Anda di halaman 1dari 9

Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan

tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang diusulkan.

RINGKASAN
Ubi kayu merupakan bahan pangan yang telah beralih fungsi dari inferior menjadi superior
karena selain dikonsumsi segar juga dapat diguakan sebagai bahan baku industri. Perubahan
status ini menjadikan salah satu harapan bagi petani untuk mengembangkan tanaman ubi kayu
skala komersil dengan hasil yang tinggi, namun produksi ubi kayu terus mengalami penurunan,
maka dari itu perlu ada upaya untuk meningkatkan produksi ubi kayu. Upaya peningkatan
produksi ubi kayu salah satunya yakni dengan penggunaan varietas unggul yang mempunyai
kejelasan varietas. Kejelasan varietas merupakan salah satu faktor yang menentukan kegiatan
budidaya, kesesuain dengan iklim setempat dan hasil panen. Upaya lain yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan produksi yaitu dengan pemberian pupuk, salah satunya adalah pupuk hayati
yang dapat meregulasi ketersediaan unsur hara pada tanah, menyederhanakan senyawa organik
kompleks, sebagai agens hayati pengendali penyakit tanaman dan memacu pertumbuhan
tanaman. Pupuk hayati yang digunakan adalah pupuk hayati cair Bion-UP yang mengandung
mikroba Azotobacter chroococcum, A. vinelandii, Azosprilium sp, Acinetobacter sp,
Pseudomonas cepacia, dan Penicillium sp.. Aplikasi pupuk hayati Bion-UP diharapkan dapat
membantu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman ubi kayu.Tujuan dari penelitian ini
adalah mengevaluasi karakter morfologi, fisiologi dan hasil klon ubi kayu terseleksi yang telah
diberi perlakuan pupuk hayati. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan
Rancangan Split Plot dalam RAK pola faktorial 3 x 3 yang diulang 3 kali. Faktor pertama
sebagai main plot adalah klon yang terdiri dari tiga taraf yaitu : s1, s2, dan s3. Faktor kedua
sebagai subplot adalah dosis pupuk hayati konsorsium yang terdiri dari tiga taraf yaitu : p 0 (0 l
per ha), p1 (250 l per ha) dan p2 (500 l per ha). Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan informasi tentang klon ubi kayu yang potensial dikembangkan dengan hasil yang tinggi
dengan pemberian pupuk hayati. Luaran yang ditargetkan adalah perolehan Hak Cipta dengan
status granted dan publikasi artikel pada jurnal nasional yaitu Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
dengan p-ISSN: 0853-4217 dan e-ISSN: 2443-3462. Tingkat kesiapan teknologi termasuk pada
kategori 3, pada penelitian ini diharapkan dapat naik menjadi 4.

