Anda di halaman 1dari 20

KASITERIT

Latar Belakang

Indonesia kaya dengan berbagai sumber daya mineral yang harus dioptimalkan

pemanfaatannya. Salah satunya yang dimiliki Indonesia adalah bijih timah dengan

kandungan stanium ( Sn ). Menurut Noer ( 1998 ), kasiterit ( SnO ) adalah mineral utama

pembentuk timah dengan batuan pembawanya adalah granit, sementara Sujitno ( 2007 )

menjelaskan kegunaan timah antara lain untuk bahan pencampur pembuatan alat - alat musik (

gong, gamelan, dan lonceng ), bahan pembuat kemasan kaleng, bahan solder, senjata ( peluru

/ amunisi ), bahan pelapis anti karat dan kerajinan cindera mata ( pewter ).

A. Konsep

Timah putih (Sn) adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang

rendah, berat jenis 7,3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi.

Logam timah putih bersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timah diperoleh terutama dari

mineral kasiterit yang terbentuk sebagai oksida, tidak mudah teroksidasi, sehingga tahan karat.

Timah biasa terbentuk oleh 9 isotop yang stabil. Ada 18 isotop lainnya yang diketahui.

Timah merupakan logam perak keputih-putihan, mudah dibentuk, ductile dan memilki struktur

kristal yang tinggi. Jika struktur ini dipatahkan, terdengar suara yang sering disebut tangisan

timah. ketika sebatang unsur ini dibengkokkan.

B. Proses Terbentuknya

Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan

batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah,

serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan aluvium, eluvial, dan

koluvium.

1
Tipe kuarsa-kasiterit dan greisen merupakan tipe mineralisasi utama yang membentuk

sumber daya timah putih pada jalur timah yang menempati Kepulauan Riau hingga Bangka-

Belitung. Jalur ini dapat dikorelasikan dengan Central Belt di Malaysia dan Thailand

(Mitchel, 1979).

Mineral utama yang terkandung di dalam bijih timah berupa kasiterit, sedangkan pirit,

kuarsa, zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit, xenotim, dan monasit

merupakan mineral ikutan (http://www.tekmira.esdm.go.id). Timah putih dalam bentuk

cebakan dijumpai dalam dua tipe, yaitu cebakan bijih timah primer dan sekunder. Pada tubuh

bijih primer, kandungan kasiterit terdapat pada urat maupun dalam bentuk tersebar.

Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada cebakan timah primer pada

atau dekat permukaan menyebabkan terurainya penyusun bijih timah primer. Proses tersebut

menyebabkan juga terlepas dan terdispersinya timah putih, baik dalam bentuk mineral kasiterit

maupun berupa unsur Sn.

Proses pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi yang terjadi terhadap cebakan

bijih timah putih pimer menghasilkan cebakan timah sekunder, yang dapat berada pada tanah

residu maupun letakan sebagai endapan koluvial, kipas aluvial, aluvial sungai maupun aluvial

lepas pantai. Tubuh bijih primer yang berpotensi menghasilkan sumber daya cebakan timah

letakan ekonomis adalah yang mempunyai dimensi sebaran permukaan erosi luas sebagai

sumber dispersi.

Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral utama yaitu

kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite,

kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Sumber timah Indonesia

merupakan bagian jalur timah Asia Tenggara (The South East Tin Belt), jalur timah terkaya di

dunia yang membentang mulai dari selatan China, Thailand, Birma, Malaysia sampai

Indonesia. Genetis kehadiran timah bermula dengan adanya intrusi granit yang diperkirakan

2
222 juta tahun yang lalu pada Masa Triassic Atas, Magma yang bersifat asam mengandung gas

SnF4, yang melalui proses pneumatolitik hidrotermal menerobos dan mengisi celah retakan, di

mana terbentuk reaksi dasar:

SnF4 + H2O SnO2 + HF2

C. Sebaran Wilayah

Sebaran timah putih di Indonesia berada pada bagian Jalur Timah Asia Tenggara, jalur

timah terkaya di dunia yang membentang mulai dari bagian selatan China, Thailand, Birma,

Malaysia sampai Indonesia.

Indonesia sebagai produsen timah putih terbesar dunia, mengalami pasang surut dalam

pengusahaan pertambangan timah putih. PT. Timah yang merupakan produsen timah terbesar,

pada awal tahun 1990an melakukan restrukturisasi dengan melakukan penciutan jumlah

karyawan serta melepas sebagian wilayah izin usaha pertambangannya. Akan tetapi dengan

meningkatnya harga timah di pasaran dunia pada beberapa tahun terakhir, serta masih

banyaknya sumberdaya timah yang masih tersisa di alam, maka bekas wilayah usaha

pertambangan timah yang telah ditutup sebagian kembali diusahakan oleh pelaku usaha

pertambangan timah putih maupun masyarakat.

