Anda di halaman 1dari 13

JURNAL ILMIAH AGROUST VOL 6 NO 1, MARET:46-58

Pengaruh Media Dan Interval Pemberian Air Bioflok Terhadap


Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi Varietas Ir 64 Dan Mentik Wangi
Dengan Sistem Tanam Dalam Polybag
The Influence Of Media And Bioflok Water Supplying Interval On The Growth
And Production Of Rice Plants Of Ir 64 And Sticking Performance With
Planting System In Polybag

Evane Dwi Idolianto1, Yacobus Sunaryo 1, Darnawi1


1
Fakultas Pertanian, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Email korespondensi : yacob_ust@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media dan interval pemberian
air bioflok terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi varietas IR 64 dan
mentik wangi dengan sistem tanam dalam polybag. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Januari - Mei 2022 di Greenhouse bertempat di Gang Kanthil, RW.05,
Kelurahan Rejowinangun, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Tempat penelitian dengan ketinggian 113 mdpl, suhu
rata-rata 28oC dan rata-rata hujan 2000-3000 mm per tahun. Penelitian merupakan
percobaan faktorial 2 x 2 x 2. Faktor pertama adalah varietas yaitu, varietas IR 64
(V1) dan mentik wangi (V2). Faktor kedua adalah media tanam yaitu, media
tanam tanah (M1) dan media tanam tanah + pupuk kandang (M2). Faktor ketiga
adalah interval penyiraman bioflok yaitu, interval penyiraman bioflok 2 hari 1x
(B1) dan interval penyiraman bioflok 4 hari 1x (B2). Parameter yang diamati
adalah tinggi tanaman, jumlah batang, berat brangkasan kering, jumlah malai,
panjang malai, jumlah gabah per rumpun, bobot gabah per rumpun, bobot 200
butir gabah, dan presentase gabah isi. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi
interaksi antara varietas, media tanam, dan interval penyiraman bioflok terhadap
variabel pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Hasil penelitian menunjukkan
terjadi interaksi antara media tanam dan interval penyiraman bioflok terhadap
jumlah batang. Media tanam tanah + pupuk kandang (M2) menghasilkan berat
brangkasan kering lebih tinggi dibandingkan media tanam tanah (M1). Varietas
mentik wangi (V2) menghasilkan bobot gabah per rumpun lebih tinggi
dibandingkan varietas IR 64 (V1). Pada variabel pertumbuhan interval
penyiraman bioflok 2 hari 1x (B1) menghasilkan jumlah batang lebih banyak
dibandingkan perlakuan interval penyiraman bioflok 4 hari 1 x (B2), sedangkan
pada variabel hasil interval penyiraman bioflok memberikan hasil bobot gabah per
rumpun yang sama.
Kata Kunci: Varietas, Media Tanam, Interval Penyiraman, Nutrisi Bioflok

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of biofloc watering media and intervals on
the growth and yield of rice varieties IR 64 and fragrant mentik using a polybag
planting system. The research was conducted in January - May 2022 at the
Greenhouse located in Gang Kanthil, RW.05, Rejowinangun Village, Kotagede
District, Yogyakarta City, Yogyakarta Special Region. The research area is located
at an altitude of 113 meters above sea level, an average temperature of 28oC and
an average of 2000-3000 mm of rain per year. The study was a 2 x 2 x 2 factorial
experiment. The first factor was variety, namely IR 64 (V1) and fragrant mentik
(V2). The second factor is the planting medium, namely soil planting media (M1)
and soil + manure growing media (M2). The third factor is the biofloc watering
interval, that is, the biofloc watering interval is 2 days 1x (B1) and the biofloc
watering interval is 4 days 1x (B2). Parameters observed were plant height,
number of stems, weight of dry stover, number of panicles, length of panicles,
number of grain per hill, grain weight per hill, weight of 200 grain, and
percentage of filled grain. The results showed that there was no interaction
between varieties, growing media, and biofloc watering intervals on the growth
and yield variables of rice plants. The results showed that there was an
interaction between the planting medium and the biofloc watering interval on the
number of stems. Soil + manure (M2) growing media produced a higher dry
stover weight than soil growing media (M1). The fragrant mentik variety (V2)
produced higher grain weight per clump than the IR 64 variety (V1). In the growth
variable, the biofloc watering interval 2 days 1x (B1) produced a higher number
of stems compared to the biofloc watering interval 4 days 1 x (B2), while the yield
variable the biofloc watering interval gave the same grain weight per clump.
Keywords: Variety, Planting Media, Watering Interval, Biofloc Nutrition

