Anda di halaman 1dari 10

ENDAPAN KASITERIT

Tugas Genesa Sumber Daya Mineral

Disusun oleh :
Kelompok 5
1. Maria Dwi Septiana

(114120003)

2. Muhammad Nail

(114120005)

3. Prime Handy Setyana

(114120056)

4. Muhammad Ridah Nasaruddin

(114120062)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2014

KASITERIT
I.

PENDAHULUAN
Timah berasal dari Bahasa Inggris, yaitu Stannum (timah) dan nama lainnya
adalah Tin. Diambil dari nama dewa dalam mitologi Prancis. Timah telah ada sejak
pembentukan Bumi dan digunakan sejak Zaman Perunggu, mulai sekitar 3000 SM.
Sumber timah yang terbesar yaitu sebesar 80% berasal dari endapan timah
sekunder (alluvial) yang terdapat di alur-alur sungai, di darat (termasuk pulau-pulau
timah), dan di lepas pantai. Endapan timah sekunder berasal dari endapan timah
primer yang mengalami pelapukan yang kemudian terangkut oleh aliran air, dan
akhirnya terkonsentrasi secara selektif berdasarkan perbedaan berat jenis dengan
bahan lainnya. Endapan alluvial yang berasal dari batuan granit lapuk dan terangkut
oleh air pada umumnya terbentuk lapisan pasir atau kerikil.
Mineral utama yang terkandung pada bijih timah adalah cassiterite (SnO2).
Batuan pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan dengan
magma asam dan menembus lapisan sedimen (intrusi granit). Pada tahap akhir
kegiatan intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi elemen di bagian atas, baik dalam
bentuk gas maupun cair, yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan. Karena
tekanan dan temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan
membentuk deposit dan batuan samping.
Pembentukan mineral kasiterit (SnO2) dan mineral berat lainnya, erat
hubungannya dengan batuan granitoid. Secara keseluruhan endapan bijih timah
(Sn) yang membentang dari Mynmar Tengah hingga Paparan Sunda merupakan
kelurusan sejumlah intrusi batholit. Batuan induk yang mengandung bijih timah
(Sn) adalah granit, adamelit, dan granodiorit. Batholit yang mengandung timah (Sn)
pada daerah Barat ternyata lebih muda (Akhir Kretasius) daripada daerah Timur
(Trias). Proses pembentukan bijih timah (Sn) berasal dari magma cair yang
mengandung mineral kasiterit (SnO2).

II.

PEMBAHASAN

2.1

Genesa Endapan Kasiterit


Proses pembentukan bijih timah berasal dari magma cair yang
mengandung kasiterit (SnO2). Intrusi batuan granit kepermukaan menyebabkan
fase pneumatolitik yang menghasilkan mineral-mineral bijih diantaranya bijih
timah. Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi dalam batuan granit ataupun batuan
lain yang diterobos membentuk vein-vein bijih timah primer. Sesuai dengan
namanya, endapan timah sekunder terdiri dari mineral-mineral bijih kasiterit yang
telah tertransportasi jauh dari sumbernya (endapan timah primer). Biasanya bijih
kasiterit ini terbawa oleh arus sungai menuju muara sungai hingga lepas pantai dan
terakumulasi disana. Karenanya banyak dilakukan kegiatan penambangan bijih
timah sekunder pada daerah muara sungai dan lepas pantai. Hal ini dilakukan
dengan harapan akan diperoleh bijih timah dalam jumlah besar.
Sesuai dengan namanya, endapan timah sekunder terdiri dari mineralmineral bijih kasiterit yang telah tertransportasi jauh dari sumbernya (endapan
timah primer). Biasanya bijih kasiterit ini terbawa oleh arus sungai menuju muara
sungai hingga lepas pantai dan terakumulasi disana. Karenanya banyak dilakukan
kegiatan penambangan bijih timah sekunder pada daerah muara sungai dan lepas
pantai. Hal ini dilakukandengan harapan akan diperoleh bijh timah dalam jumlah
besar.

2.1.1 Endapan Timah Primer


Endapan timah primer terbentuk dari proses pneumatolitis. Pada proses
ini mineral timah ditransfortasi dari magma chamber sebagai gas Tinchloride
(SnCl4) atau Tin-flouride (SnF4) yang kemudian bereaksi dengan air
membentuk Tin-oxide (SnO2) atau kasiterit dan asam klorida atau asam flourida
seperti reaksi sebagai berikut:
SnCl4(g) + 2H2O(l) -------------------- SnO2(s) + HCl (g)
SnF4(g) + 2H2O(l) ---------------------- SnO2(s) + 4HF(g)
Dari reaksi di atas dapat dilihat bahwa pada proses ini akan terbentuk
kasiterit sebagai padatan dan asam chloride atau asam fluoride sebagai gas.

