2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lain (NAPZA) adalah bahan atau zat
atau obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh
terutama otak atau susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis, danfungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan
(adiksi) serta ketergantungan(dependdensi) terhadap NAPZA.Istilah NAPZA
umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan yangmenitikberatkan pada
upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial.
NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada
otak sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.Ada kata
lain yang sering berhubungan dengan NAPZA, yaitu NARKOBA, yang merupakan
singkatan dari Narkotika dan Obat / Berbahaya. Istilah ini sangat populer
dimasyarakat termasuk media massa dan aparat penegak hukum yang sebenarnya
mempunyai makna yang sama dengan NAPZA. Ada juga yang menggunakan istilah “Madat”
untuk NAPZA, namun istilah ini tidak disarankan karena istilah tersebut hanya
berkaitan dengan penggunaan jenis narkotika turunan opium saja.
4. Golongan NAPZA
Berdasarkan Undang-Undang RI, NAPZA terbagi menjadi beberapa golongan
yangdibagi menjadi :
a. Narkotika (menurut UU RI nomor 22 tahun 1997 tentang narkotika)
b. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman,baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagai berikut:
1) Narkotika Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi
sangat tinggi untuk menimbulkan ketergantungan. Contoh : heroin,
putauw, kokain, ganja.
2) Narkotika Golongan II
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan. Digunakan sebagai
pilihan terakhirdan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuanserta mempunyai potensi
tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh : morfin,petidine.
3) Narkotika Golongan III
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapiatau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringanmengakibatkan ketergantungan.
Contoh : kodein.
c. Psikotropika (menurut UU RI no.5 tahun 1997 tentang psikotropika)
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotikayang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang dapat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan
sebagai berikut:
1) Psikotropika Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai
potensi amat kuat untuk menimbulkan sindroma ketergantungan.
Contoh : ekstasi, shabu-shabu, LysergicAcid Dyethylamide (LSD).
2) Psikotropika Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapidan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
kuat untuk menimbulkan sindroma ketergantungan. Contoh
: amfetamin, metilfenidat atauritalin).
3) Psikotropika Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan
dalamterapi obat-obatan dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang untuk menimbulkan sindroma
ketergantungan. Contoh :pentobarbital, flunitrazepam.
4) Psikotropika Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat
luas digunakan dalamterapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan sindroma
ketergantungan. Contoh : diazepam, bromazepam,fenobarbital,
klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam (seperti pil BK,
pil Koplo,rohip, dum, MG).
d. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapatmenimbulkan
kecanduan atau ketergantungan.
e. Zat Psikoaktif
Zat psikoaktif adalah golongan zat yang bekerja secara selektif terutama
padaotak, sehingga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku,
emosi, kognitif,persepsi dan kesadaran seseorang. Ada 2 jenis psikoaktif,
yaitu :
1) Psikoaktif Bersifat Adiksi
a) Golongan Opioida : morfin, heroin (putauw), candu, kodein, petidine.
b) Golongan Cannabis : ganja (mariyuana), minyak hassish.
c) Golongan Kokain : serbuk kokain dan daun koka.
d) Golongan Alkohol : semua minuman yang mengandung ethyl alcohol
sepertibrandy, bir, wine, cognac, brem, tuak, anggur orangtua (AO),
dan sebagainya.
e) Golongan Sedatif Hipnotik : BK, rohypnol, magadon, dumolid,
nipam,madrax.
f) Golongan Methylene Dioxy Ampethamine (MDA) : amphetamine
benzedrine,dexedrine.
g) Golongan Methylene Dioxy Meth Ampetahamine (MDMA) : ekstasi.
h) Golongan Halusinogen : LSD, meskaloin, mushroom, kecubung.
i) Golongan Solven dan inhalansia : aica aibon (glue), aceton,
thiner, N2O.
j) Nikotin : tembakau.
k) Kafein : kopi dan teh.
2) Golongan lainnya : Psikoaktif Bersifat Non Adiksi
a) Obat neuroleptika untuk kasus gangguan jiwa psikotik, obat anti
depresi.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Fisik
Data fisik yang mungkin ditemukan pada klien dengan penggunaaan NAPZApada saat
pengkajian adalah sebagai berikut : nyeri, gangguan pola tidur,menurunnya
selera makan, konstipasi, diare, perilaku seks melanggar norma, kemunduran
dalam kebersihan diri, potensial komplikasi jantung, hati, infeksipada paru-
paru, dan sebagainya.
b. Emosional
Perasaan gelisah (takut kalau diketahui), tidak percaya diri, curiga dan
tidak berdaya.
c. Sosial
Lingkungan sosial yang biasa akrab dengan klien biasanya adalah temanpengguna zat,
anggota keluarga lain pengguna zat, lingkungan sekolah ataukampus yang
digunakan oleh para pengedar.
d. Intelektual
Pikiran yang selalu ingin menggunakan zat adikitif, perasaan ragu untuk
berhenti,aktivitas sekolah atau kuliah menurun sampai berhenti, pekerjaan
terhenti.
e. Spiritual
Kegiatan keagamaan tidak ada, nilai-nilai kebaikan ditinggalkan karena
perubahanperilaku (tidak jujur, mencuri, mengancam dan lain-lain).
f. Keluarga
Ketakutan akan perilaku klien, malu pada masyarakat, penghamburan
danpengurasan secara ekonomi oleh klien, komunikasi dan pola asuh tidak
efektif,dukungan moril terhadap klien tidak terpenuhi.
2. Diagnosa Keperawatan
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin dapat timbul pada klien
denganpenyalahgunaan obat, antara lain :
a. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak mampu
mengatasikeinginan menggunakan zat adiktif.
b. Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
c. Perubahan pemeliharaan kesehatan dan ADL berhubungan dengan efek penggunaan
zat adiktif.
d. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan pola asuh yang salah.
e. Gangguan kesadaran somnolent berhubungan dengan intoksikasi
obat sedativehipnotik.
3. Intervensi Keperawatan
a. Dx.1. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak mampu
mengatasikeinginan menggunakan zat adiktif.
Intervensi :
Individu :
- Identifikasi situasi yang menyebabkan timbulnya sugesti
- Identifikasi perilaku ketika sugesti datang
- Diskusikan cara mengalihkan pikiran dari sugesti yang
lebih positif - Bantu klien mengekspresikan perasaannya
Kelompok :
- Diskusikan pengalaman mengucapkan kata-kata yang
mengandung semangat menghindari zat adiktif
Keluarga :
- Motivasi keluarga untuk membantu klien mampu jujur bila
sugestinya dating
- Diskusikan upaya keluarga membantu klien mengurangi sugesti
- Bantu suasana mendukung keakraban di rumah
d. Dx.2. Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
Tujuan : klien meningkatkan kegiatan spiritual
Intervensi :
Individu :
- Bantu mengidentifikasi kebutuhan spiritual
- Identifikasi arti keyakinan keagamaan
- Motivasi menjalankan keagamaan
Kelompok :
- Diskusikan nilai-nilai kebaikan
- Lakukan kegiatan ibadah bersama
Keluarga :
- Diskusikan pentingnya kegiatan keagamaan
- Bantu menyiapkan kegiatan keagamaan di rumah
- Motivasi orang tua sebagai contoh untuk kegiatan keagamaan
e. Dx.3. Perubahan pemeliharaan kesehatan dan ADL berhubungan dengan
efek penggunaan zat adiktif.
