Latar Belakang
Indonesia kaya dengan berbagai sumber daya mineral yang harus dioptimalkan
pemanfaatannya. Salah satunya yang dimiliki Indonesia adalah bijih timah dengan
kandungan stanium ( Sn ). Menurut Noer ( 1998 ), kasiterit ( SnO ) adalah mineral utama
pembentuk timah dengan batuan pembawanya adalah granit, sementara Sujitno ( 2007 )
menjelaskan kegunaan timah antara lain untuk bahan pencampur pembuatan alat - alat musik (
gong, gamelan, dan lonceng ), bahan pembuat kemasan kaleng, bahan solder, senjata ( peluru
/ amunisi ), bahan pelapis anti karat dan kerajinan cindera mata ( pewter ).
A. Konsep
Timah putih (Sn) adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang
rendah, berat jenis 7,3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi.
Logam timah putih bersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timah diperoleh terutama dari
mineral kasiterit yang terbentuk sebagai oksida, tidak mudah teroksidasi, sehingga tahan karat.
Timah biasa terbentuk oleh 9 isotop yang stabil. Ada 18 isotop lainnya yang diketahui.
Timah merupakan logam perak keputih-putihan, mudah dibentuk, ductile dan memilki struktur
kristal yang tinggi. Jika struktur ini dipatahkan, terdengar suara yang sering disebut tangisan
B. Proses Terbentuknya
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan
batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah,
serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan aluvium, eluvial, dan
koluvium.
1
Tipe kuarsa-kasiterit dan greisen merupakan tipe mineralisasi utama yang membentuk
sumber daya timah putih pada jalur timah yang menempati Kepulauan Riau hingga Bangka-
Belitung. Jalur ini dapat dikorelasikan dengan Central Belt di Malaysia dan Thailand
(Mitchel, 1979).
Mineral utama yang terkandung di dalam bijih timah berupa kasiterit, sedangkan pirit,
kuarsa, zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit, xenotim, dan monasit
cebakan dijumpai dalam dua tipe, yaitu cebakan bijih timah primer dan sekunder. Pada tubuh
bijih primer, kandungan kasiterit terdapat pada urat maupun dalam bentuk tersebar.
Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada cebakan timah primer pada
atau dekat permukaan menyebabkan terurainya penyusun bijih timah primer. Proses tersebut
menyebabkan juga terlepas dan terdispersinya timah putih, baik dalam bentuk mineral kasiterit
Proses pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi yang terjadi terhadap cebakan
bijih timah putih pimer menghasilkan cebakan timah sekunder, yang dapat berada pada tanah
residu maupun letakan sebagai endapan koluvial, kipas aluvial, aluvial sungai maupun aluvial
lepas pantai. Tubuh bijih primer yang berpotensi menghasilkan sumber daya cebakan timah
letakan ekonomis adalah yang mempunyai dimensi sebaran permukaan erosi luas sebagai
sumber dispersi.
Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral utama yaitu
kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite,
kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Sumber timah Indonesia
merupakan bagian jalur timah Asia Tenggara (The South East Tin Belt), jalur timah terkaya di
dunia yang membentang mulai dari selatan China, Thailand, Birma, Malaysia sampai
Indonesia. Genetis kehadiran timah bermula dengan adanya intrusi granit yang diperkirakan
2
222 juta tahun yang lalu pada Masa Triassic Atas, Magma yang bersifat asam mengandung gas
SnF4, yang melalui proses pneumatolitik hidrotermal menerobos dan mengisi celah retakan, di
C. Sebaran Wilayah
Sebaran timah putih di Indonesia berada pada bagian Jalur Timah Asia Tenggara, jalur
timah terkaya di dunia yang membentang mulai dari bagian selatan China, Thailand, Birma,
Indonesia sebagai produsen timah putih terbesar dunia, mengalami pasang surut dalam
pengusahaan pertambangan timah putih. PT. Timah yang merupakan produsen timah terbesar,
pada awal tahun 1990an melakukan restrukturisasi dengan melakukan penciutan jumlah
karyawan serta melepas sebagian wilayah izin usaha pertambangannya. Akan tetapi dengan
meningkatnya harga timah di pasaran dunia pada beberapa tahun terakhir, serta masih
banyaknya sumberdaya timah yang masih tersisa di alam, maka bekas wilayah usaha
pertambangan timah yang telah ditutup sebagian kembali diusahakan oleh pelaku usaha
D. Manfaat
Penggunaan timah untuk paduan logam telah berlangsung sejak 3.500 tahun sebelum
masehi, sebagai logam murni digunakan sejak 600 tahun sebelum masehi. Kebutuhan timah
putih dunia setiap tahun sekitar 360.000 ton. Logam timah putih bersifat mengkilap, mudah
dibentuk dan dapat ditempa (malleable), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan
karat. Kegunaan timah putih di antaranya untuk melapisi logam lainnya yang berfungsi
mencegah karat, bahan solder, bahan kerajinan untuk cendera mata, bahan paduan
logam, casing telepon genggam. Selain itu timah digunakan juga pada industri farmasi, gelas,
3
agrokimia, pelindung kayu, dan penahan kebakaran. Timah merupakan logam ramah
manusia. Kebanyakan penggunaan timah putih untuk pelapis/pelindung, dan paduan logam
dengan logam lainnya seperti timah hitam dan seng. Konsumsi dunia timah putih untuk pelat
o Banka LL 100 ppm, Banka LL50 ppm, Banka LL 40 ppm, Banka LL 80 ppm, Banka
LL200 ppm
3. Banka Pyramid
4. Banka Anoda
E. Potensi
Potensi timah putih di Indonesia tersebar sepanjang kepulauan Riau sampai Bangka
Belitung, serta terdapat di daratan Riau (Gambar 2) yaitu di Kabupaten Kampar dan Rokan
Ulu. Sumber daya timah putih yang telah diusahakan merupakan Cebakan sekunder, baik
terdapat sebagai tanah residu dari cebakan primer, maupun letakan sebagai aluvial darat dan
lepas pantai.
4
Endapan aluvial darat mempunyai pola sebaran memanjang mengikuti lembah sungai yang
masih aktif maupun sungai purba, menerus ke arah lepas pantai membentuk pola yang
menunjukkan arah dispersi dari cebakan primer tertranspot melalui media air, membentuk
endapan aluvial darat menerus ke arah lepas pantai. Pola sebaran memanjang mengikuti lembah
aluvial daratan menerus ke arah lepas pantai, dengan komponen penyusun umumnya
Harga timah putih yang sangat rendah pada akhir tahun 1980an sampai pertengahan
sumber daya yang masih signifikan untuk saat ini kembali diusahakan. Potensi sumber daya
timah putih masih sangat prospektif untuk diusahakan, baik timah pada endapan in-situ yang
belum pernah dimanfaatkan, maupun yang terkandung pada tailing tambang lama.
Penambangan timah putih lepas pantai, selama ini menggunakan kapal keruk yang
mempunyai kapasitas dapat menjangkau kedalaman 15-50 meter (http://timah .com). Sumber
daya timah putih dengan sebaran berada pada kedalaman dari permukaan air lebih dari 50 meter
atau kurang dari 15 meter tidak tertambang. Penggunaan kapal hisap yang mempunyai
kapasitas dapat menjangkau kedalaman lebih dari 50 meter memberikan peluang untuk
mengusahakan endapan timah putih lepas pantai tersebut. Selain itu endapan pada lepas pantai
yang dangkal kurang dari 15 meter dapat diusahakan oleh masyarakat atau untuk pertambangan
sekala kecil. Mengingat hal tersebut, maka aktifitas eksplorasi untuk mendapatkan sumber daya
timah putih khususnya endapan lepas pantai kembali marak dilakukan akhir-akhir ini.
Kadar timah terendah ekonomis (cut off grade) pada tahun 2007 untuk endapan timah
aluvial pada kisaran kadar 0.01% Sn, atau cebakan bijih timah primer dengan kadar sekitar
terus meningkat disertai konsumsi dunia yang meningkat juga, mengakibatkan cut off
grade (COG) cenderung menurun, oleh karena itu sumber daya timah dengan kadar rendah
5
yang pada masa lalu tidak ekonomis diusahakan, dapat menjadi cadangan yang mempunyai
nilai ekonomi. Peningkatan jumlah status sumber daya menjadi cadangan tersebut dapat
memberikan peluang pengembangan cebakan timah yang pada beberapa wilayah telah
Pada neraca Pusat Sumber Daya Geologi, tahun 2007, tercatat sumber daya timah putih
berupa bijih sebesar 4.037.304 ton, atau dalam bentuk logam 622.626 ton, cadangan bijih
mempunyai nilai ekonomi 543.796 ton, atau berupa logam 442.763 ton. Potensi tersebut
terdapat pada daerah-daerah penghasil timah utama meliputi Bangka, Belitung, Kundur dan
Kampar. Sedangkan perkembangan akhir-akhir ini dengan kegiatan eksplorasi yang semakin
Pulau Singkep pada masa lalu termasuk produsen timah yang besar, pada awal tahun
1990an dilakukan pengakhiran tambang, dengan masih menyisakan sumber daya timah.
Kegiatan eskplorasi dan penambangan kembali marak pada beberapa tahun terakhir. Wilayah
bekas tambang PT. Timah hampir seluruhnya kembali diusahakan oleh beberapa perusahaan
Pulau Bintan yang belum menghasilkan Timah, mempunyai sumber daya timah
meskipun dalam sekala yang tidak besar. Demikin juga wilayah lain pada sepanjang jalur timah
yang meliputi Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, serta sekitar Kabupaten Kampar dan
Rokan Ulu Provinsi Riau, potensial untuk kemungkinan ditemukannya sumber daya atau
cadangan baru. Terutama sumber daya sekala kecil di daratan, dan sumber daya lepas pantai
Mineral yang terkandung di dalam bijih timah berupa kasiterit sebagai mineral utama,
pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit, kuprit, senotim, dan
monasit merupakan mineral ikutan. Mineral-mineral ikutan pada bijih timah akan terpisahkan
6
Genesa Endapan Timah
Pembentukan mineral primer secara garis besar dapat di klasifikasikan menjadi 5 jenis
- Fase pegmatitik
- Fase pneumatolitik
- Fase hidrothermal
- Fase vulkanik
Dari ke lima jenis fase endapan diatas akan menghasilkan sifat sifat endapan yang
a. Kristalisasi magmanya
3. Reaksi kimia antara batuan yang telah ada dengan larutan pembawa bijih
Endapan timah sekunder berasal dari endapan timah primer yang mengalami pelapukan
yang kemudian terangkut oleh aliran air dan akhirnya terkonsentrasi secara selektif berdasarkan
perbedaan berat jenis dengan bahan lainnya. Berdasarkan tempat atau lokasi pengendapannya
7
1. Endapan Elluvial
Endapan elluvial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat pelapukan secara
intensif. Proses ini diikuti dengan disentegrasi batuan samping dan perpindahan
Tersebar pada batuan sedimen atau batuan granit yang telah lapuk
2. Endapan Kollovial
Endapan kollovial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat peluncuran hasil
pelapukan endapan bijih timah primer pada suatu lereng dan terhenti pada suatu gradien yang
3. Endapan Alluvial
Endapan bijih yang terjadi akibat proses transportasi sungai, dimana mineral berat
dengan ukuran butiran yang lebih besar diendapkan dekat dengan sumbernya, sedangkan
mineral mineral yang berukuran lebih kecil diendapkan jauh dari sumbernya.
4. Endapan Miencan
8
Endapan bijih timah yang terjadi akibat pengendapan yang selektif secara berulang ulang
5. Endapan Disseminated
Endapan bijih timah yang terjadi akibat transportasi oleh air hujan. Jarak transportasi
sangat jauh sehingga menyebabkan penyebaran yang luas tetapi tidak teratur.
Endapan timah di Indonesia merupakan lanjutan dari salah satu jalur timah terkaya di
dunia yang membujur dari Cina Selatan, Myanmar, Thailand, Malaysia, hingga Indonesia,
meliputi pulau-pulau Karimun, Kundur, Singkep, Bangka Belitung, serta Kepulauan Anambas,
Natuna dan Karimata ( Noer, 1998 ). Penambangan timah terbesar berada di Pulau Bangka,
Belitung dan Singkep ( PT. Timah Tbk, 2006 ). Kegiatan penambangan timah dipulau-pulau
Sebagai masyarakat Bangka Belitung kita pasti mengenal yang namanya PT. Timah.
PT. Timah berperan sangat penting dalam pembangunan daerah di Kepulauan Bangka
Belitung. PT. Timah sendiri adalah perusahaan tambang milik negara ( BUMN ) yang
diwariskan sejak zaman penjajahan Belanda. Peran PT. Timah untuk turut membantu
pembangunan di Bangka Belitung sangatlah aktif. Di mulai dari penerimaan karyawan yang di
prioritaskan putra - putri daerah Bangka Belitung sampai ke reklamasi pasca penambangan
9
baik itu oleh PT. Timah sendiri maupun dari Tambang Inkonvensional ( TI ) oleh masyarakat
setempat.
1. EKSPLORASI
untuk mengetahui, memperkirakan, dan mendapatkan ukuran, bentuk, posisi, kadar rata rata
serta jumlah cadangan suatu endapan mineral agar dapat menentukan kualitas dan kwantitas
dari suatu endapan tersebut diperuntukkan mengetahui nilai ekonomisnya. Kegiatan eksplorasi
ini perlu dilakukan sebelum kegiatan penambangan karena menghindari resiko kerugian yang
sumber daya mineral (resources) yang terdapat dibumi menjadi cadangan terukur yang siap
untuk di tambang (miniable reserve). Tahapan eksplorasi ini mencakup kegiatan untuk mencari
dimana keterdapatan suatu endapan mineral, menghitung berapa banyak dan bagaimana
kondisinya, serta ikut memikirkan bagaimana sistem pendayagunaannya. Kajian ekonomi pada
Beberapa ilmu penunjang yang mendukung kegiatan eksplorasi ini antara lain :
- Hidrogeologi, geoteknik
10
Ekonomi endapan mineral Secara umum aliran kegiatan/eksplorasi endapan bahan
galian dimulai dengan kegiatan prospeksi atau eksplorasi pendahuluan yang meliputi kegiatan
persiapan di kantor (kompilasi foto udara, citra landast, GIS, peta-peta yang sudah ada, atau
laporan yang tersedia) sampai kepada survei geologi awal yang terdiri dari peninjauan
lapangan, pemetaan geologi regional, pengambilan contoh (scout sampling) serta memetakan
mineralisasi endapan untuk mengetahui apakah kegiatan eksplorasi ini bisa dilanjutkan atau
tidak.
pemetaan geologi rinci serta pengambilan contoh dengan jarak yang relatif rapat sesuai dengan
sifat endapan bahan galian termaksud. Contoh-contoh yang diperoleh kemudian dianalisis di
laboratorium untuk ditentukan kadar, sifat fisik lain yang menunjang kegiatan penambangan.
Perhitungan cadangan dilakukan dengan berbagai metode perhitungan yang sesuai untuk jenis
endapan tertentu, antara lain dengan cara area of influence, triagular grouping,cara penampang,
cara block system dan lain sebagainya. Secara konvensional sampai kepada cara geostatistik
(kriging). Kegiatan eksplorasi diawali dengan melakukan studi pendahuluan, berupa studi
literatur tentang genesa timah, keterdapatan, studi fisiografis, lithologi dan stratigrafi daerah
eksplorasi. Studi ini juga dilakukan tinjauan kembali terhadap data pemboran yang telah
dilakukan. Kemudian dilakukan penetapan wilayah studi dan dibuat suatu program pemboran.
