Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN, SATUAN ACARA

PENYULUHAN (SAP) DAN LEAFLET NARKOBA

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALANGKA RAYA

PROGAM STUDI KEPERAWATAN D III REGULER XIX A

2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. TINJAUAN TEORITIS

1. Definisi
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lain (NAPZA) adalah bahan atau zat
atau obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh
terutama otak atau susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis, danfungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan
(adiksi) serta ketergantungan(dependdensi) terhadap NAPZA.Istilah NAPZA
umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan yangmenitikberatkan pada
upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial.
NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada
otak sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.Ada kata
lain yang sering berhubungan dengan NAPZA, yaitu NARKOBA, yang merupakan
singkatan dari Narkotika dan Obat / Berbahaya. Istilah ini sangat populer
dimasyarakat termasuk media massa dan aparat penegak hukum yang sebenarnya
mempunyai makna yang sama dengan NAPZA. Ada juga yang menggunakan istilah “Madat”
untuk NAPZA, namun istilah ini tidak disarankan karena istilah tersebut hanya
berkaitan dengan penggunaan jenis narkotika turunan opium saja.

2. Rentang Respon Gangguan Penyalahgunaan NAPZA


Rentang respon gangguan penyalahgunaan NAPZA berfluktuasi dari kondisi
yang ringan sampai dengan yang berat. Indikator rentang respon ini berdasarkan
perilaku yangditampakkan oleh pengguna penyalahgunaan NAPZA, sebagai
berikut :
a. Respon adaptif
b. Respon maladaptif
c. Eksperimental, rekreasional, situasional, penyalahgunaan dan ketergantungan
1) Eksperimental : kondisi pengguna taraf awal yang disebabkan rasa ingin
tahu dari pengguna, dimana hal ini timbul karena adanya keinginan untuk
mencari pengalaman yang baru dan biasa juga dikenal dengan taraf coba-coba.
2) Rekreasional : penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan yang
lainuntuk bersosialisasi. Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi
bersamadengan pengguna zat adiktif lainnya.
3) Situasional : penggunaan zat adiktif mempunyai tujuan secara individual
yangsudah menjadi kebutuhan bagi dirinya sendiri. Seringkali penggunaan
ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang
sedang dihadapinya. Misalnya, individu menggunakan zat tersebut
pada saat sedang ada konflik, sedang dalam keadaan stres dan frustasi.
4) Penyalahgunaan : penggunaan zat yang sudah cukup patologis dan sudah mulai
digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan serta sudah terjadi
penyimpangan perilaku yang menganggu fungsi dan peran di lingkungan
sosial seperti dalam pendidikan dan pekerjaan.
5) Ketergantungan : penggunaan zat yang sudah berat dan telah
terjadiketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai
dengan adanya toleransi dan sindroma putus obat. Toleransi merupakan
suatu kondisidari individu yang mengalami peningkatan dosis (jumlah zat)
untuk dapat mencapai tujuan yang biasa diinginkannya. Sedangkan
sindroma putus zat merupakan suatu kondisi dimana individu yang biasa
menggunakan zat adiktif secara rutin, pada dosis tertentu menurunkan
jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga
menimbulkan kumpulan gejala sesuai denganmacam zat yang digunakan.
3. Jenis NAPZA
a. Heroin
Heroin berupa serbuk putih seperti tepung yang bersifat opioid yang
dapatmenekan rasa nyeri dan memiliki sifat depresan (menekan) sistem saraf
pusat.
b. Kokain
Kokain diolah dari pohon Coca yang mempunyai sifat halusinogenik.
c. IIKOw
Putauw merupakan salah satu golongan heroin yang berbentuk bubuk.
d. Ganja
Ganja berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbiol yang berasal dari daun
Cannabisyang dikeringkan. Ganja dikonsumsi dengan cara dihisap seperti
rokok tetapi ganja dihisap melalui hidung.
e. Shabu-shabu
Shabu-shabu merupakan kristal yang berisi methamphetamine, yang
dikonsumsi dengan menggunakan alat khusus yang disebut dengan Bong yang kemudian
dibakar.
f. Ekstasi
Ekstasi merupakan suatu zat dengan komponen kimiawi methylendioxy
methamphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul, yang mampu meningkatkan
ketahanan seseorang yang biasa disalahgunakan untuk aktivitas seksual
danaktivitas hiburan di malam hari.
g. Diazepam, Nipam, Megadon
Merupakan jenis obat-obatan yang jika dikonsumsi secara berlebihan
dapatmenimbulkan efek halusinogenik.
h. Alkohol
Alkohol merupakan minuman yang berisi produk fermentasi yang
menghasilkanetanol dengan kadar diatas 40% yang mampu menyebabkan depresi
susunan saraf 3 pusat. Penggunaan alkohol dalam dosis tinggi dapat memicu
sirosis hepatik,hepatitis alkoholik maupun gangguan sistem persarafan