D. Manfaat

Penggunaan timah untuk paduan logam telah berlangsung sejak 3.500 tahun sebelum

masehi, sebagai logam murni digunakan sejak 600 tahun sebelum masehi. Kebutuhan timah

putih dunia setiap tahun sekitar 360.000 ton. Logam timah putih bersifat mengkilap, mudah

dibentuk dan dapat ditempa (malleable), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan

karat. Kegunaan timah putih di antaranya untuk melapisi logam lainnya yang berfungsi

mencegah karat, bahan solder, bahan kerajinan untuk cendera mata, bahan paduan

logam, casing telepon genggam. Selain itu timah digunakan juga pada industri farmasi, gelas,

3
agrokimia, pelindung kayu, dan penahan kebakaran. Timah merupakan logam ramah

lingkungan, penggunaan untuk kaleng makanan tidak berbahaya terhadap kesehatan

manusia. Kebanyakan penggunaan timah putih untuk pelapis/pelindung, dan paduan logam

dengan logam lainnya seperti timah hitam dan seng. Konsumsi dunia timah putih untuk pelat

menyerap sekitar 34% untuk solder 31%.

Timah yang dihasilkan dari pertambangan PT. Timah berupa:

Banka Tin (kadar Sn 99.9%)

Mentok Tin (kadar Sn 99,85%)

Banka Low Lead (Banka LL) terdiri atas:

o Banka LL 100 ppm, Banka LL50 ppm, Banka LL 40 ppm, Banka LL 80 ppm, Banka

LL200 ppm

Banka Four Nine (kadar Sn 99,99%)

Berdasarkan bentuk dapat dibedakan atas:

1. Banka Small Ingot

2. Banka Tin Shot

3. Banka Pyramid

4. Banka Anoda

E. Potensi

Potensi timah putih di Indonesia tersebar sepanjang kepulauan Riau sampai Bangka

Belitung, serta terdapat di daratan Riau (Gambar 2) yaitu di Kabupaten Kampar dan Rokan

Ulu. Sumber daya timah putih yang telah diusahakan merupakan Cebakan sekunder, baik

terdapat sebagai tanah residu dari cebakan primer, maupun letakan sebagai aluvial darat dan

lepas pantai.

4
Endapan aluvial darat mempunyai pola sebaran memanjang mengikuti lembah sungai yang

masih aktif maupun sungai purba, menerus ke arah lepas pantai membentuk pola yang

menunjukkan arah dispersi dari cebakan primer tertranspot melalui media air, membentuk

endapan aluvial darat menerus ke arah lepas pantai. Pola sebaran memanjang mengikuti lembah

aluvial daratan menerus ke arah lepas pantai, dengan komponen penyusun umumnya

mengandung kerikil. (Rohmana dkk, 2008).

Harga timah putih yang sangat rendah pada akhir tahun 1980an sampai pertengahan

1990an mengakibatkan sebagian wilayah usaha pertambangan ditutup, dengan menyisakan

sumber daya yang masih signifikan untuk saat ini kembali diusahakan. Potensi sumber daya

timah putih masih sangat prospektif untuk diusahakan, baik timah pada endapan in-situ yang

belum pernah dimanfaatkan, maupun yang terkandung pada tailing tambang lama.

Penambangan timah putih lepas pantai, selama ini menggunakan kapal keruk yang

mempunyai kapasitas dapat menjangkau kedalaman 15-50 meter (http://timah .com). Sumber

daya timah putih dengan sebaran berada pada kedalaman dari permukaan air lebih dari 50 meter

atau kurang dari 15 meter tidak tertambang. Penggunaan kapal hisap yang mempunyai

kapasitas dapat menjangkau kedalaman lebih dari 50 meter memberikan peluang untuk

mengusahakan endapan timah putih lepas pantai tersebut. Selain itu endapan pada lepas pantai

yang dangkal kurang dari 15 meter dapat diusahakan oleh masyarakat atau untuk pertambangan

sekala kecil. Mengingat hal tersebut, maka aktifitas eksplorasi untuk mendapatkan sumber daya

timah putih khususnya endapan lepas pantai kembali marak dilakukan akhir-akhir ini.