2.1.2 Endapan Timah Sekunder


Endapan timah sekunder termasuk salah satu jenis endapan placer yang
mempunyai nilai ekonomis. Endapan timah sekunder terbentuk oleh proses
pelapukan,

erosi,

transportasi.

Berdasarkan

tempat

atau

lokasi

pengendapannya, endapan bijih timah sekunder dapat diklasifikasikan sebagai


berikut:
a. Endapan Elluvial
Endapan elluvial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat
pelapukan secara intensif. Proses ini diikuti dengan disintegrasi batuan
samping dan perpindahan mineral kasiterit (SnO2) secara vertikal
sehingga terjadi konsentrasi residual. Ciri-ciri endapan elluvial adalah
sebagai berikut:
Terdapat dekat sekali dengan sumbernya
Tersebar pada batuan sedimen atau batuan granit yang telah lapuk
Ukuran butir agak besar dan angular
b. Endapan Kollovial
Endapan bijih timah yang terjadi akibat peluncuran hasil pelapukan
endapan bijih timah primer pada suatu lereng dan terhenti pada suatu
gradien yang agak mendatar diikuiti dengan pemilahan. Ciri-cirinya:
Butiran agak besar dengan sudut runcing
Biasanya terletak pada lereng suatu lembah
c. Endapan Alluvial
Endapan bijih yang terjadi akibat proses transportasi sungai, dimana
mineral berat dengan ukuran butiran yang lebih besar diendapkan dekat
dengan sumbernya. Sedangkan mineral-mineral yang berukuran lebih
kecil diendapkan jauh dari sumbernya. Ciri-cirinya:
Terdapat di daerah lembah
Mempunyai bentuk butiran yang membundar
d. Endapan Miencan
Endapan bijih timah yang terjadi akibat pengendapan yang selektif
secara berulang-ulang pada lapisan tertentu. Ciri-cirinya:
Endapan berbentuk lensa-lensa
Bentuk butiran halus dan bundar
e. Endapan Disseminated

Endapan bijih timah yang terjadi akibat transportasi oleh air hujan.
Jarak transportasi sangat jauh sehingga menyebabkan penyebaran yang

2.2

luas tetapi tidak teratur. Ciri-cirinya:


Tersebar luas, tetapi bentuk dan ukurannya tidak teratur
Ukuran butir halus karena jarak transportasi jauh
Terdapat pada lapisan pasir atau lempung
Proses Pemisahan Timah dari Endapan Kasiterit
1. Penambangan
Sebelum kegiatan penambangan dimulai, maka terlebih dahulu dilakukan
pekerjaan-pekerjaan persiapan (development). Tahap ini bertujuan untuk
mendukung proses penambangan selanjutnya. 5apisan kaksa yang sudah
ditemukan$ digali dengan menggunakan sebuah back hoe type kobelco dan
dikumpulkan di dekat lubang hisap (sump) dan monitor. Ketinggian tumpukan
kaksa tersebut 3-4 meter dengan jarak antara tumpukan kaksa dan monitor
maksimal 2 meter serta jarak antara tumpukan kaksa dengan sump 20 meter.
Setelah kaksa selesai dikumpulkan, kemudian dialirkan ke dalam sump dengan
cara disemprotkan menggunakan monitor dengan kemiringan aliran 3-4%. Air
yang digunakan untuk penyemprotan berasal dari air sungai dan air hujan yang
telah ditampung di bak penampungan dan berada di atas front kerja.
2. Proses Pencucian
Pulp dari sump akan terhisap oleh pompa hisap/tanah sampai ke instalasi
pencucian yang berada di atas front kerja. Awalnya, pulp tersebut disaring
dengan menggunakan grizzly yang terdapat pada bak penampungan (store bak)
untuk dialirkan ke jig primer lewat bak penghantar (kemiringan 8-10%) yang
diujungnya terdapat tiga pipa pembagi untuk masing!masing jig primer dan
mempunyai tiga kompartemen yaitu kompartemen A, B, dan C. Pada
kompartemen itu terdapat saringan yang diisi batu hematit sebagai bed yang
berfungsi sebagai media pemisah bijih timah/kasiterit dengan mineral ikutannya.
Pada setiap kompartemen terdapat dua buah membran yang berfungsi
memompa air di dalamnya. Air tersebut dipompa dari under water dan berfungsi
sebagai media pendorong bed. Kedua membran tersebut disatukan kemudian
digerakkan oleh pulsator dengan pukulan yang berbeda setiap kompartemennya.

Dikarenakan pulp lebih dahulu melewati kompartemen A, maka untuk


menangkap kasiterit sebanyak mungkin, pukulan pada kompartemen A lebih
besar dari kompartemen B, begitu juga pukulan di kompartemen B lebih besar
daripada dikompartemen C. Pukulan yang dihasilkan oleh kedua membran
menyebabkan terjadinya pulsion dan suction, sehingga menimbulkan efek
penyaringan pada bed. Pada saat terjadi pulsion, batu hematit akan naik dan
merenggang sehingga kasiterit yang terkandung dalam pulp yang mengalir di
atasnya akan terhisap kedalam celah tersebut. Dan setelah terjadi suction,
kasiterit masuk ke dalam tabung kompartemen yang berbentuk trapesium dan
selanjutnya akan turun melalui spigot (karet berdiameter 10 inchi) ke saluran
penghantar menuju jig clean up.
Sedangkan pulp yang berisi kasiterit berukuran lebih halus beserta mineral
ikutannya akan terus mengalir melewati kompartemen selanjutnya dan akan
mengalami proses yang sama seperti pada kompartemen A. Kasiterit dari
kompartemen B dan C juga akan dialirkan ke jig clean up melalui satu saluran
penghantar yang sama dengan kasiterit dari kompartemen A. Pulp yang terus
mengalir dan tidak terhisap kedalam kompartemen A, B, dan C akan mengalir
menuju saluran tailing. Dikarenakan kasiterit yang dihasilkan dari jig primer
masih banyak mineral ikutannya maka akan diproses kembali dengan
menggunakan satu unit jig clean up.
Jig tersebut ukurannya lebih kecil daripada jig primer dan mempunyai dua
kompartemen yaitu A dan B. Sebagaimana jig pimer, jig clean up juga
mempunyai dua saluran dan setiap kompartemen juga mempunyai dua saringan.
Di atas saringan juga diisi batu hematit sebagai bed, tapi ukurannya lebih kecil
daripada yang terdapat di jig primer. Karena jig primer dan jig clean up
mempunyai tipe yang sama, maka proses kerjanya sama yaitu terjadinya gaya
pulsion dan suction akibat pukulan oleh dua membran. Kasiterit yang tertangkap
baik pada kompartemen A maupun B akan turun melalui spigot dan dialirkanke
bak penampung konsentrat melalui saluran penghantar. Sedangkan pulp yang
tidak tertangkap dalam kompartemen akan terus mengalir dan akan menjadi
tailing. Tailing tersebut di alirkan menuju bak penampung tailing kedua melalui
saluran tailing.

Terkadang masih ada mineral ikutan yang ikut masuk kedalam bak
konsentrat, ini dikarenakan ukuran mineral tersebut sangat halus, sehingga bisa
menembus saringan. Oleh karena itu, kasiterit yang ada di dalam bak konsentrat
dimasukkan kedalam bak kayu (ukuran 1,5 x 0,5 x 0,2 m ) untuk dibersihkan.
Pembersihan ini dilakukan dengan menyemprot secara manual dengan
kemiringan bak kayu 4-5%. Bijih timah yang sangat halus beserta mineral
ikutan lainnya akan mengalir menjadi tailing dan akan dialirkan ke bak
penampung tailing yang ketiga. Sedangkan kasiterit yang berkadar Sn tinggi
akan tetap berada di bak kayu dan kemudian dimasukkan ke dalam kampil (tin
ore bag). Tiap kampil berisi 30-40kg bijih timah/kasiterit dan jumlah kampil
yang dihasilkan tiap harinya tidak tentu biasanya 20-25 kampil/hari, ini
tergantung dari banyaknya lapisan kaksa yang ditemukan difront kerja. Jumlah
kampil ini dijadikan sebagai dasar perhitungan jumlah produksi per harinya.
Kasiterit/bijih timah yang ada dalam kampil akan dipindahkan menuju
gudang. Dari gudang ini, bijih timah dalam kampil akan dimasukkan ke dalam
drum dengan kapasitas 1 ton/drum dan siap diangkut menuju Pusat
Pengolahan Bijih Timah (PPBT) di Pemali Sungailiat dengan menggunakan
mobil. Setiap mobil hanya mampu membawa satu drum dan dalam setiap
pengangkutan dikeluarkan surat jalan yang dibubuhi tanda tangan Kepala
Tambang dan security yang mengawali pengangkutan serta banyaknya jumlah
kampil yang diangkut.
3. Pengolahan Timah
Sebelum bijih timah/kasiterit dilakukan peleburan, bijih timah terlebih
dahulu harus diolah dengan tujuan meningkatkan kadar Sn yang terkandung di
dalamnya agar memenuhi syarat peleburan ( 74 % Sn). Bijih timah yang akan
diolah berasal dari penambangan lepas pantai dan penambangan darat. Untuk
bijih timah yang berasal dari penambangan lepas pantai diangkut dengan kapal
tongkang menuju Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) di Mentok. Sedangkan
bijih timah yang berasal dari penambangan darat diangkut menuju Pusat
Pengolahan Bijih Timah (PPBT) masing-masing wilayah Pengawas Produksi.
Semua bijih timah yang berasal dari penambangan darat dan dalam pengawasan
PT. Tambang Timah, baik milik mitra usaha maupun milik rakyat dapat masuk