2. Bentuk endapan
3. Kedalaman endapan
11
7. Sifat-sifat batuan samping
8. Jumlah cadangan
2. Metode geokimia
3. Metode geofisika
6. Metode pemboran
Bangka Belitung :
Penambangan Timah Lepas Pantai (laut lepas). Pada kegiatan penambangan lepas
pantai, perusahaan mengoperasikan armada kapal keruk untuk operasi produksididaerah lepas
pantai (off shore). Armada kapal keruk mempunyai kapasitas mangkok (bucket) mulai dari
ukuran 7 cuft sampai dengan 24 cuft. Kapal keruk dapat beroperasi mulai dari kedalaman 15
meter sampai 50 meter di bawah permukaan laut dan mampu menggali lebih dari 3,5 juta meter
kubik material setiap bulan. Setiap kapal keruk dioperasikan oleh karyawan yang berjumlah
lebih dari 100 karyawan yang waktu bekerjanya terbagi atas 3 kelompok dalam 24 jam
sepanjang tahun.
Hasil produksi bijih timah dari kapal keruk diproses di instalasi pencucian untuk
mendapatkan kadar minimal 30% Sn dan diangkut dengan kapal tongkang untuk dibawa ke
Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) untuk dipisahkan dari mineral ikutan lainnya selain bijih
12
timah dan ditingkatkan kadarnya hingga mencapai persyaratan peleburan yaitu minimal 70-
72% Sn.
system operasional yang digunakan tidaklah sama seperti pada wilayah lepas pantai. Proses
atau mitra usaha melakukan kegiatan penambangan berdasarkan perencanaan yang diberikan
oleh perusahaan dengan memberikan peta cadangan yang telah dilakukan pemboran untuk
mengetahui kekayaan dari cadangan tersebut dan mengarahkan agar sesuai dengan pedoman
atau prosedur pengelolaan lingkungan hidup dan keselamatan kerja di lapangan. Hasil produksi
dari mitra usaha dibeli oleh perusahaan sesuai harga yang telah disepakati dalam Surat
Pada daerah tertentu, penambangan timah darat menghasilkan wilayah sungai besar
yang disebut dengan kolong/danau. Kolong/danau itulah merupakan inti utama cara kerja
penambangan darat, karena pola kerja penambangan darat sangat tergantung pada pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya air dalam jumlah besar. Sehingga bila kita lihat dari udara,
penambangan timah darat selalu menimbulkan genangan ari dalam jumlah besar seperti danau
perusahaan dilaksanakan oleh kontraktor swasta yang merupakan mitra usaha dibawah kendali
perusahaan. Hampir 80% dari total produksi perusahaan berasal dari penambangan di darat
mulai dari Tambang Skala Kecil berkapasitas 20 m3/jam sampai dengan Tambang Besar
berkapasitas 100 m3/jam. Produksi penambangan timah menghasilkan bijih pasir timah dengan
kadar tertentu.
13
3. PENGOLAHAN
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan pemisahan
berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh, setelah itu dilakukan pengujian
untuk mengetahui kadar bijih setelah pencucian. Prosedur penelitian kadar tersebut adalah
mengamatinya dengan mikroskop dan menghitung jumlah butir dimana butir timah dan
pengotornya memiliki karakteristik yang berbeda sehinga dapat diketahui kadar atau jumlah
kandungan timah pada bijih. Timah diolah dari bijih timah yang didapatkan dari batuan atau
mineral timah ( kasiterit SnO2 ). Proses produksi logam timah dari bijinya melibatkan
serangkaian proses yang terbilang rumit yakni pengolahan mineral ( peningkatan kadar
timah/proses fisik dan disebut juga upgrading ), persiapan material yang akan dilebur, proses
peleburan, proses refining dan proses pencetakan logam timah. Pemakaian timah biasanya
dalam bentuk paduan timah yang dikenal dengan nama timah putih yakni campuran 80% timah,
11 % antimony dan 9% tembaga serta terkadang ditambah timbal. Timah putih ini terutama
dipakai untuk peralatan logam pelindung dan pipa dalam industri kimia, industri bahan
makanan dan untuk menyimpan bahan makanan. Proses pengolahan timah ini bertujuan sesuai
dengan namanya yaitu meningkatkan kadar kandungan timah dimana Bijih timah diambil dari
dalam laut atau lepas pantai dengan penambangan atau pengerukan setelah itu dilakukan
pembilasan dengan air atau washing dan kemudian diisap dengan pompa. Bijih timah hasil dari
mineral maka kadar kandungan timah menjadi lebih dari 70 %, sedangkan bijih timah hasil
penambangan darat biasanya mengandung kadar timah yang sudah cukup tinggi >60%.
14
b. Washing atau Pencucian
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore bin yang
berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian 15 ton bijh per jam. Di dalam
ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan air tekanan dan debit yang sesuai dengan umpan.
Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz.bijih timah yang
mempunyai berat jenis lebih berat akanj mengalir ke bawah yang berarti kadar timah yang
diinginkan sudah tinggi sedangkan sisanya, yang berkadar rendah yang juga berarti
mengandung pengotor atau gangue lainya seperti quarsa , zircon, rutile, siderit dan sebagainya
d. Pengolahan tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai yang mungkin
masih tersisa didalam tailing atau buangan. Prosesnya adalah dengan gaya sentrifugal. Namun
saat ini proses tersebut sudah tidak lagi digunakan karena tidak efisien karena kapasitas dari
e. Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan
memanaskan pipa besi yang ada di tengah tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api
f. Klasifikasi
15
menggunakan alat seperti shaking table , air table dan multi gravity separator(untuk pengolahan
terak/tailing).
Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang terbilang tinggi
seperti zircon dan thorium ( unsur radioaktif ) akan diambil dengan mengolah kembali bijih
timah hasil proses awal pada Amang Plant. Mula - mula bijih diayak dengan vibrator listrik
berkecepatan tinggi dan disaring/screening sehingga akan terpisah antara mineral halus berupa
cassiterite dan mineral kasar yang merupakan ikutan. Mineral ikutan tersebut kemudian diolah
pada air table sehingga menjadi konsentrat yang selanjutnya dilakukan proses smelting,
nonkonduktornya atau sifat konduktivitasnya. Mineral konduktor antara lain: Cassiterite dan
Ilmenite. Mineral nonconductor antara lain: Thorium, Zircon dan Xenotime. Lalu masing -
4. PELEBURAN ( SMELTING )
a. Proses pre-smelting
material,pengontrolan dan penimbangan sehingga untuk proses pengolahan timah akan efisien.
- Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan hardhead dan slag II.
16
Proses peleburan berlangsung seharian 24 jam dalam tanur guna menghindari
kerusakan pada tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam peleburan. Pada
tiap tanur terdapat bagian bagian yang berfungsi sebagai panel kontrol: single point
recorder dan combustion air controller. Udara panas yang dihembuskan ke dalam mfurnace
atau tanur berasal dari udara luar / atmosfer yang dihisap oleh axial fan exhouster yang
peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan baku bijih timah atau
slagI dimasukkan kedalam tanur melalui hopper furnace. Dalam tanur terjadi proses reduksi
dengan suhu 1100 15000C.unsure unsure pengotor akan teroksidasi menjadi senyawa
oksida seperti As2O3 yang larut dalam timah cair. Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi
logam timah murni namun adapula yang ikut ke dalam slag dan juga dalam bentuk debu
bersamaan dengan gas gas lainnya. Setelah peleburan selesai maka hasilnya dimasukkan ke
dimasukkan kedalam float untuk dilakukan pendinginan /penurunan temperatur hingga 4000C
5. PEMURNIAN (REFINING )
- Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur sehingga material
yang akan direfining cair, ditambahkan mineral lain yang dapat mengikat pengotor atau
impurities sehingga logam berharga dalam hal ini timah akan terbebas dari impurities atau
hanya memiliki impurities yang amat sedikit, karena afinitas material yang ditambahkan
terhadap pengotor lebih besar dibanding Sn. Contoh material lain yang ditambahkan untuk
17
mengikat pengotor: serbuk gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium untuk untuk
mengurangi kadar As sehingga terbentuk AsAl, dan penambahan sulfur untuk mengurangi
kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk CuS dan NiS. Hasil proses refining ini menghasilkan
logam timah dengan kadar hingga 99,92% (pada PT.Timah). Analisa kandungan impurities
yang tersisa juga diperlukan guina melihat apakah kadar impurities sesuai keinginan, jika tidak
- Eutectic Refining
parameter proses tetap konstan sehingga dapat diperoleh kualitas produk yang stabil. Proses
pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar Lead atau Pb yang terdapat pada timah sebagai
Pb- Sn, pada saat eutectic temperature lead pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan
Prinsip utamnya adalah dengan mempertahankan temperatur yang mendekati titik solidifikasi
timah.
- Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar yang lebih tinggi lagi
dari pyrorefining yakni 99,99%( produk PT. Timah: Four Nine ). Proses ini melakukan prinsip
yang menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang sangat tinggi dengan dua komponen
utama yaitu dua buah elektroda anoda dan katoda yang tercelup ke dalam bak
(timah berkadar 99,99% ) yang disebut pula starter sheetsebagai katodanya, berbentuk plat tipis
sedangkan anodanya adalah ingot timah yang beratnya berkisar 130 kg dan larutan
elektrolitnya H2SO4. proses pengendapan timah ke katoda terjadi karena adanya migrasi dari
18
anoda menuju katoda yang disebabkan oleh adanya arus listrik yang mengalir dengan voltase
6. PENCETAKAN
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan pencetakan
secara manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton, pompa cetak and cetakan logam.
Proses ini memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana temperatur timah cair adalah 2700C.
Sedangkan proses pencetakan otomatis menggunakan casting machine, pompa cetak, dan
melting kettleberkapasitas 50 ton dengan proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60 ton.
2. Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan pertama pada serinya,
3. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan berikutnya dan permukaan
timah yang telah dicetak dibersihkan dari drossnya dan segera dipasang capa pada
4. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan akan merata
sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang bagus atau sesuai standar.
timah.Pendistribusian logam timah hampir 95% dilaksanakan untuk memenuhi pasar di luar
negeri atau ekspor dan sebesar 5% untuk memenuhi pasar domestik. Negara tujuan ekspor
logam Timah antara lain adalah wilayah Asia Pasifik yang meliputi Jepang, Korea, Taiwan,
19
Cina dan Singapura, wilayah Eropa meliputi Inggris, Belanda, Perancis, Spanyol dan Italia
untuk domestik dilaksanakan secara langsung dan melalui gudang di Jakarta. Tipe pembeli
logam timah dapat dikelompokkan atas pengguna langsung (end user) seperti pabrik atau
industri solder serta industri pelat timah serta pedagang besar (trader). Produk yang dihasilkan
mempunyai kualitas yang telah diterima oleh pasar internasional dan terdaftar dalam pasar
bursa logam di London (London Metal Exchange). Kualitas setiap produk yang dihasilkan oleh
perusahaan dijamin dengan sertifikat produk (weight and analysis certificate) yang berstandar
internasional dan berpedoman kepada standar produk yang ditetapkan oleh London Metal
Exchange (LME) sehingga dapat diperdagangkan sebagai komoditi di pasar bursa logam.
Jenis-jenis produk yang diproduksi oleh PT Tambang Timah dibedakan atas kualitas dan
bentuknya.
Banka Low Lead (Banka LL) terdiri atas Banka LL100ppm, Banka LL50ppm, Banka
Tin Alloy, dalam bentuk babbit (kadar Sn 80-88 %) dan Pewter (kadar Sn 91-95 %)
Tin Solder, produk solder (info lebih lanjut dapat dilihat di situs resmi PT.TIMAH.)
Banka Pyramid
Banka Anoda
20