Kadar timah terendah ekonomis (cut off grade) pada tahun 2007 untuk endapan timah

aluvial pada kisaran kadar 0.01% Sn, atau cebakan bijih timah primer dengan kadar sekitar

0.1% Sn (http://sn-tin.info/production.html). Akan tetapi dengan kecenderungan harga yang

terus meningkat disertai konsumsi dunia yang meningkat juga, mengakibatkan cut off

grade (COG) cenderung menurun, oleh karena itu sumber daya timah dengan kadar rendah

5
yang pada masa lalu tidak ekonomis diusahakan, dapat menjadi cadangan yang mempunyai

nilai ekonomi. Peningkatan jumlah status sumber daya menjadi cadangan tersebut dapat

memberikan peluang pengembangan cebakan timah yang pada beberapa wilayah telah

dilakukan pengakhiran tambang.

Pada neraca Pusat Sumber Daya Geologi, tahun 2007, tercatat sumber daya timah putih

berupa bijih sebesar 4.037.304 ton, atau dalam bentuk logam 622.626 ton, cadangan bijih

mempunyai nilai ekonomi 543.796 ton, atau berupa logam 442.763 ton. Potensi tersebut

terdapat pada daerah-daerah penghasil timah utama meliputi Bangka, Belitung, Kundur dan

Kampar. Sedangkan perkembangan akhir-akhir ini dengan kegiatan eksplorasi yang semakin

intensif, temuan sumber daya timah akan meningkat.

Pulau Singkep pada masa lalu termasuk produsen timah yang besar, pada awal tahun

1990an dilakukan pengakhiran tambang, dengan masih menyisakan sumber daya timah.

Kegiatan eskplorasi dan penambangan kembali marak pada beberapa tahun terakhir. Wilayah

bekas tambang PT. Timah hampir seluruhnya kembali diusahakan oleh beberapa perusahaan

lokal dan masyarakat.

Pulau Bintan yang belum menghasilkan Timah, mempunyai sumber daya timah

meskipun dalam sekala yang tidak besar. Demikin juga wilayah lain pada sepanjang jalur timah

yang meliputi Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, serta sekitar Kabupaten Kampar dan

Rokan Ulu Provinsi Riau, potensial untuk kemungkinan ditemukannya sumber daya atau

cadangan baru. Terutama sumber daya sekala kecil di daratan, dan sumber daya lepas pantai

yang belum terjangkau oleh kapal keruk.

Mineral yang terkandung di dalam bijih timah berupa kasiterit sebagai mineral utama,

pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit, kuprit, senotim, dan

monasit merupakan mineral ikutan. Mineral-mineral ikutan pada bijih timah akan terpisahkan

pada proses pengolahan, sehingga berpotensi menjadi produk sampingan.

6
Genesa Endapan Timah

A. Endapan Timah Primer

Pembentukan mineral primer secara garis besar dapat di klasifikasikan menjadi 5 jenis

- Fase magmatik cair

- Fase pegmatitik

- Fase pneumatolitik

- Fase hidrothermal

- Fase vulkanik

Dari ke lima jenis fase endapan diatas akan menghasilkan sifat sifat endapan yang

berbeda beda, yaitu yang berhubungan dengan :

a. Kristalisasi magmanya

b. Jarak endapan mineral dengan asal magma

c. Bagaimana cara pengendapannya terjadi

1. Terbentuk karena kristalisasi magma atau di dalam magma

2. Terbentuk pada lobang lobang yang telah ada

3. Reaksi kimia antara batuan yang telah ada dengan larutan pembawa bijih

d. Bentuk endapan, masif, stockwork, urat, perlapisan

e. Waktu terbentuknya endapan

B. Endapan Timah Sekunder

Endapan timah sekunder berasal dari endapan timah primer yang mengalami pelapukan

yang kemudian terangkut oleh aliran air dan akhirnya terkonsentrasi secara selektif berdasarkan

perbedaan berat jenis dengan bahan lainnya. Berdasarkan tempat atau lokasi pengendapannya

endapan bijih timah sekunder dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

7
1. Endapan Elluvial

Endapan elluvial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat pelapukan secara

intensif. Proses ini diikuti dengan disentegrasi batuan samping dan perpindahan

mineral kasiterit ( SnO ) secara vertikal sehingga terjadi konsentrasi residual.

Ciri ciri endapan elluvial adalah sebagai berikut :

Keterdapatannya dekat sekali dengan batuan sumbernya

Tersebar pada batuan sedimen atau batuan granit yang telah lapuk

Ukuran butir agak besar dan angular

2. Endapan Kollovial

Endapan kollovial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat peluncuran hasil

pelapukan endapan bijih timah primer pada suatu lereng dan terhenti pada suatu gradien yang

agak mendatar diikuti dengan pemilahan.

