Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum

Pengelolaan Pestisida dan Teknik Aplikasinya

PESTISIDA NABATI

MUH. YASRIL HIDAYAT AL-HASNI


G011191121
PPTA KELAS B
ASISTEN : 1. ALIFAH NUR AZIMAH SULTAN

2. MUH SYAMSIR

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain yang digunakan untuk
mengendalikan berbagai hama. Bagi petani jenis hama yaitu tungau, tumbuhan
pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria, dan virus,
nematoda (cacing yang merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain yang
dianggap merugikan (Ariyanti, dkk, 2017). Pestisida dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu pestisida kimia dan pestisida nabati.
Diketahui bahwa penggunaan pestisida kimia yang tidak rasional menimbulkan
dampak buruk dari segi lingkungan maupun dari segi kesehatan manusia. Dari segi
lingkungan pestisida kimia dapat menyebabkan pencemaran air berdampak luas,
misalnya dapat meracuni sumber air minum, meracuni makanan hewan,
ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam,
dan sebagainya. Pestisida jenis ini juga dapat mengubah perilaku dan morfologi pada
hewan.
Sementara itu, pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya
berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan yang
terbatas, karena pestisida nabati ini bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak
mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia, serta ternak. Pestisida nabati
ini berperan sebagai racun kontak dan racun perut (Ariyanti, dkk, 2017). Terdapat
banyak jenis tanaman yang dapat dijadikan bahan dalam pembuatan pestisida nabati.
Salah satu diantaranya yaitu, tanaman babadotan.
Babadotan (Ageratum conyzoides) merupakan tanaman yang memiliki
kandungan aktif yang dapat berfungsi sebagai repelen (penolak) (Hasyim, dkk,
2006). Kandungan aktif tanaman babadotan adalah saponin, flavanoid dan
polifenol mampu mencegah hama mendekati tanaman (penolak) dan mampu
menghambat pertumbuhan larva menjadi pupa (Samsudin, 2008). Penjelasan ini sesuai
dengan pernyataan Maspupah (2015) menjelaskan bahwa ekstrak babadotan dan
daun sirsak memiliki sifat repelen yang tinggi terhadap lalat buah
(Bactrocera albistrigata) pada buah jambu kristal. Oleh karena itu, jenis tanaman
yang akan digunakan pada praktikum ini yaitu, tanaman babadotan sebagai bahan utama
dalam pembuatan pestisida nabati yang akan dikerjakan.
1.2 Hipotesis dan Tujuan
Hipotesis dari dilakukannya penelitian ini yaitu pembuatan pestisida nabati
yang akan dilakukan selama kurang lebih satu bulan ini akan berhasil dan dapat
diaplikasikan untuk mengetes kefektifan dari pestisida nabati yang dibuat.
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu, untuk dapat mengetahui serta
mempelajari bagaimana cara pembuatan pestisida nabati dengan menggunakan tanaman
babadotan sebagai bahan utamanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Tanaman Babadotan