Tujuan : klien mampu mengambil keputusan merubah dan memperbaiki
gaya hidupnya
Intervensi :
Individu :
- Identifikasi gaya hidup selama menggunakan zat adiktif
- Diskusikan kerugian gaya hidup pengguna zat adiktif
- Bantu kebiasaan mengontrol penggunaan zat/merokok
- Bantu latihan gaya hidup sehat : makan, mandi dan tidur
teratur
Kelompok :
- Diskusikan gaya hidup sehat dan manfaatnya
Keluarga :
- Identifikasi gaya hidup keluarga
- Diskusikan keluarga sebagai model dan tempat berlatih untuk
hidup sehat
f. Dx.4. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan pola asuh yang
salah.
Tujuan : keluarga mampu memberikan kenyamanan pada klien sehingga
mampuberhenti menggunakan zat adiktif
Intervensi :
Kelompok :
- Beri kesempatan untuk mengekspresikan perasaan
- Diskusikan cara menghadapi perilaku klien dan rencana
sebelum pulang
- Bantu mencapai kesepakatan tndak lanjut perawatan
rehabilitasi mental
Keluarga :
- Identifikasi penerimaan keluarga terhadap masalah
- Bantu menerima masalah
- Identifikasi harapan untuk sembuh total
- Bantu respon keluarga bila klien menggunakan zat adiktif
- Bantu keluarga latihan mengucapkan kata-kata yang
menghargai danmendukung klien untuk berhenti
g. Dx.5. Gangguan kesadaran somnolent berhubungan dengan intoksikasi
obat sedativehipnotik.
Tujuan : klien mampu melakukan interaksi dan memberikan respon
terhadap stimulus secara optimal.
Intervensi :
Individu :
- Observasi tanda-tanda vital terutama kesadaran
- Bekerja sama dengan dokter dalam pemberian terapi medis-
Memberikan rasa nyaman dan aman dengan pengaturan posisi
- Menjaga keselamatan diri klien selama kesadaran terganggu
- Observasi keseimbangan cairan
Keluarga :
- Berikan penjelasan tentang pengaruh zat adiktif terhadap
kondisi fisik, social dan emosional klien
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Moderator :
Dokumentasi :
Pengawas :
Kegiatan pembelajaran/ penyuluhan
(08.30-08.55)
3 - mendengarkan dan
mampu memahami
jawaban yang
diberikan oleh
pemateri
Lampiran Materi
Pengertian Narkoba
D. Kesimpulan
Masalah penyalahguanaan narkoba atau NAPZA khususnya pada remaja adalah
ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan suatu bangsa pada
umumnya. Pengaruh narkoba sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan pribadinya,
maupun dampak sosial yang ditimbulkannya.
Masalah pencegahan penyalahgunaan narkoba bukanlah menjadi tugas dari
sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya pencegahan
penyalahgunaan narkobayang dilakukan sejak dini sangatlah baik, tentunya dengan
pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan tersebut.
Peran orang tua dalam keluarga dan juga peran pendidik di sekolah sangatlah besar
bagi pencegahan penaggulangan terhadap narkoba.
DAFTAR PUSTAKA
Allen K.M. (1996). Nursing care of the addicted client. Philadelphia : Lippincott.
Morgan. (1991).Segi praktis psikiatri. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Smith, C.M. (1995). Community health nursing : theory and practice. Philadelphia :
W.B.Saunders Company.
Stuart Sundeen (1998). Principles and practice of psychiatric nursing. St Louis :Mosby Year
Book.
The Indonesian Florence Nightingale Foundation. (1999).Kiat penanggulangan
dan penyalahgunaan ketergantungan NAPZA. Jakarta : EGC.
Tom, Kus, Tedi. (1999). Bahaya NAPZA bagi pelajar. Bandung :Yayasan Al-Ghifari.
Dwi, Virda. 2018. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Narkoba. Di akses pada tanggal 02 April
2019 https://www.academia.edu/37998466/ SATUAN _ACARA _PENYU LUHAN_
SAP_NARKOBA
Santoso, Ikhasan. 2012. LP Napza. Di akses pada tanggal 02 April 2019 https://www.scribd.
com/doc/97332809/LP-NAPZA