Ciri ciri endapan kollovial adalah sebagai berikut :

Butiran agak besar dengan sudut runcing

Biasanya terletak pada lereng suatu lembah

3. Endapan Alluvial

Endapan bijih yang terjadi akibat proses transportasi sungai, dimana mineral berat

dengan ukuran butiran yang lebih besar diendapkan dekat dengan sumbernya, sedangkan

mineral mineral yang berukuran lebih kecil diendapkan jauh dari sumbernya.

Ciri ciri endapan alluvial adalah sebagai berikut :

Terdapat di daerah lembah

Mempunyai bentuk butiran yang membundar

4. Endapan Miencan

8
Endapan bijih timah yang terjadi akibat pengendapan yang selektif secara berulang ulang

pada lapisan tertentu.

Ciri ciri endapan miencan adalah sebagai berikut :

Endapan terbentuk lensa lensa

Bentuk butiran halus dan bundar

5. Endapan Disseminated

Endapan bijih timah yang terjadi akibat transportasi oleh air hujan. Jarak transportasi

sangat jauh sehingga menyebabkan penyebaran yang luas tetapi tidak teratur.

Ciri ciri endapan disseminated adalah sebagai berikut :

Tersebar luas, tetapi bentuk dan ukurannya tidak teratur

Ukuran butir halus karena jarak transportasi jauh

Terdapat pada lapisan pasir atau lempung

Endapan timah di Indonesia merupakan lanjutan dari salah satu jalur timah terkaya di

dunia yang membujur dari Cina Selatan, Myanmar, Thailand, Malaysia, hingga Indonesia,

meliputi pulau-pulau Karimun, Kundur, Singkep, Bangka Belitung, serta Kepulauan Anambas,

Natuna dan Karimata ( Noer, 1998 ). Penambangan timah terbesar berada di Pulau Bangka,

Belitung dan Singkep ( PT. Timah Tbk, 2006 ). Kegiatan penambangan timah dipulau-pulau

ini telah berlangsung sejak zaman kolonial Belanda hingga sekarang.

Sebagai masyarakat Bangka Belitung kita pasti mengenal yang namanya PT. Timah.

PT. Timah berperan sangat penting dalam pembangunan daerah di Kepulauan Bangka

Belitung. PT. Timah sendiri adalah perusahaan tambang milik negara ( BUMN ) yang

diwariskan sejak zaman penjajahan Belanda. Peran PT. Timah untuk turut membantu

pembangunan di Bangka Belitung sangatlah aktif. Di mulai dari penerimaan karyawan yang di

prioritaskan putra - putri daerah Bangka Belitung sampai ke reklamasi pasca penambangan

9
baik itu oleh PT. Timah sendiri maupun dari Tambang Inkonvensional ( TI ) oleh masyarakat

setempat.

TAHAPAN KEGIATAN PERTAMBANGAN TIMAH

1. EKSPLORASI

Eksplorasi adalah segala kegiatan sebelum aktivitas penambangan yang dikhususkan

untuk mengetahui, memperkirakan, dan mendapatkan ukuran, bentuk, posisi, kadar rata rata

serta jumlah cadangan suatu endapan mineral agar dapat menentukan kualitas dan kwantitas

dari suatu endapan tersebut diperuntukkan mengetahui nilai ekonomisnya. Kegiatan eksplorasi

ini perlu dilakukan sebelum kegiatan penambangan karena menghindari resiko kerugian yang

akan ditanggung perusahaan.

Seluruh kegiatan eksplorasi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan potensi

sumber daya mineral (resources) yang terdapat dibumi menjadi cadangan terukur yang siap

untuk di tambang (miniable reserve). Tahapan eksplorasi ini mencakup kegiatan untuk mencari

dimana keterdapatan suatu endapan mineral, menghitung berapa banyak dan bagaimana

kondisinya, serta ikut memikirkan bagaimana sistem pendayagunaannya. Kajian ekonomi pada

kegiatan eksplorasi ini perlu dilakukan terutama pada :

- Tahap menuju eksplorasi rinci (analisis ekonomi eksplorasi)

- Tahap sebelum penambangan (analisis ekonomi endapan)

- Mineral / studi kelayakan, (ekonomi makro)

Beberapa ilmu penunjang yang mendukung kegiatan eksplorasi ini antara lain :

