Anda di halaman 1dari 59

Laporan Praktikum

Nutrisi Tanaman

NUTRISI HIDROPONIK ORGANIK

NAMA : MUH. YASRIL HIDAYAT AL-HASNI


NIM : G011191121
KELAS : NUTRISI TANAMAN A
KELOMPOK : 3
ASISTEN : MUTHIA MUHSANA MUKHLIS

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada awal tahun 1930 di Berkley California, William Frederick Gericke
mempelopori sistem hidroponik, yaitu sistem budidaya menggunakan air yang
mengandung nutrisi dan mineral tanpa tanah. Saat ini pertanian menggunakan
hidroponik telah diterapkan secara luas dan memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan sistem budidaya konvensional, yaitu mengurangi risiko atau
masalah budidaya yang berhubungan dengan tanah seperti gangguan serangga,
jamur dan bakteri yang hidup di tanah. Sistem ini juga lebih mudah dalam
pemeliharaan seperti tidak melibatkan proses penyiangan dan pengolahan tanah
dalam budidaya tanamannya. Selanjutnya proses budidaya dilakukan dalam
kondisi lebih bersih tanpa menggunakan pupuk kotoran hewan. Faktor-faktor
pembatas dalam budidaya di lahan seperti suhu, kelembaban dan nutrisi dan pH
dapat diatur dengan menggunakan metode hidroponik, sehingga dengan
menggunakan metode tersebut dapat lebih terkontrol (Al-Khodmany, 2018).
Hidroponik sistem DFT merupakan salah satu metode kultur
menggunakan air sebagai media dan persediaan nutrisi. Prinsip kerja teknologi
DFT yaitu mensirkulasi larutan nutrisi dan aerasi secara kontiniu selama 24 jam
pada rangkaian aliran tertutup. Keuntungan sistem DFT adalah penanaman
dengan kebutuhan nutrisi yang cukup sedikit dan memiliki sistem aerasi yang baik
dengan air setinggi 2 cm dan disertai adanya rongga udara yang menyediakan
oksigen bagi tanaman dengan aerasi yang dibantu oleh mesin pompa air. Dengan
adanya rongga udara di dalam sistem sangat membantu dalam mengurangi resiko
tidak adanya pergerakan air akibat tidak ada daya listrik, sehingga tanaman tidak
mudah terpengaruh dan dalam jangka pendek kebutuhan oksigen tetap dapat
terpenuhi. Sistem ini merupakan salah satu metode bercocok tanam yang mudah
dan tidak membutuhkan biaya yang besar dan sangat ideal untuk menanam
sayuran (leafy vegetables). Metode ini dapat digunakan untuk budidaya tanaman
secara agronomis dan ekonomis yang menguntungkan, sehingga dapat membantu
meningkatkan pendapatan petani khususnya di wilayah pedesaan dengan lahan
yang kurang mendukung. (Aulia et al. 2014)

2
Sistem hidroponik yaitu penanaman tanaman tanpa menggunakan media
tanah melainkan menggunakan air yang diberi nutrisi sebagai unsur hara atau
sumber makanan bagi tanaman. Sistem hidroponik saat ini berkembang menjadi
beberapa macam yaitu aeroponik, irigasi tetes, rakit apung, wick, ebb and flow,
fertigasi dan NFT (Nutrient Film Technique) (Istiqomah, 2014).
Menurut Nicholls, (2014), dalam keberhasilan pada penerapan sistem
hidroponik harus memperhatikan beberapa faktor penting. Faktor tersebut adalah
unsur hara, media tanam, oksigen, dan air.
Berdasarkan dari latar belakang yang ada, maka dianggap bahwa perlunya
untuk diadakan praktikum mengenai pembuatan instalasi hidroponik untuk dapat
mengetahui bagaimana cara pembuatan dari budidaya sistem hidroponik ini dan
juga dapat mempelajari lebih lanjut mengenai hal-hal penting lainnya dalam
pembuatan sistem ini seperti penggunaan nutrisi hidroponik hingga pemeliharaan
sistem hidroponik ini.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagian penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik.
Kegunaan praktikum ini yaitu mahasiswa dapat merangkai instalasi
hidroponik yang dapat dikembangkan di luar kampus sebagai modal masa depan
mahasiswa.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pakcoy
Tanaman pakcoy (Brassica rapa chinensis L.) merupakan tanaman jenis
sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tanaman pakcoy berasal dari
Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Tanaman pakcoy telah dibudidayakan setelah
abad ke-5 secara luas di Cina Selatan dan Cina Pusat serta Taiwan. Sayuran ini
merupakan introduksi baru di Jepang dan masih sefamili dengan Chinesse
vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina, Malaysia,
Indonesia dan Thailand. Tanaman pakcoy masuk ke Indonesia diperkirakan pada
abad ke XIV. Pusat penyebaran pakcoy antara lain di Cipanas, Lembang,
Pengalengan, Malang, dan Tosari, terutama daerah yang memiliki ketinggian
diatas 1000 meter di atas permukaan laut (Abidin, 2015).
Pakcoy merupakan jenis tanaman dengan akar tunggang dengan cabang-
cabang akar berbentuk bulat panjang yang menyebar ke semua arah pada
kedalaman 30-50 cm. Batang dari pakcoy memiliki ukuran yang pendek dan
berfungsi menompang daun.Daun pakcoy memiliki ukuran yang lebar dan tekstur
permukaan yang halus, tidak berbulu dan tidak berbentuk krop (Surya, 2021).
Tanaman pakcoy termasuk dalam tanaman yang berumur pendek dan
memiliki kandungan gizi yang diperlukan tubuh.Kandungan betakaroten pada
pakcoy dapat mencegah penyakit katarak. Selain mengandung betakaroten yang
tinggi, pakcoy juga mengandung banyak gizi diantaranya protein, lemak nabati,
karbohidrat, serat, Ca, Mg, Fe, sodium, vitamin A, dan vitamin C. Dan juga salah
satu teknik budidaya sayur yang cukup efektif dan efisien adalah dengan
menggunakan teknik hidroponik (Anis, 2016) .
2.2 Hidroponik
Hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman tanpa menggunakan
media tanah, melainkan menggunakan air sebagai media tanamnya. Keuntungan
hidroponik adalah: (a) tidak memerlukan lahan yang luas (b) mudah dalam
perawatan (c) memiliki nilai jual yang tinggi. Sedangkan kelemahan hidroponik
adalah: (a) memerlukan biaya yang mahal (b) membutuhkan keterampilan yang
khusus (Roidah, 2014). Jenis hidroponik sangat beragam yaitu sistem irigasi tetes,

4
sistem wick, sistem Nutrient Film Tehnique (NFT). Jenis hidroponik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sistem wick (Hendra, 2014).
Hidroponik sistem wick sangat tepat digunakan bagi pemula yang ingin
bertanam dengan cara hidroponik, karena prinsipnya yang mendasar hanya
memanfaatkan kapilaritas air. Keunggulan lainnya adalah tidak memerlukan
perawatan khusus, mudah dalam merakit, portabel (dapat dipindahkan), dan cocok
di lahan terbatas (Diah, 2015).
2.3 Nutrisi Hidroponik
Nutrisi hidroponik merupakan sumber makanan untuk tanaman berupa
cairan, nutrisi yang juga penting untuk pertumbuhan, selain itu nutrisi juga
berfungsi untuk memberikan kualitas hasil yang bagus untuk tanaman hidroponik
sehingga harus tepat komposisinya. Tanaman membutuhkan 16 unsur hara atau
nutrisi untuk pertumbuhan yang berasal dari udara, air, pupuk. Unsur-unsur yang
paling dasar yaitu C (Carbon), H (Hydrogen) dan O (Oxygen). Nutrisi makro akan
diserap oleh tanaman dalam jumlah banyak dan lebih dikenal dengan makanan
tumbuhan yaitu N (Nitrogen), P (Fosfor) dan K (Kalium), ketiganya sering
digunakan untuk setiap tanaman (Wijayanto, 2015).
Konsentrasi larutan nutrisi yang digunakan dalam budidaya dengan sistem
hidroponik merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan.Hal ini karena
setiap jenis tanaman memerlukan tingkatan konsentrasi hara yang
berbeda.Konsentrasi larutan nutrisi menunjukkan kepekatan zat-zat yang ada di
dalamnya.Larutan nutrisi dengan kepekatan terlalu rendah ataupun terlalu tinggi
dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Sulistyowati dan Nurhasanah, 2021).
2.4 Pupuk Organik Cair (POC)
Pupuk organik cair merupakan pupuk organik yang berbentuk cairan atau
larutan yang mengandung unsur hara tertentu yang bermanfaat bagi pertumbuhan
tanaman. Bahan baku pupuk organik cair dapat berasal dari berbagai macam
bahan organik yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Secara kualitatif,
kandungan unsur hara yang ada dalam pupuk organik tidak dapat lebih tinggi
daripada pupuk anorganik atau pupuk kimia, namun beberapa penelitian
menunjukkan bahwa dengan pemberian pupuk organik cair pada tanaman mampu

5
meningkatkan produksi tanaman melalui aktivasi mikroorganisme yang terkandug
didalamnya maupun yang ada di lingkungan (Bachtiar, 2014).
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak
beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun
atau disebut sebagai pupuk cair Foliar yang mengandung hara makro dan mikro
esensial ( N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, dan bahan organik). Pupuk organik
cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, juga membantu
meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, dan
mengurangi penggunaan pupuk anorganik (Yuanita, 2015).
Mikro Organisme Lokal atau kumpulan mikro organisme yang dapat
digunakan sebagai pupuk mikroba bagi tanaman. Selain itu MOL juga dapat
digunakan untuk dekomposter dalam pembuatan kompos.Kegunaan MOL sebagai
pupuk tergantung dari bahan MOL itu sendiri. Misalnya pupuk dengan kandungan
N tinggi untuk masa pertumbuhan tanaman bahan dasarnya dari akar tanaman
kacang-kacangan atau daun-daunan terutama dari jenis leguminacea (gamal,
lamtoro dll).  Untuk pupuk dengan kandungan P tinggi untuk masa pembentukan
buah, bahan dasarnya batang pisang. Pupuk dengan kandungan K tinggi bahan
dasarnya sabut kelapa.Tetapi selain ketiga jenis tersebut diatas sebetulnya semua
bahan organik baik dari unsur tumbuhan maupun binatang bisa dijadikan bahan
MOL dan bisa diaplikasikan untuk pupuk cair (Hadinata, 2015).
2.5 AB Mix
Pada umumnya nutrisi hidroponik menggunakan nutrisi A dan nutrisi B
ataupun campuran nutrisi A dan B. Nutrisi ini kita dapatkan dalam keadaan siap
pakai di toko khusus hidroponik. Kandungan yang terdapat dalam nutrisi A yaitu
kalsium amonium nitrat, kalium nitrat dan Fe-EDTA serta Fe sedangkan nutrisi B
berisi kalium dihidro sulfat, amonium sulfat, magnesium sulfat, mangan sulfat,
tembaga sulfat, seng sulfat, asam borat, dan amonium molibdat (Sutiyoso, 2016).
Nutrisi hidroponik saat ini dikenal dengan pupuk AB Mix, pupuk ini
adalah pupuk anorganik yang sudah dirancang khusus untuk pertumbuhan
tanaman hidroponik dan memiliki nilai jual yang tinggi. Salah satu alternatif
untuk mengurangi pembelian pupuk AB Mix, yaitu dengan memanfaatkan pupuk
anorganik yang tersedia ditoko saprodi serta pemanfaatan limbah ternak seperti

6
urine sapi yang mengandung unsur hara makro dan mikro. Pemberian jenis pupuk
NPK yang paling efisien terhadap hasil buah tanaman Tomat varietas antarloka
adalah 50 kg N, 75 kg P2O5, dan 75 kg K2O per hektar. (Sulistyowati dan
Nurhasanah, 2021).
Saat ini banyak jenis nutrisi yang digunakan dalam budidaya tanaman
secara hidroponik, salah satunya adalah nutrisi AB mix agrifarm. Larutan
nutrisi AB mix agrifarmmerupakan larutan hara yang lengkap terdiri dari
larutan hara stok Ayang berisi unsur hara makro dan stok B berisi larutan
unsur hara mikro. Pemberian nutrisi AB mix agrifarm pada tanaman akan
memenuhi unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat tumbuh
dengan baik dan sehat. Untuk kebutuhan tersebut pemberian dosis yang tepat pada
nutrisiAB mix agrifarm sangat perlu dilakukan pengujian pada berbagai jenis
tanaman-tanaman sayuran (Sukasana, 2019).

