Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum

Dasar-Dasar Agronomi

SISTEM PERTANAMAN

Nama : Muhammad Fadhiil


NIM : G021221018
Kelas : Dasar-Dasar Agronomi A
Kelompok :4
Asisten : Rosmina Rajab

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani. Kebutuhan hasil pertanian semakin
meningkat seiring jumlah penduduk yang semakin meningkat, akan tetapi lahan
pertanian semakin terbatas. Yang membuat sebagian besar lahan di Indonesia
digunakan untuk proses produksi pertanian. Namun pada zaman sekarang ini,
lahan pertanian di Indonesia semakin sempit untuk pertanian, karena dialih
fungsikan untuk pembangunan yang bersifat industri seperti pembuatan mall, dan
pembuatan jalan tol yang banyak memakan lahan pesawahan (Sarido, 2017).
Apabila ladang atau tegalan ditanami tanaman semusim (palawija, sayur,
bumbu) juga disisipi tanaman tahunan maka akan terbentuk kebun tanaman
tahunan yang dapat dipanen terus menerus. Apabila di lahan tersebut dibangun
rumah, maka berkembang menjadi sistem pertanaman yang lebih kompleks jenis
tanamannya yang disebut dengan sistem pertanian pekarangan. Ladang atau kebun
yang dikelola dalam skala yang luas, massif, menghasilkan bahan baku industri
yaitu untuk memenuhi permintaan pabrik maka ladang berkembang menjadi
sistem perkebunan (plantation) (Evizal, 2014).
Perkembangan sistem pertanian di Indonesia banyak berasal dari hasil
kearifan lokal. Sistem pertanian ini berkembang dimulai dari sistem pertanian
berpindah menjadi sistem pertanian menetap. Hutan atau semak belukar dibuka
untuk digarap menjadi ladang untuk bertani tanaman pangan dan sayur dan
banyak tanah di Indonesia yang dialih fungsi menjadi pertanian (Iskandar, 2016).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukakan praktikum mengenai
Sistem pertanaman Praktek budidaya pertanian di suatu bidang lahan adalah
memadukan dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada yaitu tanah, hujan,
air irigasi, keragaman tanaman dan karakteristik tanaman. Selain itu teknologi,
sosial ekonomi, ruang, waktu dan lingkungan berpengaruh terhadap sistem-sistem
pertanaman (cropping systems) yang diterapkan. Praktik budidaya ini juga
diperlukan ilmu dan ketelatenan dalam mengembangkan tanaman yang dipilih.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui dan
mampu menerapkan sistem tanam tunggal dan ganda dalam budidaya pertanaman
pada suatu komoditi tertentu.
Kegunaan praktikum diharapkan setiap peserta praktikan dapat memahami
pentingnya mengefektifkan penggunaan lahan pertanian. Serta agar praktikan
mampu mengetahui proses tumbuh tanaman yang di praktikkannya dan
mengetahui cara penanganan yang baik pada tanaman yang dikembangkannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pakcoy