- Geologi, mineral, genesa bahan galian

- Teknik eksplorasi, geofisika, geokimia

- Analisis cadangan, geostatistik

- Hidrogeologi, geoteknik

10
Ekonomi endapan mineral Secara umum aliran kegiatan/eksplorasi endapan bahan

galian dimulai dengan kegiatan prospeksi atau eksplorasi pendahuluan yang meliputi kegiatan

persiapan di kantor (kompilasi foto udara, citra landast, GIS, peta-peta yang sudah ada, atau

laporan yang tersedia) sampai kepada survei geologi awal yang terdiri dari peninjauan

lapangan, pemetaan geologi regional, pengambilan contoh (scout sampling) serta memetakan

mineralisasi endapan untuk mengetahui apakah kegiatan eksplorasi ini bisa dilanjutkan atau

tidak.

Kegiatan selanjutnya adalah melakukan eksplorasi detail (rinci) yang meliputi

pemetaan geologi rinci serta pengambilan contoh dengan jarak yang relatif rapat sesuai dengan

sifat endapan bahan galian termaksud. Contoh-contoh yang diperoleh kemudian dianalisis di

laboratorium untuk ditentukan kadar, sifat fisik lain yang menunjang kegiatan penambangan.

Perhitungan cadangan dilakukan dengan berbagai metode perhitungan yang sesuai untuk jenis

endapan tertentu, antara lain dengan cara area of influence, triagular grouping,cara penampang,

cara block system dan lain sebagainya. Secara konvensional sampai kepada cara geostatistik

(kriging). Kegiatan eksplorasi diawali dengan melakukan studi pendahuluan, berupa studi

literatur tentang genesa timah, keterdapatan, studi fisiografis, lithologi dan stratigrafi daerah

eksplorasi. Studi ini juga dilakukan tinjauan kembali terhadap data pemboran yang telah

dilakukan. Kemudian dilakukan penetapan wilayah studi dan dibuat suatu program pemboran.

Eksplorasi merupakan salah satu kegiatan untuk mengetahui :

1. Kadar ( %, gram/ton, kg/m, kalori )

2. Bentuk endapan

3. Kedalaman endapan

4. Penyebaran ( lateral, vertikal )

5. Posisi endapan ( miring, datar, vertikal )

6. Sifat-sifat fisik endapan ( lunak, keras )

11
7. Sifat-sifat batuan samping

8. Jumlah cadangan

Macam macam metode di dalam teknik eksplorasi :

1. Metode pemetaan geologi

2. Metode geokimia

3. Metode geofisika

4. Metode pit, trench, strip

5. Metode pemetaan tambang

6. Metode pemboran

2. OPERASIONAL PENAMBANGAN ( EKPLOITASI )

Didalam proses penambangan timah dikenal 2 jenis penambangan yang dikenal di

Bangka Belitung :

a. Penambangan Lepas Pantai

Penambangan Timah Lepas Pantai (laut lepas). Pada kegiatan penambangan lepas

pantai, perusahaan mengoperasikan armada kapal keruk untuk operasi produksididaerah lepas

pantai (off shore). Armada kapal keruk mempunyai kapasitas mangkok (bucket) mulai dari

ukuran 7 cuft sampai dengan 24 cuft. Kapal keruk dapat beroperasi mulai dari kedalaman 15

meter sampai 50 meter di bawah permukaan laut dan mampu menggali lebih dari 3,5 juta meter

kubik material setiap bulan. Setiap kapal keruk dioperasikan oleh karyawan yang berjumlah

lebih dari 100 karyawan yang waktu bekerjanya terbagi atas 3 kelompok dalam 24 jam

sepanjang tahun.

Hasil produksi bijih timah dari kapal keruk diproses di instalasi pencucian untuk

mendapatkan kadar minimal 30% Sn dan diangkut dengan kapal tongkang untuk dibawa ke

Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) untuk dipisahkan dari mineral ikutan lainnya selain bijih

12
timah dan ditingkatkan kadarnya hingga mencapai persyaratan peleburan yaitu minimal 70-

72% Sn.

b. Penambangan Timah Darat - Gravel Pump

Penambangan darat dilakukan di wilayah daratan pulau Bangka Belitung, tentunya

system operasional yang digunakan tidaklah sama seperti pada wilayah lepas pantai. Proses

penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot (gravel pump).Setiap kontraktor

atau mitra usaha melakukan kegiatan penambangan berdasarkan perencanaan yang diberikan

oleh perusahaan dengan memberikan peta cadangan yang telah dilakukan pemboran untuk

mengetahui kekayaan dari cadangan tersebut dan mengarahkan agar sesuai dengan pedoman

atau prosedur pengelolaan lingkungan hidup dan keselamatan kerja di lapangan. Hasil produksi

dari mitra usaha dibeli oleh perusahaan sesuai harga yang telah disepakati dalam Surat

Perjanjian Kerja Sama.

