KELAS : PSPK 19 E
2. Sifat Kimia
Modulus Elastisitas
o Massal : 58,2/GPa
o Kekakuan : 18,4/GPa
o Youngs : 49,9/GPa
Skala Kekerasan
o Brinell : 51 MN m-2
o Mohs : 1,5
SUMBER TIMAH
Mineral ekonomis penghasil timah putih adalah kasiterit (SnO2), meskipun sebagian kecil
dihasilkan juga dari sulfida seperti stanit, silindrit, frankeit, kanfieldit dan tealit (Carlin, 2008).
Mulajadi timah di daerah jalur timah yang membentang dari Pulau Kundur sampai Pulau
Belitung dan sekitarnya diawali dengan adanya intrusi granit yang berumur ± 222 juta tahun
pada Trias Atas. Magma bersifat asam mengandung gas SnF4, melalui proses pneumatolitik
hidrotermal menerobos dan mengisi celah retakan, dimana terbentuk reaksi: SnF4 + H2O ->
SnO2 + HF2 (Pamungkas, 2006). Cebakan bijih timah merupakan asosiasi mineralisasi Cu, W,
Mo, U, Nb, Ag, Pb, Zn, dan Sn. Busur metalogenik terbentuknya timah 100 - 1000 km. Terdapat
tiga tipe kelompok asosiasi mineralisasi timah putih, yaitu stanniferous pegmatites, kuarsa-
kasiterit dan sulfida-kasiterit (Taylor, 1979).
Urat kuarsa-kasiterit, stockworks dan greisen terbentuk pada batuan beku granitik
plutonik, secara gradual terbentuk stanniferous pegmatites yang ke arah dangkal terbentuk urat
kuarsa-kasiterit dan greisen (Taylor, 1979). Urat berbentuk tabular atau tubuh bijih berbentuk
lembaran mengisi rekahan atau celah (Strong, 1990). Tipe kuarsa-kasiterit dan greisen
merupakan tipe mineralisasi utama yang membentuk sumber daya timah putih pada jalur timah
yang menempati Kepulauan Riau hingga Bangka-Belitung. Jalur ini dapat dikorelasikan dengan
“Central Belt” di Malaysia dan Thailand (Mitchel, 1979).
Mineral utama yang terkandung di dalam bijih timah berupa kasiterit, sedangkan pirit,
kuarsa, zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit, xenotim, dan monasit
merupakan mineral ikutan (http://www.tekmira.esdm.go.id). Timah putih dalam bentuk cebakan
dijumpai dalam dua tipe, yaitu cebakan bijih timah primer dan sekunder. Pada tubuh bijih
primer, kandungan kasiterit terdapat pada urat maupun dalam bentuk tersebar. Proses oksidasi
dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada cebakan timah primer pada atau dekat permukaan
menyebabkan terurainya penyusun bijih timah primer. Proses tersebut menyebabkan juga
terlepas dan terdispersinya timah putih, baik dalam bentuk mineral kasiterit maupun berupa
unsur Sn. Proses pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi yang terjadi terhadap cebakan
bijih timah putih pimer menghasilkan cebakan timah sekunder, yang dapat berada pada tanah
residu maupun letakan sebagai endapan koluvial, kipas aluvial, aluvial sungai maupun aluvial
lepas pantai. Tubuh bijih primer yang berpotensi menghasilkan sumber daya cebakan timah
letakan ekonomis adalah yang mempunyai dimensi sebaran permukaan erosi luas sebagai sumber
dispersi.
Cassiterite
Cassiterite adalah mineral timah oksida dengan rumus SnO2. Berbentuk kristal dengan banyak
permukaan mengkilap sehingga tampak seperti batu perhiasan. Kristal tipis Cassiterite tampak
translusen. Cassiterite adalah sumber mineral untuk menghasilkan logam timah yang utama dan
biasanya terdapat dialam di alluvial atau aluvium.
Stannite
Stannite adalah mineral sulfida dari tembaga, besi dan timah. Rumus kimianya adalah
Cu2FeSnS4 dan merupakan salah satu mineral yang dipakai untuk memproduksi timah. Stannite
mengandung sekitar 28% timah, 13% besi, 30% tembaga, dan 30% belerang. Stannite berwarna
biru hingga abu-abu.
Cylindrite
Cylindrite merupakan mineral sulfonat yang mengandung timah, timbal, antimon, dan besi.
Rumus mineral ini adalah Pb2Sn4FeSb2S14. Cylindrite membentuk kristal pinakoidal triklinik
dimana biasanya berbentuk silinder atau tube dimana bentuk nyatanya adalah gulungan dari
lembaran kristal ini. Warna cylindrite adalah abu-abu metalik dengan spesifik gravity 5,4.
Pertama kali ditemukan di Bolivia pada tahun 1893.
PENGOLAHAN TIMAH
1. Penambangan
Penambangan timah putih dilakukan dengan beberapa cara, yaitu semprot, penggalian
dengan menggunakan excavator, atau menggunakan kapal keruk untuk penambangan endapan
aluvial darat yang luas dan dalam serta endapan timah lepas pantai. Kapal keruk dapat beroperasi
untuk penambangan cebakan timah aluvial lepas pantai yang berada pada kedalaman sekitar 15
meter sampai dengan 50. Penambangan menggunakan cara semprot dilakukan terutama pada
endapan timah aluvial darat dengan sebaran tidak luas dan relatif dangkal. Penambangan dengan
menggunakan shovel/excavator dilakukan untuk menggali cebakan timah putih tipe residu, yang
merupakan tanah lapukan bijih primer, umumnya berada pada lereng daerah perbukitan.
Penambangan oleh masyarakat umumnya dilakukan dengan cara semprot. Banyak juga
penambangan dalam sekala kecil terdiri dari satu atau dua orang, menggunakan peralatan sangat
sederhana berupa sekop, saringan dan dulang, seperti penambangan oleh masyarakat di lepas
pantai menggunakan sekop dengan panjang sekitar 2,5 meter, dan dilakukan pada saat air laut
surut. Penambangan banyak dilakukan pada wilayah bekas tambang dan sekitarnya.
Bahkan tailing yang semula dianggap sudah tidak ekonomis, kembali diolah untuk dimanfaatkan
kandungan timah putihnya. Penambangan oleh masyarakat di lepas pantai selain menggunakan
peralatan manual sederhana, menggunakan juga pompa hisap dan perahu.
SENYAWA-SENYAWA TIMAH
Senyawaan timah yang penting adalah organotin, SnO2, Stanat, timah klorida, timah
hidrida, dan timah sulfide.
1. Senyawaan Organotin
Seperti yang telah dijelaskan diatas senyawa organotin adalah senyawa yang dibangun
dari timah dan substituen hidrokarbon sehingga terdapat ikatan C-Sn. Contoh beberapa senyawa
organotin ini adalah:
Tetrabutiltimah, dipakai sebagai material dasar untuk sintesis senyawaan di- dan tributil.
Dialkil atau monoalkil-timah, dipakai sebagai stabilisator panas dalam pembuatan PVC.
Tributil-Timah oksida, dipakai untuk pengawetan kayu.
Trifenil-Timah asetat, merupakan kristal putih yang dipakai untuk insektisida dan fungisida.
Trifenil-timah klorida dipakai sebagai biosida
Trimetil-timah klorida, dipakai sebagai biosida dan sintesis senyawa organic.
Trifenil-timah hidroksida, untuk fungisida dan engontrol serangga. dll
Senyawa organotin dibuat dari reagen Grignard dengan timahtetraklorida. Metode yang
lain adalah dengan menggunakan reaksi Wurtz seperti senyawaan alkil natrium dengan tmah
halide ataupun dengan menggunakan reaksi pertukaran antara timah halide dengan senyawaan
organo-aluminium.
Flux
Flux merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses penyolderan. Flux adalah
senyawa yang bersifat korosif dan berfungsi untuk menghilangkan lapisan oksidasi dari
permukaan benda yang disolder, mencegah pembentukan lapisan oksidasi baru saat disolder dan
menurunkan ketegangan permukaan (surface tension) timah solder cair.
Lapisan oksidasi menghalangi timah solder membasahi permukaan benda yang disolder,
akibatnya adalah sambungan solder tidak menempel, atau dikenal dengan istilah cold joint.
Sedangkan ketegangan permukaan yang lebih rendah akan memudahkan timah solder cair untuk
mengalir membasahi permukaan benda yang disolder. Akibat lain dari kesalahan
penggunaan flux adalah timah solder cair lengket dan tertarik oleh ujung alat solder, sehingga
sambungan solder tidak rata dan berujung runcing.
Jenis-Jenis Flux
Flux, berdasarkan jenisnya, dapat digolongkan kedalam dua kategori, yaitu rosin dan
senyawa asam (acid). Rosin terbuat dari getah pohon pinus atau konifer yang telah dibersihkan
dan diolah. Flux senyawa asam haruslah dicuci bersih setelah proses penyolderan. Jika tidak,
sisa flux yang tertinggal dan bersifat korosif akan merusak sambungan solder, kaki komponen
dan permukaan papan cetak. Flux jenis ini juga bersifat menarik uap air dari udara sekitar
(hygroscopic) dan jika dibiarkan akan menyebabkan arus pendek pada rangkaian elektronika.