Tanaman pakcoy termasuk dalam jenis sayur sawi yang mudah diperoleh
dan cukup ekonomis. Saat ini pakcoy dimanfaatkan oleh masyarakat dalam
berbagai masakan seperti pada lalapan dan asinan. Pakcoy termasuk tanaman yang
cukup mudah dibudidayakan dan hanya membutuhkan waktu yang pendek
berkisar 3 sampai 4 Minggu. Perawatannya juga tidak terlalu sulit dibandingkan
dengan budidaya tanaman yang lainnya karena tanaman pakcoy ini dapat
dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan media tanam dalam polybag.
Media tanam dapat dibuat dari campuran tanah dan kompos (Erma et al., 2022).
Sayuran berdaun hijau ini termasuk tanaman yang tahan terhadap hujan dan
dapat dipanen sepanjang tahun tidak tergantung dengan musim, pakcoy
merupakan tanaman sayuran berumur pendek yaitu pada umur 45 hari setelah
tanam sudah dapat dipanen. Pakcoy ini merupakan salah satu komoditas tanaman
hortikultura dari jenis sayur-sayuran yang memiliki kandungan zat-zat gizi yang
cukup tinggi. pakcoy merupakan salah satu jenis sayuran daun yang umum
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia (Tripama, 2018).
Di dalam melakukan budidaya sayuran ada beberapa kendala yang dihadapi
salah satunya kesuburan tanah pada umumnya untuk mengatasi kesuburan petani
hanya memberikan pupuk. Tetapi pupuk saja tidak cukup, Setiap bahan yang
ditambahkan ke tanah atau media tanam harus dapat memperbaiki sifat-sifat
tanah, sifat fisik dan biologi tanah. Sehingga sesuai dengan kondisi atau syarat
tumbuh yang dikehendaki tanaman. Salah satu upaya penyedian unsur hara adalah
penggunaan bahan organik yang menyediakan unsur hara sekaligus memperbaiki
sifat fisik dan biologi tanah (Li Chun-xi et al., 2018).
2.2 Sistem Pertanaman
Didalam sistem pertanaman terdapat banyak pola pertanaman Seperti
Monokultur, Polikultur Rotasi tanaman (Rotation Cropping), Pertanian campuran
(Mixed Farming), Tanaman Bergilir (Sequential Cropping), Tanaman Lorong
(Alley Cropping), Tanaman Sela (Interculture), Tanaman Tumpangsari
(Intercropping). Pertanaman polikultur, Multiple Cropping, atau tumpangsari.
Pola pertanaman ini merupakan pilar penting dalam sistem pertanaman
berkelanjutan pada pertanaman semusim (Hossain et al., 2017).
Pada pertanian subsistem sampai pertanian intensif modern, polikultur
khususnya pada pola tumpangsari penting sebagai pertanian bermasukan rendah
dan pada pertanian bersumberdaya terbatas. baik pada keterbatasan lahan, air, dan
teknologi yang membantu pertanian. Sistem tumpangsari merupakan jalan ke arah
intensifikasi berkelanjutan (sustainable intensification) karena dapat
meningkatkan produksi dan pendapatan tanpa meningkatkan masukan, dan
meningkatkan stabilitas hasil dengan menurunkan masukan (Brooker et al., 2015).
Pola tanam terutama ditentukan oleh pembatas utama yaitu ketersediaan air,
baik air irigasi maupun air dari curah hujan. Selain itu dipengaruhi oleh banyak
faktor lain misalnya faktor teknis seperti kesuburan lahan, iklim, dan ketersediaan
saprodi, juga faktor ekonomi, sosial budaya dan kearifan lokal. Perubahan iklim
yang terjadi meningkatkan risiko kegagalan panen akibat cuaca ekstrim baik
kemarau berkepanjangan atau hujan ekstrim yang menyebabkan banjir. Maka pola
tanaman harus menyesuaikan dengan perkiraan cuaca pada musim tanam. Pola
tanam yang sesuai dengan ketersediaan air hujan maka akan diperoleh hasil yang
tinggi dan penggunaan air yang efisien (Meng et al., 2017).
2.3 Jarak Tanam
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam cara bercocok tanam pakcoy
adalah pengaturan jarak tanam dan umur bibit yang tepat. Hal ini disebabkan
karena jarak tanam akan mempengaruhi tingkat kompetisi antara tanaman
terhadap faktor pertumbuhan. Faktor umur pindah bibit yang tepat juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan vegetatif yang lebih baik (Alfandi, 2017).
Jarak tanam yang rapat mengakibatkan tingkat kompetisi lebih tinggi,
sehingga akan terdapat tanaman yang tumbuhnya terhambat, baik karena
ternaungi tanaman sekitarnya ataupun karena kompetisi tanaman tersebut dalam
mendapatkan air, unsur hara, dan oksigen. Selain itu juga jarak tanam akan
mempengaruhi populasi tanaman dan koefisien penggunaan cahaya, dengan
demikian akan mempengaruhi hasil. Jika tanaman tidak mendapatkan cukup air,
unsur hara dan oksigen maka pertumbuhan tanaman pakcoy yang terjadi tidak
akan maksimal karena kekurangan faktor yang dibutuhkan. Pertumbuhan pakcoy
juga akan terhambat jika tidak memperhatikan jarak tanam (Meng et al., 2017).
Pakcoy juga sangat berpengaruh terhadap umur bibit. Umur bibit yang ideal
adalah bila mana tanaman yang dibudidayakan telah mencapai umur tertentu pada
saat akan pindah tanam dengan kondisi lingkungan yang memadai. Kondisi
lingkungan yang dimaksud ideal untuk pindah tanaman adalah kelembaban,
cahaya, aerasi udara, maupun perakaran (Luta, 2019).
2.4 Kebutuhan Unsur Hara
Tanaman memerlukan unsur hara untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Ada 16 unsur yang merupakan unsur hara esensial yang dapat
dibagi menjadi unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro relatif banyak
diperlukan oleh tanaman seperti C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S. Adapun unsur hara
mikro yang perannya tak kalah penting dari unsur hara makro tetapi kebutuhan
tanaman terhadap zat-zat ini hanya sedikit seperti; Fe, Mn, Bo, Mo, Co, Zn, Cl.
Unsur hara ini sangat penting bagi tanaman pakcoy (Suarsanal, 2019)
Upaya untuk mengatasi kekurangan unsur hara adalah dengan memberikan
pemupukan dengan pupuk anorganik atau organik sesuai kebutuhan tanaman.
Didalam proses pemupukan bisa terjadi masalah-masalah. Masalah umum yang
terjadi didalam pemupukan adalah rendahnya efisiensi serapan unsur hara oleh
tanaman. Kurangnya unsur hara yang diberikan pada pemupukan dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Siregar, 2017).
Penggunaan pupuk NPK mengacu kepada kebutuhan unsur hara tanaman
secara umum, karena N, P, K adalah unsur di dalam tanah yang sangat penting
untuk diserap oleh tanaman agar dapat tumbuh optimal. Unsur N pada pupuk Urea
46% yang diberikan dapat merangsang pertumbuhan secara keseluru-han dan
berperan penting dalam pemben-tukan hijau daun (Walida, 2020).
2.5 Pengaruh Perlakuan
Perlakuan dosis kompos yang dikombinasikan dengan beberapa dosis EM4
menunjukkan dosis Kompas 30 ton ha-1. Dengan dosis EM4 20 ml/l memberikan
jumlah daun tertinggi pada umur 28 HST. Demikian pula pada perlakuan dosis
EM4 yang dikombinasikan dengan beberapa dosis kompos menunjukkan
perlakuan dosis EM 4 20 ml/l dengan kompos 30 ton ha-1 menghasilkan jumlah
daun tertinggi. Hal ini disebabkan dosis kompos 30 ton/ha dengan EM4 20ml/l
mampu menyediakan hara yang lebih cepat diserap oleh tanaman (Sri, 2018).
Tanaman yang kekurangan N akan mengakibatkan stomata daun tidak
membuka dan justru akan menutup secara rapat sehingga transpirasi tanaman akan
terganggu sampai kebutuhan akan unsur N tanaman terpenuhi sesuai dengan
tingkat kebutuhan tanaman. Kalium juga memainkan peran dalam fotosintesis,
penyesuaian osmotik, pertumbuhan sel, regulasi stomata, sistem air tanaman, dan
keseimbangan anion-kation (Motaghi, 2014).
Unsur N dari POC dapat merangsang pembentukan auksin yang berfungsi
melunakkan dinding sel sehingga kemampuan dinding sel meningkat, maka
meningkat pula kemampuan proses pengambilan air karena perbedaan tekanan.
Hal ini menyebabkan ukuran sel bertambah, kenaikan bobot segar akan meningkat
sejalan dengan pemanjangan dan pembesaran sel. Tanaman yang cukup dengan
unsur K dapat meningkatkan ketahanan daun tidak mudah gugur (Prizal 2017).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Plant Nursery, Experimental Farm, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin. pada hari kamis 15 September 2022 pukul
16.00 WITA.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, tray semai, papan
nama kelompok dan sekop kecil.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: benih jagung manis,
benih bayam, benih kacang hijau, benih pakcoy dan furadan.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur yang harus dilakukan dalam percobaan sistem pertanaman
pakcoy ini adalah sebagai berikut:

1. Membuat bedengan dengan ukuran 2 x 1,5 m;


2. Mengemburkan tanah pada area bedengan menggunakan cangkul;
3. Menanam benih jagung manis dengan jarak 50 x 20 cm dan benih kacang
hijau dengan 40 x 10 cm. Penanaman dilakukan melalui penugalan lubang
tanam;
4. Melakukan penyemaian benih pakcoy dan bayam pada tray semai sebelum
pindah tanam ke bedengan. Semaian disimpan selama 7 hari sebelum pindah
tanam ke bedengan;
5. Menanam bibit pakcoy dan bibit bayam pada bedengan;
6. Melakukan pemeliharaan tanaman secara berkala yang meliputi penyiraman,
pengendalian gulma, penggemburan tanah dan pemupukan; dan
7. Mengukur/hitung parameter yang diamati secara seksama.
3.4 Parameter Pengamatan
1. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman merupakan variabel pertumbuhan tanaman yang mudah
diamati sebagai parameter untuk mengetahui pengaruh lingkungan atau pengaruh
perlakuan terhadap tanaman. Pertambahan tinggi tanaman menunjukkan aktivitas
pertumbuhan vegetatif suatu tanaman. Dengan adanya pertambahan tinggi
tanaman maka tanaman akan mengalami pembelahan sel. Pertumbuhan tinngi
tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti lingkungan, kondisi fisiologi
dan genetik tanaman. Cara mengukur mulai dari pangkal batang bawah hingga
ujung daun tertinggi.
2. Jumlah daun
Daun merupakan organ tanaman tempat berlangsungnya proses fotosentesis
yang memperoduksi makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai
cadangan makanan. Daun sangat berhubungan dengan aktivitas fotosentesis,
karena mengandung klorofil yang diperlukan oleh tanaman dalam proses
fotosentesis, semakain banyak jumlah daun maka hasil fotosentesis semakin
tinggi, sehingga tanaman tumbuh dengan baik. Jumlah daun akan mempengaruhi
fotosintat yang dihasilkan pada proses fotosintesis. Fotosintat akan di edarkan
oleh jaringan floem ke sel-sel tanaman yang masih mengalami pertumbuhan,
sehingga dapat diketahui bahwa jumlah daun akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman. Perhitungan jumlah daun dengan menhitung
seluruh daun yang sudah berkembang dengan sempurna.
3. Luas daun
Daun secara umum merupakan organ penghasil fotosintat utama.
Pengamatan luas daun sangat diperlukan sebagai salah satu indikator pertumbuhan
yang dapat menjelaskan proses pertumbuhan tanaman selama masa tanam. Luas
daun menjadi salah satu parameter utama karena laju fotosintesis pertumbuhan
tanaman dominan ditentukan oleh luas daun, karena fungsi utama daun adalah
sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Cara menghitung luas pada
daun dapat menggunakan aplikasi petiole.
4. Produksi
Tanaman pakcoy dapat dipanen pada saat tanaman telah mencapai usia 40
hari setelah penanaman. Pakcoy dapat dipanen dengan memetik daunnya saja atau
mencabut seluruh bagian tanaman. Tanaman pakcoy hang dipanen dalam kondisi
daun tumbuh subur dan berwarna hijau segar pangkal tampak sehat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan Pengamatan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil
pertumbuhan tanaman pakcoy sebagai berikut:
Grafik 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman pakcoy
40
11.8
35
Rata-Rata Tinggi Tanaman

9.4
30
7.6
25
6.9
20
(cm)

4.7 16.2
15 4.9 12.7

10 7.2

0
Pengamatan 1 Pengamatan 2 Pengamatan 3

Kontrol Kompos POC


Sumber: Data Primer Sebelum Diolah, 2022.
Grafik 2. Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Pakcoy
30
7.7
Rata-Rata Jumlah Daun (cm)

25
6.7
20 7.5
5.3
15 6.1

5.3 10.1
10 7.9
4.7
5

0
pengamatan 1 pengamatan 2 pengamatan 3

Kontrol Kompos POC


Sumber: Data Primer Sebelum Diolah, 2022.
4.2 Pembahasan
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa pertumbuhan tanaman
pakcoy (Brassica Rapa L.) memiliki hasil yang berbeda sesuai dengan
pemberian perlakuan pupuk yang berbeda. Perlakuan pupuk yang
diberikan pada tanaman pakcoy bertujuan untuk mengetahui manfaat
masing-masing jenis pupuk terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy.
Pakcoy yang baik akan memiliki daun yang berwarna hijau segar, mekar
dengan sempurna dan pangkal batang berada diatas tanah, serta kondisi
daun tidak berlubang dan menguning.
Perlakuan pupuk berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi
tanaman pakcoy. Pada grafik rata-rata tinggi tanaman pakcoy dapat kita
lihat bahwa perlakuan kontrol memiliki rata-rata paling bagus dibanding
perlakuan lainnya setinggi 16,2 cm. Dan perlakuan kompos memiliki rata-
rata tinggi tanaman yang paling rendah setinggi 7,6 cm.
Pada grafik rata-rata jumlah daun tanaman pakcoy dapat kita
perhatikan bahwa perlakuan kontrol memiliki jumlah daun yang lebih
banyak dibandingkan perlakuan yang lainnya sebanyak 10 daun.
Sedangkan pada perlakuan lainnya memiliki rata-rata jumlah daun yang
lebih sedikit. Rata-rata jumlah daun tanaman pak yang paling sedikit
adalah pada perlakuan kompos.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah praktikan mengetahui dan mampu
menerapkan system tanam tunggal dan ganda dalam membudidayakan tanaman
pakcoy. Dengan adanya praktikum ini praktikan sudah dapat mengefektifkan
penggunaan lahan pada pembudidayaan tanaman pakcoy, mengetahui proses
tumbuh tanaman pakcoy, dan cara penanganan yang baik pada tanaman pakcoy.
5.2 Saran
Pada saat pembudidayaan tanaman pakcoy agar memperhatikan penyiraman
rutin setiap hari dan juga rutin membersihkan gulma yang tidak dibudidayakan.
DAFTAR PUSTAKA

Alfandi, Budirahman, D., dan Hasikin, Z. 2017. Pengaruh Kombinasi Jarak


Tanam dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy,
Jurnal Agroswagati, 5(2), 1-10

Brooker, R.W., Bennett, A.E., Cong, W.F., Daniell, T.J., George, T.S., Hallett,
P.D., Hawes, C., Iannetta, P.P.M., Jones, H.G., Karley, A.J., Li, L.,
Mckenzie, B.M., Pakeman, R.J., Paterson, E., Schöb, C., Shen, J., Squire,
G., Watson, C.A., Zhang, C., Zhang, F., Zhang, J., dan White, P.J. 2015.
Improving intercropping: Journal or Plant Research. New Phytologist,
206(1), 107–117.

