PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
NAPZA yang merupakan singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan
Zat adiktif lainnya adalah zat-zat kimiawi (obat-obat berbahaya) yang mampu
merubah fungsi mental dan perilaku seseorang, yang dimasukkan kedalam tubuh
manusia, baik melalui mulut, dihirup maupun disuntikkan. Sebetulnya NAPZA untuk
berbagai tujuan telah ada sejak zaman dahulu kala. Masalah timbul bila narkotik dan
obat-obatan ini digunakan secara berlebihan sehingga dapat menimbulkan kecanduan
(dalam bahasa Inggris disebut substance abuse).
Dengan adanya penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui pola hidup
para pecandu, maka masalah penyalahgunaan NAPZA menjadi semakin serius. Lebih
memprihatinkan lagi bila yang kecanduan adalah remaja yang merupakan masa depan
bangsa, karena penyalahgunaan NAPZA ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan,
sosial, dan ekonomi suatu bangsa.
Banyak upaya-upaya yang telah dilakukan untuk memberantas opnum-opnum
yang telah menyalahgunakan Narkoba dan Obat-obatan terlarang lainnya. Namun,
semakin hari jumlah pemakai Narkoba dan Obat-obat terlarang lainnya terus
bertambah. Oleh karena itu perlu adanya pengertian dari masing-masing individu
untuk menyadari betul dampak dari penggunaan Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan
Zat adiktif lainnya (NAPZA).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
permasalahan makalah ini di rumuskan sebagai berikut:
1) Apa pengertian dari NAPZA?
2) Apa saja jenis – jenis NAPZA?
3) Apa akibat dari penggunaan NAPZA?
4) Cara penyembuhan dari pengguna NAPZA?
5) Apa saja badan pengelola NAPZA?
6) Apa saja tingakatan pengguna NAPZA?
7) Apa penyebab dan bagaimana deteksi penyalahgunaan NAPZA?
8) Apa sikap yang sebaiknya kita ambil terhadap pengguna NAPZA?
C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini meliputi beberapa aspek berikut:
1) Memaparkan dan menjelaskan informasi – informasi mengenai NAPZA, baik
itu pengertian, jenis – jenis, akibat, cara penyembuhan, badan pengelola, cara
peredaran, dan sikap yang perlu diambil terhadap NAPZA.
2) Meningkatkan pengetahuan mengenai NAPZA sehingga pembaca menjadi
mengetahui dan dapat terhindar dan ikut membantu penanganan NAPZA.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian NAPZA
NAPZA yang merupakan singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan
Zat adiktif lainnya adalah zat-zat kimiawi (obat-obat berbahaya) yang mampu
merubah fungsi mental dan perilaku seseorang, yang dimasukkan kedalam tubuh
manusia, baik melalui mulut, dihirup maupun disuntikkan. Dalam istilah sederhana
NAPZA berarti zat apapun juga apabila dimasukkan ke dalam tubuh manusia, dapat
mengubah fungsi fisik dan/atau psikologis. NAPZA psikotropika berpengaruh
terhadap sistem pusat saraf (otak dan tulang belakang) yang dapat mempengaruhi
perasaan, persepsi dan kesadaran seseorang.
Masyarakat mengenal Narkoba yang merupakan akronim dari Narkotika dan
obat-obatan berbahaya. Narkoba merupakan istilah yang biasa dipakai oleh orang
awam dan hanya mencakup lingkup yang sempit, sementara NAPZA adalah istilah
medis atau kedokteran yang mencakup jangkauan lebih luas, tidak hanya narkotika
sebatas obat-obatan melainkan semua zat yang mengakibatkan ketergantungan seperti
alkohol, rokok, bahkan kafein.
Secara umum pengertian Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat adiktif
lainnya (NAPZA) masing-masing adalah :
Narkotika Adalah zat atau obat yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran dan dapat menyebabkan hilangnya rasa atau mengurangi
nyeri dan dapat menimbulkan rasa ketergantungan.
Alkohol adalah cairan yang dihasilkan dari fermentasi atau peragian dan
mengandung etanol. Cairan yang mengandung etanol yang tinggi disebut
minuman keras dan bila diminum memabukkan dan merusak tubuh.
Psikotropika Adalah zat atau obat yang berkhasiat psikoaktif (menimbulkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku) melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat, zat ini digunakan untuk mengobati gangguan jiwa
yang peraturannya terdapat didalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 tahun 1997.
Zat Adiktif Adalah zat atau obat yang berpotensi menimbulkan rasa
ketergantungan.
2
c. Sintesis yaitu jenis zat yang dikembangkan untuk keperluan medis yang
juga untuk menghilangkan rasa sakit misalnya: petidin, metadon,
dipipanon, dekstropropokasifen.
2. Berdasarkan efek yang ditimbulkan
a. Depresan adalah zat atau jenis obat yang berfungsi mengurangi aktifitas
fungsional tubuh. Jenis ini dapat membuat pemakai merasa tenang bahkan
tertitur atau tak sadarkan diri misalnya: opioda, opium atau putau, morfin,
heroin, kodein opiat sintesis.
b. Stimulan adalah zat atau obat yang dapat merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan gairah kerja serta kesadaran misalnya: kafein, kokain,
nikotin amfetamin atau sabu-sabu.
c. Halusinogen zat atau obat yang menimbulkan efek halusinasi yang
bersifat merubah perasaan dan fikiran misalnya: Ganja, Jamur Masrum
Mescaline, psilocybin, LSD.
3. Berdasarkan cara penggunaan
a. Oral: Penggunaan zat dengan menggunakan organ mulut atau dengan kata
lain penggunaan zat dengan cara memakannya atau meminumnya,
misalnya: alkohol, ektasi, pil koplo, dll.
b. Injeksi: Penggunaan zat dengan cara menyuntikannya kedalam tubuh,
misalnya: heroin dan morfin.
c. Melalui luka: penggunaan zat dilakukan dengan cara menaruhnya di
bagian tubuh yang terdapat luka, misalnya: kodein, heroin, dan morfin.
d. Menghirup: Penggunaan zat dengan cara menghirup zat tersebut melalui
organ hidung atau mulut, misalnya: ganja, sabu, heroin.