7
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
3.1.1 Pembuatan POC
Pelaksanaan praktikum pembuatan POC dilaksanakan pada hari Selasa, 14
September 2021 pukul 16.00 – selesai yang bertempat di Teaching Farm Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.1.2 Pembuatan Instalasi Hidroponik
Pelaksanaan praktikum pembuatan instalasi hidroponik dilaksanakan pada
hari Selasa, 21 September 2021 pukul 16.00 – selesai yang bertempat di
Greenhouse Perumahan BTN Antara, Jalan Perintis Kemerdekaan 3 Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Pembuatan POC
Alat yang digunakan adalah ember berukuran 20 liter, botol bekas
berukuran 1,5 liter, selang kecil, pisau, gunting, lakban dan karung berukuran 25
kg.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah limbah sayur 1 kg, daun
gamal 1 kg, batang pisang bagian dalam 1 kg, EM4, gula merah cair 1,5 liter, air
cucian beras 1,5 liter, air kelapa 1,5 liter, pisang yang sudah dihaluskan 1 kg, 3
bungkus terasi dan sabun colek.
3.2.2 Pembuatan Instalasi Hidroponik
Alat yang disiapkan untuk membuat rangkaian instalasi hidroponik adalah,
meteran, spidol, gergaji pipa, mata gergaji, bor pipa ½ inci, bor pipa 1 set, kawat
pengikat 5 m, timer 1 buah, isolasi, tang, obeng, dan cutter.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan rangkaian instalasi hidroponik
adalah Pipa PVC 3 inci 1 batang, pipa PVC 1 inci 2 batang, pipa PVC ½ inci 1
batang, lem pipa, dop pipa 3 inci 8 buah, dop pipa 1 inci 18 buah, sambungan T
1½ inci 24buah, sambungan L 1½ inci 14 buah, sambungan L ½ inci 10 buah,
sambungan lurus dari 1½ inci ke ½ inci 2 buah, bor pipa 2 inci 1 buah, sterofoam
1 lembar, gelas plastik 32 buah, sambungan skrup ½ inci 1 buah, skrup 4 biji, lem
pipa 1 tube, lem silikon 1 tube,

8
3.3 Metode Praktikum
3.3.1 Pembuatan POC
1. Potong buah pisang, limbah sayur, daun gamal, batang pisang bagian
dalam hingga menjadi bagian-bagian kecil.
2. Masukkan semua bahan yang telah di potong kedalam karung di dalam
ember.
3. Campurkan air, gula merah cair 1,5 Liter, Air cucian beras 1,5 liter, air
kelapa 1,5 liter, terasi 3 sachet, dan EM4 2 tutup botol.
4. Aduk pupuk dalam karung.
5. Oles permukaan tutup ember dengan sabun colek.
6. Lubangi tutup ember dan masukkan selang kedalam karung melalui lubang
yang di buat.
7. Tutup ember dan rekatkan dengan selotip agar udara tidak masuk kedalam
ember.
8. Masukkan ujung selang lain kedalam botol yang telah di isi air.
9. Lakukan pengadukan POC.
3.3.2 Pembuatan Instalasi Hidroponik
1. Siapkan pipa air 3 inci kemudian potong sesuai ukuran yang dinginkan,
biasanya sekitar 125 cm.
2. Buat lubang tanam sesuai wadah tanam yang akan digunakan sebanyak 7 –
8 buah sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam.
3. Pada salah satu dop penutup pipa dibuat lubang (inlet) sekitar ½ inci dan
dipasang pipa ½ untuk pemasukan larutan nutrisi. Pada dop penutup yang
bersebelahan dengan pipa inlet, dibuat lubang outlet dan dipasang pipa ½
inci untuk mengalirkan larutan nutrisi ke pipa penanaman dibagian
bawahnya.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Parameter Pengamatan Tanaman Pakcoy Selama 6 Minggu
Tinggi
Pengamatan ke- Jumlah Daun
Tanaman
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Tanaman ke-
1 3 5,3 9,4 13,2 17 22,2 4 8 13 16 18 21
2 3,4 5,7 9 13 17,7 21,8 4 7 13 17 19 22
3 3 5,3 9,2 13,4 17,5 22 4 7 12 16 19 21
4 3 5 9,7 12,8 17,2 21,6 4 8 12 15 17 20
5 3 5,8 8,8 13,2 17,6 21,9 3 6 11 14 16 19
6 2,9 6,2 9,1 13,1 18,3 22,4 3 7 13 16 19 22
7 3 6,5 9,4 13 18,2 22,1 3 7 12 15 18 21
8 3,4 6 9,9 12,7 17,6 22 4 8 13 15 18 22
9 3,3 4,7 9 12,9 17,5 21,8 4 8 14 16 19 21
10 2,8 5,5 9,3 13,3 18,1 21,7 3 7 12 15 17 20
11 3,1 5,8 9,1 13,1 18 21,9 4 7 12 15 18 21
12 3 6,1 9,4 12,7 17,6 22,2 4 6 11 14 17 20
13 3,2 5,6 9 12,8 17,7 22 3 6 11 15 18 22
14 3,1 5,9 9,6 13,3 18 22 4 8 13 16 19 21
15 3 6 8,7 13,4 18,1 22,1 2 7 12 15 19 22
16 3,4 5,7 8,9 13 17,6 21,8 2 8 13 16 19 21
17 3 6 9 13,2 17,9 21,7 2 8 12 15 18 20
18 2,8 5,8 9,2 13,1 18,2 22,2 3 8 13 15 18 22
19 2,9 5,5 9,3 13,5 17,7 22,3 3 7 11 14 17 20
20 3 6,2 8,9 12,8 17,4 21,5 4 7 12 14 17 20
21 3,2 5,8 8,7 13 17,6 21,8 4 6 11 15 19 22
22 3 6,2 8,9 12,8 18,1 21,6 4 6 11 14 18 20
23 3 6 9,3 13,2 18 22,2 3 7 12 15 17 21
24 2,9 5,6 8,8 13 17,8 21,9 3 8 13 16 19 22
3,0 5,7 9,1 13,0
Rata-Rata 17,7 21,9 3,3 7,1 12,1 15,1 18,0 20,9
6 6 5 6 5 5 8 7 7 7 4 6

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021

10
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum diatas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan
tinggi tanaman dari pengamatan minggu pertama hingga keenam mengalami
peningkatan yang begitu signifikan pada tanaman pakcoy yang ditanam di media
hidroponik dengan perlakuan nutrisi POC dan AB Mix. Hal ini disebabkan karena
adanya unsur hara penting yang terdapat pada AB Mix dan juga POC yang sangat
membantu dalam pertumbuhan tanaman pakcoy. Sutedjo (2015) menjelaskan
bahwa tanaman tidak akan memberikan hasil yang maksimal apabila unsur hara
yang diperlukan kurang cukup. Unsur hara yang terkandung dalam AB Mix dan
juga POC mampu mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman khususnya pada
media tanam menggunakan hidroponik.
Jumlah daun dari tanaman pakcoy yang tumbuh dan bertahan hingga
akhir pengamatan terjadi perubahan yaitu pertambahan jumlah daun setiap
minggunya. Hal ini disebabkan oleh kandungan nitrogen pada POC dan AB Mix
yang menyuplai pertumbuhan tanaman pakcoy termasuk pertumbuhan daun.
Unsur nitrogen yang tersedia dalam jumlah cukup dapat meningkatkan jumlah
daun dan laju fotosintesis tanaman, sehingga daun dapat menghasilkan fotosintat
dan energi yang lebih tinggi untuk pertumbuhan dan produksinya (Haryono et al.,
2016).
Tanaman pakcoy yang tumbuh pada media hidroponik mendaptkan suplai
makanan dari unsur hara yang diberikan yaitu POC dan AB Mix, tanaman ini bisa
tumbuh dengan baik karena memperoleh zat hara yang dapat mendukung tumbuh
kembangnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rukmana (2014) yang menyatakan
bahwa tanaman memiliki kemampuan dalam mengambil unsur hara dari media
tanam untuk menunjang pertumbuhannya.

11
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa nutrisi hidroponik merupakan sumber makanan untuk tanaman berupa
cairan, nutrisi yang juga penting untuk pertumbuhan, selain itu nutrisi juga
berfungsi untuk memberikan kualitas hasil yang bagus untuk tanaman hidroponik
sehingga harus tepat komposisinya. Dalam budidaya tanaman secara hidroponik
nutrisi merupakan faktor penting yang harus diperhatikan untuk menunjang
pertumbuhan tanaman. Adanya nutrisi atau unsur hara yang terdapat pada AB Mix
dan juga POC sangat membantu dalam pertumbuhan tanaman pakcoy karena
setiap jenis tanaman memerlukan tingkatan konsentrasi hara yang berbeda.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum ini praktikan lebih menjaga dan
memperhatikan lagi tanaman yang berada di Greenhousen agar kerusakan dan
kematian tanaman dapat diminimalisir dan juga diharapkan untuk asisten agar
lebih memperdulikan dan memberikan arahan kepada praktikan agar semua
kegiatan praktikum dapat berjalan sebagaimana mestinya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Abidin.2015. Cara Menanam Sawi Sendok/Pakcoy. Penebar Swadaya. Jakarta.

Al-Kodmany. K, 2018, The Vertical Farm: A Review of Developments and


Implications for the Vertical City, Buildings, 8, 24;
doi:10.3390/buildings8020024.

Aulia Nurabity, Sugeng Triyono, Ahmad Tusi, 2014. Pengaruh Naungan


Terhadap Pertumbuhan Sawi (Brassica Juncea L.) Pada Sistem
Hidroponik Dft (Deep Flow Technique). Jurnal Teknik Pertanian
LampungVol.3, No. 2: 103-110

Bachtiar, Taufiq. dkk., 2014. Pengaruh Pupuk Organik Cair Terhadap Kontribusi
Introgen Yang Ditentukan Dengan Teknik Isotop 15N dan Pertumbuhan
Tanaman Sorghum”. Skripsi. Jakarta: Universitas Al-Azhar.