Evizal, R. (2014). Dasar-Dasar Produksi Perkebunan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Hossain, M.S., Kader, M.A., dan Islam, N. 2017. Multiple Cropping for
Sustainable and Exaggerated Agricultural Production System. Journal of
Bioscience and Agriculture Research, 14(2): 1202–1209.

Erma, P., Regina C. C., dan Haryanti, S. 2022. Pertumbuhan Tanaman Sawi
(Brassica Rapa L.) Dengan Pupuk Organik Berbahan Azolla Pinnata dan
Telur Keong Mas (Pomacea Cannaliculata). Jurnal Biologi, 15(1): 74-87.

LI Chun-xi, Shou C. M. A., Shao, Y., Shou T. M. A., dan Zhang, L. L. 2018.
Effects of long-term organic fertilization on soil microbiologic
characteristics, yield and sustainable production of winter wheat. Journal of
Integrative Agriculture, 17(1): 210– 219.

Iskandar, J., & Iskandar, B.S. 2016. Etnoekologi dan Pengelolaan Agroekosistem
oleh Penduduk Desa Karangwangi Kecamatan Cidaun, Cianjur Selatan Jawa
Barat. Jurnal Biodjati, 1(1): 1–12.

Luta, D. A., Girsang, R., Sitepu, S. M. B., dan Ginting, T. Y. 2019. Efektifitas
Aplikasi Pupup Organik Kotoran Sapi dan Perbedaan Jarak Tanam
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy, Journal of Animal
Science and Agronomy Panca Budi, 4(1): 1-6

Meng, Q., Wang, H., Yan, P., Pan, J., Lu, D., Cui, Z., Zhang, F., dan Chen, X.
2017. Designing a New Cropping System for High Productivity and
Sustainable Water Usage under Climate Change. Scientific Reports, Journal
of Agriculture, 7(4): 1–12.

Motaghi, S. dan T. S. Nejad. 2014. The Effect of Different Levels of Humic Acid
and Potassium Fertilizer on Physiological Indices of Growth. Journal of
Biosciences, 5(2) : 99-105.
Prizal, R. dan Nurbaiti. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakcoy, Jurnal Online Mahasiswa
Fakultas Pertanian Universitas Riau, 4(2): 1-9

Sarido, L., dan Junia. 2017. Uji Pertumbuhan Hasil Tanaman Pakcoy
(Brassicarapa L.) Dengan Pemberian Pupuk Organik Cair Pada Sistem
Hidroponik. Jurnal AGRIFOR, 16(1): 1-18

Siregar, M. 2017. Respon Pemberian Nutrisi Abmix Pada Sistem Tanam


Hidroponik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica
Juncea), Journal of Animal Science and Agronomy Panca Budi, 2(2): 1-7.

Suarsanal, M., I Putu, P., dan Kadek, A. G. 2019. Penagruh Konsentrasi Nutrisi
AB Mix Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sawi Pakcoy dengan Hidroponik
Sistem Sumbu (Kick System). Jurnal Agrikultur, 2(2): 98-105.

Walida, H., Harahap, F. S., Dalimunthe B. A., Hasibuan, R., Nasution, A. P., dan
Sidabuke, S. H. 2020 Pengaruh Pemberian Pupuk Urea dan Pupuk Kandang
Kambing Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah dan Hasil Tanaman Sawi
Hijau. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, 7(2): 283-289
LAMPIRAN
Lampiran Tabel
Tabel 3. Tinggi Tanaman Pakcoy Tanpa Perlakuan
Tanaman Pengamatan ke- Total Rata-Rata