Pada daerah tertentu, penambangan timah darat menghasilkan wilayah sungai besar

yang disebut dengan kolong/danau. Kolong/danau itulah merupakan inti utama cara kerja

penambangan darat, karena pola kerja penambangan darat sangat tergantung pada pengelolaan

dan pemanfaatan sumber daya air dalam jumlah besar. Sehingga bila kita lihat dari udara,

penambangan timah darat selalu menimbulkan genangan ari dalam jumlah besar seperti danau

dan tampak berlobang-lobang besar.

Produksi penambangan darat yang berada di wilayah Kuasa Pertambangan (KP)

perusahaan dilaksanakan oleh kontraktor swasta yang merupakan mitra usaha dibawah kendali

perusahaan. Hampir 80% dari total produksi perusahaan berasal dari penambangan di darat

mulai dari Tambang Skala Kecil berkapasitas 20 m3/jam sampai dengan Tambang Besar

berkapasitas 100 m3/jam. Produksi penambangan timah menghasilkan bijih pasir timah dengan

kadar tertentu.

13
3. PENGOLAHAN

( Proses Pengolahan Timah )

a. Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar

Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan pemisahan

berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh, setelah itu dilakukan pengujian

untuk mengetahui kadar bijih setelah pencucian. Prosedur penelitian kadar tersebut adalah

mengamatinya dengan mikroskop dan menghitung jumlah butir dimana butir timah dan

pengotornya memiliki karakteristik yang berbeda sehinga dapat diketahui kadar atau jumlah

kandungan timah pada bijih. Timah diolah dari bijih timah yang didapatkan dari batuan atau

mineral timah ( kasiterit SnO2 ). Proses produksi logam timah dari bijinya melibatkan

serangkaian proses yang terbilang rumit yakni pengolahan mineral ( peningkatan kadar

timah/proses fisik dan disebut juga upgrading ), persiapan material yang akan dilebur, proses

peleburan, proses refining dan proses pencetakan logam timah. Pemakaian timah biasanya

dalam bentuk paduan timah yang dikenal dengan nama timah putih yakni campuran 80% timah,

11 % antimony dan 9% tembaga serta terkadang ditambah timbal. Timah putih ini terutama

dipakai untuk peralatan logam pelindung dan pipa dalam industri kimia, industri bahan

makanan dan untuk menyimpan bahan makanan. Proses pengolahan timah ini bertujuan sesuai

dengan namanya yaitu meningkatkan kadar kandungan timah dimana Bijih timah diambil dari

dalam laut atau lepas pantai dengan penambangan atau pengerukan setelah itu dilakukan

pembilasan dengan air atau washing dan kemudian diisap dengan pompa. Bijih timah hasil dari

pengerukan biasanya mengandung 20 30 % timah. Setelah dilakukan proses pengolahan

mineral maka kadar kandungan timah menjadi lebih dari 70 %, sedangkan bijih timah hasil

penambangan darat biasanya mengandung kadar timah yang sudah cukup tinggi >60%.

14
b. Washing atau Pencucian

Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore bin yang

berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian 15 ton bijh per jam. Di dalam

ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan air tekanan dan debit yang sesuai dengan umpan.

c. Pemisahan berdasarkan berat jenis

Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz.bijih timah yang

mempunyai berat jenis lebih berat akanj mengalir ke bawah yang berarti kadar timah yang

diinginkan sudah tinggi sedangkan sisanya, yang berkadar rendah yang juga berarti

mengandung pengotor atau gangue lainya seperti quarsa , zircon, rutile, siderit dan sebagainya

akan ditampung dan dialirkan ke dalam trapezium Jig Yuba.

d. Pengolahan tailing

Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai yang mungkin

masih tersisa didalam tailing atau buangan. Prosesnya adalah dengan gaya sentrifugal. Namun

saat ini proses tersebut sudah tidak lagi digunakan karena tidak efisien karena kapasitas dari

alat pengolah ini adalah 60 kg/jam.

e. Proses Pengeringan

Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan

memanaskan pipa besi yang ada di tengah tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api

yang didapat dari pembakaran dengan menggunakan solar.

f. Klasifikasi

Bijih bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses proses pemisahan/klasifikasi

lanjutan yakni: klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan screeningklasifikasi berdasarkan

sifat konduktivitasnya dengan High Tension separator.klasifikasi berdasarkan sifat

kemagnetannya dengan Magnetic separator.Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan

15
menggunakan alat seperti shaking table , air table dan multi gravity separator(untuk pengolahan

terak/tailing).

g. Pemisahan Mineral Ikutan

Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang terbilang tinggi

seperti zircon dan thorium ( unsur radioaktif ) akan diambil dengan mengolah kembali bijih

timah hasil proses awal pada Amang Plant. Mula - mula bijih diayak dengan vibrator listrik

berkecepatan tinggi dan disaring/screening sehingga akan terpisah antara mineral halus berupa

cassiterite dan mineral kasar yang merupakan ikutan. Mineral ikutan tersebut kemudian diolah

pada air table sehingga menjadi konsentrat yang selanjutnya dilakukan proses smelting,

sedangkan tailingnya dibuang ke tempat penampungan. Mineral - mineral tersebut lalu

dipisahkan dengan high tension separator - pemisahan berdasarkan sifat konduktor -

nonkonduktornya atau sifat konduktivitasnya. Mineral konduktor antara lain: Cassiterite dan

Ilmenite. Mineral nonconductor antara lain: Thorium, Zircon dan Xenotime. Lalu masing -

masing dipisahkan kembali berdasarkan kemagnetitanya dengan magnetic separation sehingga

dihasilkan secara terpisah, thorium dan zircon.

4. PELEBURAN ( SMELTING )

a. Proses pre-smelting

Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-smelting yaitu

proses yang dilakukan sebelum dilakukannya proses peleburan, misalnya preparasi

material,pengontrolan dan penimbangan sehingga untuk proses pengolahan timah akan efisien.

b. Proses Peleburan ( Smelting )

Ada dua tahap dalam proses peleburan :

- Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.

- Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan hardhead dan slag II.

16
Proses peleburan berlangsung seharian 24 jam dalam tanur guna menghindari

kerusakan pada tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam peleburan. Pada

tiap tanur terdapat bagian bagian yang berfungsi sebagai panel kontrol: single point

temperature recorder, fuel oil controller, pressure recorder, O2 analyzer,multipoint temperature

recorder dan combustion air controller. Udara panas yang dihembuskan ke dalam mfurnace

atau tanur berasal dari udara luar / atmosfer yang dihisap oleh axial fan exhouster yang

selanjutnya dilewatkan ke dalam regenerator yang mengubahnya menjadi panas.Tahap awal

peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan baku bijih timah atau

slagI dimasukkan kedalam tanur melalui hopper furnace. Dalam tanur terjadi proses reduksi

dengan suhu 1100 15000C.unsure unsure pengotor akan teroksidasi menjadi senyawa

oksida seperti As2O3 yang larut dalam timah cair. Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi

logam timah murni namun adapula yang ikut ke dalam slag dan juga dalam bentuk debu

bersamaan dengan gas gas lainnya. Setelah peleburan selesai maka hasilnya dimasukkan ke

foreheart untuk melakukan proses tapping. Sn yang berhasil dipisahkan selanjutnya

dimasukkan kedalam float untuk dilakukan pendinginan /penurunan temperatur hingga 4000C

sebelum dipindahkan ke dalam ketel.sedangkan hardhead dimasukkan ke dalm flame oven

untuk diambil Sn dan timah besinya.

5. PEMURNIAN (REFINING )

- Pyrorefining

Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur sehingga material

yang akan direfining cair, ditambahkan mineral lain yang dapat mengikat pengotor atau

impurities sehingga logam berharga dalam hal ini timah akan terbebas dari impurities atau

hanya memiliki impurities yang amat sedikit, karena afinitas material yang ditambahkan

terhadap pengotor lebih besar dibanding Sn. Contoh material lain yang ditambahkan untuk

17
mengikat pengotor: serbuk gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium untuk untuk

mengurangi kadar As sehingga terbentuk AsAl, dan penambahan sulfur untuk mengurangi

kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk CuS dan NiS. Hasil proses refining ini menghasilkan

logam timah dengan kadar hingga 99,92% (pada PT.Timah). Analisa kandungan impurities

yang tersisa juga diperlukan guina melihat apakah kadar impurities sesuai keinginan, jika tidak

dapat dilakukan proses refining ulang.

- Eutectic Refining

Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan bantuan agar

parameter proses tetap konstan sehingga dapat diperoleh kualitas produk yang stabil. Proses

pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar Lead atau Pb yang terdapat pada timah sebagai

pengotor /impuritiesnya. Adapun prinsipnya adalah berhubungan dengan temperatur eutectic

Pb- Sn, pada saat eutectic temperature lead pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan

menurun bersamaan dengan kenaikan temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya.

Prinsip utamnya adalah dengan mempertahankan temperatur yang mendekati titik solidifikasi

timah.

- Electrolitic Refining

Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar yang lebih tinggi lagi

dari pyrorefining yakni 99,99%( produk PT. Timah: Four Nine ). Proses ini melakukan prinsip

elektrolisis atau dikenal elektrorefining.Proses elektrorefining menggunakan larutan elektrolit

yang menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang sangat tinggi dengan dua komponen

utama yaitu dua buah elektroda anoda dan katoda yang tercelup ke dalam bak

elektrolisis.Proses elektrorefining yang dilakukan PT.Timah menggunakan bangka four nine

(timah berkadar 99,99% ) yang disebut pula starter sheetsebagai katodanya, berbentuk plat tipis

sedangkan anodanya adalah ingot timah yang beratnya berkisar 130 kg dan larutan

elektrolitnya H2SO4. proses pengendapan timah ke katoda terjadi karena adanya migrasi dari

18
anoda menuju katoda yang disebabkan oleh adanya arus listrik yang mengalir dengan voltase

tertentu dan tidak terlalu besar.

6. PENCETAKAN

Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan pencetakan

secara manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton, pompa cetak and cetakan logam.

Proses ini memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana temperatur timah cair adalah 2700C.

Sedangkan proses pencetakan otomatis menggunakan casting machine, pompa cetak, dan

melting kettleberkapasitas 50 ton dengan proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60 ton.

Langkah langkah pencetakan:

1. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.

2. Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan pertama pada serinya,

aliran timah diatur dengan mengatur klep pada piapa penyalur.

3. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan berikutnya dan permukaan

timah yang telah dicetak dibersihkan dari drossnya dan segera dipasang capa pada

permukaan timah cair.

4. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan akan merata

sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang bagus atau sesuai standar.

5. Ingot timah yang telah dingin disusun dan ditimbang.

7. DISTRIBUSI DAN PEMASARAN ( MARKETING )

Kegiatan pemasaran mencakup kegiatan penjualan dan pendistribusian logam

timah.Pendistribusian logam timah hampir 95% dilaksanakan untuk memenuhi pasar di luar

negeri atau ekspor dan sebesar 5% untuk memenuhi pasar domestik. Negara tujuan ekspor

logam Timah antara lain adalah wilayah Asia Pasifik yang meliputi Jepang, Korea, Taiwan,

19
Cina dan Singapura, wilayah Eropa meliputi Inggris, Belanda, Perancis, Spanyol dan Italia

serta Amerika dan Kanada.

Pendistribusian dilaksanakan melalui pelabuhan di Singapura untuk ekspor sedangkan

untuk domestik dilaksanakan secara langsung dan melalui gudang di Jakarta. Tipe pembeli

logam timah dapat dikelompokkan atas pengguna langsung (end user) seperti pabrik atau

industri solder serta industri pelat timah serta pedagang besar (trader). Produk yang dihasilkan

mempunyai kualitas yang telah diterima oleh pasar internasional dan terdaftar dalam pasar

bursa logam di London (London Metal Exchange). Kualitas setiap produk yang dihasilkan oleh

perusahaan dijamin dengan sertifikat produk (weight and analysis certificate) yang berstandar

internasional dan berpedoman kepada standar produk yang ditetapkan oleh London Metal

Exchange (LME) sehingga dapat diperdagangkan sebagai komoditi di pasar bursa logam.

Jenis-jenis produk yang diproduksi oleh PT Tambang Timah dibedakan atas kualitas dan

bentuknya.

A. Berdasarkan kualitas produk dapat dibedakan atas :

Banka Tin (kadar Sn 99.9%)

Mentok Tin (kadar Sn 99,85%)

Banka Low Lead (Banka LL) terdiri atas Banka LL100ppm, Banka LL50ppm, Banka

LL40ppm, Banka LL80ppm, Banka LL200ppm

Tin Alloy, dalam bentuk babbit (kadar Sn 80-88 %) dan Pewter (kadar Sn 91-95 %)

Tin Solder, produk solder (info lebih lanjut dapat dilihat di situs resmi PT.TIMAH.)

B. Berdasarkan bentuk dapat dibedakan atas :

Banka Small Ingot

Banka Tin Shot

Banka Pyramid

Banka Anoda

20

Anda mungkin juga menyukai