Diah, A.S. 2015. Hidroponik Wick System. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Hadinata, I. 2015. Membuat Mikroorganisme Lokal. Jakarta : Rajawali Press.

Haryono, Azizah, N., G. dan Tujiyanta. 2016. Respon Macam Pupuk Organik
Macam Mulsa terhadap Hasil Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.)
var. tosakan. Vigor Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika. 1 (1) :
44-51.

Hendra, H. A., Andoko, A. 2014. Bertanam Sayuran Hidroponik Ala Paktani


Hydrofarm. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Istiqamah, 2014. Menanam Hidroponik. Jakarta: Azka Press.

Nicholls, C.R. 2014.Beginning Hydroponik Soiles Gardening: Hidroponik


Bercocok Tanam Tanpa Tanah.Semarang : Dahara Prize.

Roidah, Ida Syamsu. 2014 . Pemanfaatan Lahan dengan Menggunakan Sistem


Hidroponik. Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo Vol. 1.No.2 Tahun
2014.

Rukmana, 2014. Meningkatkan Hasil Panen dengan Pupuk Kandang Kambing


pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.). J.
Produksi Tanaman. 4 (5) : 35-41.

Setiawan, 2014. Pengaruh Dosis Vermikompos Terhadap Pertumbuhan Pakcoy


(Brassica chinensis L). Skripsi. Universitas Lampung. 2: 8–15- 8–15.

13
Sukasana, I. Wayan, I. Nengah Karnata, And Budi Irawan. "Meningkatkan
Pertumbuhan Dan Hasil Pakcoy (Brassica Juncearapal.) Dengan Mengatur
Dosis Nutrisi Ab Mix Agrifarm Dan Umur Bibit Secara Hidroponik
Sistem Nft." Ganec Swara 13.2 (2019): 212-220.

Sulistyowati, Lilik, and Nurhasanah Nurhasanah."Analisa Dosis AB Mix


Terhadap Nilai TDS Dan Pertumbuhan Pakcoy Secara
Hidroponik." Jambura Agribusiness Journal 3.1 (2021): 28-36.

Sutedjo. 2015. Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergaji dan Arang Sekam sebagai

Media Sapih untuk Pakchoy (Brassica rapa L.) Jurnal Sylva Lestari.
Vol. 2 (3) : 49-58. Sutiyoso Y. 2016. Meramu Pupuk Hidroponik
Tanaman Sayuran, Tanaman Buah, Tanaman Bunga. Jakarta : Penebar
Swadaya

Wijayanto, Ari. 2015. Budidaya10 Sayuran Paling Favorit. Yogyakarta: Araska


Publisher.

Yuanita, Sendani. 2015. Pupuk Organik Cair. Jakarta: Erlangga.

14
LAMPIRAN

Gambar 1- 4. Proses Pembuatan POC

Gambar 5. Penyemaian Pakcoy

15
Gambar 6. Pembersihan Pipa Hidroponik

Gambar 7. Pembuatan Larutan AB Mix

Gambar 8. Pelarutan Nutrisi ke dalam Tangki

16
Gambar 9-11. Pengamatan Tiap Minggu

17
Laporan Praktikum
Nutrisi Tanaman

NUTRISI HIDROPONIK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM WICK

NAMA : MUH. YASRIL HIDAYAT AL-HASNI


NIM : G011191121
KELOMPOK :3
KELAS : NUTRISI TANAMAN A
ASISTEN : MUTHIA MUHSANA MUKHLIS

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidroponik merupakan cara bercocok tanam tanpa menggunakan media
tanah. Media yang dapat digunakan seperti air atau bahan porous lainnya seperti
kerikil, pecahan genteng, arang sekam, pasir, dan batu bata. Sistem sumbu
merupakan salah satu sistem hidroponik. Sistem sumbu pada hidroponik ini
memanfaatkan prinsip kapilaritas larutan nutrisi yang akan diserap langsung oleh
tanaman melalui sumbu. Sistem ini bersifat pasif, karena tidak ada bagian-bagian
yang dapat bergerak. (Susilowati et al,2015).
Sistem wick sangat tepat digunakan bagi pemula yang ingin bertanam
dengan cara hidroponik. Hal ini karena sistem ini hanya memanfaatkan kapilaritas
air (naiknya air dengan menggunakan sumbu). Keunggulan dari sistem wick
adalah tidak memerlukan perawatan khusus, mudah dalam merakit, portabel dan
cocok di lahan terbatas. Tanaman yang telah dibudidayakan dengan sistem ini
antara lain buah dan syuran (tanaman semusim) seperti stroberi, bayam,
kangkung, pakcoy, selada, tomat, sawi, dan lain-lain (Kamalia et al, 2017).
Sistem tanam dengan menggunakan hidroponik tetap membutuhkan sinar
matahari dan udara, tetapi tidak lagi membutuhkan tanah sebagai media
tanamnya.Tanaman hanya membutuhkan nutrisi yang cukup setiap harinya. Salah
satu keuntungan cara menumbuhkan tanaman dengan hidroponik yaitu tidak
memerlukan lahan yang luas (Saputra et al 2018).
Kangkung termasuk sayuran yang populer di Indonesia.Tanaman ini
berasal dari daerah tropis, terutama daerah Afrika dan Asia. Kangkung
mengandung gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi,
natrium, kalium, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Kebutuhan kangkung darat
semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya gizi. Produksi kangkung darat di tingkat petani di Jawa Tengah masih
tergolong rendah yaitu rata-rata 8 ton/ha, dibandingkan dengan potensi hasil
tanaman kangkung yaitu rata-rata 25 ton/ha (Inggah, dkk., 2015).
Terdapat beberapa model hidroponik. Wick system dikenal sebagai
hidroponik sederhana yang mudah dikerjakan dalam melakukan budidaya

19
tanaman. Pada prinsipnya wick system hanya menggunakan sumbu yang
menghubungkan antara larutan unsur hara dengan media tanam yang merupakan
tempat tumbuhnya tanaman.Sumbu yang digunakan untuk menghubungkan media
tanam dan larutan unsur hara adalah kain flanel yang memiliki daya kapilaritas
yang baik (Kaleka, 2019).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan
tanaman kangkung pada budidaya secara hidroponik dengan menggunakan sistem
wick dengan bahan organik/alami
Kegunaan praktikum ini adalah mahasiswa dapat memahami bagaimana
pertumbuhan tanaman kangkung pada budidaya secara hidroponik dengan sistem
wick.

20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kangkung
Kangkung (Ipomea aquatica) adalah tanaman sayur-sayuran yang
dikonsumsi sebagai makanan. Kangkung banyak ditemui dikawasan asia dan
merupakan tanaman yang habitatnya ditempat berair. Berdasarkan taksonominya
kangkung diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Family : Convolvulaceae
Genus : Ipomea
Spesies : Ipomea aquatica
Kangkung merupakan sayuran yang tidak memerlukan teknik penanaman
khusus sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Tanaman ini juga termasuk
tanaman dengan akar yang tidak terlalu kuat yang merupakan salah satu syarat
untuk dipelihara dalam sistem akuaponik yaitu dengan menggunakan sistem filter
yang sangat sederhana (Ria, 2021).
Kangkung memiliki gizi yang tinggi, yaitu vitamin A, B, C, protein,
kalsium, fosfor, sitosterol dan bahan mineral terutama zat besi. Dari berbagai
kandungan tersebut, kangkung memiliki sifat anti racun, anti radang, sedatif atau
penenang. Kangkung juga biasanya dapat hidup dengan baik di daratan tinggi
maupun daratan rendah sehingga tanaman ini tergolong cukup mudah
dibudidayakan dan dipelihara (Ocsan et al, 2021).
Kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan memiliki cabang-
cabang yang akan menyebar kesegala arah. Akarnya mampu menembus tanah
hingga mencapai kedalaman 60-100 cm, dan melebar secara horizontal hingga
radius 150 cm atau bahkan lebih, terutama pada kangkung air. Pada bagian
batangnya, kangkung mempunyai bentuk batang yang membulat dan berlubang
serta banyak mengandung banyak air.Batang pada kangkung berbuku-buku, dan

21
biasanya sering tumbuh akar. Kangkung memiliki tangkai daun yang terdapat
pada buku-buku batang (Ria, 2021).
Kangkung bisa dipanen jika sudah berumur 21-30 hari setelah ditanam.
Tanaman kangkung dipanen dengan cara memotong tanaman kangkung bagian
bawah tanaman. Setelah dipotong tanaman kangkung bisa tumbuh kembali
dengan cara pemeliharaan yang sama. Proses pemanenan bisa terus berlangsung
sampai dengan tiga kali panen. Kangkung yang sudah dipanen kemudian
dibersihkan. Setelah itu, beberapa kangkung dapat diikat kemudian dikemas
dalam plastik yang telah dilubangi supaya dapat menambah kemampuan daya
simpan dari kangkung tersebut (Nurul, 2018).
2.2 Hidroponik Wick System
Hidroponik merupakan cara menanam dengan media cair ataupun tanpa
menggunakan tanah. Hal ini sangat membantu masyarakat dalam berkebun di
lahan yang sempit dengan bantuan beberapa media tanam dan cukup mudah
dilakukan oleh masyarakat. Hidroponik merupakan kegiatan penanaman dengan
media air yang mengandung nutrisi (Roidah, 2015).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam penanaman
secara hidroponik diantaranya yaitu metode yang digunakan, media, unsur hara
dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Hidroponik wick system pada sayuran
terhadap pengaruh media tanah granul dari tanah liat menunjukkan bahwa
hidroponik wick system dapat menyerap unsur hara dengan baik dan dapat bekerja
sama dengan media. Media yang digunakan pada penanaman secara hidroponik
juga dapat menyokong dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Media tanam
zeolit dapat mengikat air dan unsur hara pada tanaman. Selain itu media
dengan kandungannutrisi tertentu seperti arang sekam, dan serbukgergaji dapat
bekerjasama dengan unsur hara pada hidroponik (Maharani, 2018).
Dalam budidaya hidroponik, sistem yang paling sederhana yaitu sistem
sumbu (wick system). Sistem sumbu adalah metode hidroponik yang
menggunakan perantara sumbu sebagai penyalur larutan nutrisi bagi tanaman
dalam media tanam. Sistem ini bersifat pasif, karena tidak ada bagian-bagian yang
bergerak. Hidroponik wick system pada sayuran terhadap pengaruh media tanam
granul dari tanah liat menunjukkan bahwa hidroponik wick system dapat