4. Golongan NAPZA
Berdasarkan Undang-Undang RI, NAPZA terbagi menjadi beberapa golongan
yangdibagi menjadi :
a. Narkotika (menurut UU RI nomor 22 tahun 1997 tentang narkotika)
b. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman,baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagai berikut:
1) Narkotika Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi
sangat tinggi untuk menimbulkan ketergantungan. Contoh : heroin,
putauw, kokain, ganja.
2) Narkotika Golongan II
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan. Digunakan sebagai
pilihan terakhirdan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuanserta mempunyai potensi
tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh : morfin,petidine.
3) Narkotika Golongan III
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapiatau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringanmengakibatkan ketergantungan.
Contoh : kodein.
c. Psikotropika (menurut UU RI no.5 tahun 1997 tentang psikotropika)
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotikayang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang dapat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan
sebagai berikut:
1) Psikotropika Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai
potensi amat kuat untuk menimbulkan sindroma ketergantungan.
Contoh : ekstasi, shabu-shabu, LysergicAcid Dyethylamide (LSD).
2) Psikotropika Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapidan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
kuat untuk menimbulkan sindroma ketergantungan. Contoh
: amfetamin, metilfenidat atauritalin).
3) Psikotropika Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan
dalamterapi obat-obatan dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang untuk menimbulkan sindroma
ketergantungan. Contoh :pentobarbital, flunitrazepam.
4) Psikotropika Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat
luas digunakan dalamterapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan sindroma
ketergantungan. Contoh : diazepam, bromazepam,fenobarbital,
klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam (seperti pil BK,
pil Koplo,rohip, dum, MG).
d. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapatmenimbulkan
kecanduan atau ketergantungan.
e. Zat Psikoaktif
Zat psikoaktif adalah golongan zat yang bekerja secara selektif terutama
padaotak, sehingga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku,
emosi, kognitif,persepsi dan kesadaran seseorang. Ada 2 jenis psikoaktif,
yaitu :
1) Psikoaktif Bersifat Adiksi
a) Golongan Opioida : morfin, heroin (putauw), candu, kodein, petidine.
b) Golongan Cannabis : ganja (mariyuana), minyak hassish.
c) Golongan Kokain : serbuk kokain dan daun koka.
d) Golongan Alkohol : semua minuman yang mengandung ethyl alcohol
sepertibrandy, bir, wine, cognac, brem, tuak, anggur orangtua (AO),
dan sebagainya.
e) Golongan Sedatif Hipnotik : BK, rohypnol, magadon, dumolid,
nipam,madrax.
f) Golongan Methylene Dioxy Ampethamine (MDA) : amphetamine
benzedrine,dexedrine.
g) Golongan Methylene Dioxy Meth Ampetahamine (MDMA) : ekstasi.
h) Golongan Halusinogen : LSD, meskaloin, mushroom, kecubung.
i) Golongan Solven dan inhalansia : aica aibon (glue), aceton,
thiner, N2O.
j) Nikotin : tembakau.
k) Kafein : kopi dan teh.
2) Golongan lainnya : Psikoaktif Bersifat Non Adiksi
a) Obat neuroleptika untuk kasus gangguan jiwa psikotik, obat anti
depresi.

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan, NAPZA dapat


digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu :
1) Golongan Depressan (Downer)
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional
tubuh. Jenis ini membuat pemakainya merasa tenang, pendiam dan bahkan
membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk opioida
(morfin, heroin/putauw, kodein), sedatif (penenang), hipnotik (obat tidur),
tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
2) Golongan Stimulan (Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif,
segar dan bersemangat. Zat yang termasuk ke dalam golongan ini adalah
amphetamine (shabu-shabu, ekstasi), kafein, kokain.
3) Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang
bersifat merubahperasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya
pandang yang berbeda,sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan
ini tidak digunakan dalamterapi medis.

