Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
NAPZA yang merupakan singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan
Zat adiktif lainnya adalah zat-zat kimiawi (obat-obat berbahaya) yang mampu
merubah fungsi mental dan perilaku seseorang, yang dimasukkan kedalam tubuh
manusia, baik melalui mulut, dihirup maupun disuntikkan. Sebetulnya NAPZA untuk
berbagai tujuan telah ada sejak zaman dahulu kala. Masalah timbul bila narkotik dan
obat-obatan ini digunakan secara berlebihan sehingga dapat menimbulkan kecanduan
(dalam bahasa Inggris disebut substance abuse).
Dengan adanya penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui pola hidup
para pecandu, maka masalah penyalahgunaan NAPZA menjadi semakin serius. Lebih
memprihatinkan lagi bila yang kecanduan adalah remaja yang merupakan masa depan
bangsa, karena penyalahgunaan NAPZA ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan,
sosial, dan ekonomi suatu bangsa.
Banyak upaya-upaya yang telah dilakukan untuk memberantas opnum-opnum
yang telah menyalahgunakan Narkoba dan Obat-obatan terlarang lainnya. Namun,
semakin hari jumlah pemakai Narkoba dan Obat-obat terlarang lainnya terus
bertambah. Oleh karena itu perlu adanya pengertian dari masing-masing individu
untuk menyadari betul dampak dari penggunaan Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan
Zat adiktif lainnya (NAPZA).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
permasalahan makalah ini di rumuskan sebagai berikut:
1) Apa pengertian dari NAPZA?
2) Apa saja jenis – jenis NAPZA?
3) Apa akibat dari penggunaan NAPZA?
4) Cara penyembuhan dari pengguna NAPZA?
5) Apa saja badan pengelola NAPZA?
6) Apa saja tingakatan pengguna NAPZA?
7) Apa penyebab dan bagaimana deteksi penyalahgunaan NAPZA?
8) Apa sikap yang sebaiknya kita ambil terhadap pengguna NAPZA?

C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini meliputi beberapa aspek berikut:
1) Memaparkan dan menjelaskan informasi – informasi mengenai NAPZA, baik
itu pengertian, jenis – jenis, akibat, cara penyembuhan, badan pengelola, cara
peredaran, dan sikap yang perlu diambil terhadap NAPZA.
2) Meningkatkan pengetahuan mengenai NAPZA sehingga pembaca menjadi
mengetahui dan dapat terhindar dan ikut membantu penanganan NAPZA.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian NAPZA
NAPZA yang merupakan singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan
Zat adiktif lainnya adalah zat-zat kimiawi (obat-obat berbahaya) yang mampu
merubah fungsi mental dan perilaku seseorang, yang dimasukkan kedalam tubuh
manusia, baik melalui mulut, dihirup maupun disuntikkan. Dalam istilah sederhana
NAPZA berarti zat apapun juga apabila dimasukkan ke dalam tubuh manusia, dapat
mengubah fungsi fisik dan/atau psikologis. NAPZA psikotropika berpengaruh
terhadap sistem pusat saraf (otak dan tulang belakang) yang dapat mempengaruhi
perasaan, persepsi dan kesadaran seseorang.
Masyarakat mengenal Narkoba yang merupakan akronim dari Narkotika dan
obat-obatan berbahaya. Narkoba merupakan istilah yang biasa dipakai oleh orang
awam dan hanya mencakup lingkup yang sempit, sementara NAPZA adalah istilah
medis atau kedokteran yang mencakup jangkauan lebih luas, tidak hanya narkotika
sebatas obat-obatan melainkan semua zat yang mengakibatkan ketergantungan seperti
alkohol, rokok, bahkan kafein.
Secara umum pengertian Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat adiktif
lainnya (NAPZA) masing-masing adalah :
 Narkotika Adalah zat atau obat yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran dan dapat menyebabkan hilangnya rasa atau mengurangi
nyeri dan dapat menimbulkan rasa ketergantungan.
 Alkohol adalah cairan yang dihasilkan dari fermentasi atau peragian dan
mengandung etanol. Cairan yang mengandung etanol yang tinggi disebut
minuman keras dan bila diminum memabukkan dan merusak tubuh.
 Psikotropika Adalah zat atau obat yang berkhasiat psikoaktif (menimbulkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku) melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat, zat ini digunakan untuk mengobati gangguan jiwa
yang peraturannya terdapat didalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 tahun 1997.
 Zat Adiktif Adalah zat atau obat yang berpotensi menimbulkan rasa
ketergantungan.

B. Jenis – Jenis NAPZA


Jenis – jenis NAPZA dapat dikelompokan:
1. Berdasarkan bahan
a. Alami yaitu jenis atau zat yang diambil langsung dari alam tanpa adanya
proses fermentasi atau produksi misalnya: Ganja, Mescaline, Psilocybin,
Kafein, Opium.
b. Semi Sintesis yaitu jenis zat/obat yang diproses sedemikian rupa melalui
proses fermentasi misalnya: Morfin, Heroin, Kodein, Crack.

2
c. Sintesis yaitu jenis zat yang dikembangkan untuk keperluan medis yang
juga untuk menghilangkan rasa sakit misalnya: petidin, metadon,
dipipanon, dekstropropokasifen.
2. Berdasarkan efek yang ditimbulkan
a. Depresan adalah zat atau jenis obat yang berfungsi mengurangi aktifitas
fungsional tubuh. Jenis ini dapat membuat pemakai merasa tenang bahkan
tertitur atau tak sadarkan diri misalnya: opioda, opium atau putau, morfin,
heroin, kodein opiat sintesis.
b. Stimulan adalah zat atau obat yang dapat merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan gairah kerja serta kesadaran misalnya: kafein, kokain,
nikotin amfetamin atau sabu-sabu.
c. Halusinogen zat atau obat yang menimbulkan efek halusinasi yang
bersifat merubah perasaan dan fikiran misalnya: Ganja, Jamur Masrum
Mescaline, psilocybin, LSD.
3. Berdasarkan cara penggunaan
a. Oral: Penggunaan zat dengan menggunakan organ mulut atau dengan kata
lain penggunaan zat dengan cara memakannya atau meminumnya,
misalnya: alkohol, ektasi, pil koplo, dll.
b. Injeksi: Penggunaan zat dengan cara menyuntikannya kedalam tubuh,
misalnya: heroin dan morfin.
c. Melalui luka: penggunaan zat dilakukan dengan cara menaruhnya di
bagian tubuh yang terdapat luka, misalnya: kodein, heroin, dan morfin.
d. Menghirup: Penggunaan zat dengan cara menghirup zat tersebut melalui
organ hidung atau mulut, misalnya: ganja, sabu, heroin.
4. Berdasarkan bentuk
a. Cair, misalnya: alkohol.
b. Pasta, misalnya: heroin, kodein.
c. Pil/kapsul, misalnya: ekstasi, sedativa.
d. Kristal/block, misalnya: methampetamin, amphetamin.
e. Bubuk, misalnya: heroin, kodein, morfin, methampetamin.
f. Gas, misalnya: oxycodon.
g. Lapisan kertas, misalnya: LSD.
5. Berdasarkan Undang – undang yang berlaku di Indonesia
a. Narkotika
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Narkotika terdiri dari 3 golongan:
1. Golongan I: Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Heroin, Kokain, Ganja.

3
2. Golongan II: Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan /
atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh:
Morfin, Petidin.
3. Golongan III: Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Codein.
b. Psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah: zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan:
1. Golongan I: Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: Ekstasi.
2. Golongan II: Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Amphetamine.
3. Golongan III: Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Phenobarbital.
4. Golongan IV: Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat
luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: Diazepam, Nitrazepam (BK,
DUM).
c. Zat Adiktif Lainnya
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah: bahan / zat yang
berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi:
1. Minuman Alkohol: mengandung etanol etil alkohol, yang
berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi
bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan
tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau
Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh
manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol:
a. Golongan A: kadar etanol 1 – 5% (Bir).
b. Golongan B: kadar etanol 5 – 20% (Berbagai minuman
anggur)

4
c. Golongan C: kadar etanol 20 – 45% (Whisky, Vodca, Manson
House, Johny Walker).
2. Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah
menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai
barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas
mesin. Yang sering disalahgunakan adalah: Lem, Tiner, Penghapus
Cat Kuku, Bensin.
3. Tembakau: pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat
luas di masyarakat. Dalam upaya penanggulangan NAPZA di
masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja,
harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan
alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain
yang berbahaya.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA
dapat digolongkan menjadi 3 golongan:
1. Golongan Depresan (Downer). Adalah jenis NAPZA yang
berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat
pemakainya menjadi tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan
tak sadarkan diri. Contohnya: Opioda (Morfin, Heroin, Codein),
sedative (penenang), Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer (anti
cemas).
2. Golongan Stimulan (Upper). Adalah jenis NAPZA yang
merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis
ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan bersemangat.
Contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.
3. Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat
menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan,
pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda
sehingga seluruh persaan dapat terganggu. Contoh: Kanabis (ganja).
Alkohol
Ekstasi

Ganja
Rokok

5
C. Akibat Penggunaan dari NAPZA
Berikut ini beberapa akibat yang akan dirasakan dari penggunaan dari
beberapa jenis NAPZA:
1. Opiat atau Opium (candu)

Merupakan golongan Narkotika alami yang sering digunakan dengan


cara dihisap (inhalasi). Efek dari opium ini adalah sebagai berikut:
 Menimbulkan rasa kesibukan (rushing sensation)
 Menimbulkan semangat
 Merasa waktu berjalan lambat.
 Pusing, kehilangan keseimbangan/mabuk.
 Merasa rangsang birahi meningkat (hambatan seksual hilang).
 Timbul masalah kulit di sekitar mulut dan hidung.
2. Morfin

Merupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui


pengolahan secara kimia. Umumnya candu mengandung 10% morfin. Cara
pemakaiannya disuntik di bawah kulit, ke dalam otot atau pembuluh darah
(intravena). Efek dari morfin adalah sebagai berikut:
 Menimbulkan euforia.
 Mual, muntah, sulit buang hajat besar (konstipasi).
 Kebingungan (konfusi).
 Berkeringat.
 Dapat menyebabkan pingsan, jantung berdebar-debar.
 Gelisah dan perubahan suasana hati.
 Mulut kering dan warna muka berubah.

6
3. Heroin atau putaw

Merupakan golongan narkotika semi sintetis yang dihasilkan atas


pengolahan morfin secara kimiawi melalui 4 tahapan sehingga diperoleh
heroin paling murni berkadar 80% hingga 99%. Heroin murni berbentuk
bubuk putih sedangkan heroin tidak murni berwarna putih keabuan (street
heroin). Zat ini sangat mudah menembus otak sehingga bereaksi lebih kuat
dari pada morfin itu sendiri. Umumnya digunakan dengan cara disuntik atau
dihisap. Efek dari Heroin adalah sebagai berikut:
 Timbul rasa kesibukan yang sangat cepat/rushing sensastion (± 30-60
detik) diikuti rasa menyenangkan seperti mimpi yang penuh kedamaian
dan kepuasan atau ketenangan hati (euforia). Ingin selalu menyendiri
untuk menikmatinya.
 Denyut nadi melambat.
 Tekanan darah menurun.
 Otot-otot menjadi lemas/relaks.
 Diafragma mata (pupil) mengecil (pin point).
 Mengurangi bahkan menghilangkan kepercayaan diri.
 Membentuk dunia sendiri (dissosial) : tidak bersahabat.
 Penyimpangan perilaku : berbohong, menipu, mencuri, kriminal.
 Ketergantungan dapat terjadi dalam beberapa hari.
 Efek samping timbul kesulitan dorongan seksual, kesulitan membuang
hajat besar, jantung berdebar-debar, kemerahan dan gatal di sekitar
hidung, timbul gangguan kebiasaan tidur.
 Jika sudah toleransi, semakin mudah depresi dan marah sedangkan efek
euforia semakin ringan atau singkat
4. Ganja atau kanabis

Berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica. Pada tanaman
ini terkandung 3 zat utama yaitu tetrahidrokanabinol, kanabinol dan
kanabidiol. Cara penggunaannya dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai
7
rokok atau dengan menggunakan pipa rokok. Efek dari ganja adalah sebagai
berikut:
 Denyut jantung atau nadi lebih cepat.
 Mulut dan tenggorokan kering.
 Merasa lebih santai, banyak bicara dan bergembira.
 Sulit mengingat sesuatu kejadian.
 Kesulitan kinerja yang membutuhkan konsentrasi, reaksi yang cepat dan
koordinasi.
 Kadang-kadang menjadi agresif bahkan kekerasan.
 Bilamana pemakaian dihentikan dapat diikuti dengan sakit kepala, mual
yang berkepanjangan, rasa letih/capek.
 Gangguan kebiasaan tidur.
 Sensitif dan gelisah.
 Berkeringat.
 Berfantasi.
 Selera makan bertambah.
5. LSD atau lysergic acid atau acid, trips, tabs

Termasuk sebagai golongan halusinogen (membuat khayalan) yang


biasa diperoleh dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar ¼ perangko
dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil atau kapsul.
Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan
bereaksi setelah 30-60 menit kemudian dan berakhir setelah 8-12 jam.
 Timbul rasa yang disebut Tripping yaitu seperti halusinasi tempat, warna
dan waktu.
 Biasanya halusinasi ini digabung menjadi satu hingga timbul obsesi
terhadap yang dirasakan dan ingin hanyut di dalamnya.
 Menjadi sangat indah atau bahkan menyeramkan dan lama kelamaan
membuat perasaan khawatir yang berlebihan (paranoid).
 Denyut jantung dan tekanan darah meningkat.
 Diafragma mata melebar dan demam.
 Disorientasi.
 Depresi.
 Pusing
 Panik dan rasa takut berlebihan.

8
 Flashback (mengingat masa lalu) selama beberapa minggu atau bulan
kemudian.
 Gangguan persepsi seperti merasa kurus atau kehilangan berat badan.
6. Kokain

Mempunyai 2 bentuk yakni bentuk asam (kokain hidroklorida) dan


bentuk basa (free base). Kokain asam berupa kristal putih, rasa sedikit pahit
dan lebih mudah larut dibanding bentuk basa bebas yang tidak berbau dan
rasanya pahit. Nama jalanan kadang disebut koka, coke, happy dust, snow,
charlie, srepet, salju, putih. Disalahgunakan dengan cara menghirup yaitu
membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus di atas
permukaan kaca dan benda yang mempunyai permukaan datar. Kemudian
dihirup dengan menggunakan penyedot atau gulungan kertas. Cara lain adalah
dibakar bersama tembakau yang sering disebut cocopuff. Menghirup kokain
berisiko luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam. Efek dari kokain
adalah sebagai berikut:
 Menimbulkan keriangan, kegembiraan yang berlebihan (ecstasy).
 Hasutan (agitasi), kegelisahan, kewaspadaan dan dorongan seks.
 Penggunaan jangka panjang mengurangi berat badan.
 Timbul masalah kulit.
 Kejang-kejang, kesulitan bernafas.
 Sering mengeluarkan dahak atau lendir.
 Merokok kokain merusak paru (emfisema).
 Memperlambat pencernaan dan menutupi selera makan.
 Paranoid.
 Merasa seperti ada kutu yang merambat di atas kulit (cocaine bugs).
 Gangguan penglihatan (snow light).
 Kebingungan (konfusi).
 Bicara seperti menelan (slurred speech).

9
7. Amfetamin

Nama generik/turunan amfetamin adalah D-pseudo epinefrin yang


pertama kali disintesis pada tahun 1887 dan dipasarkan tahun 1932 sebagai
pengurang sumbatan hidung (dekongestan). Berupa bubuk warna putih dan
keabu-abuan. Ada 2 jenis amfetamin yaitu MDMA (metil dioksi
metamfetamin) dikenal dengan nama ectacy. Nama lain fantacy pils, inex.
Metamfetamin bekerja lebih lama dibanding MDMA (dapat mencapai 12 jam)
dan efek halusinasinya lebih kuat. Nama lainnya shabu, SS, ice. Cara
penggunaan dalam bentuk pil diminum. Dalam bentuk kristal dibakar dengan
menggunakan kertas alumunium foil dan asapnya dihisap melalui hidung, atau
dibakar dengan memakai botol kaca yang dirancang khusus (bong). Dalam
bentuk kristal yang dilarutkan dapat juga melalui suntikan ke dalam pembuluh
darah (intravena). Efek dari Amfetamin adalah sebagai berikut:
 Jantung terasa sangat berdebar-debar (heart thumps).
 Suhu badan naik/demam.
 Tidak bisa tidur.
 Merasa sangat bergembira (euforia).
 Menimbulkan hasutan (agitasi).
 Banyak bicara (talkativeness).
 Menjadi lebih berani/agresif.
 Kehilangan nafsu makan.
 Mulut kering dan merasa haus.
 Berkeringat.
 Tekanan darah meningkat.
 Mual dan merasa sakit.
 Sakit kepala, pusing, tremor/gemetar.
 Timbul rasa letih, takut dan depresi dalam beberapa hari.
 Gigi rapuh, gusi menyusut karena kekurangan kalsium.
8. Sedatif-hipnotik (Benzodiazepin/BDZ)
Sedatif (obat penenang) dan hipnotikum (obat tidur). Nama jalanan
BDZ antara lain BK, Lexo, MG, Rohip, Dum. Cara pemakaian BDZ dapat
diminum, disuntik intravena, dan melalui dubur. Ada yang minum BDZ
mencapai lebih dari 30 tablet sekaligus. Dosis mematikan/letal tidak diketahui
dengan pasti. Bila BDZ dicampur dengan zat lain seperti alkohol, putauw bisa

10
berakibat fatal karena menekan sistem pusat pernafasan. Umumnya dokter
memberi obat ini untuk mengatasi kecemasan atau panik serta pengaruh tidur
sebagai efek utamanya, misalnya aprazolam/Xanax/Alviz. Efek dari sedaitif-
hipnotik adalah sebagai berikut:
 Akan mengurangi pengendalian diri dan pengambilan keputusan.
 Menjadi sangat acuh atau tidak peduli dan bila disuntik akan menambah
risiko terinfeksi HIV/AIDS dan hepatitis B & C akibat pemakaian jarum
bersama.
 Obat tidur/hipnotikum terutama golongan barbiturat dapat
disalahgunakan misalnya seconal.
 Terjadi gangguan konsentrasi dan keterampilan yang berkepanjangan.
 Menghilangkan kekhawatiran dan ketegangan (tension).
 Perilaku aneh atau menunjukkan tanda kebingungan proses berpikir.
 Nampak bahagia dan santai.
 Bicara seperti sambil menelan (slurred speech).
 Jalan sempoyongan.
 Tidak bisa memberi pendapat dengan baik.
9. Alkohol

Merupakan suatu zat yang paling sering disalahgunakan manusia.


Alkohol diperoleh atas peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau umbi-
umbian. Dari peragian tersebut dapat diperoleh alkohol sampai 15% tetapi
dengan proses penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan kadar alkohol yang
lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Kadar alkohol dalam darah maksimum
dicapai 30-90 menit. Setelah diserap, alkohol/etanol disebarluaskan ke suluruh
jaringan dan cairan tubuh. Dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah
orang akan menjadi euforia, namun dengan penurunannya orang tersebut
menjadi depresi.
Dikenal 3 golongan minuman berakohol yaitu golongan A; kadar
etanol 1%-5% (bir), golongan B; kadar etanol 5%-20% (minuman
anggur/wine) dan golongan C; kadar etanol 20%-45% (Whiskey, Vodca,
TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput). Pada umumnya alkohol :
 Akan menghilangkan perasaan yang menghambat atau merintangi.
 Merasa lebih tegar berhubungan secara sosial (tidak menemui masalah).
 Merasa senang dan banyak tertawa.
 Menimbulkan kebingungan.
 Tidak mampu berjalan.
10. Inhalansia atau Solven

11
Adalah uap bahan yang mudah menguap yang dihirup. Contohnya
aerosol, aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tinner, uap
bensin.Umumnya digunakan oleh anak di bawah umur atau golongan kurang
mampu/anak jalanan. Penggunaan menahun toluen yang terdapat pada lem
dapat menimbulkan kerusakan fungsi kecerdasan otak. Efek inhalansia adalah
sebagai berikut:
 Pada mulanya merasa sedikit terangsang.
 Dapat menghilangkan pengendalian diri atau fungsi hambatan.
 Bernafas menjadi lambat dan sulit.
 Tidak mampu membuat keputusan.
 Terlihat mabuk dan jalan sempoyongan.
 Mual, batuk dan bersin-bersin.
 Kehilangan nafsu makan.
 Halusinasi.
 Perilaku menjadi agresif/berani atau bahkan kekerasan.
 Bisa terjadi henti jantung (cardiac arrest).
Berikut ini adalah tanda-tanda kemungkinan apabila seseorang melakukan
penyalahgunaan NAPZA:
1. Fisik
 Berat badan turun drastis
 Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman
 Tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas gigitan nyamuk
dan ada tanda bekas luka sayatan. Goresan dan perubahan warna kulit di
tempat
 Bekas suntikan
 Buang air besar dan kecil kurang lancar
 Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas
2. Emosi
 Sangat sensitif dan cepat bosan
 Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap membangkang
 Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara
kasar terhadap anggota keluarga atau orang di sekitarnya
 Nafsu makan tidak menentu
3. Perilaku
 Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya
 Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga
 Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa
pamit dan pulang lewat tengah malam
 Suka mencuri uang di rumah, sekolah ataupun tempat pekerjaan dan
menggadaikan barang-barang berharga di rumah. Begitupun dengan
barang-barang berharga miliknya, banyak yang hilang

12
 Selalu kehabisan uang
 Waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang,
ruang yang gelap, kamar mandi, atau tempat-tempat sepi lainnya
 Takut akan air. Jika terkena akan terasa sakit – karena itu mereka jadi
malas mandi
 Sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat
gejala “putus zat”
 Sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila ada
maunya, seperti saat membutuhkan uang untuk beli obat
 Sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan
 Mengalami jantung berdebar-debar
 Sering menguapmengeluarkan air mata berlebihan
 Mengeluarkan keringat berlebihan
 Sering mengalami mimpi buruk
 Mengalami nyeri kepala
 Mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi

D. Cara Penyembuhan dari Pengguna NAPZA


Lebih baik mencegah dari pada menyembuhkan. Mencegah para remaja
maupun orang dewasa terhadap bahaya narkoba sebetulnya tidak rumit sama sekali,
asal kita tahu benar apa yang harus kita lakukan dan apa yang kita hadapi. Upaya
yang perlu dilakukan terhadap kelompok remaja/generasi muda dalam mencegah
terjadinya penyalahgunaan Narkoba dilakukan dengan 3 cara intervensi yaitu:
a. Pencegahan Primer
Upaya pencegahan yang dilakukan sebelum penyalahgunaan terjadi
dan biasanya dalam bentuk pendidikan, kampanye, atau penyebaran
pengetahuan mengenai bahaya Narkoba, serta pendekatan dalam keluarga dan
lain-lain, cara ini bisa dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat
dimanapun seperti: sekolah, tempat tinggal, termpat kerja dan tempat-tempat
umum.
b. Pencegahan Sekunder
Dilakukan pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya
penyembuhan (treatment) cara ini biasanya ditangani oleh lembaga
professional dibidangnya yaitu lembaga medis seperti klinik, rumah sakit dan
dokter. Tahap pencegahan sekunder meliputi: tahap penerimaan awal dengan
melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan tahap ditoksikasi dan terapi
komplikasi medik dilakukan dengan cara pengurangan ketergantungan bahan-
bahan adiktif secara bertahap.
c. Pencegahan Tersier
Upaya yang dilakukan untuk merehabilitas mereka yang sudah
memakai dan dalam proses penyembuhan, upaya ini dilakukan cukup lama
oleh lembaga khususnya seperti klinik rehabilitas dan kelompok masyarakat
yang dibentuk khusus (therapeutic community). Tahap ini dibagi menjadi dua

13
bagian yaitu fase stabilitasi yang berfungsi untuk mempersiapkan pengguna
kembali ke masyarakat, dan fase sosial dalam masyarakat agar mantan
penyalahguna Narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang bermakna di
masyarakat.

Apabila sesorang telah malakukan penyalahgunaan NAPZA maka perlu


dilakukan penanggulangan. Ada pun penanggulangan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Upaya Premetif
 Memberikan bimbingan dan penyuluhan serta bimbingan untuk taat
beragama serta patuh terhadap hukum kepada semua lapisan masyarakat
secara selektif dan prioritas.
 Melaksanakan bimbingan serta menyalurkan kegiatan masyarakat
terutama generasi muda yang ada kepada kegiatan positif seperti olahraga,
kesenian dan lain-lain.
 Melaksanakan kegiatan edukatif dengan sasaran menghilangkan faktor-
faktor peluang, pola hidup bebas Narkoba dan penerangan secara dini
terhadap penyalahgunaan Narkoba.
b. Upaya Preventif
 Melaksanakan pengawasan secara berjenjang oleh orang tua maupun
tenaga pendidik terhadap putra-putri dan keluarga baik di lingkungan
urmah sampai lingkungan yang lebih luas.
 Mengadakan penertiban/lokalisir pengguna minuman keras pada tempat
keramaian termasuk pada ijin penjualan.
 Memperketat pengawasan, patroli pada tempat rawan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba, penanaman/pengolahan serta jalur peredaran
secara ilegal ke wilayah Indonesia.
c. Upaya Penegakan Hukum
 Melakukan penyelidikan dan menindak dengan melibatkan instansi terkait
dan partisipasi masyarakat secara swakarsa dan terkoordinasi.
 Melakukan proses hukum bagi pelaku penyalahgunaan danperedaran
gelap Narkoba secara obyektif, transparan, cepat, tepat tuntas dan adil
oleh penegak hukum yang profesional dan bertanggung jawab.
 Memutuskan jalur peredaran gelap narkoba
 Mengungkapkan jaringan peredaran gelap Narkoba
 Melaksanakan terapi dan rehabilitasi terhadap korban penyalahgunaan
Narkoba.
Perlu diperhatikan dalam terapi pada penyalahgunaan Napza adalah
penanganan kegawat daruratan yang berkaitan dengan penyalahgunaan Napza.Gawat
darurat yang terjadi pada penyalah gunaan napza meliputi :
 Intoksikasi.
 Overdosis.

14
 Sindrom putus Napza.
 Berbagai macam komplikasi medik (fisik dan psikiatri).
Penting diperhatikan dalam kondisi gawat darurat penyalahgunaan napza
adalah ketrampilan dalam menentukan diagnosis, sehingga dengan cepat dan akurat
dapat dilakukan intervensi medik. Setelah masa kritis atau kegawatan terlewati dan
setelah selesai menjalani detoksifikasi atau proses pembebasan dari ketergantungan
secara fisik maka langkah selanjutnya adalah rehabilitasi dimana pada proses ini akan
menentukan apakah dia akan bisa sembuh atau kembali menggunakan tergantung
pada proses rehabilitasi ini. Pada masa rehabilitasi ini merupakan proses pembebasan
dari ketergantungan secara psikis, adapun bentuk bentuk program rehabilitasi yang
ada antara lain :
 Program antagonis opiate.
 Program metadon.
 Program yang berorientasi psikososial
 Theraupetik kommuniti
 Program berorientasi social.
 Program berorintasi kedisiplinan.
 Program dengan pendekatan religi.
Tahap-tahap rehabilitasi bagi pecandu narkoba :
1. Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi), tahap ini pecandu diperiksa seluruh
kesehatannya baik fisik dan mental oleh dokter terlatih. Dokterlah yang
memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk mengurangi
gejala putus zat (sakau) yang ia derita. Pemberian obat tergantung dari jenis
narkoba dan berat ringanya gejala putus zat. Dalam hal ini dokter butuh
kepekaan, pengalaman, dan keahlian guna memdeteksi gejala kecanduan
narkoba tersebut.
2. Tahap rehabilitasi nonmedis, tahap ini pecandu ikut dalam program
rehabilitasi. Di Indonesia sudah di bangun tempat-tempat rehabilitasi, sebagai
contoh di bawah BNN adalah tempat rehabilitasi di daerah Lido (Kampus
Unitra), Baddoka (Makassar), dan Samarinda. Di tempat rehabilitasi ini,
pecandu menjalani berbagai program diantaranya program therapeutic
communities (TC), 12 steps (dua belas langkah, pendekatan keagamaan, dan
lain-lain.
3. Tahap bina lanjut (after care), tahap ini pecandu diberikan kegiatan sesuai
dengan minat dan bakat untuk mengisi kegiatan sehari-hari, pecandu dapat
kembali ke sekolah atau tempat kerja namun tetap berada di bawah
pengawasan.
Untuk setiap tahap rehabilitasi diperlukan pengawasan dan evaluasi secara
terus menerus terhadap proses pulihan seorang pecandu. Dalam penanganan pecandu
narkoba, di Indonesia terdapat beberapa metode terapi dan rehabilitasi yang
digunakan yaitu :

15
1. Cold turkey; artinya seorang pecandu langsung menghentikan penggunaan
narkoba/zat adiktif. Metode ini merupakan metode tertua, dengan mengurung
pecandu dalam masa putus obat tanpa memberikan obat-obatan. Setelah gejala
putus obat hilang, pecandu dikeluarkan dan diikutsertakan dalam sesi
konseling (rehabilitasi nonmedis). Metode ini bnayak digunakan oleh beberapa
panti rehabilitasi dengan pendekatan keagamaan dalam fase detoksifikasinya.
2. Metode alternatif
3. Terapi substitusi opioda; hanya digunakan untuk pasien-pasien ketergantungan
heroin (opioda). Untuk pengguna opioda hard core addict (pengguna opioda
yang telah bertahun-tahun menggunakan opioda suntikan), pecandu biasanya
mengalami kekambuhan kronis sehingga perlu berulang kali menjalani terapi
ketergantungan. Kebutuhan heroin (narkotika ilegal) diganti (substitusi)
dengan narkotika legal. Beberapa obat yang sering digunakan adalah kodein,
bufrenorphin, metadone, dan nalrekson. Obat-obatan ini digunakan sebagai
obat detoksifikasi, dan diberikan dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan
pecandu, kemudian secara bertahap dosisnya diturunkan. Keempat obat di atas
telah banyak beredar di Indonesia dan perlu adanya kontrol penggunaan untuk
menghindari adanya penyimpangan/penyalahgunaan obat-obatan ini yang akan
berdampak fatal.
4. Therapeutic community (TC); metode ini mulai digunakan pada akhir 1950 di
Amerika Serikat. Tujuan utamanya adalah menolong pecandu agar mampu
kembali ke tengah masyarakat dan dapat kembali menjalani kehidupan yang
produktif. Program TC, merupakan program yang disebut Drug Free Self Help
Program. program ini mempunyai sembilan elemen yaitu partisipasi aktif,
feedback dari keanggotaan, role modeling, format kolektif untuk perubahan
pribadi, sharing norma dan nilai-nilai, struktur & sistem, komunikasi terbuka,
hubungan kelompok dan penggunaan terminologi unik. Aktivitas dalam TC
akan menolong peserta belajar mengenal dirinya melalui lima area
pengembangan kepribadian, yaitu manajemen perilaku, emosi/psikologis,
intelektual & spiritual, vocasional dan pendidikan, keterampilan untuk
bertahan bersih dari narkoba.
5. Metode 12 steps; di Amerika Serikat, jika seseorang kedapatan mabuk atau
menyalahgunakan narkoba, pengadilan akan memberikan hukuman untuk
mengikuti program 12 langkah. Pecandu yang mengikuti program ini
dimotivasi untuk mengimplementasikan ke 12 langkah ini dalam kehidupan
sehari-hari.

E. Badan / Lembaga yang Berhubungan dengan NAPZA


Badan Narkotika Nasional (disingkat BNN) adalah sebuah Lembaga
Pemerintah Non Kementerian (LPNK) Indonesia yang mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencegahan, pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif
lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.[1] BNN dipimpin oleh

16
seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden melalui koordinasi
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Dasar hukum BNN adalah Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika. Sebelumnya, BNN merupakan lembaga nonstruktural yang dibentuk
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002, yang kemudian diganti
dengan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007.
Adapun tugas – tugas dari BNN adalah sebagai berikut:
1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
2. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
3. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
4. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat;
5. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
6. Memantau, mengarahkan dan meningkatkan kegiatan masyarakat
dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Psikotropika Narkotika;
7. Melalui kerja sama bilateral dan multiteral, baik regional maupun
internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
8. Mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekursor Narkotika;
9. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap
perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika; dan
10. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.
Selain tugas sebagaimana diatas, BNN juga bertugas menyusun dan
melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor dan bahan adiktif
lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol. Selain itu juga terdapat
fungsi dari BNN yaitu:
1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan
dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,
psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan
adiktif untuk tembakau dan alkohol yang selanjutnya disingkat dengan
P4GN.
2. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, kriteria dan
prosedur P4GN.
3. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN.

17
4. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan,
pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan
kerjasama di bidang P4GN.
5. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakna teknis P4GN di bidang
pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi,
hukum dan kerjasama.
6. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi
vertikal di lingkungan BNN.
7. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat
dalam rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan
nasional di bidang P4GN.
8. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di lingkungan
BNN.
9. Pelaksanaan fasilitasi dan pengkoordinasian wadah peran serta
masyarakat.
10. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.
11. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang
narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya,
kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.
12. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen
masarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke
dalam masyarakat serta perawatan lanjutan bagi penyalahguna dan/atau
pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya kecuali
bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol di tingkat pusat dan daerah.
13. Pengkoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan
adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat.
14. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahguna dan/atau
pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya, kecuali
bahan adiktif tembakau dan alkohol berbasis komunitas terapeutik atau
metode lain yang telah teruji keberhasilannya.
15. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian dan perumusan peraturan
perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN.
16. Pelaksanaan kerjasama nasional, regional dan internasional di bidang
P4GN.
17. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di
lingkungan BNN.
18. Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi pemerintah
terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN.
19. Pelaksanaan penegakan disiplin, kode etik pegawai BNN dan kode etik
profesi penyidik BNN.

18
20. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional penelitian dan
pengembangan, serta pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN.
21. Pelaksanaan pengujian narkotika, psikotropika dan prekursor serta
bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan
alkohol.
22. Pengembangan laboratorium uji narkotika, psikotropika dan prekursor
serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif tembakau dan
alkohol.
23. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di
bidang P4GN.
Selain BNN, terdapat pula banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang
dibangun dengan tujuan untuk memerangi NAPZA yang merupakan musuh besar dari
bangsa Indonesia. Salah satunya adalah GRANAT atau Gerakan Anti Narkoba. Dan
juga terdapat lembaga atau badan yang menangani rehabilitasi dari para penyalahguna
NAPZA yaitu Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Indonesia adalah
sebuah tempat yang dikhususkan untuk merehabilitasi korban penyalahgunaan
narkoba di Indonesia. Rehabilitasi adalah jalan yang baik bagi proses penyembuhan
korban penyalahgunaan narkoba. Pusat rehabilitasi narkoba BNN terletak di Desa
Wates Jaya, kecamatan Cigombong, Lido, Kab. Bogor.
Pelaksanaan pelayanan di Babesrehab BNN bagi pecandu dan penyalahguna
narkoba menggunakan sistem one stop center (pelayanan satu atap) terdiri dari
pelayanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial dalam satu atap. Babesrehab ini
memiliki struktur organisasi dan dipimpin oleh Ka. Babesrehab BNN . Pada
pelayanan rehabilitasi sosial menggunakan metode Therapeutic Community (TC)
dengan kapasitas daya tampung berjumlah 500 orang yang berlangsung selama 6
bulan.
Di Babesrehab, ada beberapa "rumah" (tempat rehabilitasi) yang
dikelompokkan sebagai berikut, yakni:
1. Detoks, adalah rumah bagi pecandu yang baru memulai penanganan.
Rumah Detoks terbagi menjadi dua, yakni untuk pria dan wanita. Di
sini pecandu akan ditangani selama rata-rata 2 minggu.
2. Entry Unit, adalah rumah yang disinggahi pecandu yang sudah
"dibersihkan" sebelumnya di rumah Detoks. Pada Entry Unit, setiap
pecandu akan diberi pemahaman mengenai program yang sedang dan
akan dijalaninya selama 6 bulan ke depan.
3. Green House, adalah rumah tempat pelatihan dan pendidikan para
pecandu laki-laki yang berusia kurang dari 35 tahun. Di sini para
pecandu akan dilatih sikap, tingkah laku, dan kepribadiannya agar
dapat diterima masyarakat. Program di rumah ini berlangsung selama 4
bulan.
4. House of Hope, adalah rumah tempat pelatihan dan pendidikan para
pecandu laki-laki yang berusia di atas 30 tahun, atau pecandu yang
sudah pernah keluar dari panti rehabilitasi sebelumnya. Berbeda
dengan rumah Green, di rumah Hope pecandu akan diubah pola

19
pikirnya agar tidak terikat pada narkoba dan diterima masyarakat.
Program di rumah ini berlangsung selama 4 bulan.
5. HoC (House of Change), rumah ini memiliki program yang sama
dengan rumah Hope, namun dikhususkan untuk para pegawai negeri
sipil atau pejabat negara, dan militer atau polisi. Program di rumah ini
berlangsung selama 4 bulan.
6. Re-Entry, rumah ini adalah rumah terakhir dari keseluruhan program
rehabilitasi di Babesrehab BNN. Di sini pecandu akan dipantau, dan
diberi pelatihan/peningkatan keahlian serta juga perbaikan pola pikir
agar dapat siap kembali ke masyarakat. Program di rumah ini
berlangsung selama 1 bulan.
7. Female, rumah khusus untuk perempuan (terbagi menjadi 4 bagian,
yakni: Detoks, Entry Unit, Green, dan Re-Entry).
Rehabilitasi bagi pecandu di Babesrehab BNN ini dilakukan melalui alur
rehabilitasi yang mana sebagai berikut: melalui Rumah Detoks (2 minggu),
dilanjutkan Entry Unit (2 minggu), lalu memasuki program utama di Green
House/House of Hope (untuk rakyat sipil) atau HoC untuk PNS dan Militer selama 4
bulan. Selanjutnya pecandu akan melanjutkan di rumah Re-Entry selama 1 bulan, jadi
total program normal adalah 6 bulan.

F. Tingkat Pengguna NAPZA


Berikut ini adalah tingkatan dari penggunaan NAPZA:
1. Pemakaian coba-coba (experimental use), yaitu pemakaian NAPZA yang
tujuannya ingin mencoba,untuk memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian pemakai
berhenti pada tahap ini, dan sebagian lain berlanjut pada tahap lebih berat.
2. Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreational use): yaitu pemakaian
NAPZA dengan tujuan bersenang-senang, pada saat rekreasi atau santai.
Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini,namun sebagian lagi
meningkat pada tahap yang lebih berat.
3. Pemakaian Situasional (situasional use): yaitu pemakaian pada saat
mengalami keadaan tertentu seperti ketegangan, kesedihan, kekecewaaqn, dan
sebagainnya, dengan maksud menghilangkan perasaan-perasaan tersebut.
4. Penyalahgunaan (abuse): yaitu pemakaian sebagai suatu pola penggunaan
yang bersifat patologik/klinis (menyimpang) yang ditandai oleh intoksikasi
sepanjang hari, tak mapu mengurangi atau menghentikan, berusaha berulang
kali mengendalikan, terus menggunakan walaupun sakit fisiknya kambuh.
Keadaan ini akan menimbulkan gangguan fungsional atau okupasional yang
ditandai oleh : tugas dan relasi dalam keluarga tak terpenuhi dengan
baik,perilaku agresif dan tak wajar, hubungan dengan kawan terganggu, sering
bolos sekolah atau kerja, melanggar hukum atau kriminal dan tak mampu
berfungsi secara efektif.
5. Ketergantungan (dependence use): yaitu telah terjadi toleransi dan gejala
putus zat, bila pemakaian NAPZA dihentikan atau dikurangi dosisnya. Agar
tidak berlanjut pada tingkat yang lebih berat (ketergantungan), maka sebaiknya

20
tingkat-tingkat pemakaian tersebut memerlukan perhatian dan kewaspadaan
keluarga dan masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan pada keluarga
dan masyarakat.

G. Penyebab dan Deteksi Penyalahgunaan NAPZA


Penyebab penyalahgunaan NAPZA sangat kompleks akibat interaksi antara
faktor yang terkait dengan individu, faktor lingkungan dan faktor tersedianya zat
(NAPZA). Tidak terdapat adanya penyebab tunggal (single cause) dalam hal
penyalahgunaan napza. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalagunaan
NAPZA adalah sebagian berikut :
1. Faktor Individu
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada
masa remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik,
psikologik maupun sosial yang pesat merupakan individu yang rentan
untuk menyalahgunakan NAPZA. Anak atau remaja dengan ciri-ciri
tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna
NAPZA. Ciri-ciri tersebut antara lain :
 Cenderung memberontak dan menolak otoritas.
 Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti
depresi, cemas, psikotik, tidak bersosialisasi.
 Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku.
 Rasa kurang percaya diri (low self-confidence), rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (low self-esteem).
 Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif.
 Mudah murung, pemalu, pendiam.
 Mudah mertsa bosan dan jenuh.
 Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran.
 Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun).
 Keinginan untuk mengikuti mode, karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modern.
 Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.
 Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang “jantan”.
 Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit
mengambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan tegas.
 Kemampuan komunikasi rendah.
 Melarikan diri sesuatu (kebosanan, kegagalan, kekecewaan,
ketidakmampuan, kesepian dan kegetiran hidup, malu dan lain-lain).
 Putus sekolah.
 Kurang menghayati iman kepercayaannya.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan
pergaulan baik di sekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun

21
masyarakat. Faktor lingkungan yang ikut menjadi penyebab seorang anak
atau remaja menjadi penyalahguna NAPZA antara lain adalah :
a. Lingkungan Keluarga:
 Kominikasi orang tua-anak kurang baik/efektif.
 Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga.
 Orang tua bercerai, berselingkuh atau kawin lagi.
 Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh.
 Orang tua otoriter atau serba melarang.
 Orang tua yang serba membolehkan (permisif).
 Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan.
 Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah NAPZA.
 Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (tidak konsisten).
 Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam
keluarga.
 Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna NAPZA.

b. Lingkungan Sekolah:
 Sekolah yang kurang disiplin.
 Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual NAPZA.
 Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif.
 Adanya murid pengguna NAPZA.

c. Lingkungan Teman Pergaulan:


 Berteman dengan penyalahguna.
 Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar.

d. Lingkungan masyarakat / sosial:


 Lemahnya penegakan hukum.
 Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
3. Faktor Napza
 Mudahnya NAPZA didapat di mana-mana dengan harga “terjangkau”.
 Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk
dicoba.
 Khasiat farakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan
nyeri, menidurkan, membuat euforia / fly / stone / high / teler dan lain-
lain.

Faktor-faktor tersebut di atas memang tidak selalu membuat seseorang kelak


menjadi penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin banyak faktor-faktor di atas,
semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA. Penyalahguna
NAPZA harus dipelajari kasus demi kasus.

22
Faktor individu, faktor lingkungan keluarga dan teman sebaya/pergaulan tidak
selalu sama besar perannya dalam menyebabkan seseorang menyalahgunakan
NAPZA. Karena faktor pergaulan, bisa saja seorang anak yang berasal dari keluarga
yang harmonis dan cukup kominikatif menjadi penyalahguna NAPZA.
Deteksi dini penyalahgunaan NAPZA bukanlah hal yang mudah,tapi sangat
penting artinya untuk mencegah berlanjutnya masalah tersebut. Beberapa keadaan
yang patut dikenali atau diwaspadai adalah :
1. Kelompok risiko tinggi
Kelompok Risiko Tinggi adalah orang yang belum menjadi
pemakai atau terlibat dalam penggunaan NAPZA tetapi mempunyai risiko
untuk terlibat hal tersebut, mereka disebut juga Potential User (calon
pemakai, golongan rentan). Sekalipun tidak mudah untuk mengenalinya,
namun seseorang dengan ciri tertentu (kelompok risiko tinggi) mempunyai
potensi lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA dibandingkan
dengan yang tidak mempunyai ciri kelompok risiko tinggi. Mereka
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Anak
Ciri-ciri pada anak yang mempunyai risiko tinggi
menyalahgunakan NAPZA antara lain :
 Anak yang sulit memusatkan perhatian pada suatu kegiatan (tidak
tekun).
 Anak yang sering sakit.
 Anak yang mudah kecewa.
 Anak yang mudah murung.
 Anak yang sudah merokok sejak sekolah dasar.
 Anak yang sering berbohong,mencari atau melawan tata-tertib.
 Anak dengan IQ taraf perbatasan (IQ 70-90).
b. Remaja
Ciri-ciri remaja yang mempunyai risiko tinggi
menyalahgunakan NAPZA :
 Remaja yang mempunyai rasa rendah diri, kurang percaya diri
dan mempunyai citra diri negatif.
 Remaja yang mempunyai sifat sangat tidak sabar.
 Remaja yang diliputi rasa sedih (depresi) atau cemas (ansietas).
 Remaja yang cenderung melakukan sesuatu yang mengandung
risiko tinggi/bahaya.
 Remaja yang cenderung memberontak.
 Remaja yang tidak mau mengikuti peraturan/tata nilai yang
berlaku.
 Remaja yang kurang taat beragama.
 Remaja yang berkawan dengan penyalahguna NAPZA.
 Remaja dengan motivasi belajar rendah.
 Remaja yang tidak suka kegiatan ekstrakurikuler.

23
 Remaja dengan hambatan atau penyimpangan dalam
perkembangan psikoseksual (pelupa, sulit bergaul, sering
masturbasi, suka menyendiri, kurang bergaul dengan lawan
jenis).
 Remaja yang mudah menjadi bosan, jenuh, murung.
 Remaja yang cenderung merusak diri sendiri.
c. Keluarga
Ciri-ciri keluarga yang mempunyai risiko tinggi, antara lain :
 Orang tua kurang komunikatif dengan anak.
 Orang tua yang terlalu mengatur anak.
 Orang tua yang terlalu menuntut anaknya secara berlebihan agar
berprestasi di luar kemampuannya.
 Orang tua yang kurang memberi perhatian pada anak karena
terlalu sibuk.
 Orang tua yang kurang harmonis, sering bertengkar, orang tua
berselingkuh atau menikah lagi.
 Orang tua yang tidak memiliki standar norma baik-buruk atau
benar-salah yang jelas.
 Orang tua yang tidak dapat menjadikan dirinya teladan.
 Orang tua menjadi penyalahgunaan NAPZA.

2. Gejala klinis penyalahgunaan napza


a. Perubahan Fisik
Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan,
tapi secara umum dapat digolongkan sebagai berikut :
 Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara
cadel, apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif,curiga.
 Bila kelebihan dosis (overdosis) : nafas sesak, denyut jantung dan
nadi lambat, kulit terasa dingin, nafas lambat / berhenti,
meninggal.
 Bila sedang ketagihan (putus zat / sakau) : mata dan hidung berair,
menguap terus menerus, diare, rasa sakit di seluruh tubuh, takut air
sehingga malas mandi, kejang, kesadaran menurun.
 Pengaruh jangka panjang, penampilan tidak sehat, tidak peduli
terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos,
terhadap bekas suntikan pada lengan atau bagian tubuh lain (pada
pengguna dengan jarum suntik).

b. Perubahan Sikap dan Perilaku


 Prestasi sekolah menurun, sering tidak mengerjakan tugas sekolah,
sering membolos, pemalas,kurang bertanggung jawab.
 Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari,
mengantuk di kelas atau tampat kerja.

24
 Sering bepergian sampai larut malam, kadang tidak pulang tanpa
memberi tahu lebih dulu.
 Sering mengurung diri, berlama-lama di kamar mandi, menghindar
bertemu dengan anggota keluarga lain di rumah.
 Sering mendapat telepon dan didatangi orang tidak dikenal oleh
keluarga, kemudian menghilang.
 Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan
tapi tak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang
berharga milik sendiri atau milik keluarga, mencuri, mengompas,
terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi.
 Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap
bermusuhan, pencuriga, tertutup dan penuh rahasia.

3. Peralatan yang digunakan


Ada beberapa peralatan yang dapat menjadi petunjuk bahwa
seseorang mempunyai kebiasaan menggunakan jenis NAPZA tertentu.
Misalnya pada pengguna heroin, pada dirinya, dalam kamarnya, tasnya
atau laci meja terdapat antara lain :
 Jarum suntik insulin ukuran 1 ml, kadang-kadang dibuang pada
saluran air di kamar mandi,
 Botol air mineral bekas yang berlubang di dindingnya,
 Sedotan minuman dari plastik.
 Gulungan uang kertas, yang digulung untuk menyedot heroin atau
kokain,
 Kertas timah bekas bungkus rokok atau permen karet, untuk
tempat heroin dibakar.
 Kartu telepon, untuk memilah bubuk heroin,
 Botol-botol kecil sebesar jempol, dengan pipa pada dindingnya.

H. Sikap Terhadap Penyalahguna NAPZA


Bertanya Baik-Baik. Kita bisa langsung bertanya padanya, apakah dia
menggunakan barang haram tersebut atau tidak. Jika dia tidak mengakuinya, maka
Kita perlu mencermati sikap-sikap si dia lainnya. Lain halnya jika si dia
menggunakan napza di hadapan Kita. Tentunya, Kita harus bisa menasihatinya dan
bertanya secara baik-baik. Tanyakan apa alasan si dia menggunakan barang haram
tersebut dan nasihatilah.
Bantu untuk lebih baik. Sebagai teman yang dekat dengannya, Kita harus bisa
mengajak si dia untuk menjalani hidup lebih baik. Kita harus bisa mendukungnya dan
mengajaknya untuk melakukan hal-hal yang lebih positif lainnya. Misalnya,
berolahraga, beribadah, dan hal positif lainnya. Selain itu, Kita juga bisa memberikan
masukkan kepadanya mengenai bahaya narkoba, apa dampaknya, bagaimana perasaan
keluarga jika mengetahui hal itu, dan lain sebagainya.

25
Menjauhi. Cara ini sebenarnya alternatif lain jika si dia tak juga bisa
dinasihati. Para pengguna napza cepat atau lambat tentunya akan ketahuan juga oleh
pihak yang berwajib. Cara ini mungkin tepat untuk Kita jika merasa takut melaporkan
teman yang menggunakan napza. Itulah cara menghadapi teman yang menggunakan
napza. Sebenarnya, para pengguna barang haram tersebut bisa sembuh dan
menghindari napza jika ada kemauan dalam dirinya. Harus ada ketegasan dalam
dirinya untuk bisa berhenti mengonsumsi. Jika sudah ada kemauan tersebut, maka
sebagai teman yang baik Kita juga harius mendukungnya untuk melakukan
rehabilitasi. Bagaimanapun juga, mengonsumsi barang haram tersebut hanya akan
menambah masalah dalam hidup saja. Jika sudah benar-benar kecanduan, maka
pemakai bisa akan meninggal. Untuk itu, mulailah hidup sehat dan ciptakanlah
pergaulan yang sehat juga agar narkoba dan zat adiktif lainnya itu segera diberantas.
I. Mengapa remaja menggunakan narkoba? Remaja menggunakan Narkoba ,
antara lain karena:
 Perasaan galau --> peralihan masa kanaklremaja ke dewasa
 Tekanan kawan atau kelompok bermain I "gang" (peer group)
 Pemberontakan -> separasi otoritas orang tua dan mencari identitas diri
 Keingintahuan --> dorongan kuat untuk eksplorasi dunia sekitarnya
 Jiwa petualang -> dorongan untuk melakukan perbuatan yang berisiko (risk taking
behavior)
 Meniru orang dewasa -> sebagai simbol kedewasaan terutama bila selalu dianggap
anak kecil oleh orang tuanya
 Obat yang mujarab - > mengatasi perasaan atau emosinya
 Keyakinan yang sa/ah -> yang terjadi pada orang lain tak akan terjadi

J. Ciri risiko tinggi NAPZA

 Sulit memusatkan perhatian pada suatu kegiatan


 Sering sakit
Mudah kecewa
Mudah murung
 Sudah merokok sejak sekolah dasar
Agresif dan destruktif
 Sering mencuri, berbohong atau melawan tata tertib
 Mempunyai iq tarat perbatasan (70 - 90)
K. Ciri risiko tinggi pada remaja

26
 Mempunyai rasa rendah diri, kurang percaya diri, dan mempunyai citra diri yang
negatif
 Mempunyai sifat tidak sabar dan keinginan selalu harus segera terpenuhi
 Diliputi rasa sedih (depresi) atau ansietas (kecemasan)
 Cenderung melakukan sesuatu yang berisiko tinggi atau membahayakan
 Cenderung memberontak dan menantang
 Tidak mau mengikuti peraturan/tata nilai yang berlaku
 Kurang taat beragama
 Berteman dengan penyalahguna narkoba

L. Manajemen Kasus
a. Pengertian Manajemen Kasus

Manajemen kasus merupakan suatu pendekatan dalam pemberian


pelayanan yang ditujukan untuk menjamin agar klien yang mempunyai masalah
ganda dan kompleks dapat memperoleh semua pelayanan yang dibutuhkannya
secara tepat. Kasus di sini adalah orang dalam situasi meminta atau mencari
pertolongan dalam masalah penyalahgunaan NAPZA.
b. Tujuan Manajemen Kasus
Tujuan atau peranan manajemen kasus secara umum adalah untuk
mengupayakan agar pelayanan kepada individu dan keluarga tetap berlanjut
dengan menghubungkan klien kepada sumber pelayanan yang sesuai selain
melakukan koordinasi diantara pelayanan-pelayanan yang diberikan. Dalam kasus
ini klien diberikan pelayanan oleh lembaga yang menguasai yaitu BNN.
Peranan ini dimulai dari ;
 mengidentifikasi pelayanan apa yang dibutuhkan oleh klien,
 mencarikan jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapi,
 membela klien dengan menghubungkannya dengan pihak terkait,
 memberikan pelayanan langsung sampai dengan memonitor ketercapaian
pelayanan
c. Prinsip – Prinsip Manajemen Kasus
(Gerhart, 1990) & Henry S. Maas

27
1) Individualisasi pelayanan (Individualization of services)
Prinsip individualisasi, pada intinya menganggap setiap individu berbeda satu
dengan yang lainnya, sehingga seorang pekerja sosial haruslah menyesuaikan
cara memberi bantuan dengan setiap kliennya, guna mendapatkan hasil yang
diinginkan. Dengan adanya prinsip individualisasi ini, maka seorang pekerja
sosial dibekali dengan pengetahuan bahwa setiap individu adalah unik,
sehingga pendekatan yang diutamakan adalah kasus per kasus dan bukannya
penggeneralisasian
2) Pelayanan yang komprehensif (comprehensiveness of services)
Pelayanan diberikan tidak hanya terfokus pada klien, tetapi juga sistem klien
(lingkungan) yang mempengaruhi keberadaan klien, agar tercita suasana yang
kondusip bagi kehidupan klien.
3) Pelayanan yang teratur (parsimonious services)
4) Kemandirian (fostering autonomy)
Pelayanan yang diberikan bertujuan agar klien mampu hidup normal dan
kedepan mampu mengatasi masalahnya sendiri
5) Keberlanjutan pelayanan (continuity of care)
Pelayanan dilakukansesuai dengan tahapan pelayanan yang dimulai dari
pendekatan awal sampai dengan terminasi yang berakhir dengan kemandirian
klien.
6) Penerimaan
Prinsip ini mengemukakan bahwa seorang pekerja sosial menerima klien tanpa
“menghakimi” klien tersebutterlebih dahulu. Kemampuan pekerja sosial untuk
menerima klien dengan sewajarnya (apa adanya) akan banyak membantu
perkembangan relasi antara pekerja sosial dengan kliennya.Dengan adanya
sikap menerima keadaan klien apa adanya, maka klien akan dapat merasa lebih
percaya diri dan tidak “kaku” dalam berbicara dengan pekerja sosial, sehingga
ia dapat mengungkapkan berbagai macam perasaan dan permasalahan yang
mengganjal di hatinya. Dengan cara seperti ini maka relasi antara pekerja
sosial dengan klien dapat dikembangkan dengan baik
7) Komunikasi
Prinsip komunikasi ini erat kaitannya dengan kemampuan pekerja sosial untuk
menangkap informasi ataupun pesan yang dikemukakan oleh klien, baik dalam
bentuk komunikasi yang verbal, yang diungkapkan klien ataupun sistem klien,

28
maupun bentuk komunikasi nonverbal, seperti cara duduk klien, posisi ataupun
letak duduk dalam suatu pertemuan dengan anggota keluarga yang lain, cara
bicara, cara berpakaian, dan lain sebagainya.
Bila suatu ketika lawan bicara tidak dapat mengungkapkan apa yang
dirasakannya, seorang pekerja sosial diharapkan dapat membantunya untuk
mengungkapkan apa yang ia rasakan agar dapat menelaah permasalahannya
secara lebih jelas.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pekerja sosial adalah menyadari
ekspektasi (harapan) dari klien, sehingga komunikasi antara klien ataupun
sistem klien dengan pekerja sosial daapat tetap terjaga. Dalam kaitannya
dengan hal ini, seorang pekerja sosial diharapkan dapat member kesempatan
kepada klien untuk mengemukakan apa yang ia rasakan, misalnya perasaan
takut, marah, benci, sedih, gembira, dan lain sebagainya. Dengan
mengemukakan apa yang dirasakan, diharapkan akan sedikit dapat
meringankan beban yang menghimpit klien, sehingga hubungan antara pekerja
sosial dengan klien dapat semakin berkembang.
8) Kerahasiaan.
Apapun data atau pun perihal tentang klien wajib di jaga kerahasiaannya
d. Komponen Dasar Manajemen Kasus
1) Asesmen (Assessment)
Sebelum melakukan tahap penilaian ini, tim manajemen kasus mengadakan
prescreening terhadap klien, untuk menentukan klien mana yang dapat ikut
dalam program manajemen kasus yang akan dilakukan.
Hal-hal mendasar dalam penentuan prescreening :
 Keadaan medis psikiatri klien, dalam hal ini klien yang masih dalam
kondisi akut tidak dapat diikutsertakan dalam program ini.
 Ada tidaknya dukungan keluarga terhadap program ini dapat berpengaruh
pada keikutsertaan klien. Keluarga yang tidak mendukung akan dapat
mengurangi kesempatan klien untuk dapat mengikuti program manajemen
kasus
Asesmen yang bersifat komprehensif menjadi sangat penting dalam
manajemen kasus, yakni asesmen diperoleh dari :
-Hasil observasi dan evaluasi perkembangan tingkah laku klien selama masa
perawatan

29
-Informasi dari keluarga atau orang yang dekat dengan klien
-Hasil masukan atau pendapat dari klien tentang hal-hal yang menjadi masalah
bagi dirinya
2) Perencanaan (Planning)

Yaitu tahap untuk menyusun dan mengembangkan layanan yang


menyeluruh untuk klien sesuai dengan hasil asesmen.

Hasil-hasil identifikasi masalah yang didapatkan dari tahap asesmen (sesuai


keinginan klien, masalah kebutuhannya, serta sumber daya yang tersedia),
kemudian disusun menjadi suatu formulasi masalah, dan selanjutnya dapat
ditetapkan prioritas masalah yg digunakan untuk menyusun perencanaan

Penetapan tujuan harus individual dan harus realistis berdasarkan hasil yang
didapat dari asesmen, serta tujuan yang tercapai

Contoh; klien yang memiliki masalah disabilitas psikososial atau sulit


berkomunikasi dengan orang sekitarnya atau tidak ada keterampilan untuk
melakukan pekerjaan, maka perlu direncanakan intervensi dengan
menghubungkan klien pada program day care. Selanjutnya harus ditentukan
tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang akan dicapai oleh klien

 Berdasarkan contoh di atas maka dapat ditetapkan tujuan jangka pendek dan
panjang sbb:
- Tujuan jangka pendek yang ditetapkan pada klien ini, adalah : meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dan mandiri
- Tujuan jangka panjang : mengurangi stresor yang dapat menyebabkan
depresi dan kekambuhan penyakit, sehingga dapat mengurangi terjadinya
penurunan kondisi fisik dan psikis, serta memperbaiki kualitas hidup.

Dalam upaya penetapan tujuan ini tentunya harus berkonsultasi terlebih


dahulu dengan tim multidisiplin berkaitan dengan penyusunan;

 Dalam upaya penetapan tujuan ini tentunya harus berkonsultasi terlebih


dahulu dengan tim multidisiplin berkaitan dengan penyusunan;
- jenis pelayanan yang akan diberikan
- sumber-sumber pelayanan yang mudah didapat klien, dan

30
- penentuan anggota staf tim yang bertanggung jawab terhadap pelayanan yang
diberikan.
 Tahap selanjutnya adalah untuk menentukan keberhasilan program
manajamen kasus yang dilakukan terhadap klien, maka perlu disusun kriteria
evaluasi;
Contoh ; klien yang sulit berkomunikasi. Adapun kriteria evaluasinya yaitu;
mampu memulai, memelihara, dan mengakhiri pembicaraan, mampu
menemukan topik pembicaraan, serta mampu melakukan kontak mata yang
adekuat (penetapan kriteria evaluasi pun harus dikonsultasikan dg tim
multidisiplin).
 Tahapan selanjutnya adalah menentukan target waktu bagi pencapaian
tujuan.
Selain itu, staf manajamen kasus menyusun rencana utk mengantisipasi
keadaan krisis ataupun kejadian di luar dugaan yg mungkin terjadi pada saat
program sedang berlangsung
3) Pelaksanaan (Implementation)

Menjamin terpenuhinya kebutuhan klien sesuai perencanaan yang telah


dibuat.
Mulai dari perencanaan hingga melakukan pelaksanaan, dilihat sejauh mana
manajamen kasus memberikan pelayanan kepada klien untuk memenuhi
kebutuhannya.

Contoh ; konseling, bimbingan mental dan ketrampilan, dsb. Apakah


dukungan ini dapat disediakan sendiri atau harus bekerja sama dengan agensi
lainnya? Bila terjadi keadan krisis yang tidak terduga, maka harus dijamin
tersedianya jasa pelayanan yang sesuai untuk mengatasinya

4) Pengawasan (Monitoring)
Mengevaluasi dan memantau jasa pelayanan yang telah diberikan kepada
klien. Faktor-faktor yang dievaluasi meliputi; kuantitas dan kualitas pelayanan,
termasuk efektivitas penggunaan biaya dan kesesuaian pelaksanaan pelayanan
dengan tujuan yang ditetapkan. Selain itu, harus diketahui ada tidaknya
kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi atau adanya kesenjangan antara
kebutuhan dengan sumber daya dan pelayanan yang ada.

31
5) Pendampingan

Mendampingi dan memberikan bimbingan lanjutan kepada klien.


Tahap pendampingan terhadap klien berlangsung terus-menerus selama
program manajamen kasus, bertujuan agar dapat diketahui apakah pelayanan
yang diberikan sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Contoh: klien
yang telah direncanakan mendapat pelayanan day care, ternyata tidak dilakukan
oleh agen pelayanan, sehingga manajer kasus dapat mempertanyakan hal
tersebut atas nama klien

6) Pengakhiran (Termination)
Mengambil tindakan untuk menyelesaikan atau meneruskan suatu program
manajemen kasus pada seorang klien, dimana klien dipersiapkan utk mengakhiri
program, disiapkan melalui masa transisi, dan kemudian dilepaskan untuk
mengikuti program tanpa pendampingan, setelah itu baru klien benar-benar
dapat keluar dari program. Pada masa transisi, manajer kasus mengajak klien
untuk berperan aktif merencanakan kegiatan dan pemenuhan kebutuhannya
secara mandiri.
e. Langkah – Langkah Penerapan Manajemen Kasus
 Orientasi dan Identifikasi klien.
Manajemen kasus merupakan suatu pendekatan dalam pemberian pelayanan
yang ditujukan untuk menjamin agar klien yang mempunyai masalah ganda dan
kompleks dapat memperoleh semua pelayanan yang dibutuhkannya secara tepat.
Kasus di sini adalah orang dalam situasi meminta atau mencari pertolongan.
Dalam masalah penyalahgunaan NAPZA, orang yang mencari pertolongan
dapat pada para penyalahguna NAPZA langsung, keluarga atau orang lain.
Dalam manajemen kasus ini, pekerja sosial melaksanakan peranan sebagai
manajer kasus (case manager). Identifikasi dan menyeleksi kepada individu
untuk mendapatkan hasil pelayanan , yang dapat berdampak positif pada
kualitas hidup melalui managemen kasus
 Assessment informasi dan memahami situasi klien.
Fungsi ini merujuk pada pengumpulan informasi dan memformulasikan suatu
asesment kebutuhan klien, situasi kehidupan dan sumber-sumber yang ada serta
penggalian potensi klien.
 Merencanakan program pelayanan.