1 2 3

Pakcoy 1 8,5 cm 13,3 cm 17,5 cm 39,3 cm 13,1 cm

Pakcoy 2 4 cm 11,4 cm 16,7 cm 32,1 cm 10,7 cm

Pakcoy 3 8,3 cm 12,5 cm 16,5 cm 37,3 cm 12,4 cm

Pakcoy 4 7,5 cm 10 cm 12 cm 29,5 cm 9,8 cm

Pakcoy 5 8,8 cm 15,5 cm 17 cm 41,3 cm 13,8 cm

Pakcoy 6 7 cm 12,6 cm 15,5 cm 35,1 cm 11,7 cm

Pakcoy 7 9,3 cm 13,3 cm 18 cm 40,6 cm 13,5 cm

Pakcoy 8 8,2 cm 13,4 cm 16,6 cm 38,2 cm 12,7 cm

Pakcoy 9 7 cm 13 cm 16,8 cm 36,8 cm 12,3 cm

Pakcoy 10 8,3 cm 14,8 cm 18,5 cm 41,6 cm 13,9 cm

Pakcoy 11 3,4 cm 7,2 cm 13,5 cm 24,1 cm 8,0 cm

Pakcoy 12 7,5 cm 15 cm 17,5 cm 40 cm 13,3 cm

Pakcoy 13 4,5 cm 10,2 cm 15,5 cm 30,2 cm 10,1 cm

Pakcoy 14 8,8 cm 15,4 cm 15,5 cm 39,7 cm 13,2 cm

Pakcoy 15 7 cm 13,3 cm 15,5 cm 35,8 cm 11,9 cm

Rata-rata 7,2 cm 12,7 cm 16,2 cm 12,0 cm

Sumber: Data Primer Setelah diolah 2022

Tabel 4. Tinggi Tanaman Pakcoy Perlakuan Kompos


Tanaman Pengamatan ke- Total Rata-Rata

1 2 3

Pakcoy 1 6,5 cm 8,0 cm 10,0 cm 24,5 cm 8,2 cm

Pakcoy 2 5,5 cm 10,0 cm 0,0 cm 15,5 cm 5,2 cm

Pakcoy 3 2,8 cm 6,5 cm 5,9 cm 15,2 cm 5,1 cm

Pakcoy 4 8,5 cm 12,0 cm 12,5 cm 33,0 cm 11,0 cm

Pakcoy 5 6,9 cm 10,5 cm 10,0 cm 27,4 cm 9,1 cm

Pakcoy 6 2,3 cm 0,0 cm 0,0 cm 2,3 cm 0,8 cm

Pakcoy 7 5,8 cm 10,5 cm 13,0 cm 29,3 cm 9,8 cm

Pakcoy 8 4,3 cm 7,0 cm 12,8 cm 24,1 cm 8,0 cm

Pakcoy 9 8,2 cm 14,0 cm 15,0 cm 37,2 cm 12,4 cm

Pakcoy 10 5,8 cm 8,0 cm 7,0 cm 20,8 cm 6,9 cm

Pakcoy 11 4,5 cm 5,0 cm 5,0 cm 14,5 cm 4,8 cm

Pakcoy 12 3,0 cm 0,0 cm 0,0 cm 3,0 cm 1,0 cm

Pakcoy 13 2,9 cm 5,0 cm 10,0 cm 17,9 cm 6,0 cm

Pakcoy 14 3,6 cm 0,0 cm 0,0 cm 3,6 cm 1,2 cm

Pakcoy 15 3,5 7,0 cm 12,5 cm 23,0 cm 7,7 cm

Rata-rata 4,9 cm 6,9 cm 7,6 cm 6,5 cm

Sumber: Data Primer Setelah diolah 2022

Tabel 5. Tinggi Tanaman Pakcoy Perlakuan POC


Tanaman Pengamatan ke- Total Rata-Rata

1 2 3

Pakcoy 1 5 cm 6,5 cm 7,5 cm 19 cm 6,3 cm

Pakcoy 2 4,2 cm 9 cm 10 cm 23 cm 7,7 cm

Pakcoy 3 4,5 cm 8,5 cm 10,5 cm 24 cm 7,8 cm

Pakcoy 4 3,5 cm 7 cm 9,5 cm 20 cm 6,7 cm

Pakcoy 5 3,5 cm 12,5 cm 13,5 cm 30 cm 9,8 cm

Pakcoy 6 6 cm 8,5 cm 8,5 cm 23 cm 7,7 cm

Pakcoy 7 6 cm 9,5 cm 10 cm 26 cm 8,5 cm

Pakcoy 8 4 cm 11 cm 16 cm 31 cm 10,3 cm

Pakcoy 9 5 cm 10,5 cm 16 cm 32 cm 10,5 cm

Pakcoy 10 5 cm 6 cm 9,5 cm 21 cm 6,8 cm

Pakcoy 11 6 cm 9,5 cm 12,5 cm 28 cm 9,3 cm

Pakcoy 12 3,5 cm 9 cm 15,5 cm 28 cm 9,3 cm

Pakcoy 13 4 cm 13 cm 14,5 cm 32 cm 10,5 cm

Pakcoy 14 5 cm 8 cm 8 cm 21 cm 7,0 cm

Pakcoy 15 5 cm 12 cm 15,5 cm 33 cm 10,8 cm

Rata-rata 4,7 cm 9,4 cm 11,8 cm 8,6 cm

Sumber: Data Primer Setelah diolah 2022

Tabel 6. Jumlah Daun Tanaman Pakcoy Tanpa Perlakuan


Tanaman Pengamatan ke- Total Rata-Rata
1 2 3
Pakcoy 1 5 8 11 24 8
Pakcoy 2 4 5 7 26 5,3
Pakcoy 3 4 8 7 29 6,3
Pakcoy 4 4 8 6 28 6,0
Pakcoy 5 6 11 14 31 10,3
Pakcoy 6 5 11 10 26 8,7
Pakcoy 7 5 6 11 22 7,3
Pakcoy 8 4 6 10 20 6,7
Pakcoy 9 4 7 7 18 6
Pakcoy 10 8 9 16 33 11
Pakcoy 11 3 6 7 16 5,3
Pakcoy 12 7 11 14 32 10,7
Pakcoy 13 4 7 11 22 7,3
Pakcoy 14 4 8 12 24 8
Pakcoy 15 3 8 9 20 6,7
Rata-rata 4,7 7,9 10,1 23,4
Sumber: Data Primer Setelah diolah 2022

Tabel 7. Jumlah Daun Tanaman Pakcoy Perlakuan Kompos


Tanaman pengamatan ke- Total Rata-Rata
1 2 3

Pakcoy 1 9 7 9 25 8,3

Pakcoy 2 3 5 0 8 2,7

Pakcoy 3 11 12 12 35 11,7

Pakcoy 4 10 10 14 34 11,3

Pakcoy 5 7 9 9 25 8,3

Pakcoy 6 4 0 0 4 1,3

Pakcoy 7 4 8 10 22 7,3

Pakcoy 8 4 6 10 20 6,7

Pakcoy 9 5 9 15 29 9,7

Pakcoy 10 6 7 12 25 8,3

Pakcoy 11 4 6 6 17 5,7

Pakcoy 12 3 0 0 3 1

Pakcoy 13 2 6 9 17 5,7

Pakcoy 14 3 0 0 3 1

Pakcoy 15 3 7 7 17 5,7

Rata-rata 5,3 6,1 7,5 6,3

Sumber: Data Primer Setelah diolah 2022

Lampiran Gambar
Gambar 34. Membuat Gambar 35. Menggem- Gambar 36. Melakukan
bedengan burkan tanah penyemaian pakcoy

Gambar 37. Proses Gambar 38. Pemindahan Gambar 39. Pemberian


penyemaian pakcoy ke bedengan perlakuan kompos

Gambar 40. Proses Gambar 41. Pengamatan Gambar 42. Mengukur


Penyiraman ke-1 tinggi tanaman

Gambar 43. Pengamatan Gambar 44. Pengamatan Gambar 45. Panen


Ke-2 ke-3

Anda mungkin juga menyukai