Rosin, disisi lain, hanya aktif bekerja saat dipanaskan dengan alat solder. Setelah proses
penyolderan selesai, flux rosin yang telah dingin kembali menjadi tidak aktif, tidak konduktif dan
tidak korosif, sehingga dapat dibiarkan tinggal dipermukaan sambungan solder dan papan cetak
tanpa perlu dicuci (no-clean flux). Selain flux rosin alami yang berasal dari getah pohon pinus,
juga terdapat flux rosin buatan (synthetic rosin) dengan karakteristik menyerupai flux
rosin alami.
Flux juga dapat dikategorikan berdasarkan tingkat keaktifannya, yaitu tidak aktif
(inactive), aktif ringan (mildly active), aktif (active) dan sangat aktif (highly active). Flux tidak
aktif hanya mencegah terbentuknya lapisan oksidasi baru saat sedang disolder.
Sedangkan flux lainnya, selain mencegah, juga dapat membersihkan lapisan oksidasi yang telah
terbentuk. Flux yang lebih aktif mampu membersihkan lapisan oksidasi yang lebih tebal dan
noda-noda lain. Akan tetapi karena bersifat lebih korosif, flux jenis ini harus dibersihkan setelah
proses penyolderan.
Kaki-kaki komponen elektronika yang baru lazimnya telah dilapisi dengan timah solder
(tinned) dan dalam keadaan bersih. Oleh sebab itu, tidak diperlukan flux yang terlalu
aktif. Flux yang tepat untuk digunakan dibidang elektronika adalah jenis rosin atau rosin sintetik
aktif ringan yang tidak perlu dibersihkan (no-clean flux).
Flux Tambahan
Timah solder, terutama yang digunakan dibidang elektronika, sudah
mengandung flux yang diisikan kedalam sejumlah saluran ditengah-tengah kawat timah solder
(multi-core). Jumlah flux yang terkandung di dalam timah solder jenis ini biasanya berkisar
diantara 1% - 4%, tergantung kepada jenis flux-nya. Jumlah saluran yang lebih dari satu
ditujukan untuk memperbaiki dan meratakan penyebaran flux keseluruh permukaan benda yang
disolder.
Flux tambahan juga tersedia dipasaran dan dapat dipakai jika benda yang disolder terlalu
kotor dan timah solder cair gagal menempel. Akan tetapi, sebelum memutuskan untuk
menggunakan flux tambahan, usahakan terlebih dahulu untuk membersihkan permukaan benda
yang kotor dengan menggunakan sabut nilon atau ampelas yang sangat halus. Jika
penggunaan flux tambahan tidak bisa dihindarkan, pastikan sisa-sisa flux dibersihkan setelah
proses penyolderan.
f. Perunggu Seng
Perunggu seng ialah perunggu tembaga timah dengan tambahan seng 2% sampai 7%.
Bahan itu dipakai terutama untuk bantalan-bantalan (campuran tuang).
g. Perunggu silicon
Perunggu silicon baik sebagai paduan tuang maupun paduan kepal mempunyai kadar Si
0,5% samapai 4,5%. Selain dari itu ada bahan-bahan tambahan dari timah, nikel, mangan, besi,
dan seng dalam bermacam-macam persenyawaan. Sebagian dapat dijadikan misalnya cupoder
yang mempunyai tahan tarik dan kekerasan yang tinggi.
h. Perunggu Timbel
Perunggu timbel mempunyai kadar timbel (Pb) 5-35%. Jika perlu dengan tambahan Sn
dan Ni sebagai blok-blok bantalan yang berupa lapisan tipis dalam bus bantalan.
KEGUNAAN TIMAH
Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak dipergunakan untuk
solder (52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan & perunggu
(5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%).
1. Logam Timah dan Paduannya
Logam timah banyak manfaatnya baik digunakan secara tunggal maupun sebagai paduan
logam (alloy) dengan logam yang lain terutama dengan logam tembaga. Logam timah juga
sering dipakai sebagai container dalam berbagai macam industri. Contoh-contoh paduan antara
tembaga dan timah adalah:
Pewter, merupakan paduan antara 85-99% timah dan sisanya tembaga, antimony, bismuth,
dan timbale. Banyak dipakai untuk vas, peralatan ornament rumah, atau peralatan rumah
tangga.
Bronze adalah paduan logam timah dengan tembaga dengan kandungan timah sekitar 12%.
Fosfor Bronze adalah paduan bronze yang ditambahkan unsur fosfor.
BAHAYA TIMAH