5. Penyebab Penyalahgunaan NAPZA


Penyebab penyalahgunaan NAPZA sngat kompleks akibat interaksi berbagai
faktor,yaitu :
a. Faktor Individual
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai pada saat remaja, sebab masa
remaja merupakan masa transisi dimana seseorang mengalami perubahan
biologi,psikologi maupun sosial yang pesat.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan, baik
sekitarrumah, sekolah, teman sebaya, maupun lingkungan sosial atau
masyarakat.
c. Lingkungan Keluarga
Terdiri dari berbagai kondisi seperti komunikasi antar anggota keluarga
yangkurang baik, hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis,
kurangnyasosok di keluarga yang menjadi teladan dalam hidupnya, kurangnya
kehidupanberagama, kegiatan masing-masing anggota keluarga yang terlampau
sibuk dankurangnya perhatian antar sesama anggota keluarga.
d. Lingkungan Sekitar
Faktor lingkungan sekitar yaitu keluarga / sekolah / tempat kerja yang
kurangdisiplin, tempat tinggal / sekolah / tempat kerja yang terletak dekat
dengan tempathiburan, keluarga / sekolah / tempat kerja yang kurang memberi
kesempatan padamasing-masing individu untuk mengembangkan diri secara
kreatif dan positif, danadanya anggota keluarga / teman sekolah / teman sebaya
/ teman kerjanya yang juga pengguna NAPZA.
e. Lingkungan Pergaulan
Berteman dengan penyalahguna atau adanya tekanan atau ancaman dari orang
lain.
f. Lingkungan Masyarakat / Sosial : lemahnya penegak hukum, situasi politik,
sosialdan ekonomi yang kurang mendukung.

6. Akibat Penyalahgunaan NAPZA


Beberapa aspek yang timbul sebagai akibat langsung penyalahgunaan NAPZA
antaralain :
a. Secara Fisik
Penggunaan NAPZA akan mengubah metabolisme tubuh seseorang. Hal
initerlihat dari peningkatan dosis yang semakin lama semakin besar dan gejala
putus obat. Keduanya menyebabkan seseorang untuk berusaha
terus menerusmengkonsumsi NAPZA.
b. Secara Psikis
Berkaitan dengan berubahnya beberapa fungsi mental, seperti rasa bersalah,
maludan perasaan nyaman yang timbul dari mengkonsumsi NAPZA. Cara
yangkemudian ditempuh untuk beradaptasi dengan perubahan mental
itu adalahdengan mengkonsumsi NAPZA lagi.
c. Secara Sosial
Dampak sosial yang memperkuat pemakaian NAPZA. Proses ini biasanya
diawalidengan perpecahan di dalam kelompok sosial terdekat seperti keluarga,
sehinggamuncul konflik dengan orangtua, teman-teman, pihak sekolah atau
pekerjaan.Perasaan dikucilkan oleh pihak-pihak ini kemudian menyebabkan
si penyalahgunabergabung dengan kelompok orang-orang serupa, yaitu
para penyalahgunaNAPZA juga.

7. Gejala Klinis Penyalahgunaan NAPZA


a. Perubahan Fisik Gejala fisik yang terjadi tergantung dari jenis zat yang digunakan,
tapi secara umum dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Pada saat menggunakan NAPZA ; jalan sempoyongan, bicara pelo(cadel), apatis (acuh
tak acuh), mengantuk, agresif, curiga.
2) Bila kelebihan dosis (overdosis) : napas sesak, denyut jantung dan nadi
lambat, kulit teraba dingin, napas lambat atau berhenti, meninggal.
3) Bila sedang ketagihan (putus zat / sakau) : mata dan hidung berair,menguap
terus menerus, diare, rasa sakit di seluruh tubuh, takut airsehingga malas
mandi, kejang, kesadaran menurun.
4) Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak peduliterhadap
kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan keropos,terdapat bekas
suntikan pada lengan atau bagian tubuh lain (pada parapengguna jarum
suntik).

