangguanpemusatan perhatian
 Tidak mampu mengenal kualitas yang positif dari diri sendiri
 Partisipasi keluarga yang kurang dalam program pengobatan pasien
 Menolak mengikuti terapi

Perencanaan
Tujuan sebelum dektosifikasi(dibawa ke RS)

o Agar tidak terancam


o Menjaga kesadaran pasien
o Aman dari kecelakaan terutama pada kondisi intoksikasi
o Setelah masa detoksifikasi

 Mengenal masalah yang di alami


 Pasien termotivasi untuk terapi jangka panjang
 Mengunankan koping yang sehat dalam mengatasi masalah

Tindakan
Tindakan kepada individu

o Cognitive Therapy (CT)


o Behavior Therapy (BT)
o Cognitive Behavior Therapy (CBT)
o Counseling Therapy
o Commitment Cognitive Behavior Therapy (CCBT),dst
o Tindakan kepada keluarga

 Family edukasi therapy


 Triangel therapy,dst
 Tindakan kepada kelompok
 Peer support
 Peer counseling

13
 Tindakan kepada masyarakat
 Community based therapy
 Assertive community treatment (ACT)

Evaluasi
Beberapa kriteria evaluasi yang dapat digunakan pada klien adalah:

 Klien mencapai keutuhan fisik dan harga diri secara alamiah


 Sumber koping adekuat dan untuk membantu klien berubah
 Klien mengenal kecemasannya dan sadar akan perasaannya
 Klien mampu secara periodik tidak menggunakan Napza

  

14
BAB III 
PENUTUP
A. Kesimpulan
Narkoba adalah barang yang sangat berbahaya dan bisa merusak susunan syaraf yang
bisa merubah sebuah kepribadian seseorang menjadi semakin buruk. Narkoba merupakan
sumber dari tindakan kriminalitas yang bisa merusak norma dan ketenteraman umum, dan
dapat menimbulkan dampak negatif yang mempengaruhi pada tubuh baik secara fisik
maupun psikologis.
Pengaruh narkoba sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan pribadinya maupun dampak
sosial yang ditimbulkannya, pencegahan penyalahgunaan narkoba bukanlah menjadi tugas
dari sekelompok orang saja, melainkan juga menjadi tugas bersama. Peran orang tua dalam
keluarga dan juga dari peran pendidikan di sekolah sangatlah besar pengaruhnya untuk
pencegahan penanggulangan narkoba. Dan perlunya peningkatan pengetahuan bahaya
narkoba bagi para remaja. Penanganan dini bagi para penggunaan narkoba sangatlah penting.
 
B. Saran
Semoga kita senantiasa terhindar dari bahaya narkoba, mari kita isi waktu luang dengan
kegiatan bermanfaat yang dapat meningkatkan kualitas diri kita. Seperti berolahraga, aktif di
kegiatan majelis taklim, belajar, dan lain sebagainya. Dengan demikian berarti kita dapat

15
menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua, dengan senantiasa berusaha sekuat
tenaga membahagiakan mereka. Dengan membahagiakan mereka tanpa disadari kita telah
membuka pintu kemudahan dan kesuksesan bagi diri kita sendiri di masa yang akan datang.
Salah satunya dengan cara tidak mencoba narkoba walaupun itu hanya sedikit.

DAFTAR PUSTAKA
Bewana, Satya. 2008. Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan Keluarganya.
Jakarta: Balai Pustaka. 
BNK Samarinda. 2016. Faktor dan Akibat NARKOBA 
Martono, Lydia Harlina. 2008. Menangkal Narkoba dan Kekerasan. Jakarta: Balai
Pustaka. 
Tanjung, Ain. 2004. Pahami Kejahatan Narkoba. Jakarta: Lembaga Terpadu
Pemasyarakatan Anti Narkoba

16

Anda mungkin juga menyukai