4. Berdasarkan bentuk
a. Cair, misalnya: alkohol.
b. Pasta, misalnya: heroin, kodein.
c. Pil/kapsul, misalnya: ekstasi, sedativa.
d. Kristal/block, misalnya: methampetamin, amphetamin.
e. Bubuk, misalnya: heroin, kodein, morfin, methampetamin.
f. Gas, misalnya: oxycodon.
g. Lapisan kertas, misalnya: LSD.
5. Berdasarkan Undang – undang yang berlaku di Indonesia
a. Narkotika
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Narkotika terdiri dari 3 golongan:
1. Golongan I: Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Heroin, Kokain, Ganja.
3
2. Golongan II: Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan /
atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh:
Morfin, Petidin.
3. Golongan III: Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Codein.
b. Psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah: zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan:
1. Golongan I: Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: Ekstasi.
2. Golongan II: Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Amphetamine.
3. Golongan III: Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Phenobarbital.
4. Golongan IV: Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat
luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: Diazepam, Nitrazepam (BK,
DUM).
c. Zat Adiktif Lainnya
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah: bahan / zat yang
berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi:
1. Minuman Alkohol: mengandung etanol etil alkohol, yang
berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi
bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan
tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau
Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh
manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol:
a. Golongan A: kadar etanol 1 – 5% (Bir).
b. Golongan B: kadar etanol 5 – 20% (Berbagai minuman
anggur)
4
c. Golongan C: kadar etanol 20 – 45% (Whisky, Vodca, Manson
House, Johny Walker).
2. Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah
menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai
barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas
mesin. Yang sering disalahgunakan adalah: Lem, Tiner, Penghapus
Cat Kuku, Bensin.
3. Tembakau: pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat
luas di masyarakat. Dalam upaya penanggulangan NAPZA di
masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja,
harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan
alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain
yang berbahaya.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA
dapat digolongkan menjadi 3 golongan:
1. Golongan Depresan (Downer). Adalah jenis NAPZA yang
berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat
pemakainya menjadi tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan
tak sadarkan diri. Contohnya: Opioda (Morfin, Heroin, Codein),
sedative (penenang), Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer (anti
cemas).
2. Golongan Stimulan (Upper). Adalah jenis NAPZA yang
merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis
ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan bersemangat.
Contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.
3. Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat
menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan,
pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda
sehingga seluruh persaan dapat terganggu. Contoh: Kanabis (ganja).
Alkohol
Ekstasi
Ganja
Rokok
5
C. Akibat Penggunaan dari NAPZA
Berikut ini beberapa akibat yang akan dirasakan dari penggunaan dari
beberapa jenis NAPZA:
1. Opiat atau Opium (candu)
6
3. Heroin atau putaw
Berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica. Pada tanaman
ini terkandung 3 zat utama yaitu tetrahidrokanabinol, kanabinol dan
kanabidiol. Cara penggunaannya dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai
7
rokok atau dengan menggunakan pipa rokok. Efek dari ganja adalah sebagai
berikut:
Denyut jantung atau nadi lebih cepat.
Mulut dan tenggorokan kering.
Merasa lebih santai, banyak bicara dan bergembira.
Sulit mengingat sesuatu kejadian.
Kesulitan kinerja yang membutuhkan konsentrasi, reaksi yang cepat dan
koordinasi.
Kadang-kadang menjadi agresif bahkan kekerasan.
Bilamana pemakaian dihentikan dapat diikuti dengan sakit kepala, mual
yang berkepanjangan, rasa letih/capek.
Gangguan kebiasaan tidur.
Sensitif dan gelisah.
Berkeringat.
Berfantasi.
Selera makan bertambah.
5. LSD atau lysergic acid atau acid, trips, tabs
8
Flashback (mengingat masa lalu) selama beberapa minggu atau bulan
kemudian.
Gangguan persepsi seperti merasa kurus atau kehilangan berat badan.
6. Kokain
9
7. Amfetamin
10
berakibat fatal karena menekan sistem pusat pernafasan. Umumnya dokter
memberi obat ini untuk mengatasi kecemasan atau panik serta pengaruh tidur
sebagai efek utamanya, misalnya aprazolam/Xanax/Alviz. Efek dari sedaitif-
hipnotik adalah sebagai berikut:
Akan mengurangi pengendalian diri dan pengambilan keputusan.
Menjadi sangat acuh atau tidak peduli dan bila disuntik akan menambah
risiko terinfeksi HIV/AIDS dan hepatitis B & C akibat pemakaian jarum
bersama.
Obat tidur/hipnotikum terutama golongan barbiturat dapat
disalahgunakan misalnya seconal.
Terjadi gangguan konsentrasi dan keterampilan yang berkepanjangan.
Menghilangkan kekhawatiran dan ketegangan (tension).
Perilaku aneh atau menunjukkan tanda kebingungan proses berpikir.
Nampak bahagia dan santai.
Bicara seperti sambil menelan (slurred speech).
Jalan sempoyongan.
Tidak bisa memberi pendapat dengan baik.
9. Alkohol
11
Adalah uap bahan yang mudah menguap yang dihirup. Contohnya
aerosol, aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tinner, uap
bensin.Umumnya digunakan oleh anak di bawah umur atau golongan kurang
mampu/anak jalanan. Penggunaan menahun toluen yang terdapat pada lem
dapat menimbulkan kerusakan fungsi kecerdasan otak. Efek inhalansia adalah
sebagai berikut:
Pada mulanya merasa sedikit terangsang.
Dapat menghilangkan pengendalian diri atau fungsi hambatan.
Bernafas menjadi lambat dan sulit.
Tidak mampu membuat keputusan.
Terlihat mabuk dan jalan sempoyongan.
Mual, batuk dan bersin-bersin.
Kehilangan nafsu makan.
Halusinasi.
Perilaku menjadi agresif/berani atau bahkan kekerasan.
Bisa terjadi henti jantung (cardiac arrest).
Berikut ini adalah tanda-tanda kemungkinan apabila seseorang melakukan
penyalahgunaan NAPZA:
1. Fisik
Berat badan turun drastis
Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman
Tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas gigitan nyamuk
dan ada tanda bekas luka sayatan. Goresan dan perubahan warna kulit di
tempat
Bekas suntikan
Buang air besar dan kecil kurang lancar
Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas
2. Emosi
Sangat sensitif dan cepat bosan
Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap membangkang
Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara
kasar terhadap anggota keluarga atau orang di sekitarnya
Nafsu makan tidak menentu
3. Perilaku
Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya
Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga
Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa
pamit dan pulang lewat tengah malam
Suka mencuri uang di rumah, sekolah ataupun tempat pekerjaan dan
menggadaikan barang-barang berharga di rumah. Begitupun dengan
barang-barang berharga miliknya, banyak yang hilang
12
Selalu kehabisan uang
Waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang,
ruang yang gelap, kamar mandi, atau tempat-tempat sepi lainnya
Takut akan air. Jika terkena akan terasa sakit – karena itu mereka jadi
malas mandi
Sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat
gejala “putus zat”
Sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila ada
maunya, seperti saat membutuhkan uang untuk beli obat
Sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan
Mengalami jantung berdebar-debar
Sering menguapmengeluarkan air mata berlebihan
Mengeluarkan keringat berlebihan
Sering mengalami mimpi buruk
Mengalami nyeri kepala
Mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi
13
bagian yaitu fase stabilitasi yang berfungsi untuk mempersiapkan pengguna
kembali ke masyarakat, dan fase sosial dalam masyarakat agar mantan
penyalahguna Narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang bermakna di
masyarakat.
14
Sindrom putus Napza.
Berbagai macam komplikasi medik (fisik dan psikiatri).
Penting diperhatikan dalam kondisi gawat darurat penyalahgunaan napza
adalah ketrampilan dalam menentukan diagnosis, sehingga dengan cepat dan akurat
dapat dilakukan intervensi medik. Setelah masa kritis atau kegawatan terlewati dan
setelah selesai menjalani detoksifikasi atau proses pembebasan dari ketergantungan
secara fisik maka langkah selanjutnya adalah rehabilitasi dimana pada proses ini akan
menentukan apakah dia akan bisa sembuh atau kembali menggunakan tergantung
pada proses rehabilitasi ini. Pada masa rehabilitasi ini merupakan proses pembebasan
dari ketergantungan secara psikis, adapun bentuk bentuk program rehabilitasi yang
ada antara lain :
Program antagonis opiate.
Program metadon.
Program yang berorientasi psikososial
Theraupetik kommuniti
Program berorientasi social.
Program berorintasi kedisiplinan.
Program dengan pendekatan religi.
Tahap-tahap rehabilitasi bagi pecandu narkoba :
1. Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi), tahap ini pecandu diperiksa seluruh
kesehatannya baik fisik dan mental oleh dokter terlatih. Dokterlah yang
memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk mengurangi
gejala putus zat (sakau) yang ia derita. Pemberian obat tergantung dari jenis
narkoba dan berat ringanya gejala putus zat. Dalam hal ini dokter butuh
kepekaan, pengalaman, dan keahlian guna memdeteksi gejala kecanduan
narkoba tersebut.
2. Tahap rehabilitasi nonmedis, tahap ini pecandu ikut dalam program
rehabilitasi. Di Indonesia sudah di bangun tempat-tempat rehabilitasi, sebagai
contoh di bawah BNN adalah tempat rehabilitasi di daerah Lido (Kampus
Unitra), Baddoka (Makassar), dan Samarinda. Di tempat rehabilitasi ini,
pecandu menjalani berbagai program diantaranya program therapeutic
communities (TC), 12 steps (dua belas langkah, pendekatan keagamaan, dan
lain-lain.
3. Tahap bina lanjut (after care), tahap ini pecandu diberikan kegiatan sesuai
dengan minat dan bakat untuk mengisi kegiatan sehari-hari, pecandu dapat
kembali ke sekolah atau tempat kerja namun tetap berada di bawah
pengawasan.
Untuk setiap tahap rehabilitasi diperlukan pengawasan dan evaluasi secara
terus menerus terhadap proses pulihan seorang pecandu. Dalam penanganan pecandu
narkoba, di Indonesia terdapat beberapa metode terapi dan rehabilitasi yang
digunakan yaitu :
15
1. Cold turkey; artinya seorang pecandu langsung menghentikan penggunaan
narkoba/zat adiktif. Metode ini merupakan metode tertua, dengan mengurung
pecandu dalam masa putus obat tanpa memberikan obat-obatan. Setelah gejala
putus obat hilang, pecandu dikeluarkan dan diikutsertakan dalam sesi
konseling (rehabilitasi nonmedis). Metode ini bnayak digunakan oleh beberapa
panti rehabilitasi dengan pendekatan keagamaan dalam fase detoksifikasinya.
2. Metode alternatif
3. Terapi substitusi opioda; hanya digunakan untuk pasien-pasien ketergantungan
heroin (opioda). Untuk pengguna opioda hard core addict (pengguna opioda
yang telah bertahun-tahun menggunakan opioda suntikan), pecandu biasanya
mengalami kekambuhan kronis sehingga perlu berulang kali menjalani terapi
ketergantungan. Kebutuhan heroin (narkotika ilegal) diganti (substitusi)
dengan narkotika legal. Beberapa obat yang sering digunakan adalah kodein,
bufrenorphin, metadone, dan nalrekson. Obat-obatan ini digunakan sebagai
obat detoksifikasi, dan diberikan dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan
pecandu, kemudian secara bertahap dosisnya diturunkan. Keempat obat di atas
telah banyak beredar di Indonesia dan perlu adanya kontrol penggunaan untuk
menghindari adanya penyimpangan/penyalahgunaan obat-obatan ini yang akan
berdampak fatal.
4. Therapeutic community (TC); metode ini mulai digunakan pada akhir 1950 di
Amerika Serikat. Tujuan utamanya adalah menolong pecandu agar mampu
kembali ke tengah masyarakat dan dapat kembali menjalani kehidupan yang
produktif. Program TC, merupakan program yang disebut Drug Free Self Help
Program. program ini mempunyai sembilan elemen yaitu partisipasi aktif,
feedback dari keanggotaan, role modeling, format kolektif untuk perubahan
pribadi, sharing norma dan nilai-nilai, struktur & sistem, komunikasi terbuka,
hubungan kelompok dan penggunaan terminologi unik. Aktivitas dalam TC
akan menolong peserta belajar mengenal dirinya melalui lima area
pengembangan kepribadian, yaitu manajemen perilaku, emosi/psikologis,
intelektual & spiritual, vocasional dan pendidikan, keterampilan untuk
bertahan bersih dari narkoba.