b. Perubahan Sikap Dan Perilaku


1) Prestasi sekolah ataupun kerja menurun, sering tidak mengerjakantugas-tugas
yang diberikan, membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.
2) Pola tidur berubah, begadang, sulit bangun di pagi hari, mengantuk disiang
hari.
3) Sering bepergian sampai larut malam, kadang tidak pulang tanpamemberi tahu
terlebih dahulu.
4) Sering mengurung diri, berlama-lama di kamar mandi, menghindarbertemu
dengan anggota keluarga lain di rumah.
5) Sering mendapat telepon dan didatangi oleh orang yang tidak dikenaloleh
keluarga, kemudian menghilang.
6) Sering berbohong dan meminta banyak uang dengan berbagai alasanyang
tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barangberharga milik
sendiri atau milik keluarga, mencuri, terlibat tindak kekerasan atau berurusan
dengan polisi.
7) Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar,
sikapbermusuhan, tertutup dan penuh rahasia.

8. Komplikasi Dari Penyalahgunaan NAPZA


Komplikasi yang bisa terjadi pada pengguna NAPZA antara lain : infeksi
HumanImmunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B dan hepatitis C, gastritis,
penyakit kulit dankelamin, bronchitis dan chirosis hepatis. Masalah kesehatan yang
muncul yaitu depresi sistem pernapasan, depresi pusat pengatur kesadaran, kecemasan yang
sangat berat sampai panik, perilaku agresif, gangguan daya ingat, gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari dan kebersihan diri, gangguan sistem muskuloskeletal
misalnya nyeri sendi dan otot, serta perilaku mencederai diri.

9. Tujuan Terapi Dan Rehabilitasi


a. Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA.
Tujuan ini tergolong sangat ideal, namun banyak orang tidak mampu
ataumempunyai motivasi untuk mencapai tujuan ini. Terutama kalau ia
barumenggunakan NAPZA pada fase-fase awal. Pasien tersebut dapat ditolong
denganmeminimasi efek-efek yang langsung atau tidak langsung dari NAPZA.
Sebagianpasien memang telah abstinesia terhadap salah satu NAPZA tetapi
kemudianberalih untuk menggunakan jenis NAPZA yang lain.
b. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps.
Sasaran utamanya adalah pencegahan relaps. Bila pasien pernah menggunakan
satu kali saja setelah “clean” maka ia disebut “slip”. Bila ia menyadari
kekeliruannya, dan ia memang telah dibekali keterampilan untuk mencegah
pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan
untuk selalu abstinensia. Pelatihan relapse prevention programe, program terapi
kognitif,opiate antagonist maintenance therapy dengan naltreson merupakan
beberapaalternatif untuk mencegah relaps.
c. Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial.
Dalam kelompok ini, abstinensia bukan merupakan sasaran utama. Terapi
rumatan(maintence) metadon merupakan pilihan untuk mencapai sasaran
terapi golonga nini.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Fisik
Data fisik yang mungkin ditemukan pada klien dengan penggunaaan NAPZApada saat
pengkajian adalah sebagai berikut : nyeri, gangguan pola tidur,menurunnya
selera makan, konstipasi, diare, perilaku seks melanggar norma, kemunduran
dalam kebersihan diri, potensial komplikasi jantung, hati, infeksipada paru-
paru, dan sebagainya.
b. Emosional
Perasaan gelisah (takut kalau diketahui), tidak percaya diri, curiga dan
tidak berdaya.
c. Sosial
Lingkungan sosial yang biasa akrab dengan klien biasanya adalah temanpengguna zat,
anggota keluarga lain pengguna zat, lingkungan sekolah ataukampus yang
digunakan oleh para pengedar.
d. Intelektual
Pikiran yang selalu ingin menggunakan zat adikitif, perasaan ragu untuk
berhenti,aktivitas sekolah atau kuliah menurun sampai berhenti, pekerjaan
terhenti.
e. Spiritual
Kegiatan keagamaan tidak ada, nilai-nilai kebaikan ditinggalkan karena
perubahanperilaku (tidak jujur, mencuri, mengancam dan lain-lain).
f. Keluarga
Ketakutan akan perilaku klien, malu pada masyarakat, penghamburan
danpengurasan secara ekonomi oleh klien, komunikasi dan pola asuh tidak
efektif,dukungan moril terhadap klien tidak terpenuhi.