22
menyerap unsur hara dengan baik dan dapat bekerja sama dengan media. Media
yang digunakan pada penanaman secara hidroponik juga dapat menyokong dan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Marlina et al 2015),
2.3 Nutrisi Hidroponik Organik
Nutrisi hidroponik merupakan sumber makanan untuk tanaman berupa
cairan, nutrisi yang juga penting untuk pertumbuhan, selain itu nutrisi juga
berfungsi untuk memberikan kualitas hasil yang bagus untuk tanaman hidroponik
sehingga harus tepat komposisinya. Tanaman membutuhkan 16 unsur hara atau
nutrisi untuk pertumbuhan yang berasal dari udara, air, pupuk. Unsur-unsur yang
paling dasar yaitu C (Carbon), H (Hydrogen) dan O (Oxygen). Nutrisi makro akan
diserap oleh tanaman dalam jumlah banyak dan lebih dikenal dengan makanan
tumbuhan yaitu N (Nitrogen), P (Fosfor) dan K (Kalium), ketiganya sering
digunakan untuk setiap tanaman (Wijayanto, 2015).
Konsentrasi larutan nutrisi yang digunakan dalam budidaya dengan sistem
hidroponik merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan.Hal ini karena
setiap jenis tanaman memerlukan tingkatan konsentrasi hara yang
berbeda.Konsentrasi larutan nutrisi menunjukkan kepekatan zat-zat yang ada di
dalamnya.Larutan nutrisi dengan kepekatan terlalu rendah ataupun terlalu tinggi
dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Sulistyowati dan Nurhasanah, 2021).
2.3.1 Bubuk Teh
Limbah teh dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman karena
mengandung karbohidrat yang berperan untuk pembentukan klorofil pada daun-
daun yang mengalami pertumbuhan di tempat yang gelap.Kandungan yang
terdapat di limbah teh selain polyphenol juga terdapat sejumlah vitamin B
kompleks kira-kira 10 kali lipat sereal dan sayuran.Limbah teh biasanya diberikan
pada semua jenis tanaman. Hal itu dikarenakan limbah teh tersebut mengandung
Karbon Organik, tembaga (Cu) 20%, magnesium (Mg) 10% dan Kalsium 13%
sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman (Kinasih, 2020).
Ampas teh dengan kadar tiga gram mampu memberikan kandungan seperti
nitrogen (N) sebagai pemicu pertumbuhan daun dan batang serta membantu
pertumbuhan akar, seng (Zn) berperan dalam pembentukan hormon auksin yang
dapat bermanfaat untuk merangsang perpanjang sel batang dan sel akar, kalsium

23
(Ca) yang dapat berperan membantu pertumbuhan ujung akar dan juga
pembentukan bulu akar (Andikasari, 2017).
Teh mengandung senyawa-senyawa bermanfaat seperti polyphenol,
tehofilin, flavonoid, tanin, vitamin C dan vitamin E serta sejumlah mineral Zn, Se,
Mo, Ge dan Mg. Kandungan teh yang berupa mineral tersebut merupakan unsur-
unsur esensial yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Air teh basi bermanfaat
memperbaiki kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan akar, batang dan
daun.Kandungan yang terdapat pada air teh basi adalah karbon organik, Tembaga
(Cu) 20%, Magnesium (Mg) 10% dan Kalsium (Ca) 13% (Reskiani, 2019).
2.3.1 Bubuk Kopi
Limbah kopi mengandung 1,2% Nitrogen, 0,02% Fosfor, dan 0,35%
Kalium. Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi tanaman, terlebih saat
pertumbuhan vegetatif, daun, akar, dan batang. Apabila unsur Nitrogen dalam
tanah tercukupi, jumlah klorofil akan meningkat sehingga mampu meningkatkan
aktivitas fotosintesis. Fosfor diketahui mampu mempengaruhi metabolisme
sehingga pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi sel berjalan dengan
lancar.Kalium juga bermanfaat dalam aktivasi enzim, fotosintesis, transport gula,
dan pembentukan protein (Kinasih, 2020).
Senyawa yang terkandung dalam limbah kopi seperti kafein larut dalam air
sehingga dapat menyediakan unsur hara yang diperlukan oleh pertumbuhan
tanaman.Kafein termasuk golongan senyawa alkaloid yang bersifat basa dan
mengandung nitrogen.Pada limbah cair, konsentrasi taninnya cenderung lebih
rendah karena telah larut bersama air. Pada penggunaan kadar tinggi (lebih dari 5
gram) bahan yang memiliki kandungan tanin dapat menurunkan kapasitas
oksidasi alphanaphtylamine di akar dan menghambat pertumbuhan akar dan
batang. Tanin akan menghambat pertumbuhan dengan cara melukai akar yang
mengakibatkan tanaman menjadi kerdil (Kinasih, 2020).
Ampas kopi terdapat nitrogen, fosfor (P) yang mendorong pertumbuhan
akar muda, kalium (K) dapat menguatkan batang pada tanaman, ampas kopi dapat
berguna sebagai penambah asupan Nitrogen, Fosfor, Kalium (NPK) yang
dibutuhkan oleh tanaman sehingga dapat menyuburkan kualitas tanah dengan
kadar tiga gram (Andikasari,2017).

24
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik Wick System
Sistem wick merupakan salah satu metode dari hidroponik yang
menggunakan sumbu atau penyambung antara nutrisi dengan media tanam.
Sistem ini yang paling simpel dan sederhana. Sumbu yang digunakan adalah
sumbu yang memiliki daya kapilaritas tinggi serta cepat lapuk. Sumbu terbaik
adalah kain flanel maka cocok digunakan untuk sistem wick. Kelebihan dan
kekurangan sistem hidroponik wick adalah tanaman mendapat suplai air dan
nutrisi secara terus-menerus, biaya alat yang murah, mempermudah perawatan
karena kita tidak perlu lagi melakukan penyiraman, dan pastinya tidak tergantung
lagi dengan aliran listrik (Narulita et al, 2019).
Sistem wick sangat tepat digunakan bagi pemula yang ingin bertanam
dengan cara hidroponik. Hal ini disebabkan karena pada prinsipnya hanya
memanfaatkan kapilaritas air (naiknya air dengan menggunakan sumbu).
Keunggulan dari sistem wick adalah tidak memerlukan perawatan khusus, mudah
dalam merakit, portabel dan cocok di lahan terbatas. Hidroponik sumbu (wicks)
adalah salah satu metode hidroponik yang sederhana dengan menggunakan sumbu
sebagai penghubung antara nutrisi dan bagian perakaran pada media tanam. Salah
satu kelemahan hidroponik sistem sumbu yaitu larutan nutrisi tidak tersirkulasi
sehingga biasanya rawan ditumbuhi oleh lumut, dan pertumbuhan tanaman
sedikit lebih lambat (Kamalia et al, 2017).

25
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini terdiri atas dua tahap pengerjaan , yaitu pembuatan media
hidroponik sistem wick yang dilaksanakan di Kebun Percobaan (Experimental
Farm) Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin pada hari Selasa, 28 September
2021 pukul 16.00 – 18.00 WITA. Penyemaian dan pembuatan larutan fermentasi
yang dilaksanakan di Kompleks Perumahan Pegawai Kantor Gubernur Blok K9
No 1 Pccerakkang Daya pada hari Rabu, 29 September 2021, pukul 19.00 – 20.00
WITA. Dan pemindahan media tanam dilaksanakan di Kompleks Perumahan
Pegawai Kantor Gubernur, Pccerakkang Daya Blok K9 No 1 pada hari Minggu,10
Oktober 2021, pukul 10.00 – 11.00 WITA.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah sterofoam, netpot, talang, rockwool, kain
flannel, botol bekas berukuran 1,5 liter, cutter, gunting.
Bahan yang digunakan berupa benih kangkung, air, air larutan teh 1 liter,
dan air larutan kopi 1,5 liter.
3.3 Metode Praktikum
3.3.1 Pembuatan Instalasi Hidroponik
Sistem Wick Dalam pembuatan instalasi hidroponik sistem wick terdapat
beberapa langkah yang dilakukan, yaitu:
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengukur diameter lubang netpot pada bagian atas sterofoam.
3. Melubangi bagian atas sterofoam sesuai diameter netpot yang telah diukur
menggunakan cutter.
4. Memotong kain flannel dengan lebar 1,5 cm dengan panjang yang disesuaikan
dengan ketinggian bawah netpot dengan dasar sterofoam.
5. Memasukkan dua lembar kain flannel secara selang seling pada bagian bawah
netpot.
6. Memasukkan netpot kedalam sterofoam yang telah dilubangi
3.3.2 Penyemaian benih kangkung

26
Dalam proses penyemaian benih kangkung terdapat beberapa langkah yang
dilakukan, yaitu:
1. Menyiapkan alat dan bahan, seperti rockwool, cutter, talang, benih kangkung
dan air.
2. Melakukan perendaman benih kangkung selama 1 hari atau 24 jam.
3. Memotong rockwool menggunakan cutter membentuk kubus dengan ukuran 2
x 2 cm sebanyak 15 buah.
4. Memasukkan rockwool yang telah dipotong kedalam talang.
5. Menambahkan air kedalam talang hingga semua rockwool menyerap air
6. Memasukkan 2 benih kangkung yang telah direndam kedalam masing-masing
kubus.
7. Menutup talang semai dengan plastik hitam selama beberapa hari.
3.3.3 Pembuatan larutan nutrisi
Dalam pembuatan nutrisi terdapat beberapa langkah yang dilakukan, yaitu:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pembuatan nutrisi
seperti dua buah botol bekas berukuran 1 liter, dua buah wadah, sendok, air teh
1 liter dan air kopi 1 liter.
2. Memasukkan air teh dan air kopi kedalam masing-masing wadah.
3. Memasukkan kedua larutan ke dalam botol bekas ukuran 1,5 liter.
5. Menutup botol tidak terlalu rapat untuk mencegah terjadi penguapan

27
DAFTAR PUSTAKA
Andikasari, Ria. 2017. Pemanfaatan Ampas teh dan Ampas Kopi Sebagai
Penambah Nutrisi Pada Pertumbuhsn Tanaman Tomat (Solanum
lycopersicum) dengan Media Hidroponik.Skripsi.Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Inggah, H. N., H. Windiyani dan Y.Yarwati. 2015. Budidaya Kangkung.
http://www.academia.edu/8354987/budidaya _kangkung.Diunduh 2 Juli
2015.
Kaleka, N. (2019). Hidroponik sumbu wick & rakit apung. Bantul: Pustaka Baru
Press
Kamalia, S., Dewanti, P., & Soedradjad, R. (2017).Teknologi Hidroponik Sistem
Sumbu pada Produksi Selada Lollo Rossa (Lactuca sativa L.) dengan
Penambahan CaCl2 sebagai Nutrisi Hidroponik | JURNAL
AGROTEKNOLOGI. Jurnal Agroteknologi, 11(1). doi:
Kinasih, Linggar Dwi. Pengaruh pemberian limbah Kopi dan limbah Teh pada
media tanam terhadap pertumbuhan tanaman Semangka (Citrullus
vulgaris).Diss. UIN Sunan Ampel Surabaya, 2020.
Maharani, Asih, Suwirmen Suwirmen, and Zozy Aneloi Noli."Pengaruh
konsentrasi giberelin (GA3) terhadap pertumbuhan kailan (Brassica oleracea
L. Var alboglabra) pada berbagai media tanam dengan hidroponik wick
system." Jurnal Biologi Unand 6.2 (2018): 63-70.
Marlina, I. Triyono, S. Tusi, A. 2015. Pengaruh Media Tanam Granul dari Tanah
Liat terhadap Pertumbuhan Sayuran Hidroponik Sistem Sumbu. Jurnal
Teknik Pertanian Lampung Vol 4, No 2 : 143-150.
Nurul, Aini and Nur Azizah, Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara
Hidroponik (Malang: UB Press, 2018)
Ocsan, R. Raharjo, J. Safitri, I. 2021. Klasifikasi Kesegaran Sayur Kangkung dan
Deteksi Terpapar Bahan Kimia Menggunakan Metode Glcm dan Knn.
eProceedings of Engineering, 8(2).
Reskiani, Suci. Uji Variasi Larutan Nutrisi dengan Penambahan Ekstrak Teh
terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam Hijau (Amaranthus tricolor L.)