32
Pekerja social mengidentifikasi berbagai pelayanan yang dapat diakses untuk
memenuhi kebutuhan klien. Klien dan keluarganya serta orang lain yang
berpengaruh secara bersama-sama merumuskan tujuan dan merancangnya
dalam suatu rencana intervensi yang terintegrasi.
 Menghubungkan dan Mengkoordinaksikan pelayanan.
Seperti peranannya sebagai broker, manaer kasus harus menghubungkan klien
dengan sumber-sumber yang tepat. Peranan manager kasus dapat berbeda –beda
walaupun pekerja social yang utamanya sebagai partisipan aktif dalam
menyampaikan pelayanan kepada individu atau keluarga. Manager kasus
menekankan pada koordinasi dengan sumber sumber yang digunakan klien
dengan menjadi saluran dan berkomunikasi dengan sumber-sumber pelayanan.

 Memberikan pelayanan tindak lanjut dan monitoring.


Manager kasus secara regular menindaklanjuti hubungan dengan klien dan
penyedia pelayanan untuk menjamin bahwa pelayanan yang dibutuhkan dapat
diterima dan dimanfaatkan oleh klien.
 Memberikan support pada klien
Selama pelayasnan berlangsung yang disediakan oleh berbagai sumber, manager
kasus membantu klien dan keluarganya yang meliputi pemecahan konflik
pribadi, konseling, menyediakan informasi, memberi dukungan emosional dan
melakukan pembelaan yang tepat untuk menjamin bahwa mereka menerima
pelayanan yang tepat.
 Monitor dan reassement
- Tujuan tahap ini adalah untuk menentukan apakah rancangan yang telah
dilaksanakan dapat mengatasi masalah klien atau belum.
- Manajer kasus memonitor dan melakukan pengukuran terhadap perkembangan
klien
 Evaluasi
Evaluasi hasil dilakukan dengan menentukan tingkat pencapaian tujuan (misal;
jaminan perawatan kesehatan, dapat mengendalikan untuk tidak menggunakan
napza secara secara mandiri)
f.Penanggulangan Masalah NAPZA

33
Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan mulai dari pencegahan,
pengobatan sampai pemulihan (rehabilitasi)
1) Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan, misalnya dengan:
 Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA. Bisa dengan
cara penyuluhan yang dilakukan oleh, guru, perawat maupun pihak kepolisian.
 Deteksi dini perubahan perilaku. Menolak tegas untuk mencoba (“Say no to
drugs”) atau “Katakan Tidak pada narkoba”
2). Pengobatan Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi.
Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus
zat, dengan dua cara yaitu:
 Detoksifikasi tanpa subsitusi Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti
menggunakan zat yang mengalami gajala putus zat tidak diberi obat untuk
menghilangkan gejala putus zat tersebut.Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala
putus zat tersebut berhenti sendiri. Metode ini berpusat pada diri klien sendiri
untuk mengendalikan rasa kecanduannya terhadap NAPZA.
 Detoksifikasi dengan substitusi Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan
memberikan jenis opiat misalnya kodein, ufremorfin, dan metadon. Substitusi
bagi pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas,
misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis
secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian substitusi dapat
juga diberikan obat yang menghilangkan gejala simptomatik, misalnya obat
penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yang
ditimbulkan akibat putus zat tersebut. Metode ini bisa juga disebut dengan
menghilangkan kecanduan terhadap NAPZA dengan bertahap.
3). Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu
melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna
NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan
fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien
baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.Sarana rehabilitasi yang disediakan harus
memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan (Depkes, 2018). Sesudah
klien penyalahgunaan/ ketergantungan NAPZA menjalani program terapi
(detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 (satu) minggu dan dilanjutkan
dengan program pemantapan (pascadetoksifikasi) selama 2 (dua) minggu, maka

34
yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya yaitu rehabilitasi
(Hawari, 2018).
Dengan rehabilitasi diharapkan pengguna NAPZA dapat:
Mempunyai motivasi kuat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA lagi 2.
Mampu menolak tawaran penyalahgunaan NAPZA 3. Pulih kepercayaan dirinya,
hilang rasa rendah dirinya 4. Mampu mengelola waktu dan berubah perilaku
sehari-hari dengan baik 5. Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja 6.
Dapat diterima dan dapat membawa diri dengan baik dalam pergaulan dengan
lingkungannya. Jenis Rehabilitasi:
 Rehabilitasi psikososial merupakan persiapan untuk kembali ke masyarakat
(reentry program).
 Rehabilitasi kejiwaan klien yang berperilaku maladaptif berubah menjadi
adaptif yang penting adalah psikoterapi baik secara individual maupun secara
kelompok. Yang termasuk rehabilitasi kejiwaan ini adalah
psikoterapi/konsultasi keluarga terutama keluarga broken home.
 Rehabilitasi komunitas berupa program terstruktur yang diikuti oleh mereka
yang tinggal dalam satu tempat. Dipimpin oleh mantan pemakai yang
dinyatakan memenuhi syarat sebagai konselor, setelah mengikuti pendidikan
dan pelatihan. Di sini klien dilatih keterampilan mengelola waktu dan
perilakunya secara efektif dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga dapat
mengatasi keinginan mengunakan narkoba lagi atau nagih (craving) dan
mencegah relaps.
 Rehabilitasi keagamaan rehabilitasi keagamaan dapat menumbuhkan
kerohanian (spiritual power) pada diri seseorang apabila taat dan rajin
menjalankan ibadah, risiko kekambuhan hanya 6,83%; bila kadang-kadang
beribadah risiko kekambuhan 21,50%, dan apabila tidak sama sekali
menjalankan ibadah agama risiko kekambuhan mencapai 71,6%.

35
BAB III
PENUTUP

NAPZA yang merupakan singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat
adiktif lainnya adalah zat-zat kimiawi (obat-obat berbahaya) yang mampu merubah fungsi
mental dan perilaku seseorang, yang dimasukkan kedalam tubuh manusia, baik melalui
mulut, dihirup maupun disuntikkan. Sebetulnya NAPZA untuk berbagai tujuan telah ada
sejak zaman dahulu kala. Masalah timbul bila narkotik dan obat-obatan ini digunakan secara
berlebihan sehingga dapat menimbulkan kecanduan (dalam bahasa Inggris disebut substance
abuse).
Dengan adanya penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui pola hidup para
pecandu, maka masalah penyalahgunaan NAPZA menjadi semakin serius. Lebih
memprihatinkan lagi bila yang kecanduan adalah remaja yang merupakan masa depan
bangsa, karena penyalahgunaan NAPZA ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan, sosial,
dan ekonomi suatu bangsa.
Dengan Informasi – informasi yang telah disediakan mengenai pengertian NAPZA,
jenis jenis NAPZA, akibat penyalahgunaan NAPZA, penyembuhan penyalahguna NAPZA,
lembaga NAPZA, tingkatan penyelahguna NAPZA, penyebab dan deteksi penyalahguna
NAPZA, dan sikap yang sebaiknya diambil terhadap penyalahguna NAPZA semoga kita
bersama dapat lebih mengetahui dan bersama – sama memerangi NAPZA demi masa depan
bangsa kita.

36
DAFTAR PUSTAKA

http://bestariabadi.blogspot.com/2013/04/sikap-dan-perbuatan-terhadap-teman.html
http://al-atsariyyah.com/mengenal-narkoba-jenis-jenisnya-dan-dampaknya.html
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2012/08/24/514/tahap-tahap-pemulihan-
pecandu-narkoba
http://ferrywesdy.blogspot.com/2010/03/makalah-tentang-napza.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Narkotika_Nasional
http://id.wikipedia.org/wiki/Balai_Besar_Rehabilitasi_Badan_Narkotika_Nasional_Indonesia
http://ipina10.blogspot.com/2013/04/makalah-napza.html
https://nilna.wordpress.com/2009/07/06/mengenal-jenis-jenis-napza/
http://raufahajah.blogspot.com/2014/06/makalah-penyalahgunaan-napza-dan.html
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&cad=rja&uact=8&ved=0CGoQFjAJ&url=http
%3A%2F%2Fperpustakaan.depkes.go.id%3A8180%2Fbitstream
%2F123456789%2F717%2F4%2FBK2006-
G56.pdf&ei=ibTWVKrEA9LhuQSwo4AI&usg=AFQjCNGTJxg1cFKuzHdMWzcRxQYlsBi
iBw&bvm=bv.85464276,d.c2E
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CC4QFjAC&url=http
s%3A%2F%2Fwww.k4health.org%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2FNAFZA
%2520LENGKAP.pdf&ei=ibTWVKrEA9LhuQSwo4AI&usg=AFQjCNFt6ZT_QYN78Oah
Ov3wxMGOuzIX9Q&bvm=bv.85464276,d.c2E
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CDYQFjAD&url=htt
p%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles
%2F06%2520NAPZA.pdf&ei=ibTWVKrEA9LhuQSwo4AI&usg=AFQjCNH2fcoRFXE8-
Om1EYVArwfV-A_vaw&bvm=bv.85464276,d.c2E
http://www.smallcrab.com/anak-anak/547-mengenal-napza-dan-penyalahgunaannya

37

Anda mungkin juga menyukai