Tanaman babadotan (Ageratum conyzoides) menunjukan hasil adanya
perbedaan anatomi dan morfologi yang diakibatkan adanya perbedaan kondisi
lingkungan mikro pada wilayah tempat tumbuh tumbuhan yang mempengaruhi
plastisitas dan adaptasi dari tumbuhan tersebut. Salah satu yang dapat menimbulkan
perbedaan yaitu pengaruh dari intensitas cahaya, dimana tumbuhan yang mendapatkan
cahaya tinggi berbeda dengan tumbuhan yang mendapatkan cahaya dengan intensitas
rendah.
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Babadotan
Kemampuan tumbuh babadotan (Ageratum conyzoides) di berbagai tempat
dan ketinggian ini menunjukan toleransi yang luas, sehingga tanaman babadotan
harus beradaptasi dengan lingkungan. Bertambahnya ketinggian tempat (altitud) dari
permukaan laut berbanding lurus dengan cekaman lingkungan abiotik yang diterima
oleh tumbuhan. Bertambahnya ketinggian tiap 100 mdpl akan terjadi pengurangan
suhu sebesar 0,60C (At’haya, 2020). Faktor lingkungan abiotik pada setiap ketinggian
atau iklim mikro diantaranya suhu tanah, kelembaban tanah, suhu udara, kelembaban
udara, pH tanah dan intensitas cahaya akan berpengaruh terhadap ukuran anatomi sel
batang. Menurut Pratiwi (2019) dalam jurnal At’haya (2020) adanya sedikit saja
perbedaan atau perubahan pada lingkungan akan turut merubah anatomi dari tumbuhan,
hal ini merupakan suatu keunikan dari tumbuhan yang dapat di amati. Perubahan ini
merupakan bentuk adaptasi tanaman babadotan (Ageratum conyzoides) terhadap
lingkungannya agar tumbuhan tetap bisa mempertahankan keberadannya
2.3 Kandungan Tanaman Babadotan
Babadotan (Ageratum conyzoides, L.) dikenal secara luas sebagai tanaman obat
dan pestisida nabati. Daun babadotan dilaporkan dapat dikembangkan sebagai
insektisida botani karena memiliki kandungan bahan aktif saponin, tanin, flavonoid,
polifenol serta minyak atsiri (Hidayanti, dkk, 2017). Pemanfaatan
tanaman babadotan dalam pengobatan antara lain adalah bagian akar tanaman
digunakan untuk menurunkan demam, sedangkan bagian daunnya digunakan sebagai
pencuci mata serta mengobati sakit perut dan luka.
Garg & Grewal (2015) dalam jurnal Hidayanti, dkk (2017) melaporkan bahwa
ekstrak babadotan dalam petroleum eter dan aseton memiliki aktivitas antibakteri
terhadap Stapylococcus aureus, Bacillus subtilis, E.coli, dan Pseudomonas aerogenase.
Ekstrak babadotan dalam fraksi methanol juga dilaporkan memiliki aktivitas
antibakteri (Hidayanti, dkk, 2017). Penelitian Sugara (2011) dalam jurnal Hidayanti,
dkk (2017) menunjukkan bahwa uji aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun
bandotan dan semua fraksinya memiliki spektrum luas karena mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Gram positif dan negatif. Berdasarkan latar belakang dan
beberapa hasil penelitian terkait yang telah dipaparkan, maka fokus penelitian ini
adalah mengkaji formulasi pembuatan krim ekstrak babadotan dengan VCO. Hasil
formulasi krim diteliti lebih lanjut tentang potensinya sebagai krim penyembuhan luka
melalui uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Basillus subtilis dan Escherichia coli.
BAB
IIIIII
METEDOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Pelaksanaan praktikum pembuatan pestisida nabati dilaksanakan di
perumahan Griya Alam Permai Blok G8, Tamalanrea, Makassar. Waktu pelaksanaan
praktikum pembuatan pestisida nabati ini dimulai dari tanggal 15
April 2021 hingga 29 April 2021.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah selang ukuran kecil, ember
ukuran besar, selotip hitam, botol plastik, gunting, pengaduk, alat dokumentasi, dan
alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman babadotan, EM4,
gula merah cair, air kelapa, air cucian beras, dan air biasa.
3.3 Tahapan Pembuatan Pestisida Nabati
Tahapan pembuatan pestisida nabati ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan meliputi, pencarian
tanaman babadotan dan bahan-bahan lainnya.
2. Menggunting daun-daun babadotan dan membuat larutan lainnya seperti
larutan EM4, air kelapa, air cucian beras, dan gula merah cair yang dimasukkan ke
dalam botol plastik yang berbeda
3. Memasukkan semua bahan kedalam ember yang telah disediakan
4. Mengaduk bahan-bahan tadi agar dapat terlarut dengan cepat
5. Menutup ember dengan menggunakan penutup yang sebelumnya telah
dilubangi dan disambungkan dengan selang yang terhubung dengan botol plastik yang
telah diisi dengan setengah air biasa
6. Merapatkan ember, penutup ember, selang dan mulut botol dengan
menggunakan selotip hitam agar tidak ada udara yang dapat masuk ke dalam larutan
yang telah dibuat.
7. Melakukan pengamatan setiap pekan dengan memperhatikan bau yang
dikeluarkan dari pestisida nabati yang telah dikerjakan
8. Mencatat perubahan bau yang diamati dengan menggunakan alat tulis
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Kondisi bau pestisida nabati tiap pengamatan selama tiga pekan.