28
Pada Sistem Hidroponik. Diss. Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, 2019.
Ria, Septiani. Pengaruh Tanaman Kangkung (Ipomea Aquatica) Terhadap
Konsentrasi Amonia Untuk Pertumbuhan Tanaman Pada Akuaponik
Sederhana. Diss. Uin Raden Intan Lampung, 2021.
Roidah, I. S. (2015). Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem
Hidroponik. Jurnal BONOROWO, 1(2), 43-49–49.
Saputra, H., Rudianto, R., Setiawan, D., & Nugroho, R. A. (2018).Desa wisata
hidroponik sebagai upaya pemberdayaan masyarakat Desa Sidomulyo
Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, 24(1), 587–593.
Sulistyowati, Lilik, and Nurhasanah Nurhasanah."Analisa Dosis AB Mix
Terhadap Nilai TDS Dan Pertumbuhan Pakcoy Secara
Hidroponik." Jambura Agribusiness Journal 3.1 (2021): 28-36.
Susilowati, E. Triyono, S. Sugianti, C. 2015. Pengaruh Jarak Lampu Neon
terhadap Pertumbuhan Tanaman Kalian (Brassica oleraceae) dengan
Sistem Hidroponik Sumbu di Dalam Ruangan. Jurnal Teknik Pertanian
Lampung, 4(4), 293-304.
Wijayanto, Ari. 2015. Budidaya10 Sayuran Paling Favorit. Yogyakarta: Araska
Publisher

29
LAMPIRAN

Gambar 12. Bahan Praktikum Gambar 13. Alat Praktikum

Gambar 14 – 16. Proses Kerja Praktikum

Gambar 17. Pembuatan Sistem Wick Gambar 18. Semaian Kangkung

30
Laporan Praktikum
Nutrisi Tanaman

GEJALA DEFISIENSI HARA

NAMA : MUH. YASRIL HIDAYAT AL-HASNI


NIM : G011191121
KELAS : NUTRISI TANAMAN A
KELOMPOK : 3
ASISTEN : MUTHIA MUHSANA MUKHLIS

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Unsur hara merupakan faktor yang cukup penting bagi pertumbuhan
tanaman yang dapat diibaratkan sebagai zat jumlah yang dibutuhkan tanaman,
unsur hara di bagi menjadi dua kelompok, yaitu unsur hara makro dan unsure hara
mikro. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang diburuhkan tanaman dalam
jumlah banyak, antara lain, Fosfor (P), Kalium (K), Nitrogen (N) belerang (S),
Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg). unsur hara primer (N, P, K) dan unsur hara
sekunder (S, Ca, Mg), sedangkan yang tergolong unsur hara mikro (dibutuhkan
dalam jumlah kecil, antara lain besi (fe), boron (B), mangan (Mn) seng (Zn),
tembaga (Cu) dan molybdenum (Mo) (Tando, 2018).
Tanaman memerlukan unsur hara terutama N, P, K saat fase vegetatif dan
generatif. Unsur N berperan untuk pembentukan karbohidrat, protein, lemak dan
persenyawaan organic lain dan unsur P berperan dalam pembentukan bagian
generatif tanaman. Unsur K berperan dalam memacu translokasi karbohidrat dari
daun ke organ tanaman (Pricillia, 2018).
Defisiensi atau kahat unsur hara adalah kekurangan meterial (bahan) yang
berupa makanan bagi tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Kebutuhan
tanaman akan nutrisi berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya, ada jenis
tanaman yang rakus makanan dan adapula yang biasa saja. Apabila tanaman tidak
dapat menerima hara yang cukup seperti yang dibutuhkan, maka pertumbuhannya
akan lemah dan perkembangannya tampak abnormal. Gejala yang terlihat meliputi
terhambatnya pertumbuhan akar, batang atau daun, serta klorosis atau nekrosis
pada berbagai organ. Pertumbuhan yang abnormal juga akan terjadi bila tanaman
menyerap hara melebihi untuk kebutuhannya bermetabolisme. Diagonsis
defisiensi hara pada tanaman dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu
pendekatan dengan diagnosis gejala visual dan analisis tanaman (Rosmarkam,
2016).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum defisiensi hara
agar kita dapat mengetahui gejala defisiensi yang terjadi apabila tanaman

32
kekurangan salah satu unsur hara penting dan mengenal gejala tanaman
kekurangan unsur hara tertentu.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui gejala defisiensi yang terjadi
apabila tanaman kekurangan salah satu unsur hara penting yang akan berdampak
kapada visualisasi tanaman tersebut.
Kegunaan Dari praktikum ini yaitu mahasiswa bisa mengenal mengenai
gejala tanaman kekurangan unsur hara tertentu.

33
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Jagung
Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman rumput-rumputan dan
berbiji tunggal (monokotil). Jagung merupakan tanaman rumput kuat, sedikit
berumpun dengan batang kasar dan tingginya berkisar 0,6-3 m. Tanaman jagung
termasuk jenis tumbuhan musiman dengan umur ± 3 bulan (Nuridayanti, 2017).
Menurtu Paeru dan Dewi, 2017 Kedudukan taksonomi jagung adalah
sebagai berikut, yaitu:
Kingdom: Plantae,
Divisi: Spermatophyta,
Subdivisi: Angiospermae,
Kelas: Monocotyledone,
Ordo: Graminae,
Famili: Graminaceae,
Genus: Zea,
Spesies: Zea mays L.
Biji jagung tunggal berbentuk pipih dengan permukaan atas yang cembung
atau cekung dan dasar runcing. Bijinya terdiri atas tiga bagian, yaitu pericarp,
endosperma, dan embrio. Pericarp atau kulit merupakan bagian paling luar
sebagai lapisan pembungkus. Endosperma merupakan bagian atau lapisan kedua
sebagai cadangan makanan biji (Paeru dan Dewi, 2017).
2.2 Unsur Hara Makro
Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah banyak yaitu besar dari 500 ppm. Unsur hara makro terdiri dari
Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium
(K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S). sedangkan unsure hara
mikro mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
sedikit atau kurang dari 100 ppm. Unsur hara mikro terdiri dari Besi (Fe),
Mangan (Mn), Boron (B), Mo, Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl) (Ardi,
2015).

34
Kekurangan atau ketidaksediaan salah satu unsur hara maka akan
terjadi gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan fisiologis tanaman
tersebut. Hal ini disebabkan kerena setiap unsur memiliki fungsi tersendiri
dalam proses metabolism tanaman, maka apabila salah satu fungsi tidak
terpenuhi maka semua proses metabolism tanaman akan terganggu. (Wahono,
2020).
2.3 Unsur Hara Mikro
Unsur hara mikro atau unsur hara tersier (minor), yaitu unsur-unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang relative sangat kecil,
Kekurangan unsur menyebabkan klorosis pada daun, lembaran daun menjadi
kuning tetapi tulang daun tetap hijau, Karena unsur hara mikro mempunyai fungsi
yang spesifik dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta fungsinya
tidak dapat digantikan secara sempurna oleh unsur hara lainnya. Oleh karena itu
untuk menjaga pertumbuhan tanaman secara normal supaya tidak mengganggu
produksi dan mutu, maka dalam budidaya tanaman ditambahkan unsur hara
mikro, terutama pada keadaan- keadaan dimana unsur hara mikro dapat
membatasi pertumbuhan tanaman ialah pada keadaan (Arsyad, 2020).
Unsur hara mikro essensial terdiri dari unsure Fe, Mn, Zn, Cu, Cl, Mo, dan
B. Namun terdapat pula unsure hara mikro essensial hanya untuk beberapa
tanaman tertentu, yaitu Na, Si, Co, dan V. Bentuk unsur hara dalam tanah dapat
berupa senyawa kompleks yang sukar larut dalam air dan juga senyawa yang
mudah larut dalam air sehingga mudah pula diserap langsung oleh tanaman.
Apabila bentuk unsur hara yang tersedia terdapat pada bentuk senyawa kompleks
maka terdapat beberapa proses untuk membuat senyawa tersebut menjadi mudah
diserap oleh tanaman. Kebutuhannya untuk tanaman, unsur hara mikro sekunder
memang hanya sedikit namun tetap memberi pengaruh baik itu positif dan negatif
untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman. Oleh karena hal tersebut, maka
kebutuhan akan unsure hara mikro diusahakan agar terus terpenuhi sehingga tidka
memberikan dampak yang negatif untuk pertumbuhan tanaman (Agustina, 2019).
2.4 Mekanisme Penyerapan Hara pada Tanaman
Keberadaan unsur-unsur hara dalam tanah ada yang tersedia bagi tanaman
ada yang belum tersedia (berada sebagai cadangan unsur hara) dan ada yang tidak

35
tersedia bagi tanaman. Ketersediaan unsur hara tersebut sangat mempengaruhi
serapan unsur hara oleh tanaman sehingga pada tanaman yang memanfaatkan dan
menyerap unsur hara akan menunjukkan gejala unsur hara yang diserap dalam
jumlah yang kurang, cukup, atau berlebihan (Mansyur,2021).
Pemupukan merupakan usaha untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman.
Dengan memperbaiki pertumbuhan, akar tanaman akan lebih berkembang masuk
ke dalam tanah dan dapat lebih baik menggunakan persediaan air di lapisan bawah
tanah. Tanaman yang mendapat cukup hara dapat menyelesaikan siklus hidupnya
lebih cepat, sedangkan tanaman yang kekurangan hara dapat lebih lambat
dipanen, tetapi jika tanaman kelebihan hara juga tidak baik karena dapat meracuni
tanaman, sehingga pada proses pertumbuhan dan akan terganggu (Arsyad, 2020).
2.5 Defisiensi Hara
Gejala defisiensi unsure hara adalah tanda-tanda yang diperlihatkan oleh
tanaman sebagai akibat kekurangan salah satu atau lebih unsure hara. Defisiensi
unsure hara antara lain disebabkan oleh pemupukan yang dilakukan sebelumnya
tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tanaman yang mengalami defisiensi hara
memperlihatkan kelainan pada bagian yang mengalami kekurangan salah satu atau
lebih unsure hara tersebut, misalnya pada daun, muncul bercak-bercak. Nitrogen
yang diserap oleh tanaman dirombak menjadi asam amino, yang dalam
metabolisme selanjutnya membentuk protein dan asam nukleat .Selain itu, N
menjadi bagian integral dari klorofil dan merupakan komponen utama tanaman
yang menyerap cahaya yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis (Yulianus et
al.,2015)
Tanaman akan menunjukkan gejala apabila mengalami defisiensi unsur
hara. Gejala tersebut merupakan respons dari tanaman yang mengalami gangguan
dalam proses fisiologinya. Gejala yang timbul umumnya berupa perubahan
morfologi tanaman yang menjadi tidak normal seperti pertumbuhan melambat,
serta perubahan bentuk dan warna daun. Gejala yang muncul dapat digunakan
sebagai indikator diagnosis penyebab kerusakan pada tanaman (Aliyaman, 2021)
2.6 Toksisitas Hara
Toksisitas hara yaitu gejala akibat kelebihan unsur hara tertentu pada
tanaman. Diagnosis berdasarkan gejala visual di lapangan sangat komplek dan