5. Metode 12 steps; di Amerika Serikat, jika seseorang kedapatan mabuk atau
menyalahgunakan narkoba, pengadilan akan memberikan hukuman untuk
mengikuti program 12 langkah. Pecandu yang mengikuti program ini
dimotivasi untuk mengimplementasikan ke 12 langkah ini dalam kehidupan
sehari-hari.
16
seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden melalui koordinasi
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Dasar hukum BNN adalah Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika. Sebelumnya, BNN merupakan lembaga nonstruktural yang dibentuk
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002, yang kemudian diganti
dengan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007.
Adapun tugas – tugas dari BNN adalah sebagai berikut:
1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
2. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
3. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
4. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat;
5. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
6. Memantau, mengarahkan dan meningkatkan kegiatan masyarakat
dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Psikotropika Narkotika;
7. Melalui kerja sama bilateral dan multiteral, baik regional maupun
internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
8. Mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekursor Narkotika;
9. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap
perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika; dan
10. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.
Selain tugas sebagaimana diatas, BNN juga bertugas menyusun dan
melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor dan bahan adiktif
lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol. Selain itu juga terdapat
fungsi dari BNN yaitu:
1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan
dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,
psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan
adiktif untuk tembakau dan alkohol yang selanjutnya disingkat dengan
P4GN.
2. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, kriteria dan
prosedur P4GN.
3. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN.
17
4. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan,
pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan
kerjasama di bidang P4GN.
5. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakna teknis P4GN di bidang
pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi,
hukum dan kerjasama.
6. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi
vertikal di lingkungan BNN.
7. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat
dalam rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan
nasional di bidang P4GN.
8. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di lingkungan
BNN.
9. Pelaksanaan fasilitasi dan pengkoordinasian wadah peran serta
masyarakat.
10. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.
11. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang
narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya,
kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.
12. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen
masarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke
dalam masyarakat serta perawatan lanjutan bagi penyalahguna dan/atau
pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya kecuali
bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol di tingkat pusat dan daerah.
13. Pengkoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan
adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat.
14. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahguna dan/atau
pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya, kecuali
bahan adiktif tembakau dan alkohol berbasis komunitas terapeutik atau
metode lain yang telah teruji keberhasilannya.
15. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian dan perumusan peraturan
perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN.
16. Pelaksanaan kerjasama nasional, regional dan internasional di bidang
P4GN.
17. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di
lingkungan BNN.
18. Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi pemerintah
terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN.
19. Pelaksanaan penegakan disiplin, kode etik pegawai BNN dan kode etik
profesi penyidik BNN.
18
20. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional penelitian dan
pengembangan, serta pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN.
21. Pelaksanaan pengujian narkotika, psikotropika dan prekursor serta
bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan
alkohol.
22. Pengembangan laboratorium uji narkotika, psikotropika dan prekursor
serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif tembakau dan
alkohol.
23. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di
bidang P4GN.
Selain BNN, terdapat pula banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang
dibangun dengan tujuan untuk memerangi NAPZA yang merupakan musuh besar dari
bangsa Indonesia. Salah satunya adalah GRANAT atau Gerakan Anti Narkoba. Dan
juga terdapat lembaga atau badan yang menangani rehabilitasi dari para penyalahguna
NAPZA yaitu Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Indonesia adalah
sebuah tempat yang dikhususkan untuk merehabilitasi korban penyalahgunaan
narkoba di Indonesia. Rehabilitasi adalah jalan yang baik bagi proses penyembuhan
korban penyalahgunaan narkoba. Pusat rehabilitasi narkoba BNN terletak di Desa
Wates Jaya, kecamatan Cigombong, Lido, Kab. Bogor.
Pelaksanaan pelayanan di Babesrehab BNN bagi pecandu dan penyalahguna
narkoba menggunakan sistem one stop center (pelayanan satu atap) terdiri dari
pelayanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial dalam satu atap. Babesrehab ini
memiliki struktur organisasi dan dipimpin oleh Ka. Babesrehab BNN . Pada
pelayanan rehabilitasi sosial menggunakan metode Therapeutic Community (TC)
dengan kapasitas daya tampung berjumlah 500 orang yang berlangsung selama 6
bulan.
Di Babesrehab, ada beberapa "rumah" (tempat rehabilitasi) yang
dikelompokkan sebagai berikut, yakni:
1. Detoks, adalah rumah bagi pecandu yang baru memulai penanganan.
Rumah Detoks terbagi menjadi dua, yakni untuk pria dan wanita. Di
sini pecandu akan ditangani selama rata-rata 2 minggu.
2. Entry Unit, adalah rumah yang disinggahi pecandu yang sudah
"dibersihkan" sebelumnya di rumah Detoks. Pada Entry Unit, setiap
pecandu akan diberi pemahaman mengenai program yang sedang dan
akan dijalaninya selama 6 bulan ke depan.
3. Green House, adalah rumah tempat pelatihan dan pendidikan para
pecandu laki-laki yang berusia kurang dari 35 tahun. Di sini para
pecandu akan dilatih sikap, tingkah laku, dan kepribadiannya agar
dapat diterima masyarakat. Program di rumah ini berlangsung selama 4
bulan.
4. House of Hope, adalah rumah tempat pelatihan dan pendidikan para
pecandu laki-laki yang berusia di atas 30 tahun, atau pecandu yang
sudah pernah keluar dari panti rehabilitasi sebelumnya. Berbeda
dengan rumah Green, di rumah Hope pecandu akan diubah pola
19
pikirnya agar tidak terikat pada narkoba dan diterima masyarakat.
Program di rumah ini berlangsung selama 4 bulan.
5. HoC (House of Change), rumah ini memiliki program yang sama
dengan rumah Hope, namun dikhususkan untuk para pegawai negeri
sipil atau pejabat negara, dan militer atau polisi. Program di rumah ini
berlangsung selama 4 bulan.
6. Re-Entry, rumah ini adalah rumah terakhir dari keseluruhan program
rehabilitasi di Babesrehab BNN. Di sini pecandu akan dipantau, dan
diberi pelatihan/peningkatan keahlian serta juga perbaikan pola pikir
agar dapat siap kembali ke masyarakat. Program di rumah ini
berlangsung selama 1 bulan.