Pengama Tanggal Kondisi Pestisida


O. tan Pengamatan Nabati
Penga Belum
1 matan Kamis, 15 April mengeluarkan bau
. 2021
perta yang
Mulai
Penga mengeluarkan bau
2 Kamis, 22 April
. matan kedua 2021 tapi bau nya masih
samar- samar.
Penga
3 Kamis, 29 April Bau yang
matan
. 2021 dikeluarkan menyengat.
keti

4.2 Pembahasan
Pada praktikum pembuatan pestisida ini dapat dikatakan berhasil dikarenakan
hasil pengamatan menunjukkan bahwa kondisi pestisida nabati ini sesuai dengan
beberapa kriteria pestisida nabati yang berhasil yaitu, mengeluarkan bau menyengat
kecut, dan selama pengamatan tidak terkontaminasi dengan udara luar ember.
Penggunaan babadotan sebagai pestisida nabati juga merupakan pilihan yang tepat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kamboj & Anjoo (2008) bahwa alkaloid pada daun
babadotan bersifat toksik pada sistem saraf, dan kandungan triterpenoid, dan flavonoid
dapat mempengaruhi sistem pencernaan.
Selain itu, Kandungan aktif tanaman babadotan adalah saponin, flavanoid dan
polifenol mampu mencegah hama mendekati tanaman (penolak) dan mampu
menghambat pertumbuhan larva menjadi pupa. Bau menyengat yang dikeluarkan dari
pestisida nabati babadotan keluar ketika pengamatan ketiga yang dimana bau ini
mempengaruhi keberhasilan pembuatan pestisida nabati.
Kandungan minyak atsiri pada babadotan yang dapat menghasilkan bau dan
uap apabila terhirup terus melalui sistem pernapasan pada konsentrasi tinggi
dapat mengakibatkan depresi pada syaraf sehingga menimbulkan kematian.
Kandungan flavonoid bekerja dengan masuk melalui sistem pernafasan dan merusak
bagian spirakel serta menimbulkan kelayuan pada syaraf yang mengakibatkan kematian
pada serangga. Flavonoid apabila masuk ke sel darah akan berpengaruh terhadap syaraf
sehingga menimbulkan depresi yang berujung kematian seperti pada penelitian
perlakuan penyuntikan ekstrak daun babadotan kepada tikus (Ravinder dan Sarabjit,
2015).
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari praktikum pembuatan pestisida nabati yang telah dilakukan
terdapat beberapa hal yang dapat diketahui sekaligus dipelajari yaitu, pembuatan
pestisida nabati memerlukan waktu yang lumayan lama untuk menunggu proses
fermentasi yang terjadi di dalam wadah, kandungan yang dimiliki babadotan sangat
berguna jika diaplikasikan dalam bentuk insektisida, dan ciri khas keberhasilan
pestisida nabati yaitu, mengeluarkan bau yang menyengat kecut yang dapat menjadi
penanda bahwa pestisida nabati yang telah dibuat telah berhasil.
5.2 Saran
Sebaiknya kegiatan praktikum ini dilakukan secara berkelompok agar dalam
menjalankan pembuatan pestisida nabatinya akan lebih mudah dan juga akan lebih
efektif jika dilakukan secara berkelompok.
DAFTAR PUSTAKA

At’haya, A. M. A. R. I. N. A. Analisis Anatomi Batang Tumbuhan Babadotan


(Ageratum Conyzoides L) Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat. Diss. Fkip
Unpas, 2020.

Hernawati, Erna. Efektivitas pestisida nabati babadotan (Ageratum


conyzoides) dan daun sirsak (Annona muricata L.) dalam pengendalian lalat buah
(Bactrocera carambolae) pada cabai merah (Capsicum annuum L.). Diss. UIN
Sunan Gunung Djati Bandung, 2018.

Hidayati, A. S., and H. Harjono. "Uji Aktivitas Antibakteri Krim Ekstrak Daun
Babadotan (Ageratum conyzoides. L) dalam Pelarut Etanol." Jurnal Mipa 40.1 (2017):
33-38.

Kamboj, & Anjoo. 2008. Ageratum conyzoidesL.: A review on


it’s
phytochemical and pharmacological profile.

Ravinder Kaur dan Sarabjit Kaur, 2015. Anxiolytic Potential of Methanol


Extract form Ageratum conyzoides Linn Leaves. PHCOG J. 7 (4) : 236-241.
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai