Anda di halaman 1dari 10

CRITICAL JOURNAL REVIEW

KIMIA TERAPAN
DosenPengampu : Makharany Dalimunthe, S.Pd., M.Pd

OLEH:
TUPPAL JEREMI SAKTI SIPAYUNG
STEVEN FIRNANDI HUTAPEA

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya  panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas
ini.
Adapun yang menjadi judul tugas saya adalah “Critical Journal Review”. Tujuan saya 
menulis makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing saya “Drs.
Bonaraja Purba, M.Si”dalam mata kuliah “Kalkulus” dan diharapkan pembaca dapat memahami
dan mengerti tentang teknik samping serta dapat memahami faktor dan hal-hal yang
berhubungan dengan buku ini.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa didalam critival Journal Review ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu saya berharap adanya saran dan usulan
demi perbaikan critical Journal Review yang telah saya buat dimasa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Medan, 22 Februari 2021

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................................

BAB I IDENTITAS JURNAL


A. IdentitasJurnal Utama ............................................................................................................
B.IdentitasJurnalPembanding......................................................................................................

BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Kelebihan..............................................................................................................................
B. Kekurangan…………………………………....……………………………………………..
C. Pembahasan…………………………………….……………………………………………

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................................................
B. Saran…………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Jurnal Utama

Judul : Pembuatan Pestisida Nabati Menggunakan MetodeEkstraksiDari Kulit Jengkol

Dan Umbi Bawang Putih

Vol/No : Vol.04/No.01

Penulis : Ifni Rimijuna

ElviYenie

ShintaElystia

Tahun : 2017

JurnalPembanding

Judul : Pembuatan PestisidaOrganik MenggunakanMetodeEkstraksi Dari Sampah

Daun PepayaDan UmbiBawangPutih

Vol/No : Vol.10/No.01

Penulis : ElviYenie

ShintaElystia

Anggi Kalvin

Muhammad Irfhan

Tahun : 2013
BAB II

ANALISI DAN PEMBAHASAN

Kelebihan Dan Kekurangan


JURNAL UTAMA:

dijurnal utama terdapat banyak penjelasan yang tidak ada dijurnal kedua.Jurnal utama menjelaskan
mulai bahan,alat metode dan prosuder kerja dan tahap ujinya sehingga semuanya mudah dipahami
sedangkan

JURNAL PEMBANDING:

Hanya dijelaskan bahan alat dan prosedur saja dan penelitian itu berhasil atau tidak itu tidak ada
dijelaskan hanya dikesimpulan saja berbeda dengan jurnal utama yg menampilkan grafik dari proses
pestisida yang dihasilkan

Pembahasan
Jurnal Utama
Pestisida adalah suatu substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai hama. Pada umumnya pestisida yang digunakan bukan hanya dalam
pertanian saja namun juga diperlukan dalam bidang kesehatan dan rumah tangga. Dalam
kesehatan masyarakat, pestisida digunakan untuk membunuh berbagai vektor penyakit, salah
satunya adalah penyakit malaria, DBD yang ditularkan oleh nyamuk. Salah satu cara yang efektif
untuk mencegah terjadinya penularan penyakit adalah dengan membunuh larvanya. Dalam
pemberantasan larva nyamuk masyakat biasanya menggunakan pestisida sintetik seperti
Temephos (Abate), namun penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama tidak
senantiasa bermakna dapat menurunkan populasi serangga hama, malahan yang sebaliknya dapat
saja terjadi, yakni justru menyebabkan peledakan populasi serangga hama dan berbahaya bagi
lingkungan (Manurung, 2012). Mengurangi dampak negatif tersebut, salah satu
alternatifpengendalian yang dapat ditempuh dengan menggunakan pestisida nabati. Pada
umumnya, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan. Menurut USEPA (2002), pestisida nabati dimasukkan ke dalam kelompok pestisida
biokimia karena mengandung biotoksin. Pestisida biokimia adalah bahan yang terjadi secara
alami dapat mengendalikan hama dengan mekanisme non toksik. Secara evolusi, tumbuhan telah
mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Dari segi
kesehatan manusia pestisida kimia dapat meracuni manusia melalui mulut, kulit, dan pernafasan.
Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa
menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Keracunan kronis
akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena efek racun dapat bersifat karsiogenic
(pembentukan jaringan kanker padatubuh), mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang
akan datang), dan teratogenik (kelahiran anak cacad dari ibu yang keracunan) (Fatmawati, 2012).
Cukup tingginya dampak negative dari penggunaan pestisida kimia (DDT), mendorong berbagai
usaha untuk menekuni pemanfaatan pestisida alami sebagai alternatif pengganti pestisida kimia.
Salah satu pestisida nabati yang dapat digunakan adalah ekstrak dari berbagai tanaman (kulit
jengkol dan umbi bawang putih). Selain ramah lingkungan, pestisida nabati merupakan pestisida
yang relatif aman dan ramah lingkungan serta ekonomis.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 di laboratorium pengendalian dan
pencegahan pencemaran lingkungan Universitas Riau. Metode penelitian yang digunakan adalah
ekstraksi maserasi dan pemisahan senyawa metabolit sekunder dengan evaporator. Maserasi
dilakukan pada suhu ruang untuk mencegah penguapan pelarut secara berlebihan karena faktor
suhu dan dilakukan pengadukan selama 15 menit agar bahan dan pelarut tercampur. Menurut
Kinichi dan Masanori (1990),maserasi lebih baik dilakukan suhu 20- 300C. Perendaman bahan
baku menggunakan pelarut etanol 70%, dengan rasio bahan dan pelarut adalah 1 : 4 yaitu 100gr
bahan baku yang terdiri dari 50gr kulit jengkol, 50 gr umbi bawang putih dan 400ml pelarut
dalam suatu wadah yang tertutup rapat dengan perendaman (3, 5, 7, 9, dan 11 hari). Setelah
bahan baku direndam, selanjutnya dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring whatman.
Penyaringan bertujuan untuk menghilangkan bahan yang berukuran besar dari larutan. Setelah
dilakukan penyaringan ekstrak dilanjutkan dengan proses evaporasi dengan temperature 800C
dengan waktu berkisar 50 menit yang ditandai tidak menetesnya alkohol pada Erlenmeyer.
Pemisahan dilakukan untuk menghasilkan larutan yang bebas dari alkohol yang berdasarkan
perbedaan titik didih sehingga pelarut yang volatile berpindah dari larutan yang homogen
ketempat yang telah disediakan untuk menampung pelarut yang digunakan untuk melakukan
maserasi. Selanjutnya dilakukan penghitungan rendemen. Penentuan rendemen dapat dilakukan
sebagai berikut :

(C )−(a)
Rendemen = ¿ x 100 %
( b )− ( a )

Keterangan :
a = Berat labu destilasi kosong (g)
b= Ekstrak sebelum diuapkan + Berat labu kosong (gr)
c= Ekstrak setelah diuapkan + berat labu kosong (gr) P

JurnalPembanding
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain yang digunakan untuk mengendalikan
berbagai hama. Bagi petani jenis hama yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman
yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria, dan virus, nematoda (cacing yang merusak akar),
siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan (Djojosumarto, 2008). Dahulunya,
manusia menggunakan pestisida nabati dalam pembasmian hama, namun sejak ditemukannya
diklorodifeniltrikloroetan (DDT) tahun 1939, penggunaan pestisida nabati sedikit demi sedikit
ditinggalkan sehingga manusia beralih ke pestisida kimia. Penggunaan pestisida kimia yang tidak
rasional menimbulkan dampak buruk dari segi lingkungan maupun dari segi kesehatan manusia.
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman. Pestisida nabati
sudah digunakan tiga abad yang lalu (Ware, 1982; 1983). Dari segi lingkungan pestisida kimia
dapat menyebabkan pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air
minum, meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan
hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Pestisida juga dapat mengubah perilaku dan morfologi
pada hewan. Selain itu dapat meracuni dan membunuh biota laut seperti fitoplankton. Matinya
fitoplankton berpengaruh pada rantai makanan sehingga menyebabkan ekosistem air terganggu.
Selain itu juga dapat menyebabkan kematian pada ikan. Dari segi kesehatan manusia pestisida
kimia dapat meracuni manusia melalui mulut, kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan
kimia beracun tersebutmasuk ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang
mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang menderita keracunan kronis,
ketahuan setelah selang waktu yang lama, setelah berbulan atau bertahun. Keracunan kronis
akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena efek racun dapat bersifat karsiogenic
(pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang
akan datang), dan teratogenic (kelahiran anak cacad dari ibu yang keracunan) (Fatmawati, 2012).
Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), tercatat bahwa di seluruh dunia terjadi keracunan
pestisida kimia (DDT) antara 44.000 - 2.000.000 orang setiap tahunnya. Banyak negara yang
telah melarang penggunaan pestisida kimia (DDT), begitu juga dengan Indonesia. Departemen
Pertanian Republik Negara Indonesia telah melarang DDT pada tahun 1995. Namun masih
digunakan untuk pembasmian nyamuk malaria. Cukup tingginya dampak negatif dari
penggunaan pestisida kimia (DDT), mendorong berbagai usaha untuk menekuni
pemberdayaan/pemanfaatan pestisida alami sebagai alternatif pengganti pestisida kimia berupa
DDT. Salah satu pestisida alami yang dapat digunakan adalah ekstrak dari berbagai tumbuhan
(daun pepaya dan umbi bawang putih). Selain ramah lingkungan, pestisida alami merupakan
pestisida yang relatif aman dalam penggunaannya dan ekonomis. Sehinggap penelitian ini perlu
dilakukan untuk mengembangkan pembuatan pestisida dari bahan alam.
Hasil ekstrak yang diperoleh dengan menggunakan metode ekstraksi menurut Shahidi
and Naczk, (1991) tergantung pada beberapa faktor, yaitu kondisi alamiah senyawa tersebut,
metode ekstraksi yang digunakan, ukuran partikel contoh uji, kondisi dan waktu penyimpanan,
lama waktu ekstraksi, dan perbandingan jumlah pelarut terhadap jumlah contoh uji, sehingga
variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: variabel tetap adalah bahan
yang dibuat dalam ukuran penghalusan 30 mesh dengan perbandingan bahan dan pelarut adalah
1 : 4 dan variabel bebas yaitu waktu perendaman 3 hari, 5 hari, 7 hari dengan variasi jenis pelarut
yaitu metanol dan etanol. Metode penelitian yang digunakan untuk mengekstrak daun pepaya-
umbi bawang putih adalah secara maserasi. Maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dilakukan
untuk bahan yang tidak tahan panasdengan cara perendaman di dalam pelarut tertentu selama
waktu tertentu. Maserasi dilakukan pada suhu ruang untuk mencegah penguapan pelarut secara
berlebihan karena faktor suhu dan dilakukan pengadukan selama 15 menit agar bahan dan
pelarut tercampur. Menurut Kenichi dan Masanori (1990), maserasi lebih baik dilakukan pada
suhu 20-30 oC. Penyaringan dilakukan setelah proses maserasi selesai yaitu selama 3 hari, 5 hari
dan 7 hari. Tahap – tahap penelitian proses pembuatan pestisida terdiri dari persiapan,
perendaman bahan baku, filtrasi (penyaringan), pemisahan alkohol, penghitungan rendemen,
pengujian metabolit sekunder (uji warna), dan pengujian pada hewan uji (jentik nyamuk).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kulit jengkol dan umbi
bawang putih bisa dijadikan biopestisida. Pengujian senyawa metabolit sekunder dari
rendemen maksimum yang didapatkan dari ekstrak kuli jengkol dan umbi bawang putih
yaitu alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, dan sulfur.

B. Saran

Untuk penelitian selanjutnya, sebaikan lama perendaman ditambah agar


didapatkan hasil yang lebih optimum, dan agar mendapatkan Rendemen yang lebih
tinggi, penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan pelarut yang memiliki kepolaran
yang tinggi dengan bahan baku yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Rimijuna, I., dkk. (2017). Pembuatan Pestisida Nabati Menggunakan MetodeEkstraksiDari

Kulit Jengkol Dan Umbi Bawang Putih. JOM FTEKNIK. 04(01)

Yenie, E., dkk. (2013). Pembuatan PestisidaOrganik MenggunakanMetodeEkstraksi Dari

Sampah Daun PepayaDan UmbiBawangPutih. Jurnal Teknik

Lingkungan. 10(01)

Anda mungkin juga menyukai