PENDAHULUAN
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan
yang sangat penting di Indonesia, karena sebagian besar penduduk Indonesia
mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan pokok. Beras dikonsumsi lebih dari
90 persen penduduk Indonesia, karena mengandung karbohidrat tinggi yang dapat
digunakan sebagai sumber energi dan nutrisi. Beras mengandung karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan zat gizi lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh (Fitriyah
dkk., 2020). Kebutuhan beras terus mengalami peningkatan disebabkan oleh laju
pertumbuhan penduduk yang juga terus meningkat, untuk memenuhi konsumsi
beras perlu dilakukan peningkatan produksi. Untuk peningkatan produksi maka
produktivitas pertanian harus ditingkatkan, sedangkan produktivitas juga
berkaitan dengan ekstensifikasi dan konversi lahan pertanian.

Pengaruh Media Dan Interval (Idolianto, Sunaryo, Darnawi) 47


Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) luas lahan panen padi
pada tahun 2021 sebesar 10,52 juta hektar atau mengalami penyusutan sebesar
0,14 juta hektar jika dibandingkan dengan tahun 2020 yang sempat mencapai
10,66 juta hektar. Penyusutan lahan pertanian akan terus terjadi seiring
berjalannya waktu, salah satunya disebabkan oleh banyaknya alih fungsi lahan
pertanian menjadi lahan non pertanian. Pembangunan infrastruktur, perumahan,
dan kawasan industri menjadikan luas lahan pertanian semakin kecil. Lahan
pertanian yang terus berkurang dapat mengakibatkan permasalahan terhadap
ketersediaan bahan pangan di masa depan. Maka kemampuan produktivitas di
lahan pertanian perlu ditingkatkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
melalui perbaikan teknik budidaya pertanian, yaitu dengan penggunaan varietas
yang unggul, pemberian nutrisi atau pupuk yang tepat dan pemanfaatan lahan
yang tersedia.
Penggunaan varietas unggul bersertifikat merupakan salah satu upaya awal
yang penting dalam peningkatan produktivitas padi, Benih padi varietas unggul
bersertifikat memiliki keunggulan yaitu, pertumbuhan benih seragam, lebih tahan
terhadap hama dan penyakit, produksi lebih tinggi, dan umur panen lebih pendek
(Sitorus, 2020). Salah satu varietas padi unggul yang sudah dihasilkan oleh
Litbang pertanian adalah varietas IR64. Varietas IR 64 banyak dipilih oleh
penangkar padi sebagai tetua persilangan untuk menghasilkan benih padi unggul
baru, karena varietas padi ini merupakan varietas unggul berstandar nasional.
Pertama kali dikeluarkan pada tahun 1986 dan masih bertahan sampai saat ini
bahkan masih sangat diminati oleh petani padi karena memiliki umur panen yang
cepat, yaitu sekitar 110-125 hari setelah tanam sudah bisa di panen, memiliki
anakan produktif yang cukup banyak yaitu sekitar 11-20 dengan jumlah rata-rata
perumpunnya adalah 14 anakan padi, merupakan salah satu varietas padi sawah
yang hemat dalam penyerapan air.
Sejauh ini pola tanam padi secara konvensional masih menggunakan
cara-cara yang kurang tepat. Pada umumnya petani belum terbiasa memberikan
bahan organik atau pupuk organik ke lahan sawahnya, mereka lebih

Pengaruh Media Dan Interval (Idolianto, Sunaryo, Darnawi) 48


mengutamakan pemberian pupuk anorganik, karena pupuk anorganik lebih cepat
untuk dapat dimanfaatkan oleh tanaman dibandingkan pupuk organik.
Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus dalam jangka waktu yang
lama dapat mengakibatkan dampak negatif, seperti menurunnya kandungan bahan
organik tanah, rentannya tanah terhadap erosi, menurunnya permeabilitas tanah,
menurunnya populasi mikroba tanah, dan sebagainya (Herdianto, 2015). Salah
satu solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan penggunaan pupuk hayati
atau pupuk organik. Pupuk hayati adalah pupuk yang berisi mikroorganisme hidup
yang berfungsi untuk membantu penyediaan unsur hara bagi tanaman. Pemakaian
pupuk organik juga dapat memperbaiki sifat-sifat tanah lainnya seperti
peningkatan muatan negatif tanah, peningkatan daya memegang air, dan
peningkatan stabilisasi agregat tanah. Pertanian organik mendorong perbaikan
lima sumber daya yang dimiliki oleh manusia, yaitu perbaikan sumber daya alam,
perbaikan sumber daya sosial, perbaikan sumber daya ekonomi, dan perbaikan
sumber daya infrastruktur (Saragih dan Eliyas, 2008).
Untuk menunjang kehidupannya, manusia tidak hanya membutuhkan
lahan yang digunakan sebagai lahan pertanian tetapi juga membutuhkan lahan
untuk dijadikan pemukiman dan aktivitas sosial ekonomi yang lain. Kondisi ini
mendorong pemerintah maupun masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang
tersedia agar kebutuhan pangan dapat terpenuhi. Pada kawasan perkotaan yang
padat juga dapat dikembangkan menjadi lahan pertanian, yaitu dengan
memanfaatkan lahan yang terbatas dan minim sarana pertanian. Daya dukung
lahan pada kawasan perkotaan sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi
pertanian perkotaan. Pertanian kota adalah salah satu upaya pembangunan sistem
pangan masyarakat di perkotaan. Kebutuhan pangan masyarakat di perkotaan
dapat dihasilkan melalui upaya pemanfaatan lahan pekarangan yang sempit guna
memenuhi kebutuhan gizi dan pangan keluarga (Suryani dkk., 2020).

Pengaruh Media Dan Interval (Idolianto, Sunaryo, Darnawi) 49


METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan Januari - 07 Mei 2022 di


Green House bertempat di Gang Kanthil, RW.05, Kelurahan Rejowinangun,
Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tempat
penelitian termasuk ke dalam dataran rendah dengan ketinggian 113 mdpl, suhu
rata-rata 28oC dan rata-rata hujan per tahun 2000-3000 mm. Alat yang digunakan
yaitu: cangkul, sabit, gergaji, tang, meteran, plastic uv, paranet, ember, timbangan
digital, penggaris. Dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, dua
varietas padi yaitu: Varietas IR-64 dan mentik wangi, air kolam nila bioflok,
tanah, pupuk kandang, polybag 35x35 cm.
Penelitian ini dilakukan dengan percobaan faktorial 2x2x2 dengan
menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dengan tiga ulangan.
Faktor I yaitu varietas yang terdiri dari 2 level: varietas IR 64 (V1) dan varietas
mentik wangi (V2). Faktor II yaitu media tanam yang terdiri dari 2 level: media
tanam tanah (M1) dan media tanam tanah + pupuk kandang (M2). Faktor III yaitu
interval penyiraman bioflok yang terdiri dari 2 level: interval penyiraman bioflok
2 hari 1 x (B1) dan penyiraman interval bioflok 4 hari 1 x (B2). Berdasarkan tiga
faktor perlakuan tersebut maka diperoleh 8 kombinasi perlakuan (KP): V1M1B1,
V1M1B2, V1M2B1, V1M2B2, V2M1B1, V2M1B2, V2M2B1, V2M2B2. Setiap
kombinasi diulang 3 kali, setiap ulangan terdiri dari 3 polybag tanaman sampel.
Sehingga akan mendapatkan 72 rumpun padi. Ukuran polybag yang digunakan
35x35 cm.
Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah batang, berat
brangkasan kering, jumlah malai, panjang malai, jumlah gabah per rumpun, bobot
gabah per rumpun, bobot 200 butir gabah, dan persentase gabah isi. Data
dianalisis dengan menggunakan sidik ragam pada taraf 5% dilanjutkan dengan
menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf a = 5%.