Kata kunci maksimal 5 kata


Ubi Kayu Unggul, Pupuk Hayati, Produksi Ubi Kayu, dan Pupuk Hayati Cair

Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan
yang akan diteliti, tujuan khusus, dan urgensi penelitian. Pada bagian ini perlu dijelaskan uraian
tentang spesifikasi khusus terkait dengan skema.
LATAR BELAKANG
Latar Belakang Penelitian
Ubi kayu merupakan bahan pangan yang telah beralih fungsi dari inferior menjadi superior [1]
karena selain dikonsumsi segar untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, ubi kayu dapat
diguakan sebagai bahan baku industri [2] diantaranya bioethanol [3], bioplastik [4] dan olahan
makanan lain yang menjadi tradisi daerah. Perubahan status ini menjadikan salah satu harapan
bagi petani untuk mengembangkan tanaman ubi kayu skala komersil dengan hasil yang tinggi.
Jumlah industri pati ubi kayu setiap tahun mengalami peningkatan pada tahun 2011, 2012 dan
2013 adalah sebanyak 154, 161 dan 167 unit usaha [5]. Namun produksi ubi kayu mengalami
penurunan, produksi ubi kayu di Indonesia pada tahun 2014 adalah sebanyak 23.436.384 ton
sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 21.801.415 ton hal tersebut menunjukan adanya penurunan
produksi sebanyak 1.634.969 ton [6].
Upaya peningkatan produksi ubi kayu salah satunya yakni dengan penggunaan varietas unggul
yang mempunyai kejelasan varietas yang merupakan salah satu faktor yang menentukan kegiatan
budidaya, kesesuain dengan iklim setempat dan hasil produksi (panen). Ubi kayu menghendaki
tanah yang remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak telalu poros namun banyak mengandung
bahan organik [7]. Untuk mengatasi ketidak stabilan produksi suatu klon di berbagai lingkungan,
penggunaan varietas yang berpotensi hasil tinggi, stabil dan sedikit berinteraksi dengan
lingkungan, merupakan faktor utama yang perlu dipertimbangkan [8].
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi yaitu dengan pemberian pupuk,
salah satunya adalah pupuk hayati yang dapat meregulasi ketersediaan unsur hara pada tanah,
menyederhanakan senyawa organik kompleks, sebagai agens hayati pengendali penyakit
tanaman dan memacu pertumbuhan tanaman [9], [10]. Aplikasi pupuk hayati Bion-UP
diharapkan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman ubi kayu.
Identifikasi Masalah
1. Apakah dari tiga klon ubi kayu terseleksi terdapat klon yang berdaya hasil tinggi?
2. Bagaimanakah efek aplikasi pupuk hayati konsorium pada karakter morfofisiologi dan hasil
tiga klon ubi kayu terseleksi ?
Tujuan Penelitian
Mengevaluasi karakter morfologi, fisiologi dan hasil klon ubi kayu terseleksi yang telah diberi
perlakuan pupuk hayati.
Urgensi Penelitian
Ubi kayu pada saat ini dibutuhkan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga
untuk kebutuhan industri. Maka dari itu dibutuhkan upaya untuk mendapatkan klon ubi kayu
unggul yang berkualitas dan berdaya hasil tinggi salah satunya dengan penambahan pupuk hayati
pada teknologi budidayanya. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi
tentang klon ubi kayu yang potensial dikembangkan dengan hasil yang tinggi dengan pemberian
pupuk hayati.

Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dalam
bidang yang diteliti. Bagan dapat dibuat dalam bentuk JPG/PNG yang kemudian disisipkan
dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang relevan dan dengan mengutamakan hasil
penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang terkini. Disarankan penggunaan sumber
pustaka 10 tahun terakhir.
TINJAUAN PUSTAKA
Ubi Kayu
Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang berperan
dalam sistem perekonomian Indonesia khususnya sebagai bahan baku berbagai industri pangan
dan non-pangan, hal tersebut dikarenakan kandungan gizinya yang cukup kompleks. Kandungan
gizi pada umbi ubi kayu berbeda-beda berdasarkan umur panennya, varietas dengan umur panen
pendek (7 bulan) mengandung kadar air 66,20%, lemak kasar 0,83%, protein kasar 2,45%, serat
kasar 0,73%, kadar abu 0,66%, dan karbohidrat 29,17%, sedangkan varietas dengan umur panen
panjang (12 bulan) mengandung kadar air 53,99%, lemak kasar 1,00%, protein kasar 1,88%,
serat kasar 0,57%, kadar abu 0,69%, dan karbohidrat 46,87% [11]. Dalam rangka memenuhi
ketersediaan ubi kayu bagi kebutuhan masyarakat, maka sampai saat ini terus di cari jalan keluar
untuk menghasilkan ubi kayu dengan hasil produksi (panen) yang optimum. Salah satu cara
untuk mendapatkan tanaman ubi kayu dengan hasil produksi yang optimum adalah dengan
menggunakan varietas ubi kayu yang unggul.
Setiap klon ubi kayu dicirikan oleh sifat morfologi baik berupa kualitatif maupun kuantitatif
seperti tinggi tanaman, warna batang, warna daun, warna umbi, bobot umbi dan lain-lain. Karena
setiap klon ubi kayu memiliki susunan genetik yang menentukan perbedaan setiap klon maka
pertumbuhan dan hasil setiap klon ubi kayu adalah berbeda, karena gen sangat efektif
mempengaruhi pertumbuhan.
Terdapat indikasi bahwa plasma nutfah ubi kayu yang memiliki 9 lobus cenderung menghasilkan
bobot umbi lebih banyak daripada 7 lobus. Hal ini tampaknya pada tanaman ubi kayu yang
memiliki lobus daun lebih banyak mampu memberikan hasil fotosintat yang ditransfer ke umbi
lebih banyak. Karakter tinggi tanaman, jumlah umbi, bobot brangkasan, dan indeks panen nyata
berkorelasi positif dengan bobot umbi, sedangkan jumlah lobus berkorelasi positif lemah dengan
bobot umbi [12]. Berat umbi berkorelasi positif dengan tinggi tanaman dan tidak berkorelasi
dengan jumlah umbi [13].
Pembentukan umbi dimulai pada saat tanaman berumur 30-40 hari setelah tanam dan translokasi
fotosintat ke umbi dimulai pada saat tanaman berumur 6-9 bulan setelah tanam [14].
Pembentukan umbi sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan atau media tanam, kekurangan
oksigen sebagai akibat aerasi tanah yang jelek seringkali dapat menghambat pembelahan dan
pembesaran sel dalam akar-akar umbi serta perkembangan umbi yang baru. Pembentukan umbi
dipengaruhi juga oleh ketersediaan unsur P dan K yang dapat meningkatkan bobot umbi serta
meningkatkan kadar pati dan penurunan kandungan HCN dalam umbi [15].
Pupuk Hayati
Pupuk hayati merupakan pupuk yang mengandung sejumlah konsorsium mikroba dan
bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman serta mengingkatkan kualitas tanah. Hal ini dikarenakan
pupuk hayati bisa menyediakan unsur hara bagi tanaman, menghasilkan fitohormon, juga dapat
berperan sebagai agens biokontrol tanaman. Pemberian pupuk hayati dapat meningkatkan
produksi ubi kayu sebesar 30,66% - 52,87% [16].
Pupuk hayati yang digunakan adalah pupuk hayati cair Bion-UP yang mengandung mikroba
Azotobacter chroococcum, A. vinelandii, Azosprilium sp, Acinetobacter sp, Pseudomonas
cepacia, dan Penicillium sp. [10]. Azotobacter adalah bakteri non simbiosis yang berperan
penting dalam penambatan nitrogen dan menyediakannya sebagai senyawa yang dapat
digunakan langsung oleh tanaman [17] dan menghasilkan fitohormon yang dapat meningkatkan
pertumbuhan akar tanaman [18]. Azosprilium sp [19], Acinetobacter sp. [20], Pseudomonas sp.
[21], dan Penicillium sp.[22] berperan dalam proteksi tanaman terhadap stress biotik dan abiotik.
Roadmap Penelitian
Roadmap penelitian untuk menghasilkan ubi kayu unggul dimulai dari seleksi klon ubi kayu dari
15 klon dan terseleksi 3 klon. Kemudian 3 klon terseleksi diuji responnya terhadap aplikasi
pupuk hayati. Pada tahun berikutnya dilakukan percobaan penanaman ubi kayu dengan potensi
hasil tinggi di lahan basah dan lahan kering. Kemudian untuk tahap akhir, dilakukan uji
fisikokimia terhadap ubi kayu unggul. Dari rangkaian penelitian tersebut diharapkan didapat data
mengenai klon ubi kayu unggul yang berkualitas, berdaya hasil tinggi dan adaptif di lahan sawah
dan lahan kering.

Gambar 1. Roadmap Penelitian Ubi Kayu Unggul

Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata.
Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah
dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir
dapat berupa file JPG/PNG. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang
jelas, mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang ditargetkan.
Di bagian ini harus juga mengisi tugas masing-masing anggota pengusul sesuai tahapan
penelitian yang diusulkan.
METODE
Lokasi dan Waktu Percobaan
Percobaan dilakukan di lahan kering mulai bulan Januari sampai Oktober 2019.
Bahan dan Alat Percobaan
Bahan yang digunakan yaitu stek ubi kayu dengan panjang stek berkisar 25-30 cm, Bion-UP, air,
jerami, pestisida dan NPK 16 : 16 :16.
Alat yang digunakan meliputi gelas ukur 5 ml, baker glass 1000 ml, baker glass 2500 ml, botol
plastik, corong, jangka sorong, roll meter, cangkul, knapsack sprayer, timbangan gantung,
timbangan digital, kamera digital, ember, label, karung, dan alat tulis.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan Rancangan Split Plot dalam RAK
pola faktorial 3 x 3 yang diulang 3 kali. Faktor pertama adalah klon yang terdiri dari tiga taraf
yaitu : s1, s2, dan s3. Faktor kedua adalah dosis pupuk hayati yang terdiri dari tiga taraf yaitu :
p0 (0 l per ha), p1 (250 l per ha) dan p2 (500 l per ha)
Pelaksanaan Percobaan

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian


(1) Persiapan Lahan
Tanah dicangkul hingga kedalaman 30 cm serta ditambakan jerami sebanyak 50 ton/ha.
Kemudian dibuat plot dengan ukuran 4 m x 3 m, jarak antar perlakuan 40 cm dan jarak antar
ulangan 100 cm.
(2) Persiapan Stek
Stek batang berasal dari tanaman ubi kayu yang sehat dengan panjang stek 30 cm.
(3) Penanaman
Jarak tanam yang digunakan adalah 1 m x 1 m. Stek ditanam dengan membenamkan sepertiga
batang dengan mata tunas menghadap ke atas. Populasi tanaman per plot adalah 12 tanaman.
(4) Aplikasi Pupuk Hayati
Aplikasi pupuk hayati dilakukan dengan cara membuat larutan Bion- UP dengan konsentrasi 0.5
%. Larutan diambil sesuai perlakuan kemudian diencerkan dengan 2500 mL air. Larutan encer
tersebut disiramkan pada tanaman. Aplikasi dilakukan pada saat tanaman ubi kayu berumur 3
MST dan 15 MST.
(5) Pemeliharaan
a. Penyiangan
Penyiangan dilakukan menggunakan cangkul jika gulma sudah menutupi 70% lahan.
b. Pemupukan
Pupuk yang diberikan yaitu pupuk NPK 16:16:16, pemberian pupuk dilakukan sebanyak 2 kali
pada saat tanaman berumur 4 MST dan 16 MST dengan dosis 50 kg/ha setiap aplikasi.
c. Aplikasi Pestisida
Pestisida digunakan jika serangan hama dan penyakit telah melebihi ambang kendali.
(6) Pengamatan Utama
Karakter yang diamati adalah laju fotosintesis, kadar pati, tinggi tanaman, jumlah daun, luas
daun, total panjang akar, diameter akar, bobot kering tanaman, jumlah umbi ekonomis, bobot
umbi ekonomis, dan hasil per plot.
(7) Panen
Pemanenan dilakukan dengan pencabutan dengan bantuan cangkul. Panen dilakukan pada saat
tanaman telah berumur 36 MST.
(8) Analisis Data
Data pengamatan dianalisis menggunakan Analisis Ragam Rancangan Acak Kelompok.
Pengaruh perlakuan diuji dengan uji F pada taraf 5% dengan kaidah sebagai berikut :
Bila Fhitung > F.05 maka dinyatakan berpengaruh nyata.
Bila Fhitung < F.05 maka dinyatakan tidak berpengaruh nyata.
Jika hasil keputusan berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Beda Nyata
Terkecil.
(9) Luaran Penelitian
Luaran penelitian ini adalah Hak Cipta dengan status granted dan publikasi artikel pada jurnal
nasional pada Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia dengan p-ISSN: 0853-4217 dan e-ISSN: 2443-
3462 dengan status accepted.
Tabel 1. Rencana Target Capaian
No. Jenis Luaran Indikator Capaian
Katagori Sub Katagori Wajib Tambahan TS TS+1 TS+2
1 Artikel Ilmiah Nasional ber V Published
dimuat di jurnal ISSN
2 Hak Kekayaan Hak Cipta V Granted
Intelektual (HKI)
3 Tingkat Kesiapan 3
Teknologi (TKT)
Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas
No Nama Jabatan Instansi Bidang Alokasi Uraian Tugas
. Asal Ilmu Waktu
(jam/minggu)
1. Hanny Hidayati Ketua Fakultas Agronomi 4 Pengamataan,
Nafi’ah Pertanian Analisis
Universitas Data, dan
Garut Pembuatan
Artikel
2. Ai Yanti Anggota Fakultas Agronomi 3 Pengamatan
Rismayanti Pertanian di Lapangan
Universitas dan
Garut Laboratorium

Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan
penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.
JADWAL

Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan Lahan X
2. Persiapan Stek X
3. Penanaman X
4. Aplikasi Pupuk Hayati X X
5. Pemeliharaan X X X X
6. Pengamatan X X X X X
7. Panen X
8. Analisis Data X X X X
9. Pembuatan Laporan X X
10. Publikasi Jurnal X X X

Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

DAFTAR PUSTAKA
1. D. Sahara and A. Supriyo, “OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI
USAHATANI UBI KAYU PADA LAHAN KERING DI JAWA TENGAH,” J. Pengkaj.
dan Pengemb. Teknol. Pertan., vol. 20, no. 2, pp. 91–100, 2017.
2. Centro Internacional de Agricultura Tropical, Morphology of the Cassava plant. Colombia:
Cali, 1983.
3. A. Saputra, “Melacak Jejak Implementasi Pengembangan Energi Alternatif Di Pedesaan:
Studi Kasus Tentang Pengembangan Bioetanol Berbasis Singkong Di Jawa Barat,” J.
Renaiss., vol. 3, no. 01, pp. 332–345, 2018.
4. A. P. Utomo, “PENGARUH BERAT PATI UMBI SINGKONG KARET (Manihot glaziovii)
DAN VOLUME GLISEROL TERHADAP KUALITAS BIOPLASTIK,” Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2017.
5. Kementerian Perindustrian, “Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang
Indonesia,” 2018. [Online]. Available:
http://www.kemenperin.go.id/statistik/ibs_indikator.php?indikator=3. [Accessed: 14-Sep-
2018].
6. Badan Pusat Statistik, “Produksi Ubi Kayu Menurut Provinsi (ton), 1993-2015,” 2018.
[Online]. Available: https://bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/880. [Accessed: 14-Sep-
2018].
7. I. A. Shiddiq, A. K. Mahi, K. F. Hidayat, J. Afandi, F. Agroteknologi, U. Pertanian, J.
Lampung, B. N. Soemantri, and B. Lampung, “EVALUASI KESESUAIAN LAHAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta
Crantz) DI LAHAN KELOMPOK TANI USAHA MAJU DESA TANJUNG SENANG
KECAMATAN KOTABUMI SELATAN LAMPUNG UTARA,” J. Agrotek Trop. J.
Agrotek Trop., vol. 2, no. 3, pp. 504–508, 2014.
8. N. Rahman, H. Fitriani, Hartati, and N. S. Hartati, “Seleksi ubi kayu berdasarkan perbedaan
waktu panen dan inisiasi kultur in vitro,” PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON, vol. 1, no.
8, pp. 1761–1765, 2015.
9. A. Masfufah, A. Supriyanto, and T. Surtiningsih, “PENGARUH PEMBERIAN PUPUK
HAYATI (BIOFERTILIZER) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK DAN MEDIA TANAM
YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN
TOMAT (Lycopersicon esculentum) PADA POLYBAG,” J. Ilm. Biol., vol. 3, no. 1, pp. 1–
11, 2015.
10. A. M. Kalay, M. R. Uluputty, J. M. A. Leklioy, and R. Hindersah, “Aplikasi Pupuk Hayati
Konsorsium Dan Inokulan Padat Trichoderma harzianum Terhadap Produktivitas Tanaman
Sawi Pada Lahan Terkontaminasi Rhizoctonia solani Application Of Trichoderma harzianum
Solid Inokulan And Biofertilizer Consortium On Choy Sum Product,” Agrologia, vol. 5, no.
2, pp. 78–86, 2016.
11. F. Feliana, A. H. Laenggeng, and F. Dhafir, “Kandungan Gizi Dua Jenis Varietas Singkong
(Manihot esculenta) Berdasarkan Umur Panen Di Desa Siney Kecamatan Tinombo Selatan
Kabupaten Parigi Moutong,” J. e-Jipbiol, vol. 2, no. 3, pp. 1–14, 2014.
12. N. Zuraida, “Karakterisasi Beberapa Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Plasma Nutfah Ubi Kayu
( Manihot esculenta Crantz .),” Bul. Plasma Nutfah, vol. 16, no. 3, pp. 49–56, 2010.
13. T. Mulualem, “Cassava ( Mannihot esculenta Cranz ) Varieties and Harvesting Stages
Influenced Yield and Yield Related Components,” J. Nat. Sci. Res., vol. 2, no. 10, pp. 122–
129, 2012.
14. N. Saleh, A. Taufiq, Y. Widodo, T. Sundari, D. Gusyana, R. P. Rajagukguk, and S. A.
Suseno, Pedoman Budidaya Ubi Kayu di Indonesia. J: IAARD Press, 2016.
15. P. Tumewu, C. P. Paruntu, and T. D. Sondakh, “HASIL UBI KAYU (Mannihot esculenta
Crantz.) TERHADAP PERBEDAAN JENIS PUPUK,” J. LPPM Bid. Sains dan Teknol., vol.
2, no. 2, pp. 16–27, 2015.
16. D. Pratama, Kartika, and N. Khodijah, “OPTIMALISASI PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI 1 VARIETAS DAN 3 AKSESI UBI KAYU PADA LAHAN ULTISOL
DENGAN PENAMBAHAN CENDAWAN PELARUT FOSFAT (CPF),” Enviagro, J.
Pertan. dan Lingkung., vol. 7, no. 2, pp. 13–22, 2014.
17. S. R. Dehury, R. Das, and P. Seth, “Effect of Azotobacter vinelandii strain SRIAz3 and N-
source on Microbiological Properties of Rice Grown Soil,” Int. J. Curr. Microbiol. Appl. Sci.,
vol. 7, no. 03, pp. 2170–2178, 2018.
18. M. Arora, P. Saxena, M. Z. Abdin, and A. Varma, “Interaction between Piriformospora
indica and Azotobacter chroococcum governs better plant physiological and biochemical
parameters in Artemisia Interaction between Piriformospora indica and Azotobacter
chroococcum governs better plant physiological and b,” Symbiosis, vol. 75, no. 2, pp. 103–
112, 2018.
19. K. Naher, H. Miwa, S. Okazaki, and M. Yasuda, “Effects os Different Sources of Nitrogen
on Endophytic Colonization on Rice Plants by Azospirillum sp. B510,” Mincrobes Environ.,
vol. 33, no. 2, 2018.
20. J. Das and P. Sarkar, “Remediation of arsenic in mung bean ( Vigna radiata ) with growth
enhancement by unique arsenic-resistant bacterium Acinetobacter lwoffii Science of the
Total Environment Remediation of arsenic in mung bean ( Vigna radiata ) with growth
enhancement by uni,” Sci. Total Environ., vol. 624, no. 15 May, pp. 1106–1118, 2018.
21. S. R. Vimal, J. Gupta, and J. S. Singh, “Effect of salt tolerant Bacillus sp. and Pseudomonas
sp. on wheat (Triticum aestivum L.) growth under soil salinity: A comparative study,”
Microbiol. Res. (Pavia)., vol. 9, no. 1, 2018.
22. W. Phuwiwat and K. Seytong, “The effect of Penicillium notatum on plant growth,” Fungal
Divers., vol. 8, pp. 143–148, 2001..

Anda mungkin juga menyukai