36
sulit terutama bila kejadian defisiensi hara tertentu bersamaan dengan toksik hara
yang lain. Misalnya pada tanah masam tergenang, toksisitas Mn simultan dengan
defisiensi Mg.Secara umum gangguan hara yang menghambat pertumbuhan dan
hasil dalam skala yang ringan serta tidak dapat dilihat karakteristik gejala
visualnya secara spesifik (Wiraatmaja, 2017).
Toksisitas hanya terjadi pada tanah yang telah tergenang dalam periode
waktu yang panjang. Jumlah besi ferro (Fe2+) yang tinggi di dalam larutan tanah
juga dapat mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan hara mineral yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Endapan besi yang ada pada permukaan
akar dapat menghambat penyerapan hara oleh akar, sehingga dapat memacu
defisiensi beberapa hara penting. Menurunnya konsentrasi Ca pada tajuk tanaman
akibat meningkatnya konsentrasi besi dalam larutan hara akan memacu defisiensi
unsur Ca jika toksisitas besi berlangsung dalam waktu yang lama (Baru, 2019).
2.7 Gejala Defisiensi Hara
2.7.1 Gejala Defisiensi Nitrogen (N)
Nitrogen merupakan salah Satu unsur hara yang sangat penting dan
diperlukan dalam jumlah besar . tanaman menyarap unsur ini dalam bentuk ion
nitrat (NO3-) dan ion ammonium (NH4+). Unsur ini secara langsung berperan
dalam pembentukan protein, memacu pertumbuhan tanaman secara umum
terutama pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorifil, asam amino,
lemak enzim dan persenyawaan lain (Yulianus et al.,2015)
Gejala kekurangan unsur N pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil,
mulamula daun menguning dan mengering lalu daun akan rontok dimana daun
yang menguning diawali dari daun bagian bawah, lalu disusul daun bagian atas.
didalam tubuh tanaman nitrogen bersifat dinamis sehingga jika terjadi kekurangan
nitrogen pada bagian pucuk nitrogen yang tersimpan pada daun tua akan
dipindahkan ke organ yang lebih muda, dengan demikian pada daun-daun yang
lebih tua gejala kekurangan nitrogen akan terlihat lebih awal (Yulianus et
al.,2015)
2.7.2 Gejala Defisiensi Fosfor (P)
Fosfor merupakan unsur makro yang menyusun komponen setiap sel
hidup, fosfor dalam tumbuhan sangat membantu pembentukan protein dan

37
mineral yang sangat penting bagi tanaman, merangsang pembentukan bunga,
buah, dan biji. Bahkan mampu mempercepat pemasakan buah dan membuat biji
lebih berbobot. Bertugas mengedarkan energi keseluruh bagian tanaman ,
merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar (Arsyad, 2020).
Gejala kekurangan fosfor pada tanaman dapat mengakibatkan
pertumbuhan terhambat atau kerdil dan daun menjadi hijau tua, tanaman tidak
menghasilkan bunga dan buah, jika sudah terlanjur berbuah ukuranya kecil, jelek
dan cepat matang. Fosfor juga merupakan unsur hara essensial tanaman yang
dapat memberikan pertumbuhan yang baik pada tanaman (Arsyad, 2020).
2.7.3 Gejala Defisiensi Kalium (K)
Kalium merupakan unsur makro seperti nitrogen dan fosfor, kalium
berperan penting dalam fotosintesis, karena secara langsung meningkatkan
pertumbuhan dan luas daun. Disamping itu kalium dapat meningkatkan
pengambilan karbondioksida, memindahkan gula pada pembentukan pati dan
protein, membantu proses membuka dan menutup stomata, kapasitas menyimpan
air, memperluas pertumbuhan akar, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
serangan hama dan penyakit, memperkuat tubuh tanaman supaya daun bunga dan
buah tidak gampang rontok Memperbaiki ukuran dan kualitas buah pada masa
generatif/menambah rasa manis pada buah, mensuplai karbohidrat yang banyak
terutama pada tanaman umbi-umbian (Mansyur,2021).
Gejala kekurangan unsur hara ini dapat membuat pertumbuhan tanaman
terhambat, batang kurang kuat dan mudah patah, biji buah menjadi kisut, daun
mengerut/kriting timbul bercak-bercak merah coklat lalu kering dan mati.
Kekurangan unsur K pada tanaman buah-buahan mempengaruhi rasa manis buah.
Kekurangan kalium dapat menghambat pertumbuhan tanaman, daun tampak
keriting dan mengkilap. (Mansyur,2021).
2.8 Gejala Toksisitas Hara
2.8.1 Toksisitas Hara Nitrogen (N)
Tanaman di lapangan sangat memerlukan unsur nitrogen (N) yang sangat
berperan dalam pembentukan sel pada tanaman, pembentukan jaringan tanaman
dan organ-organ dari tanaman. Unsur hara nitrogen dapat berfungsi utama sebagai
bahan asam amino, sintesis klorofil pada tanaman dan protein. Tanaman pada fase

38
vegetatif sangat membutuhkan nitrogen yang cukup besar, sehingga tanaman
sangat tergantung sekali dengan nitrogen. Pertumbuhan dan perkembangan
tanaman sangat tergantung adanya nitrogen (Purnamaningrum, 2019).
2.8.2 Toksisitas Hara Fosfor (P)
Tanaman yang mengalami toksisitas hara fosfor pada daun akan
mengalami perubahan warna. Pada daun tanaman yang tua akan mengalami
perubahan warna menjadi keungu-unguan bahkan daun tanaman yang tua akan
mengalami kecenderungan keabu-abuan. Daun tanaman pada tepi daun tersebut
akan mengalami perubahan warna kecoklatan. Tanaman yang daun muda akan
mengalami warna hijau yang gelap. Tanaman daunnya akan mengalami
perubahan menjadi daun akan terlihat akan terbakar, daun akan mengalami
perubahan bentuk seperti mengecil, tanaman akan menjadi kerdil dan daun
tanaman akan mengalami kerontokkan (Purba, 2021).
2.8.3 Toksisitas Hara Kalium (K)
Kekurangan kalium pada tanaman memang agak sulit untuk dikenali
gejalanya, karena gejala ini jarang muncul ketika tanaman masih muda.
Kekurangan kalium ini akan memicu terjadinya penguningan daun terutama pada
bagian pinggir. Menguningnya daun biasanya bersamaan dengan menguningnya
jaringan diantara tulang daun, kemudian terjadi nekrotik pada jaringan yang telah
menguning. Selain itu, kekurangan unsur hara ini juga dapat menyebabkan
tanaman tumbuh kerdil dan mudah rebah (Mansyur, 2021).
Jika tanaman kelebihan kalium maka akan berdampak pada terhambatnya
proses pertumbuhan tanaman karena terjadinya ikatan N-K yang mengakibatkan
sulitnya penyerapan unsur nitrogen oleh tanaman. Tanaman yang kekurangan
unsur hara kalium mudah sekali terserang penyakit. Toksisitas yang disebabkan
oleh unsur hara kalium pada tanaman akan membuat tanaman akan mengalami
gangguan dalam proses penyerapan kalsium dan magnesium, bila tanaman
kekurangan Kalium maka pertumbuhannya akan terganggu. Batang akan kurus
dan tumbuh pendek, akar tumbuh terbatas bahkan pada sebagian kasus akar
tanaman menunjukan gejala busuk (Purba, 2021).

39
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan di Teaching Farm Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin pada hari Rabu, 20 Oktober 2021 pukul 16.00 WITA – Selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan
Bahan yang digunakan yakni Pupuk Urea, pupuk KCl, pupuk SP36, benih
jagung, polybag ukuran 25 x 30 cm, tanah dan kompos.
3.3 Metode Praktikum
1. Timbang pupuk urea (2,25 gram), KCl (0,5 gram), dan SP36 (0,5 gram)
masing-
2. masing per polybag.
3. Isi polybag dengan tanah 10kg/polybag.
4. Masukkan 2 benih jagung dalam satu polybag
5. Setelah jagung berumur 7 HST, pupuk diaplikasikan di area sekitar perakaran
6. tanaman dengan perlakuan masing-masing yaitu :
• Kontrol = pupuk lengkap
• Defisiensi N = KCl + SP36
• Defisiensi K = Urea + SP36
• Defisiensi P = Urea + KCl
7. Amati gejala visual yang terjadi pada tanaman
8. Parameter lainnya, Tinggi tanaman dan Jumlah daun

40
DAFTAR PUSTAKA
Aliyaman, A. (2021). Pengaruh Mineral Nutrisi Nitrogen dan Besi Terhadap Sifat
Fisiologis dan Pertumbuhan Tanaman Terong Lokal Buton (Solanum
Melongena L). Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah
Buton, 7(3), 359-370.
Agustina, Lily. 2019. UNSUR HARA MIKRO I (Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo dan Cl)
Manfaat Kebutuhan Kahat dan Keracunan: Edisi Pertama. Universitas
Brawijaya.
Ardi, A.Ardian, S. Khoiri, M. A. 2015. Pemberian Berbagai Jenis Dosis Abu
Boiler pada Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq) di
Pembibitan Utama.Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Riau.
Arsyad, Sitanala. 2020. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press

Baru, L. R. P. S. B. 2019. Pengendalian Keracunan Besi untuk Peningkatan


Produktivitas Padi di. Jurnal Sumberdaya Lahan, 13(2), 103-113.

Pricillia. 2018. Dosis Pupuk Npk Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung
Hibrida. Jurnal Agrosains. Vol 20(2): 28-33.
Rosmarkam. 2016. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kansius Yogykarta.
Tando, E. 2018. Review: Upaya Efisiensi dan Peningkatan Ketersediaan Nitrogen
Dalam Tanah Serta Serapan Nitrogen Pada Tanaman Padi Sawah (Oryza
Sativa L.) Jurnal Buana Sains Vol 18(2).

Mansyur, N. I., Pudjiwati, E. H., & Murtilaksono, A. 2021. Pupuk dan


Pemupukan. Syiah Kuala University Press.

Nuridayanti EFT. 2017. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Air Rambut Jagung (Zea
mays L.) ditinjau dari Nilai LD50 dan Pengaruhnya Terhadap Fungsi Hati
dan Ginjal Pada Mencit. Universitas Indonesia : Depok

Purba Elida, Ade Citra Khairunisa, 2021. Kajian awal reaksi fotosintesis untuk
penyerapan gas CO2 menggunakan mikroalga Tetraselmis Chuii, Jurnal
Rekayasa Proses, No 1. Vol 6

Purnamaningrum, A., & Nihayati, E. 2019. Pengaruh Pemakaian Mulsa dan Dosis
Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Iler (Plectranthus
scutellarioides (L.) R. Br.). Jurnal Produksi Tanaman, 7(12).

Paeru, RH., dan Dewi, TQ. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Jakarta :
Penebar Swadaya. Cetak 1.

Wahono, H. 2020. Identifikasi Gejala Defisiensi dan Kelebihan Unsur Hara


Mikro Pada Tanaman.

41
Wiraatmaja, I. W., Rai, I. N., Mahendra, I. G. J. (2017). Upaya Meningkatkan
Produksi dan Kualitas Buah Jambu Biji Kristal (Psidium guajava L. CV.
Kristal) Melalui Pemupukan. Jurnal Agrotop Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana Vol (7) No.1,
60-68.

42
LAMPIRAN

Gambar 19. Menimbang Tanah Gambar 20. Mencampur Tanah

Gambar 21. Memasukkan Tanah ke Polybag Gambar 22. Pemberian Pupuk

Gambar 23. Menimbang Pupuk Gambar 24. Pengamatan

43
Laporan Praktikum
Nutrisi Tanaman

IMBIBISI

NAMA : MUH. YASRIL HIDAYAT AL-HASNI


NIM : G011191121
KELAS : NUTRISI TANAMAN A
KELOMPOK : 3
ASISTEN : MUTHIA MUHSANA MUKHLIS

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu fenomena yang menjadi jalan masuknya zat-zat kedalam tubuh
tumbuhan adalah imbibisi. Imbibisi merupakan peristiwa migrasi oleh molekul-
molekul air ke suatu zat lain yang berlubang (berpori) cukup besar, kemudian
molekul-molekul air itu menetap didalam zat tersebut. Imbibisi dapat berlangsung
bila ada afinitas yang kuat antara imbiban (substansi penyerap air) dan air dari
lingkungan sekitarnya. Imbibisi adalah penyerapan air (absorbsi) oleh benda-
benda yang padat (solid) atau agak padat (semi solid). Benda-benda tersebut
mempunyai suatu zat penyusun dari bahan yang berupa koloid (Widyawati, 2019).
Ada banyak hal yang merupakan proses penyerapan air yang terjadi pada
makhluk hidup, misalnya penyerapan air dari dalam tanah oleh akar tanaman.
Namun, penyerapan yang dimaksudkan disini yaitu penyerapan air oleh biji
kering. Hal ini juga banyak kita jumpai di kehidupan kita sehari-hari yaitu pada
proses pembibitan tanaman padi, pembuatan kecambah tauge, biji kacang hijau
terlebih dahulu direndam dengan air. Pada peristiwa perendaman inilah terjadi
proses imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut. Tidak hanya itu, proses imbibisi
juga memiliki kecepatan penyerapan air yang berbeda-beda untuk setiap biji pada
tanaman sehingga imbibisi erat kaitannya dengan penyerapan (Nugraheni,2019).
Pada tumbuhan tingkat rendah (misal ganggang) penyerapan air dan zat
hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada
tumbuhan tingkat tinggi (misal spermatophyta) proses pengangkutan dilakukan
pembuluh pengangkut yang terdiri dari xilem dan floem Dua kondisi yang cocok
diperlukan untuk terjadinya imbibisi yaitu : kemiringan/gradien, potensi air harus
ada antara permukaan absorbsi dan imbibisi air dan affinier (gaya gabung) harus
ada antara komponen absorbsi dan substrat (bahan) imbibisi (Nugraheni,2019).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan pengamatan ini agar kita
dapat mengetahui hubungan waktu perendaman dengan banyaknya air yang
diserap oleh biji kacang tanah dan melakukan perendaman benih kacang tanah
untuk mengetahui proses imbibisi molekul organik dan menghitung kecepatan
imbibisinya.

45
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui
hubungan waktu perendaman dengan banyaknya air yang diserap oleh biji kacang
tanah.
Kegunaan praktikum yaitu mahasiswa dapat melakukan perendaman benih
kacang tanah untuk mengetahui proses imbibisi molekul organik dan menghitung
kecepatan imbibisinya.

46
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kacang Tanah
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) di Indonesia merupakan komoditas
pertanian terpenting setelah kedelai yang memiliki peran strategis pangan nasional
sebagai sumber protein dan minyak nabati. Kacang tanah mengandung lemak 40-
50%, protein 27%, karbohidrat 18%, dan vitamin. Kacang tanah dimanfaatkan
sebagai bahan pangan konsumsi langsung atau campuran makanan seperti roti,
bumbu dapur, bahan baku industri, dan pakan ternak, sehingga kebutuhan kacang
tanah terus meningkat setiap tahunnya sejalan dengan peningkatan jumlah
penduduk. (Marzuki, 2019)
Menurut Simpson (2016), kedudukan kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
dalam sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae
Genus : Arachis
Species : Arachis hypogaea L
Kacang tanah adalah tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi karena kandungan gizinya terutama protein dan lemak yang tinggi.
Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan
sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, kebutuhan gizi
masyarakat, diversifikasi pangan, Serta meningkatkan kapasitas industri
makanan yang ada di Indonesia (Siregar et al., 2017).
2.2 Imbibisi
Imbibisi adalah tahap pertama yang sangat penting karena menyebabkan
peningkatan kandungan air benih yang diperlukan untuk memicu perubahan
biokimiawi dalam benih sehingga benih berkecambah. Dalam proses imbibisi, air
berperan sangat penting dalam reaksi biokimia baik itu anabolisme dan
katabolisme, mempertahankan integritas membran sel, dan berperan dalam

47
aktivitas enzim. Maka dari itu, jiika proses ini terhambat maka perkecambahan
juga akan terhambat. (Asiedu et al., 2019).
Proses imbibisi adalah suatu proses difusi atau dapat pula disebut proses
osmosis atau absorbsi. Disebut difusi karena pada sel benih kering yang
mempunyai nilai tekanan osmosis yang tinggi menyebabkan air bergerak dari
tekanan yang rendah ke tekanan yang tinggi. Disebut peristiwa osmosis atau
absorbsi karena dinding sel kulit benih permeabel terhadap molekul-molekul air.
Kedudukan molekul-molekul air yang akhirnya mengisi ruang-ruang
antarmolekul dan ruang antarmisel dari benih dapat disebut sebagai proses
absorbsi. Selama proses imbibisi, terjadi proses hidrasi dari koloid-koloid hidrofil
yang berakibat bertambahnya volume dan timbulnya tekanan imbibisi. Tekanan
ini merupakan kekuatan yang diperlukan untuk melindungi benih dari
pembengkakan selama hidrasi (Purwanti, 2017).
Akibat dari tekanan ini terjadi keretakan pada bagian kulit benih,
mendesak bagian tanah tempat benih berkecambah dan selanjutnya mengatur
masuknya air ke dalam benih selama proses perkecambahan. Peristiwa ini
merupakan proses fisik yang tidak ada kaitannya dengan viabilitas benih, jadi
tidak dipengaruhi oleh viabilitas benih tetapi dipengaruhi oleh permeabilitas kulit
benih, komposisi kimia benih, ketersediaan air baik dalam bentuk cair maupun
uap di sekitar benih, suhu, luas permukaan benih yang berhubungan dengan air,
dan konsentrasi air (Purwanti, 2017).
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Imbibisi
Kadar air dan Polyethylene Glycol (PEG) merupakan dua faktor yang
dapat mempengaruhi imbibisi. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak
besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih ortodok pada kadar
air tinggi berisiko cepat mundurnya benih selama dalam penyimpanan. Kadar air
benih merupakan salah satu komponen yang dinilai oleh BPSB dalam sertifikasi
benih sehingga uji ini merupakan satu pengujian rutin para analisis benih yang
terdapat di laboratorium benih (Amira 2017).
Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam benih. Tinggi
rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang sangat penting
dan berpengaruh terhadap vialibitas benih. Oleh karena itu pengujian terhadap

48
kadar air benih perlu dilakukan agar benih memiliki kadar air terstandar
berdasarkan kebutuhannya (Sutopo 2015).
Polietilena glikol merupakan senyawa yang stabil, nonionik, polymer
panjang yang larut dalam air dan dapat digunakan dalam sebaran bobot molekul
yang luas. Polietilena glikol juga merupakan salah satu jenis osmotikum yang
biasa digunakan untuk mensimulasi kondisi kekeringan, karena sifatnya yang
dapat menghambat penyerapan air oleh sel atau jaringan tanaman. Polyethylene
Glycol (PEG) berfungsi sebagai penyangga kandungan air benih dan menurunkan
tingkat respirasi melalui penurunan ketersediaan oksigen untuk benih, dapat
menghambat hilangnya daya tumbuh karena penggunaanmakanan cadangan
dalam benih melalui proses respirasi (Wusono, 2017).
2.4 Pengaruh Salinitas Terhadap Imbibisi
Salinitas atau kadar garam adalah rata-rata banyaknya kadar garam (dalam
gram) yang terdapat dalam setiap 1.000 gram (1 kg) air laut. Konsentrasi garam
terbesar terdapat di laut, dengan kisaran kadar garam rata-rata sebesar 3% dari
berat seluruhnya. Konsentrasi garam-garam ini relatif sama dalam setiap contoh
contoh air laut, sekalipun diambil dari tempat berbeda di seluruh dunia. Tanah
yang salin dapat menyebabkan buruknya perkecambahan dan pembentukkan bibit.
Salinitas juga dapat menunda pertumbuhan awal, menurunkan rata-rata dan
meningkatkan ketidakseragaman pada perkecambahan, mengurangi tanaman yang
tumbuh dan hasil panen. Kondisi lingkungan yang salin juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan benih berbagai komoditas (Samadi, 2018).
Hasil penelitian yang dilakukan Afzal dkk. (2015), menunjukkan bahwa
salinitas berpengaruh terhadap penurunan persentase perkecambahan, berat segar
dan kering tunas dan akar, serta menghambat penyerapan berbagai nutrisi pada
benih gandum (Triticum aestivim). Kondisi lingkungan salin menyebabkan
penurunan persentasi perkecambahan, rata-rata 5 panjang akar, dan bobot segar
kecambah pada benih bit (Beta vulgaris L. cv. Tianjin qing pielan). Lingkungan
salin dapat mengakibatkan tidak seimbangnya ketersediaan hara bagi tanaman, hal
ini dikarenakan kadar hara tertentu yang tersedia dalam jumlah yang tinggi dapat
menekan unsur hara lainnya. Salinitas juga dapat mengakibatkan keracunan Na+ ,
Cl dan ion-ion lainnya.