2. Diagnosa Keperawatan
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin dapat timbul pada klien
denganpenyalahgunaan obat, antara lain :
a. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak mampu
mengatasikeinginan menggunakan zat adiktif.
b. Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
c. Perubahan pemeliharaan kesehatan dan ADL berhubungan dengan efek penggunaan
zat adiktif.
d. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan pola asuh yang salah.
e. Gangguan kesadaran somnolent berhubungan dengan intoksikasi
obat sedativehipnotik.

3. Intervensi Keperawatan
a. Dx.1. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak mampu
mengatasikeinginan menggunakan zat adiktif.

Tujuan : klien mampu untuk mengatasi keinginan menggunakan zat adiktif

Intervensi :
Individu :
- Identifikasi situasi yang menyebabkan timbulnya sugesti
- Identifikasi perilaku ketika sugesti datang
- Diskusikan cara mengalihkan pikiran dari sugesti yang
lebih positif - Bantu klien mengekspresikan perasaannya
Kelompok :
- Diskusikan pengalaman mengucapkan kata-kata yang
mengandung semangat menghindari zat adiktif
Keluarga :
- Motivasi keluarga untuk membantu klien mampu jujur bila
sugestinya dating
- Diskusikan upaya keluarga membantu klien mengurangi sugesti
- Bantu suasana mendukung keakraban di rumah
d. Dx.2. Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
Tujuan : klien meningkatkan kegiatan spiritual
Intervensi :
Individu :
- Bantu mengidentifikasi kebutuhan spiritual
- Identifikasi arti keyakinan keagamaan
- Motivasi menjalankan keagamaan
Kelompok :
- Diskusikan nilai-nilai kebaikan
- Lakukan kegiatan ibadah bersama
Keluarga :
- Diskusikan pentingnya kegiatan keagamaan
- Bantu menyiapkan kegiatan keagamaan di rumah
- Motivasi orang tua sebagai contoh untuk kegiatan keagamaan
e. Dx.3. Perubahan pemeliharaan kesehatan dan ADL berhubungan dengan
efek penggunaan zat adiktif.
Tujuan : klien mampu mengambil keputusan merubah dan memperbaiki
gaya hidupnya
Intervensi :
Individu :
- Identifikasi gaya hidup selama menggunakan zat adiktif
- Diskusikan kerugian gaya hidup pengguna zat adiktif
- Bantu kebiasaan mengontrol penggunaan zat/merokok
- Bantu latihan gaya hidup sehat : makan, mandi dan tidur
teratur
Kelompok :
- Diskusikan gaya hidup sehat dan manfaatnya
Keluarga :
- Identifikasi gaya hidup keluarga
- Diskusikan keluarga sebagai model dan tempat berlatih untuk
hidup sehat

f. Dx.4. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan pola asuh yang
salah.
Tujuan : keluarga mampu memberikan kenyamanan pada klien sehingga
mampuberhenti menggunakan zat adiktif
Intervensi :
Kelompok :
- Beri kesempatan untuk mengekspresikan perasaan
- Diskusikan cara menghadapi perilaku klien dan rencana
sebelum pulang
- Bantu mencapai kesepakatan tndak lanjut perawatan
rehabilitasi mental
Keluarga :
- Identifikasi penerimaan keluarga terhadap masalah
- Bantu menerima masalah
- Identifikasi harapan untuk sembuh total
- Bantu respon keluarga bila klien menggunakan zat adiktif
- Bantu keluarga latihan mengucapkan kata-kata yang
menghargai danmendukung klien untuk berhenti
g. Dx.5. Gangguan kesadaran somnolent berhubungan dengan intoksikasi
obat sedativehipnotik.
Tujuan : klien mampu melakukan interaksi dan memberikan respon
terhadap stimulus secara optimal.
Intervensi :
Individu :
- Observasi tanda-tanda vital terutama kesadaran
- Bekerja sama dengan dokter dalam pemberian terapi medis-
Memberikan rasa nyaman dan aman dengan pengaturan posisi
- Menjaga keselamatan diri klien selama kesadaran terganggu
- Observasi keseimbangan cairan
Keluarga :
- Berikan penjelasan tentang pengaruh zat adiktif terhadap
kondisi fisik, social dan emosional klien
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