7. Female, rumah khusus untuk perempuan (terbagi menjadi 4 bagian,
yakni: Detoks, Entry Unit, Green, dan Re-Entry).
Rehabilitasi bagi pecandu di Babesrehab BNN ini dilakukan melalui alur
rehabilitasi yang mana sebagai berikut: melalui Rumah Detoks (2 minggu),
dilanjutkan Entry Unit (2 minggu), lalu memasuki program utama di Green
House/House of Hope (untuk rakyat sipil) atau HoC untuk PNS dan Militer selama 4
bulan. Selanjutnya pecandu akan melanjutkan di rumah Re-Entry selama 1 bulan, jadi
total program normal adalah 6 bulan.
20
tingkat-tingkat pemakaian tersebut memerlukan perhatian dan kewaspadaan
keluarga dan masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan pada keluarga
dan masyarakat.
21
masyarakat. Faktor lingkungan yang ikut menjadi penyebab seorang anak
atau remaja menjadi penyalahguna NAPZA antara lain adalah :
a. Lingkungan Keluarga:
Kominikasi orang tua-anak kurang baik/efektif.
Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga.
Orang tua bercerai, berselingkuh atau kawin lagi.
Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh.
Orang tua otoriter atau serba melarang.
Orang tua yang serba membolehkan (permisif).
Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan.
Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah NAPZA.
Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (tidak konsisten).
Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam
keluarga.
Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna NAPZA.
b. Lingkungan Sekolah:
Sekolah yang kurang disiplin.
Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual NAPZA.
Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif.
Adanya murid pengguna NAPZA.
22
Faktor individu, faktor lingkungan keluarga dan teman sebaya/pergaulan tidak
selalu sama besar perannya dalam menyebabkan seseorang menyalahgunakan
NAPZA. Karena faktor pergaulan, bisa saja seorang anak yang berasal dari keluarga
yang harmonis dan cukup kominikatif menjadi penyalahguna NAPZA.
Deteksi dini penyalahgunaan NAPZA bukanlah hal yang mudah,tapi sangat
penting artinya untuk mencegah berlanjutnya masalah tersebut. Beberapa keadaan
yang patut dikenali atau diwaspadai adalah :
1. Kelompok risiko tinggi
Kelompok Risiko Tinggi adalah orang yang belum menjadi
pemakai atau terlibat dalam penggunaan NAPZA tetapi mempunyai risiko
untuk terlibat hal tersebut, mereka disebut juga Potential User (calon
pemakai, golongan rentan). Sekalipun tidak mudah untuk mengenalinya,
namun seseorang dengan ciri tertentu (kelompok risiko tinggi) mempunyai
potensi lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA dibandingkan
dengan yang tidak mempunyai ciri kelompok risiko tinggi. Mereka
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Anak
Ciri-ciri pada anak yang mempunyai risiko tinggi
menyalahgunakan NAPZA antara lain :
Anak yang sulit memusatkan perhatian pada suatu kegiatan (tidak
tekun).
Anak yang sering sakit.
Anak yang mudah kecewa.
Anak yang mudah murung.
Anak yang sudah merokok sejak sekolah dasar.
Anak yang sering berbohong,mencari atau melawan tata-tertib.
Anak dengan IQ taraf perbatasan (IQ 70-90).
b. Remaja
Ciri-ciri remaja yang mempunyai risiko tinggi
menyalahgunakan NAPZA :
Remaja yang mempunyai rasa rendah diri, kurang percaya diri
dan mempunyai citra diri negatif.
Remaja yang mempunyai sifat sangat tidak sabar.
Remaja yang diliputi rasa sedih (depresi) atau cemas (ansietas).
Remaja yang cenderung melakukan sesuatu yang mengandung
risiko tinggi/bahaya.
Remaja yang cenderung memberontak.
Remaja yang tidak mau mengikuti peraturan/tata nilai yang
berlaku.
Remaja yang kurang taat beragama.
Remaja yang berkawan dengan penyalahguna NAPZA.
Remaja dengan motivasi belajar rendah.
Remaja yang tidak suka kegiatan ekstrakurikuler.
23
Remaja dengan hambatan atau penyimpangan dalam
perkembangan psikoseksual (pelupa, sulit bergaul, sering
masturbasi, suka menyendiri, kurang bergaul dengan lawan
jenis).
Remaja yang mudah menjadi bosan, jenuh, murung.
Remaja yang cenderung merusak diri sendiri.
c. Keluarga
Ciri-ciri keluarga yang mempunyai risiko tinggi, antara lain :
Orang tua kurang komunikatif dengan anak.
Orang tua yang terlalu mengatur anak.
Orang tua yang terlalu menuntut anaknya secara berlebihan agar
berprestasi di luar kemampuannya.
Orang tua yang kurang memberi perhatian pada anak karena
terlalu sibuk.
Orang tua yang kurang harmonis, sering bertengkar, orang tua
berselingkuh atau menikah lagi.
Orang tua yang tidak memiliki standar norma baik-buruk atau
benar-salah yang jelas.
Orang tua yang tidak dapat menjadikan dirinya teladan.
Orang tua menjadi penyalahgunaan NAPZA.
24
Sering bepergian sampai larut malam, kadang tidak pulang tanpa
memberi tahu lebih dulu.
Sering mengurung diri, berlama-lama di kamar mandi, menghindar
bertemu dengan anggota keluarga lain di rumah.
Sering mendapat telepon dan didatangi orang tidak dikenal oleh
keluarga, kemudian menghilang.
Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan
tapi tak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang
berharga milik sendiri atau milik keluarga, mencuri, mengompas,
terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi.
Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap
bermusuhan, pencuriga, tertutup dan penuh rahasia.
25
Menjauhi. Cara ini sebenarnya alternatif lain jika si dia tak juga bisa
dinasihati. Para pengguna napza cepat atau lambat tentunya akan ketahuan juga oleh
pihak yang berwajib. Cara ini mungkin tepat untuk Kita jika merasa takut melaporkan
teman yang menggunakan napza. Itulah cara menghadapi teman yang menggunakan
napza. Sebenarnya, para pengguna barang haram tersebut bisa sembuh dan
menghindari napza jika ada kemauan dalam dirinya. Harus ada ketegasan dalam
dirinya untuk bisa berhenti mengonsumsi. Jika sudah ada kemauan tersebut, maka
sebagai teman yang baik Kita juga harius mendukungnya untuk melakukan
rehabilitasi. Bagaimanapun juga, mengonsumsi barang haram tersebut hanya akan
menambah masalah dalam hidup saja. Jika sudah benar-benar kecanduan, maka
pemakai bisa akan meninggal. Untuk itu, mulailah hidup sehat dan ciptakanlah
pergaulan yang sehat juga agar narkoba dan zat adiktif lainnya itu segera diberantas.
I. Mengapa remaja menggunakan narkoba? Remaja menggunakan Narkoba ,
antara lain karena:
Perasaan galau --> peralihan masa kanaklremaja ke dewasa
Tekanan kawan atau kelompok bermain I "gang" (peer group)
Pemberontakan -> separasi otoritas orang tua dan mencari identitas diri
Keingintahuan --> dorongan kuat untuk eksplorasi dunia sekitarnya
Jiwa petualang -> dorongan untuk melakukan perbuatan yang berisiko (risk taking
behavior)
Meniru orang dewasa -> sebagai simbol kedewasaan terutama bila selalu dianggap
anak kecil oleh orang tuanya
Obat yang mujarab - > mengatasi perasaan atau emosinya
Keyakinan yang sa/ah -> yang terjadi pada orang lain tak akan terjadi
26
Mempunyai rasa rendah diri, kurang percaya diri, dan mempunyai citra diri yang
negatif
Mempunyai sifat tidak sabar dan keinginan selalu harus segera terpenuhi
Diliputi rasa sedih (depresi) atau ansietas (kecemasan)
Cenderung melakukan sesuatu yang berisiko tinggi atau membahayakan
Cenderung memberontak dan menantang
Tidak mau mengikuti peraturan/tata nilai yang berlaku
Kurang taat beragama
Berteman dengan penyalahguna narkoba
L. Manajemen Kasus
a. Pengertian Manajemen Kasus
27
1) Individualisasi pelayanan (Individualization of services)
Prinsip individualisasi, pada intinya menganggap setiap individu berbeda satu
dengan yang lainnya, sehingga seorang pekerja sosial haruslah menyesuaikan
cara memberi bantuan dengan setiap kliennya, guna mendapatkan hasil yang
diinginkan. Dengan adanya prinsip individualisasi ini, maka seorang pekerja
sosial dibekali dengan pengetahuan bahwa setiap individu adalah unik,
sehingga pendekatan yang diutamakan adalah kasus per kasus dan bukannya
penggeneralisasian
2) Pelayanan yang komprehensif (comprehensiveness of services)
Pelayanan diberikan tidak hanya terfokus pada klien, tetapi juga sistem klien
(lingkungan) yang mempengaruhi keberadaan klien, agar tercita suasana yang
kondusip bagi kehidupan klien.
3) Pelayanan yang teratur (parsimonious services)
4) Kemandirian (fostering autonomy)
Pelayanan yang diberikan bertujuan agar klien mampu hidup normal dan
kedepan mampu mengatasi masalahnya sendiri
5) Keberlanjutan pelayanan (continuity of care)
Pelayanan dilakukansesuai dengan tahapan pelayanan yang dimulai dari
pendekatan awal sampai dengan terminasi yang berakhir dengan kemandirian
klien.
6) Penerimaan
Prinsip ini mengemukakan bahwa seorang pekerja sosial menerima klien tanpa
“menghakimi” klien tersebutterlebih dahulu. Kemampuan pekerja sosial untuk
menerima klien dengan sewajarnya (apa adanya) akan banyak membantu
perkembangan relasi antara pekerja sosial dengan kliennya.Dengan adanya
sikap menerima keadaan klien apa adanya, maka klien akan dapat merasa lebih
percaya diri dan tidak “kaku” dalam berbicara dengan pekerja sosial, sehingga
ia dapat mengungkapkan berbagai macam perasaan dan permasalahan yang
mengganjal di hatinya. Dengan cara seperti ini maka relasi antara pekerja
sosial dengan klien dapat dikembangkan dengan baik
7) Komunikasi
Prinsip komunikasi ini erat kaitannya dengan kemampuan pekerja sosial untuk
menangkap informasi ataupun pesan yang dikemukakan oleh klien, baik dalam
bentuk komunikasi yang verbal, yang diungkapkan klien ataupun sistem klien,
28
maupun bentuk komunikasi nonverbal, seperti cara duduk klien, posisi ataupun
letak duduk dalam suatu pertemuan dengan anggota keluarga yang lain, cara
bicara, cara berpakaian, dan lain sebagainya.
Bila suatu ketika lawan bicara tidak dapat mengungkapkan apa yang
dirasakannya, seorang pekerja sosial diharapkan dapat membantunya untuk
mengungkapkan apa yang ia rasakan agar dapat menelaah permasalahannya
secara lebih jelas.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pekerja sosial adalah menyadari
ekspektasi (harapan) dari klien, sehingga komunikasi antara klien ataupun
sistem klien dengan pekerja sosial daapat tetap terjaga. Dalam kaitannya
dengan hal ini, seorang pekerja sosial diharapkan dapat member kesempatan
kepada klien untuk mengemukakan apa yang ia rasakan, misalnya perasaan
takut, marah, benci, sedih, gembira, dan lain sebagainya. Dengan
mengemukakan apa yang dirasakan, diharapkan akan sedikit dapat
meringankan beban yang menghimpit klien, sehingga hubungan antara pekerja
sosial dengan klien dapat semakin berkembang.
8) Kerahasiaan.
Apapun data atau pun perihal tentang klien wajib di jaga kerahasiaannya
d. Komponen Dasar Manajemen Kasus
1) Asesmen (Assessment)
Sebelum melakukan tahap penilaian ini, tim manajemen kasus mengadakan
prescreening terhadap klien, untuk menentukan klien mana yang dapat ikut
dalam program manajemen kasus yang akan dilakukan.
Hal-hal mendasar dalam penentuan prescreening :
Keadaan medis psikiatri klien, dalam hal ini klien yang masih dalam
kondisi akut tidak dapat diikutsertakan dalam program ini.
Ada tidaknya dukungan keluarga terhadap program ini dapat berpengaruh
pada keikutsertaan klien. Keluarga yang tidak mendukung akan dapat
mengurangi kesempatan klien untuk dapat mengikuti program manajemen
kasus
Asesmen yang bersifat komprehensif menjadi sangat penting dalam
manajemen kasus, yakni asesmen diperoleh dari :
-Hasil observasi dan evaluasi perkembangan tingkah laku klien selama masa
perawatan
29
-Informasi dari keluarga atau orang yang dekat dengan klien
-Hasil masukan atau pendapat dari klien tentang hal-hal yang menjadi masalah
bagi dirinya
2) Perencanaan (Planning)
Penetapan tujuan harus individual dan harus realistis berdasarkan hasil yang
didapat dari asesmen, serta tujuan yang tercapai
Berdasarkan contoh di atas maka dapat ditetapkan tujuan jangka pendek dan
panjang sbb:
- Tujuan jangka pendek yang ditetapkan pada klien ini, adalah : meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dan mandiri
- Tujuan jangka panjang : mengurangi stresor yang dapat menyebabkan
depresi dan kekambuhan penyakit, sehingga dapat mengurangi terjadinya
penurunan kondisi fisik dan psikis, serta memperbaiki kualitas hidup.
30
- penentuan anggota staf tim yang bertanggung jawab terhadap pelayanan yang
diberikan.
Tahap selanjutnya adalah untuk menentukan keberhasilan program
manajamen kasus yang dilakukan terhadap klien, maka perlu disusun kriteria
evaluasi;
Contoh ; klien yang sulit berkomunikasi. Adapun kriteria evaluasinya yaitu;
mampu memulai, memelihara, dan mengakhiri pembicaraan, mampu
menemukan topik pembicaraan, serta mampu melakukan kontak mata yang
adekuat (penetapan kriteria evaluasi pun harus dikonsultasikan dg tim
multidisiplin).
Tahapan selanjutnya adalah menentukan target waktu bagi pencapaian
tujuan.
Selain itu, staf manajamen kasus menyusun rencana utk mengantisipasi
keadaan krisis ataupun kejadian di luar dugaan yg mungkin terjadi pada saat
program sedang berlangsung
3) Pelaksanaan (Implementation)
4) Pengawasan (Monitoring)
Mengevaluasi dan memantau jasa pelayanan yang telah diberikan kepada
klien. Faktor-faktor yang dievaluasi meliputi; kuantitas dan kualitas pelayanan,
termasuk efektivitas penggunaan biaya dan kesesuaian pelaksanaan pelayanan
dengan tujuan yang ditetapkan. Selain itu, harus diketahui ada tidaknya
kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi atau adanya kesenjangan antara
kebutuhan dengan sumber daya dan pelayanan yang ada.
31
5) Pendampingan
6) Pengakhiran (Termination)
Mengambil tindakan untuk menyelesaikan atau meneruskan suatu program
manajemen kasus pada seorang klien, dimana klien dipersiapkan utk mengakhiri
program, disiapkan melalui masa transisi, dan kemudian dilepaskan untuk
mengikuti program tanpa pendampingan, setelah itu baru klien benar-benar
dapat keluar dari program. Pada masa transisi, manajer kasus mengajak klien
untuk berperan aktif merencanakan kegiatan dan pemenuhan kebutuhannya
secara mandiri.
e. Langkah – Langkah Penerapan Manajemen Kasus
Orientasi dan Identifikasi klien.
Manajemen kasus merupakan suatu pendekatan dalam pemberian pelayanan
yang ditujukan untuk menjamin agar klien yang mempunyai masalah ganda dan
kompleks dapat memperoleh semua pelayanan yang dibutuhkannya secara tepat.
Kasus di sini adalah orang dalam situasi meminta atau mencari pertolongan.
Dalam masalah penyalahgunaan NAPZA, orang yang mencari pertolongan
dapat pada para penyalahguna NAPZA langsung, keluarga atau orang lain.
Dalam manajemen kasus ini, pekerja sosial melaksanakan peranan sebagai
manajer kasus (case manager). Identifikasi dan menyeleksi kepada individu
untuk mendapatkan hasil pelayanan , yang dapat berdampak positif pada
kualitas hidup melalui managemen kasus
Assessment informasi dan memahami situasi klien.
Fungsi ini merujuk pada pengumpulan informasi dan memformulasikan suatu
asesment kebutuhan klien, situasi kehidupan dan sumber-sumber yang ada serta
penggalian potensi klien.
Merencanakan program pelayanan.
32
Pekerja social mengidentifikasi berbagai pelayanan yang dapat diakses untuk
memenuhi kebutuhan klien. Klien dan keluarganya serta orang lain yang
berpengaruh secara bersama-sama merumuskan tujuan dan merancangnya
dalam suatu rencana intervensi yang terintegrasi.
Menghubungkan dan Mengkoordinaksikan pelayanan.
Seperti peranannya sebagai broker, manaer kasus harus menghubungkan klien
dengan sumber-sumber yang tepat. Peranan manager kasus dapat berbeda –beda
walaupun pekerja social yang utamanya sebagai partisipan aktif dalam
menyampaikan pelayanan kepada individu atau keluarga. Manager kasus
menekankan pada koordinasi dengan sumber sumber yang digunakan klien
dengan menjadi saluran dan berkomunikasi dengan sumber-sumber pelayanan.
33
Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan mulai dari pencegahan,
pengobatan sampai pemulihan (rehabilitasi)
1) Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan, misalnya dengan:
Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA. Bisa dengan
cara penyuluhan yang dilakukan oleh, guru, perawat maupun pihak kepolisian.
Deteksi dini perubahan perilaku. Menolak tegas untuk mencoba (“Say no to
drugs”) atau “Katakan Tidak pada narkoba”
2). Pengobatan Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi.
Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus
zat, dengan dua cara yaitu:
Detoksifikasi tanpa subsitusi Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti
menggunakan zat yang mengalami gajala putus zat tidak diberi obat untuk
menghilangkan gejala putus zat tersebut.Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala
putus zat tersebut berhenti sendiri. Metode ini berpusat pada diri klien sendiri
untuk mengendalikan rasa kecanduannya terhadap NAPZA.
Detoksifikasi dengan substitusi Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan
memberikan jenis opiat misalnya kodein, ufremorfin, dan metadon. Substitusi
bagi pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas,
misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis
secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian substitusi dapat
juga diberikan obat yang menghilangkan gejala simptomatik, misalnya obat
penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yang
ditimbulkan akibat putus zat tersebut. Metode ini bisa juga disebut dengan
menghilangkan kecanduan terhadap NAPZA dengan bertahap.
3). Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu
melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna
NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan
fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien
baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.Sarana rehabilitasi yang disediakan harus
memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan (Depkes, 2018). Sesudah
klien penyalahgunaan/ ketergantungan NAPZA menjalani program terapi
(detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 (satu) minggu dan dilanjutkan
dengan program pemantapan (pascadetoksifikasi) selama 2 (dua) minggu, maka
34
yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya yaitu rehabilitasi
(Hawari, 2018).
Dengan rehabilitasi diharapkan pengguna NAPZA dapat:
Mempunyai motivasi kuat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA lagi 2.
Mampu menolak tawaran penyalahgunaan NAPZA 3. Pulih kepercayaan dirinya,
hilang rasa rendah dirinya 4. Mampu mengelola waktu dan berubah perilaku
sehari-hari dengan baik 5. Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja 6.
Dapat diterima dan dapat membawa diri dengan baik dalam pergaulan dengan
lingkungannya. Jenis Rehabilitasi:
Rehabilitasi psikososial merupakan persiapan untuk kembali ke masyarakat
(reentry program).
Rehabilitasi kejiwaan klien yang berperilaku maladaptif berubah menjadi
adaptif yang penting adalah psikoterapi baik secara individual maupun secara
kelompok. Yang termasuk rehabilitasi kejiwaan ini adalah
psikoterapi/konsultasi keluarga terutama keluarga broken home.
Rehabilitasi komunitas berupa program terstruktur yang diikuti oleh mereka
yang tinggal dalam satu tempat. Dipimpin oleh mantan pemakai yang
dinyatakan memenuhi syarat sebagai konselor, setelah mengikuti pendidikan
dan pelatihan. Di sini klien dilatih keterampilan mengelola waktu dan
perilakunya secara efektif dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga dapat
mengatasi keinginan mengunakan narkoba lagi atau nagih (craving) dan
mencegah relaps.
Rehabilitasi keagamaan rehabilitasi keagamaan dapat menumbuhkan
kerohanian (spiritual power) pada diri seseorang apabila taat dan rajin
menjalankan ibadah, risiko kekambuhan hanya 6,83%; bila kadang-kadang
beribadah risiko kekambuhan 21,50%, dan apabila tidak sama sekali
menjalankan ibadah agama risiko kekambuhan mencapai 71,6%.
35
BAB III
PENUTUP
NAPZA yang merupakan singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat
adiktif lainnya adalah zat-zat kimiawi (obat-obat berbahaya) yang mampu merubah fungsi
mental dan perilaku seseorang, yang dimasukkan kedalam tubuh manusia, baik melalui
mulut, dihirup maupun disuntikkan. Sebetulnya NAPZA untuk berbagai tujuan telah ada
sejak zaman dahulu kala. Masalah timbul bila narkotik dan obat-obatan ini digunakan secara
berlebihan sehingga dapat menimbulkan kecanduan (dalam bahasa Inggris disebut substance
abuse).
Dengan adanya penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui pola hidup para
pecandu, maka masalah penyalahgunaan NAPZA menjadi semakin serius. Lebih
memprihatinkan lagi bila yang kecanduan adalah remaja yang merupakan masa depan
bangsa, karena penyalahgunaan NAPZA ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan, sosial,
dan ekonomi suatu bangsa.
Dengan Informasi – informasi yang telah disediakan mengenai pengertian NAPZA,
jenis jenis NAPZA, akibat penyalahgunaan NAPZA, penyembuhan penyalahguna NAPZA,
lembaga NAPZA, tingkatan penyelahguna NAPZA, penyebab dan deteksi penyalahguna
NAPZA, dan sikap yang sebaiknya diambil terhadap penyalahguna NAPZA semoga kita
bersama dapat lebih mengetahui dan bersama – sama memerangi NAPZA demi masa depan
bangsa kita.
36
DAFTAR PUSTAKA
http://bestariabadi.blogspot.com/2013/04/sikap-dan-perbuatan-terhadap-teman.html
http://al-atsariyyah.com/mengenal-narkoba-jenis-jenisnya-dan-dampaknya.html
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2012/08/24/514/tahap-tahap-pemulihan-
pecandu-narkoba
http://ferrywesdy.blogspot.com/2010/03/makalah-tentang-napza.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Narkotika_Nasional
http://id.wikipedia.org/wiki/Balai_Besar_Rehabilitasi_Badan_Narkotika_Nasional_Indonesia
http://ipina10.blogspot.com/2013/04/makalah-napza.html
https://nilna.wordpress.com/2009/07/06/mengenal-jenis-jenis-napza/
http://raufahajah.blogspot.com/2014/06/makalah-penyalahgunaan-napza-dan.html
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&cad=rja&uact=8&ved=0CGoQFjAJ&url=http
%3A%2F%2Fperpustakaan.depkes.go.id%3A8180%2Fbitstream
%2F123456789%2F717%2F4%2FBK2006-
G56.pdf&ei=ibTWVKrEA9LhuQSwo4AI&usg=AFQjCNGTJxg1cFKuzHdMWzcRxQYlsBi
iBw&bvm=bv.85464276,d.c2E
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CC4QFjAC&url=http
s%3A%2F%2Fwww.k4health.org%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2FNAFZA
%2520LENGKAP.pdf&ei=ibTWVKrEA9LhuQSwo4AI&usg=AFQjCNFt6ZT_QYN78Oah
Ov3wxMGOuzIX9Q&bvm=bv.85464276,d.c2E
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CDYQFjAD&url=htt
p%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles
%2F06%2520NAPZA.pdf&ei=ibTWVKrEA9LhuQSwo4AI&usg=AFQjCNH2fcoRFXE8-
Om1EYVArwfV-A_vaw&bvm=bv.85464276,d.c2E
http://www.smallcrab.com/anak-anak/547-mengenal-napza-dan-penyalahgunaannya
37