49
2.5 Mekanisme Imbibisi Pada Tanaman
Salibury (2015) menyatakan bahwa perkecambahan merupakan suatu
proses dimana radikula (akar embrionik) memanjang keluar menembus kulit biji.
Di balik gejala morfologi dengan permunculan radikula tersebut, terjadi proses
fisiologi-biokemis yang kompleks, dikenal sebagai proses perkecambahan
fisiologis yang meliputi:
1. Penyerapan air Setelah biji menyerap air maka akan terjadi hidrasi
protoplasma (pengambilan air). Hal tersebut sangat penting dikarenakan
sebagian besar fungsi kimia dalam sel berada di protoplasma. Setelah
penyerapan, selanjutnya biji akan 9 menghasilkan hormon tumbuh yaitu
giberelin (GA) yang berfungsi untuk menstimulir kegiatan enzim-enzim di
dalam benih. Menurut Kamil (1986), peranan air dalam proses
perkecambahan adalah (1) melunakkan kulit biji (2) memfasilitasi masuknya
O2 kedalam biji (3) mengencerkan protoplasma serta aktivasi macam-macam
fungsinya (4) alat transport larutan makanan.
2. Pencernaan Merupakan proses terjadinya pemecahan zat atau senyawa
bermolekul besar dan kompleks menjadi senyawa bermolekul lebih kecil,
sederhana, larut dalam air dan dapat diangkut melalui membran dan dinding
sel. Sebagaimana yang diketahui bahwa cadangan makanan dalam biji
merupakan senyawa yang bermolekul besar sehingga tidak mampu
ditranslokasikan ke embrionic axis sehingga harus dipecah menjadi senyawa
yang lebih sederhana. Untuk pemecahan maka diperlukan adanya enzym.
3. Pengangkutan zat makanan Hasil pencernaan diangkut dari jaringan
penyimpanan makanan menuju titiktitik tumbuh pada embrionik axis,
radikula dan plumulae. Dikarenakan biji belum memiliki jaringan
pengangkut, sehingga pengangkutan dilakukan secara difusi atau osmosis dari
satu sel hidup ke sel hidup lainnya dengan bantuan air.
4. Respirasi Merupakan proses perombakan cadangan makanan menjadi
senyawa lebih sederhana dengan membebaskan sejumlah tenaga. Pembebasan
tenaga tersebut dibutuhkan untuk aktifitas sel diantaranya yaitu pembelahan.
Proses respirasi 10 pertama kali terjadi di embrionik axis, setelah cadangan

50
makanan habis baru beralih ke endosperm (monokotil) atau kotiledon
(dikotil).
5. Asimilasi Merupakan proses penyusunan kembali senyawa sederhana
menjadi senyawa yang lebih komplek, misalnya protein yang sudah dirombak
menjadi asam amino disusun kembali menjadi protein baru. Energi untuk
penyusunan tersebut berasal dari proses respirasi.
6. Pertumbuhan Ada dua bentuk pertumbuhan embrionik axis yaitu pembesaran
sel-sel yang sudah ada dan pembentukan sel-sel yang baru pada titik-titik
tumbuh. Pada umumnya bagian embryonic axis yang pertama kali keluar
adalah radicle (akar) kemudian baru diikuti oleh plumule (calon daun).

51
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Teaching Farm Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin pada hari Kamis, 27 Oktober 2021 pukul 10.00 WITA – Selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu timbangan analitik, 6 Gelas Beker volume 250 ml
yang diganti dengan botol plastik.
Bahan yang digunakan yakni 350 biji kacang tanah, 100 g Garam dapur
(NaCl), dan 500 ml air mineral dan Label
3.3 Metode Praktikum
1. Bagi lima biji kacang tanah menjadi 6 kelompok masing-masing kelompok
50 biji.
2. Timbang setiap kelompok tersebut dengan timbangan analitik (timbangan
digital).
3. Masukkan setiap kelompok biji tersebut masing-masing ke dalam gelas
beaker 250 ml dan berikan Label Misilnya A, B, C, D,E dan F
4. Buat Larutan Garam dalam air mineral sebanyak 6 konsentrasi masing-
masing sebanyak 100 ml sehingga diperoleh Larutan A = 100 ml air murni,
Larutan B = 100 ml + 5 gram NaCl, Larutan C = 100 ml + 10 gram
NaCl,Larutan D =100 ml + 15 gram NaCl, Larutan E = 100 ml + 20 gram
NaCl, dan Larutan F = 100 ml + 25 gram NaCl,
5. Angkat dan timbang kembali biji kacang tsb dengan interval waktu rendaman
15 menit masing-masing kelompok
6. Buat grafik hubungan waktu perendaman dengan banyaknya air yang diserap
oleh Biji kacang tanah. Jumlah air yang diserap = berat biji kacang (sesudah
perendaman – sebelum perendaman).

52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari hasil prengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil seperti pada
tabel berikut ini
Tabel 2. Hasil Pengamatan Benih Kacang Tanah
Perlakuan Berat Sebelum Berat Setelah Pertambahan Berat
(NaCl) Perlakuan (gr) Perlakuan (gr) Kacang Tanah (gr)
0 gram 30,2 27,4 2,8
5 gram 26,8 24,2 2,6
10 gram 26,3 23 3,3
15 gram 26 23 3
20 gram 25,6 23,8 1,8
25 gram 28,5 24,6 3,9
Rata-Rata 27,2 24,3 2,9

4.2 Pembahasan
Berdasarkan pada tabel diatas, hasil yang didapatkan yakni terjadi
penurunan massa kacang tanah sebelum dilakukan perlakuan garam dan setelah
diberi perlakuan. Massa kacang tanah sebelum perlakuan kontrol yaitu 3,02 gram
dan setelah perlakuan kontrol menjadi 2,74 gram. Selanjutnya massa kacang tanah
sebelum perlakuan 5 gram garam adalah 2,68 gram dan setelah diberi perlakuan
menjadi 2,42 gram. Massa kacang tanah sebelum diberi perlakuan 10 gram garam
adalah 2,63 dan setelah diberi perlakuan menjadi 2,30 gram. Massa kacang tanah
sebelum diberi perlakuan kontrol 15 gram garam yakni 2,60 dan setelah diberi
perlakuan menjadi 2,30. Kemudian masssa kacang tanah sebelum diberi perlakuan
20 gram garam adalah 2,56 gram dan setelh diberi perlakuan menjadi 2,38 gram.
Dan massa kacang tanah sebelum diberi kontrol 25 gram garam yaitu 2,85 dan
setelah diberi perlakuan menjadi 2,46 gram.
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa semua masssa kacang tanah
mengalami penurunan berat sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi
perlakuan. Hal tersebut dikarenakan kandungan garam yang terdapat pada larutan
dapat mempengaruhi pertumbuhan biji. Pengaruh NaCl pada proses
perkecambahan antara lain mengurangi hidrasi dari embrio dan kotiledon,

53
menghambat dan mengurangi pemunculan radikula dan plumula, dan mengurangi
pertumbuhan kecambah (Dianawati et al.,2014).
Adapun pengurangan massa yang paling signifikan terjadi pada perlakuan
25 gram garam dimana terjadi pengurangan sebesar 0,39 gram. Hal ini
diakibatkan semakin banyak jumlah massa garam yang berikan masa semakin
besar pula proses imbibisi yang terjadi. Hal ini sesuai dengan pendapat Damayanti
(2015) bahwa semakin tinggi konsentrasi garam yang digunakan cenderung
mengakibatkan kadar air bahan tersebut menurun. Ia melanjutkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi garam maka semakin besar tekanan osmotik pada larutan garam
sehingga penetrasi ke dalam polong kacang tanah semakin besar. Larutan garam
berdifusi karena terdapatnya pori-pori pada bahan yang direndam dan juga
dipengaruhi oleh konsentrasi larutan garam yang digunakan.
Pada praktikum ini, perlakuan kacang tanah dengan air tanpa garam
memberikan pengaruh pada berat kacang tanah yang mengalami penurunan.
Kadar air pada benih akan mempengaruhi berat benih, benih rekalsitran dengan
ukuran besar memiliki kadar air yang lebih tinggi, sehingga akan memiliki
viabilitas benih lebih baik dibandingkan benih berukuran kecil.Semakin keras
bijinya maka air akan sulit untuk masuk ke dalam biji sehingga imbibisi
terhambat. Apabila biji memiliki kulit yang tipis maka air yang diserap lebih
banyak disbanding biji yang memiliki kulit tebal (Rahayu, 2015) .

54
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
yaitu Imbibisi adalah tahap pertama yang sangat penting karena menyebabkan
peningkatan kandungan air benih yang diperlukan untuk memicu perubahan
biokimiawi dalam benih sehingga benih berkecambah. Hubungan waktu
perendaman dengan banyaknya air yang diserap oleh biji kacang tanah sangat
berpengaruh terhadap proses imbibisi yang terjadi pada tanaman.
5.2 Saran
Saran saya pada praktikum ini praktikan agar lebih memahami prosedur
kerja agar tidak kebingunan pada saat pengamatan dan juga dimohon bimbingan
dan arahan dari asisten terjadinya sinkronisasi antara kita bersama.

55
DAFTAR PUSTAKA
Afzal, I., S.M.A. Basra, dan A. Iqbal. 2015. The Effects of Seed Soaking with
Plant Growth Regulators on Seedling Vigor of Wheat Under Salinity Stress.
J. Stress. Phytol. Biocham. 1

Amira. 2017. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Kualitas Tiga


Varietas Jagung (Zea mays L.). Surakarta : UNS Press.

Asiedu, E.A., A.A. Powell, T. Stuchbury. 2019. Cowpea seed coat chemical
analysis in relation to storage seed quality. Afric. Crop Sci. J. 8(3):283-294.

Damayanti, A., 2008. Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik Telur Asin Yang
Direndam Pada Konsentrasi Garam Dan Umur Telur Yang Berbeda.
Skripsi. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.

Dianawati, M., Handayani, D. P., Matana, Y. R., & Belo, S. M. 2014. Pengaruh
cekaman salinitas terhadap viabilitas dan vigor benih dua varietas kedelai
(Glycine max L.). Agrotop, 3(2): 35-41.

Marzuki, A. R. (2019). Bertanam Kacang Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya

Nugraheni, Widyawati,. et.al.2019.Permeabilitas dan Perkecambahan Benih Aren


(Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.)dalam Jurnal Agron. Indonesia 37 (2) :
152 – 158. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Purwanti, P., Agusti, W., & Lestari, S. (2017).Hubungan Kecerdasan Emosional
Dengan Sikap Sosial Siswa Kelas Xi Akuntansi Smk Negeri 3 Pontianak.
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 7(5).

Rahayu S, Wanita YP, Kobarsih M. 2015. Penyimpanan Benih Padi


Menggunakan Berbagai Jenis Pengemas. Agrin. 15(1): 36-44.

Samadi, Budi, 2018. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Kanisius . Yogyakarta

Salisbury, F. B. and C. W. Ross. 2015 Plant Physiology. Wadsworth Publ. Co,


USA. 432p.

Siregar S.H., Lisa M., dan T. Irmansyah. 2017. Pertumbuhan dan


Produksi Kacang Tanah (Arachis hyppogea L.) dengan beberapa
sistem Olah Tanah dan Asosiasi Mikrobia. Jurnal Online
Agroteknologi. 5 (1): 202-207.

Simpson, Michael G. 2016. Plant Syatematic. Elsevier Science Publisher:


Amsterdam Mada Press. Yogyakarta

Sutopo. 2015. Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas Sebelas


Maret Press.

56
Widyawati, N. T. (2019). Permeabilitas danPerkecambahan Benih Aren (Arenga
pinnata(Wurmb.) Merr.).Jurnal Agronomi  Indonesia, 37 (2), 152-158.

Wusono, S. J. (2015). Pengaruh Ekstrak Berbagai Bagian Dari Tanaman


Swietenia Mahagoni Terhadap Perkecambahan Benih Kacang Hijau Dan
Jagung. Jurnal Agrologia, 4(2), 105-113.

57
LAMPIRAN

Gambar 25. Menimbang Kacang Tanah Gambar 26. Menimbang Kacang Tanah
(Sebelum Perlakuan) (Setelah Perlakuan)

Gambar 27 – 28. Proses Kerja Pengamatan

Gambar 29.Foto Kelompok

58
59

Anda mungkin juga menyukai