I. Hari/ Tanggal : Senin, 02 April 2019


II. Waktu : 07.00 – 10.00
III. Sasaran : Masyarakat komplek Bangas Permai
IV. Pelaksana : Mahasiswa Poltekkes Palangka Raya
V. Topik : Perilaku Narkoba
VI. Sub Topik : Cara mengantisipasi terjadinya Narkoba di masyarakat.
VII. Tujuan Instruksi Umum (TIU)
warga dapat mengerti dan memahami akan pentingnya penyalahgunaan narkoba

VIII. Tujuan Instruksi Khusus (TIK)


Setelah diberi penjelasan 1 X 30 menit diharapkan warga dapat mengetahui dan
mengerti tentang :

a. Mengetahui apa itu arti dari Narkoba


b. Mengetahui apa saja jenis-jenis narkoba dan gejalanya
c. Mengetahui faktor penyebab penyalahgunaan narkoba
d. Mengetahui cara pencegahan penyalahgunaan narkoba
IX. Metode
a. Ceramah
X. Media
a. LCD
b. Laptop
c. Video
XI. Materi (Terlampir)
XII. Pengorganisasian dan Uraian Tugas
Penyaji :

Moderator :

Dokumentasi :

Pengawas :
Kegiatan pembelajaran/ penyuluhan

Tahapan dan Kegiatan penyuluhan


No waktu keterangan
Pelaksanaan Sasaran

Pembukaan - salam pembuka - menjawab salam


1
(08.15) - penyampaian tujuan - menyimak

Penyampaian - menyampaikan garis - mendengarkan

2 materi besar materi “Narkoba” materi

(08.30-08.55)

Diskusi - memberi kesempatan - menanyakan hal-hal


bagi warga untuk yang belum
(08.55-09.35)
bertanya dimengerti

3 - mendengarkan dan
mampu memahami
jawaban yang
diberikan oleh
pemateri
Lampiran Materi

Pengertian Narkoba

Narkotika dan Obat-obatan terlarang (NARKOBA) atau Narkotik, Psikotropika, dan


Zat Aditif (NAPZA) adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan /
psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan
ketergantungan fisik dan psikologi.
Narkotika menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika, yaitu zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Psikotropika yaitu zat atau obat, baik alami maupun sintesis bukan narkotik yang
berkhasia psikoaktif melalui pengaryh selektif pada susunan saraf dan menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

Jenis-jenis narkoba dan gejalanya

 Opium (Heroin, Morfin)


Berasal dari kata opium, jus dari bunga opium. Opium disaripatikan dari opium poppy
(papaver somniferum) dan disuling untuk membuat morfin, kodein, dan heroin.
Opium digunakan berabad-abad sebagai penghilang rasa sakit (mencegah batuk,
diare, dll).
Gejala gejala yang ditimbulkan dari penggunaan opiat
1. Perasaan tenang dan bahagia
2. Acuh tak acuh (apatis)
3. Malas bergerak
4. Mengantuk
5. Rasa mual
6. Bicara cadel
7. Pupil mata mengecil (melebar jika overdosis)
8. Gangguan perhatian/daya ingat
 Ganja
Ganja dikenal dapat memicu psikosis, terutama bagimereka yang memiliki
latar belakang (gen). Ganja juga bisa memicu dan mencampuradukkan antara
kecemasan dan depresi
Gejala yang ditimbulkan dari penggunaan ganja
1. Rasa senang dan bahagia
2. Santai dan lemah
3. Acuh tak acuh
4. Mata merah
5. Nafsu makan meningkat
6. Mulut kering
7. Pengendalian diri dan konsentrasi kurang
8. Depresi dan sering menguap/mengantuk

 Amfetamin (shabu, ekstasi)


Ecstasy (methylen dioxy methamphetamine)/MDMA adalah salah satu jenis
narkoba yang di buat secara ilegal di sebuah laboratorium dalam bentuk tablet.
Ekstasi akan mendorong tubuh untuk melakukan aktivitas yang melampaui
batas maksimum dari kekuatan tubuh itu sendiri. Kekurangan cairan tubuh
dapat terjadi sebagai akibat dari pengerahan tenaga yang tinggi dan lama, yang
sering menyebabkan kematian.
Gejala-gejala dari penggunaan amfetamin
1. Kewaspadaan meningkat
2. Bergairah
3. Rasa senang/bahagia
4. Pupil mata melebar
5. Denyut nadi dan tekanan darah meningkat
6. Susah tidur/insomnia
7. Hilang nafsu makan

Faktor penyebab dan penyalahgunaan narkoba

Pemakai narkoba akan mengalami gangguan-gangguan fisik sebagai berikut:


 Berat badannya akan turun secara drastis.
 Matanya akan terlihat cekung dan merah.
 Mukanya pucat.
 Bibirnya menjadi kehitam-hitaman.
 Tangannya dipenuhi bintik-bintik merah.
 Buang air besar dan kecil kurang lancar.
 Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.