ke PPBT untuk diolah, tapi dengan syarat bijih timah mempunyai kadar 50%
Sn, apabila bijih timah tersebut mempunyai kadar dibawah 50% Sn, maka bijih
timah dikembalikan ke pemiliknya untuk ditingkatkan lagi kadarnya minimal
50% Sn.
2.3

Kegunaan Kasiterit
Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak
dipergunakan untuk solder (52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia
(13%), kuningan & perunggu (5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam
aplikasi lain (11%). Akibat dari petumbuhan permintaan, kegunaan baru dari timah
ditemukan. Masalah lingkungan, keselamatan dan kesehatan mempengaruhi
kegunaan timah. Hasil dari riset yang sedang dilakukan di Internatioanal Tin
Research Institude Ltd., lembaga yang dibiayai industri, banyak pasar baru untuk
timah sedang dikembangkan.
Industri kimia adalah konsumen timah yang paling cepat berkembang.
Permintaan sangat kuat untuk peralatan rumah tangga dan cat industri, pada plastik
dan lapisan tanpa belerang yang digunakan industri teknik (tembaga, perunggu dan
fosfor perunggu diantara yang lainnya). Contoh aplikasi komersil adalah pelapisan
timah pada kawat dan kabel tembaga dan pembuatan bentuk-bentuk timah tempa.

2.4

Persebaran Kasiterit di Indonesia


Jalur penyebaran timah Indonesia terdapat sekitar kurang lebih 750 km
tersebar pada daerah yang terdiri dari Karimun, Singkep, Bangka, Belitung, dan
Riau. Akan tetapi endapan timah primer yang potensial terdapat di pulau Bangka
dan Belitung. Di pulau Bangka meliputi daerah Pemali, daerah Tempilang dan di
pulau Belitung terjadi pada daerah yang dinamakan daerah Tikus, Selumar, Batu
Besi, Garumedang, selain itu ada pula di daerah Teberong.

III.
3.1

PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa endapan kasiterit
merupakan endapan sekunder yang berasal dari pelapukan endapan primer berupa
mineral kasiterit. Biasanya bijih kasiterit ini terbawa oleh arus sungai menuju
muara sungai hingga lepas pantai dan terakumulasi disana. Karenanya banyak
dilakukan kegiatan penambangan bijih timah sekunder pada daerah muara sungai
dan lepas pantai. Hal ini dilakukan dengan harapan akan diperoleh bijih timah
dalam jumlah besar. Selain itu bijih kasiterit ini terbawa oleh arus sungai menuju
muara sungai hingga lepas pantai dan terakumulasi disana. Karenanya banyak
dilakukan kegiatan penambangan bijih timah sekunder pada daerah muara sungai
dan lepas pantai.

Proses pemisahan timah dari endapan kasiterit penambangan, proses


pencucian, pengolahan timah. Kegunaan logam timah banyak dipergunakan untuk
solder (52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan &
perunggu (5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%).
Persebaran kasiterit di Indonesia terdapat sekitar kurang lebih 750 km tersebar pada
daerah yang terdiri dari Karimun, Singkep, Bangka, Belitung, dan Riau.
IV.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/238820059/Pengolahan-Timah
https://www.scribd.com/doc/86981659/tgas-2-pbg
http://thisan04.blogspot.com/2013/11/genesa-timah.html
http://pustakatambang.blogspot.com/2011/06/metode-pengolahantimah.html

Anda mungkin juga menyukai