Pengaruh Media Dan Interval (Idolianto, Sunaryo, Darnawi) 50


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada interaksi antara varietas, media


tanam, dan interval penyiraman bioflok terhadap variabel pengamatan tinggi
tanaman dan berat brangkasan kering. Perlakuan media tanam tanah + pupuk
kandang (M2) menghasilkan berat brangkasan kering lebih tinggi dibandingkan
perlakuan media tanam tanah (M1), sedangkan perlakuan media tanam tanah (M1)
dan media tanam tanah + pupuk kandang (M2) menghasilkan tinggi tanaman tidak
berbeda nyata. Perlakuan varietas IR 64 (V1) dan varietas mentik wangi (V2)
menghasilkan tinggi tanaman dan berat brangkasan kering saling tidak berbeda
nyata. Perlakuan interval penyiraman bioflok 2 hari 1 x (B1) dan interval
penyiraman bioflok 4 hari 1 x (B2) juga menghasilkan tinggi tanaman dan berat
brangkasan kering saling tidak berbeda nyata. Hasil variabel pengamatan dapat
ditunjukkan pada Tabel 1.
Pada perlakuan varietas IR 64 (V1) dan mentik wangi (V2) menghasilkan
tinggi tanaman dan bobot kering brangkasan saling tidak berbeda nyata. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua varietas tersebut memiliki kemampuan yang sama
dalam pembentukan tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot kering brangkasan.
Menurut Bustomi dkk. (2012), menyatakan bahwa pertumbuhan dan produksi
tanaman dapat optimum apabila faktor penunjang pertumbuhan berada dalam
kondisi optimal, unsur-unsur yang seimbang, dosis pupuk yang tepat, dan hara
yang dibutuhkan dapat tersedia bagi tanaman.
Perlakuan media tanam tanah + pupuk kandang (M2) mendapatkan hasil
yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan media tanam tanah (M1) pada variabel
pengamatan berat brangkasan kering. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
pupuk kandang sebagai media tanam dapat menyediakan unsur hara dan
dimanfaatkan oleh tanaman sebagai sumber nutrisi sehingga pada saat
pertumbuhan vegetatif dapat maksimal. Penambahan pupuk kandang sebagai
media tanam dapat memperbaiki sifat-sifat tanah dan menyediakan hara yang
sedikit namun mampu menyediakan hampir semua unsur hara yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman (Roidah, 2013).

Pengaruh Media Dan Interval (Idolianto, Sunaryo, Darnawi) 51


Perlakuan interval penyiraman bioflok 2 hari 1 x (B1) dan interval
penyiraman bioflok 4 hari 1 x (B2) juga menghasilkan tinggi tanaman dan berat
brangkasan kering saling tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena pertumbuhan
tanaman terganggu akibat tingginya temperatur pada tempat penelitian, sehingga
penyerapan unsur hara menjadi terhambat. Tingginya temperatur pada tanaman
padi menyebabkan laju transpirasi meningkat sehingga ketersediaan air pada
media tanam akan cepat habis. Penggunaan polybag sebagai tempat tumbuh
semakin mempersulit akar untuk mendapatkan air yang dibutuhkan karena
ketersediaan air pada media tanam hanya tergantung pada penyiraman.
Terbatasnya ketersediaan air dapat menghambat sintetis klorofli pada daun karena
kemampuan akar untuk menyerap unsur hara N dan Mg yang berperan penting
dalam proses sintetis klorofil menjadi terhambat (Mukti, dkk, 2015).
Tabel 1. Rerata hasil variabel pertumbuhan
Tinggi Tanaman
Perlakuan Bobot Kering Brangkasan (g)
(cm)
Varietas
V1 95,33 a 159,33 a
V2 96,83 a 157,58 a
Pr>F 0.7429 0.9327
Media
M1 96,58 p 115,83 q
M2 95,58 p 201,08 p
Pr>F 0.8267 0.0009
Int Penyiraman Bioflok
B1 97,08 x 165,42 x
B2 95,08 x 151,50x
Pr>F 0.6623 0.5054

Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi antara varietas, media


tanam, dan interval penyiraman bioflok interaksi terhadap jumlah batang.
Sedangkan perlakuan media tanam dan interval penyiraman bioflok menunjukkan
terjadi interaksi terhadap jumlah batang. Hasil variabel pengamatan dapat
ditunjukkan pada Tabel 2.

Pengaruh Media Dan Interval (Idolianto, Sunaryo, Darnawi) 52


Hasil penelitian menunjukkan perlakuan media tanam tanah + pupuk
kandang (M2) dan interval penyiraman bioflok 2 hari 1 x (B1) menghasilkan
jumlah batang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sedangkan
perlakuan media tanam tanah diberi penyiraman bioflok dengan interval 2 hari 1
x (B1) dan 4 hari 1 x (B2), juga pada media tanam tanah + pupuk kandang (M2)
diberi penyiraman bioflok dengan interval 4 hari 1 x (B2) menghasilkan jumlah
batang tidak beda nyata. Perlakuan varietas IR 64 (V1) dan varietas mentik wangi
(V2) menghasilkan jumlah batang tidak beda nyata. Hal ini dapat disebabkan
karena penggunaan pupuk kandang sebagai media tanam dapat menyediakan
unsur hara dan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai sumber nutrisi sehingga pada
saat pertumbuhan vegetatif dapat maksimal. Penggunaan pupuk kandang kambing
memiliki kandungan unsur hara yang baik sehingga cocok diaplikasikan sebagai
bahan komposisi dalam media tanam. Berdasarkan penelitian Hikmah (2008)
kotoran kambing mengandung N: 1,19%, P2O5: 0,92%, dan K2O: 1,58%. Dari
berbagai unsur hara yang ada, nitrogen merupakan unsur hara yang sangat penting
untuk pertumbuhan tanaman, hal ini sesuai pendapat Rosmarkam dan Yuwono
(2002), mengemukakan bahwa unsur nitrogen bermanfaat untuk pertumbuhan
vegetatif tanaman.

Tabel 2. Terjadi interaksi antara media tanam dan interval penyiraman bioflok
pada variabel pengamatan jumlah batang
Media tanam Interval penyiraman Varietas Rerata
bioflok IR 64 Mentik wangi
Tanah 2 hari 1 x 23,33 26,33 24,83 b
4 hari 1 x 29,67 23,33 26,50 b
Tanah + pupuk 2 hari 1 x 42,33 36,00 39,17 a
kandang 4 hari 1 x 29,00 25,33 27,17 b
Rerata 31,08 p 27,75 p 29,42 (+)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris yang
sama menunjukan beda nyata pada taraf DMRT 5 %. (+): Ada
interaksi media dan interval penyiraman bioflok
Pada perlakuan interval penyiraman bioflok 2 hari 1 x (B1) menghasilkan
jumlah batang lebih banyak dibandingkan perlakuan lainya. Hal ini diduga karena
penggunaan pupuk organik cair yang berbahan dasar air kolam bioflok

Pengaruh Media Dan Interval (Idolianto, Sunaryo, Darnawi) 53


menghasilkan kadar nitrogen sebesar 1,6%, fosfor sebesar 0,3 %, dan kalium
sebesar 1,1% (Pardiansyah dkk, 2019), sehingga pada perlakuan interval
penyiraman bioflok 2 hari 1 x (B1) akan memberikan hara yang cukup
dibandingkan perlakuan interval penyiraman bioflok 4 hari 1 x (B2). Kondisi
demikian pemberian pupuk organik cair yang cukup akan memberikan dorongan
terpacunya sel diujung batang untuk mengadakan pembelahan dan pembesaran sel
terutama di daerah meristematis (Deshadiawarman dkk., 2018).
Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi antara varietas, media
tanam, dan interval penyiraman bioflok terhadap semua variabel hasil yaitu
variabel pengamatan bobot gabah per rumpun, bobot 200 butir gabah, persentase
gabah isi, jumlah gabah per malai, jumlah malai dan panjang malai. Hasil variabel
pengamatan dapat ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rerata variabel hasil


Variabel
Perlakuan Panjang Jumlah Bobot Gabah Bobot 200
Jumlah Presentase
malai Gabah Per Per Rumpun butir gabah
Malai Gabah Isi
(cm) Malai (g) (g)

Varietas
V1 23,17 a 22,33 b 94,92 a 50,58 b 5,25 b 45,82 a
V2 19,92 a 24,23 a 116,92 a 80,67 a 6,58 a 52,72 a
Pr>F 0.1364 0.0147 0.0637 0.0314 <.0001 0.0999
Media
Ml 17,83 q 22,83 p 98,42 p 54,75 p 6,00 p 50,00 p
M2 25,25 p 23,58 p 112,92 p 76,50 p 5,83 p 48,53 p
Pr>F 0.0029 0.253 0.2153 0.1057 0.471 0.7137
Int.Penyraman
Bioflok
B1 23,42 x 22,75 x 100,17 x 68,00 x 6,00 x 49,27 x
B2 26,83 x 23,67 x 111,17 x 63,25 x 5,83 x 49,27 x
Pr>F 0.0897 0.1672 0.3416 0.7113 0.471 0.9998

Pengaruh Media Dan Interval (Idolianto, Sunaryo, Darnawi) 54


Tabel 3. Menunjukkan bahwa perlakuan varietas mentik wangi (V2)
menghasilkan bobot gabah per rumpun dan bobot 200 butir gabah lebih tinggi
dibandingkan perlakuan varietas IR 64 (V1), sedangkan varietas IR 64 (V1) dan
mentik wangi (V2) menghasilkan jumlah malai, jumlah gabah per malai, dan
persentase gabah isi saling tidak beda nyata. Hal ini disebabkan karena pada
tempat penelitian yang telah dilakukan terdapat kendala yang muncul salah
satunya gangguan hama burung pipit. Serangan yang dilakukan oleh burung
berupa memakan bulir pada malai padi yang sudah masak susu atau pada saat padi
berumur 70 hari setelah tanam (Hardiansyah, 2020). Akibat serangan yang
dilakukan oleh hama burung mengakibatkan penurunan hasil sekitar 30%-50%.
Menurut Ziadah (2011), menyatakan bahwa serangan yang dilakukan oleh hama
burung terjadi saat kondisi cuaca teduh dan burung menyerang secara
bergerombol. Dampak dari serangan tersebut mengakibatkan biji padi menjadi
hampa kemudian rontok bahkan malai banyak yang patah. Selain itu juga terdapat
serangan hama walang sangit, serangan hama tersebut mengakibatkan biji menjadi
kopong atau hampa sehingga gabah hampa akan lebih banyak dibandingkan gabah
yang isi. Hal ini sesai pendapat Manueke, dkk, (2017), mengatakan bahwa
serangan hama burung terjadi pada fase vegetatif atau saat bulir padi sudah
hampir masak sampai siap panen, bahkan sampai pasca panen, sedangkan hama
walang sangit menyerang bulir padi yang masih muda dan menyebabkan bulir
padi menjadi hampa.
Pada perlakuan tanam tanah + pupuk kandang (M2) menghasilkan jumlah
malai lebih banyak dibandingkan perlakuan media tanam tanah (M1). Hal ini
diduga karena Penambahan bahan organik kedalam media tanam dapat
memberikan suplai hara yang dapat dimanfaatkan oleh tanam sehingga
pertumbuhan tanaman dapat maksimal. Jumlah malai berkaitan dengan
kemampuan tanaman untuk menghasilkan anakan dan kemampuan untuk
mempertahankan fungsi fisiologis tanaman (Sugiono dan Saputro, 2016),
sehingga apabila kebutuhan tanaman tercukupi maka tanaman akan mampu untuk
tumbuh dengan maksimal.

Pengaruh Media Dan Interval (Idolianto, Sunaryo, Darnawi) 55


Perlakuan interval penyiraman bioflok 2 hari 1 x (B1) dan interval
penyiraman bioflok (B2) menghasilkan tidak beda nyata terhadap semua variabel
hasil yaitu variabel pengamatan jumlah malai, panjang malai, jumlah gabah per
malai, bobot gabah per rumpun, bobot 200 butir gabah, dan persentase gabah isi.
Tidak berpengaruhnya terhadap semua perlakuan interval penyiraman bioflok
terhadap variabel hasil diduga karena belum tercukupinya kandungan unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman, antara lain unsur hara N, P, dan K. Sesuai
pendapat Lingga, (2007), menyatakan bahwa pupuk N berperan penting untuk
merangsang jumlah anakan produktif, unsur P berperan dalam pembentukan akar
dan sistem perakaran tanaman, dan unsur K berperan dalam memperkuat vigor
tanaman dan dapat mempercepat pertumbuhan jaringan meristem. Kandungan
hara yang belum mencukupi pada nutrisi bioflok yang digunakan akan
mengakibatkan tanaman belum dapat menghasilkan pertumbuhan dan produksi
yang optimal. Menurut Ruhnayat, (2007), menyatakan bahwa pemberian hara
melalui pemupukan yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dapat
mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan maksimum. Oleh karena itu
diperlukan asupan nutrisi yang maksimum agar dapat mencukupi kebutuhan hara
dari tanaman padi.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi antara varietas, media


tanam, dan interval penyiraman bioflok terhadap variabel pertumbuhan dan hasil
tanaman padi. Hasil penelitian menunjukkan terjadi interaksi antara media tanam
dan interval penyiraman bioflok terhadap jumlah batang. Media tanam tanah +
pupuk kandang (M2) menghasilkan (berat brangkasan kering) lebih tinggi
dibandingkan media tanam tanah (M1), sedangkan varietas dan interval
penyiraman bioflok menghasilkan pertumbuhan (berat brangkasan kering) yang
sama. Varietas mentik wangi (V2) menghasilkan (bobot gabah per rumpun) lebih
tinggi dibandingkan varietas IR 64 (V1), sedangkan varietas dan interval
penyiraman bioflok memberikan hasil (bobot gabah per rumpun) yang sama. Pada

Pengaruh Media Dan Interval (Idolianto, Sunaryo, Darnawi) 56


variabel pertumbuhan interval penyiraman bioflok 2 hari 1x (B1) menghasilkan
(jumlah batang) lebih banyak dibandingkan perlakuan interval penyiraman bioflok
4 hari 1 x (B2), sedangkan pada variabel hasil interval penyiraman bioflok
memberikan hasil (bobot gabah per rumpun) yang sama.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2021. Luas Panen dan Produksi Padi di Indonesia 2021.
Bps.go.id/dataset/luas-panen-dan-produksi-padi-di-indonesia-2021.Diakse
s pada tanggal 15 September. Yogyakarta.

Bustami, Sufardi, and Bakhtiar. 2012. Serapan Hara dan Efisiensi Pemupukan
Phosfat serta Pertumbuhan Padi Varietas Lokal. Jurnal Manajemen
Sumberdaya Lahan. Vol. 1(2). Hal: 159-170.

Deshadiawarman, Aktrinisia, M., & Hayati, Z. 2018. Pengaruh Pemberian Pupuk


Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Padi (Oryza sativa L.)
Di Lahan Gambut. Jurnal Agro Indragiri. Hal: 285-291. ISSN: 25282956.

Fitriah, D., Ubaidilah, m., & Oktaviani, F. 2020. Analisis Kandungan Gizi Beras
dari Beberapa Galur Padi Transgenik Pac Nagdong/Ir36. Jurnal Ilmu
Kesehatan , Vol. 1, No. 2. Hal: 154-150. ISSN: 2715-4432.

Hadiansyah, M. Y. 2020. Pengusir Hama Burung Pemakan Padi Otomatis Dalam


Menunjang Stabilital Pangan Nasional. Jurnal ABDI. Vol.2 (1). Hal:
85-103.

Herdianto D dan Setiawan A. 2015. Upaya peningkatan kualitas tanah melalui


sosialisasi pupuk hayati, pupuk organik, dan olah tanah konservasi. Jurnal
Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat. Vol. 4 (1). Hal: 47-53.

Hikmah. A. 2008. Pemberian Beberapa Bahan Organik Pada Budidaya Tumpang


Sari
Tanaman Brokoli (Brassica oleracea) dan Petsai (Brassica pekinensis)
Serta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Serapam Cu dan Zn.
Skripsi. Fakulas Pertanian. IPB. Bogor.

Lingga, P. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150


Halaman.

Manueke, J., Assa, B. H., & Pelealu, E. A. 2017. Hama-Hama Pada Tanaman Padi
Sawah (Oryza sativa L.) Di Kelurahan Makalonsow Kecamatan Tondano
Timur Kabupaten Minahasa. Eugenia, Vol. 23 No.3. Hal. 120-127.

Pengaruh Media Dan Interval (Idolianto, Sunaryo, Darnawi) 57


Mukti, D. T., Widaryanto, E., & W, K. P. (2015). Simulasi Peningkatan Suhu
Malam dan Pemberian Pyraclostrobin Pada Tanaman Padi (Oryza Satifa
L.). Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 3 (2). Hal: 98-106.

Pardiansyah, D., A. Nasir, Firman, M. Suharun. 2019. Pupuk Organik Cair Dari
Air Limbah Lele Sistem Bioflok Hasil Fermentasi Aerob Dan An Aerob.
Jurnal Agroqua. Vol.7 (1). Hal: 76-81.

Roidah, I. S. 2013. Manfaat Pupuk Organik Cair Untuk Kesuburan Tanah. Jurnal
Universitas Tulungagung Bonorowo. Vol. 1 No. 1. Hal: 130-42.

Rosmarkam, A dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.


Yogyakarta. 224 Halaman.

Ruhnayat, A. (2007). Penentuan Kebutuhan Pokok Unsur Hara N, P, K untuk


Pertumbuhan Tanaman (Vanilla planifolia Andrews). Littro. Vol. 18 (1).
Hal: 49-59.

Saragih, Sebastian Elias. 2008. Pertanian Organik Solusi Hidup Harmoni dan
berkelanjutan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sitorus, Shinta.D. 2020. Dampak Penggunaan Benih Bersertifikat Terhadap


Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus: Desa Kolam Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang). Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sugiono, D., & Saputro, N. W. 2016. Respon Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa
Genotip Padi (Oryza sativa L.) Pada Berbagai Sistem Tanam. Jurnal
Agrotek Indonesia, Vol. 1 (2). Hal: 105-114.

Suryani, Nurjasmi, R., & Fitri, R. 2020. Pemanfaatan Lahan Sempit Perkotaan
Untuk Kemandirian Pangan Keluarga. Jurnal Ilmiah Respati, Vol. 11, No.
2 . Hal: 93-102. ISSN: 2622-9471.

Ziyadah K. 2011. Kemampuan Makan, Preferensi Pakan, Dan Pengujian Umpan


Beracun Pada Bondol Peking (Lonchura Punctulata L.) Dan Bondol Jawa
(Lonchura leucogastroides Horsfield & Moore). Skripsi. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.

Pengaruh Media Dan Interval (Idolianto, Sunaryo, Darnawi) 58

Anda mungkin juga menyukai