Faktor yang mendorong


1. Pengendalian diri yang lemah
2. Kondisi kehidupan keluarga
3. Temperamen sulit
4. Mengalami gangguan perilaku
5. Suka menyendiri dan berontak
6. Prestasi sekolah yang rendah
7. Tidak di terima di kelompok
8. Berteman dengan pemakai
9. Mengenal narkoba di usia dini

a. Dampak narkoba terhadap perilaku


Pemakai narkoba akan menunjukkan perilaku negatif sebagai berikut:
 Malas
 sering melupakan tanggung jawab
 jarang mengerjakan tugas-tugas rutinnya
 menunjukan sikap tidak peduli
 menjauh dari keluarga
 mencuri uang di rumah, sekolah, ataupun tempat pekerjaan
 menggadaikan barang-barang berharga di rumah
 sering menyendiri
 menghabiskan waktu ditempat-tempat sepi dan gelap, seperti di kamar tidur,
kloset, gudang, atau kamar mandi
 takut akan air
 batuk dan pilek berkepanjangan
 bersikap manipulatif
 sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan
 sering menguap
 mengaluarkan keringat berlebihan
 sering mengalami mimpi buruk
 Mengalami nyeri kepala
 Mengalami nyeri/ngilu di sendi-sendi tubuhnya

Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba


• Pelatihan keterampilan
• Kegiatan alternatif untuk mengisi waktu luang, seperti: kegiatan olah
raga, kesenian, dll.
• Menciptakan rumah yang sehat, serasi, harmonis, cinta, kasih sayang
dan komunikasi terbuka.
• Mengasuh, mendidik anak yang baik.
• Menjadi contoh yang baik.
• Menjadi pengawas yang baik.
• Mengikutsertakan dalam pengawasan narkoba dan pelaksanaan
Undang-Undang.
• Mengadakan penyuluhan, kampanye pencegahan penyalahgunaan
narkoba.
• Merujuk korban narkoba ke tempat pengobatan.
• Merencanakan, melaksanakan dan mengkoordinir program-program
pencegahan penyalahgunaan narkoba.

D. Kesimpulan
Masalah penyalahguanaan narkoba atau NAPZA khususnya pada remaja adalah
ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan suatu bangsa pada
umumnya. Pengaruh narkoba sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan pribadinya,
maupun dampak sosial yang ditimbulkannya.
Masalah pencegahan penyalahgunaan narkoba bukanlah menjadi tugas dari
sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya pencegahan
penyalahgunaan narkobayang dilakukan sejak dini sangatlah baik, tentunya dengan
pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan tersebut.
Peran orang tua dalam keluarga dan juga peran pendidik di sekolah sangatlah besar
bagi pencegahan penaggulangan terhadap narkoba.
DAFTAR PUSTAKA

Allen K.M. (1996). Nursing care of the addicted client. Philadelphia : Lippincott.
Morgan. (1991).Segi praktis psikiatri. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Smith, C.M. (1995). Community health nursing : theory and practice. Philadelphia :
W.B.Saunders Company.
Stuart Sundeen (1998). Principles and practice of psychiatric nursing. St Louis :Mosby Year
Book.
The Indonesian Florence Nightingale Foundation. (1999).Kiat penanggulangan
dan penyalahgunaan ketergantungan NAPZA. Jakarta : EGC.
Tom, Kus, Tedi. (1999). Bahaya NAPZA bagi pelajar. Bandung :Yayasan Al-Ghifari.
Dwi, Virda. 2018. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Narkoba. Di akses pada tanggal 02 April
2019 https://www.academia.edu/37998466/ SATUAN _ACARA _PENYU LUHAN_
SAP_NARKOBA
Santoso, Ikhasan. 2012. LP Napza. Di akses pada tanggal 02 April 2019 https://www.scribd.
com/doc/97332809/LP-NAPZA

Anda mungkin juga menyukai