Anda di halaman 1dari 15

Timah ( Sn )

1.1 Sejarah Timah


Timah dalam bahasa Inggris disebut sebagai Tin dengan symbol kimia Sn. Kata
Tin diambila dari nama Dewa bangsa Etruscan Tinia. Nama latin dari timah
adalah Stannum dimana kata ini berhubungan dengan kata stagnum yang
dalam bahasa inggris bersinonim dengan kata dripping yang artinya menjadi
cair / basah, penggunaan kata ini dihubungkan dengan logam timah yang mudah
mencair.
Timah adalah sebuah unsur kimia terdapat dalam table periodik yang memiliki
simbol Sn ( bahasa latin : Stannum ) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan
logam keperakan, dapat ditempa ( malleable ), tidak mudah teroksidasi dalam
udara sehinnga tahan karat, ditemukan dalam banyak alloy, dan digunakan
untuk melapisi logam lain untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari
mineral cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.
Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah,
berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang
tinggi. Dalam keadaan normal (13 1600C), logam ini bersifat mengkilap dan
mudah dibentuk Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit
dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi
dengan turnalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang
didalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium. Mineral yang
terkandung didalam bijih timah pada umumnya mineral utama yaitu kaserite,
sedangkan pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite,
kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Kegunaan
timah banyak sekali terutama untuk bahan baku logam pelapis, solder,
cendramata dan lain-lain. Potensi timah di Indonesia terdapat di Pulau Bangka,
Pulau Belitung, Pulau Singkep, dan Pulau Karimun.
Timah adalah unsur dengan jumlah isotop stabil yang terbanyak dimana
jangkauan isotop ini mulai dari 112 hingga 126. Dari isotop-isotop tersebut yang
paling banyak jumlahnya adalah isotop 120Sn dimana komposisinya mencapai
1/3 dari jumlah isotop Sn yang ada, 116Sn, dan 118Sn. Isotop yang paling sedikit
jumlahnya adalah 115Sn. Unsur timah yang memiliki jumlah isotop yang banyak
ini sering dikaitkan dengan nomor atom Sn yaitu 50 yang merupakan magic
number dalam pita kestabilan fisika nuklir. Beberapa isotop bersifat radioaktif
dan beberapa yang lain bersifat metastabil (dengan lambang m). Berkut
beberapa isotop Sn dan kelimpahannya di alam.

1.2 Sumber Atau Keberadaan Timah di Alam


Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh dari
senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau
tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan
kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah yang lain dan
kurang mendapat perhatian daripada cassiterite adalah kompleks mineral sulfide
yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral kompleks antara tembaga-besi-
timah-belerang dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks
dari timbale-timah-besi-antimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya
ditemukan bergandengan dengan mineral logam yang lain seperti perak.
Timah merupakan unsur ke-49 yang paling banyak terdapat di kerak bumi
dimana timah memiliki kandungan 2 ppm jika dibandingkan dengan seng 75
ppm, tembaga 50 ppm, dan 14 ppm untuk timbal. Cassiterite banyak ditemukan
dalam deposit alluvial/alluvium yaitu tanah atau sediment yang tidak
berkonsolidasi membentuk bongkahan batu dimana dapat dapat mengendap di
dasar laut, sungai, atau danau. Alluvium terdiri dari berbagai macam mineral
seperti pasir, tanah liat, dan batu-batuan kecil. Hampir 80% produksi timah
diperoleh dari alluvial/alluvium atau istilahnya deposit sekunder. Diperkirakan
untuk mendapatkan 1 Kg Cassiterite maka sekitar 7 samapi 8 ton biji
timah/alluvial harus ditambang disebabkan konsentrasi cassiterite sangat
rendah.
Dibumi timah tersebar tidak merata akan tetapi terdapat dalam satu daerah
geografi dimana sumber penting terdapat di Asia tenggara termasuk china,
Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hasil yang tidak sebegitu banyak
diperoleh dari Peru, Afrika Selatan, UK, dan Zimbabwe.
Cassiterite
Cassiterite adalah mineral timah oksida dengan rumus SnO2. Berbentuk kristal
dengan banyak permukaan mengkilap sehingga tampak seperti batu perhiasan.
Kristal tipis Cassiterite tampak translusen. Cassiterite adalah sumber mineral
untuk menghasilkan logam timah yang utama dan biasanya terdapat dialam di
alluvial atau aluvium.

Stannite
Stannite adalah mineral sulfida dari tembaga, besi dan timah. Rumus kimianya
adalah Cu2FeSnS4 dan merupakan salah satu mineral yang dipakai untuk
memproduksi timah. Stannite mengandung sekitar 28% timah, 13% besi, 30%
tembaga, dan 30% belerang. Stannite berwarna biru hingga abu-abu.
Cylindrite
Cylindrite merupakan mineral sulfonat yang mengandung timah, timbal,
antimon, dan besi. Rumus mineral ini adalah Pb2Sn4FeSb2S14. Cylindrite
membentuk kristal pinakoidal triklinik dimana biasanya berbentuk silinder atau
tube dimana bentuk nyatanya adalah gulungan dari lembaran kristal ini. Warna
cylindrite adalah abu-abu metalik dengan spesifik gravity 5,4. Pertama kali
ditemukan di Bolivia pada tahun 1893.
Timah terutama terdapat sebagai kaserit, SnO2. Bijih mula-mula dipekatkan
melalui metode pengembangan kemudian dipanggang. Karena bijih telah
berbentuk oksida, tujuan pemanggangan ialah untuk mengoksidasi logam
pengotor dan memisahkan belerang dan arsen menjadi bentuk volatile.
Berikutnya oksida diereduksi dengan karbon ( batubara ).
SnO2(P) + 2C(P) Sn (c) + 2CO (g)
Timah dari reaksi diatas dimurnikan melalui pelelehan ulang. Timah yang mudah
meleleh ini dituang dalam bentuk yang belum meleleh. Pengotor yang tetap larut
dalam timah cair terosidasi dan dipisahkan dengan cara mengambil lapisan
oksida yang terbentuk dipermukaan cairan.
1.3 Sifat-Sifat Timah
Sifat khas :
1. Timah termasuk golongan IV B
2. Mempunyai bilangan oksidasi +2 dan + 4
3. Bersifat amfoter
indium timah antimoni

Ge
Sn
Pb
Tabel penuh

Umum

Nama, Simbol, Nomor timah, Sn, 50

Seri kimia logam miskin

Kelompok, Periode, Blok 14 (IVA), 5, p

Densitas, Kekerasan 7310 kg/m3, 1.5

abu-abu keperakan
Penampakan
mengkilap

Properti Atomik

Bobot atom 118.710 sma

Jari-jari atom 145 (145) pm

Jari-jari kovalen 141 pm

Jari-jari van der Waals 217 pm

Konfigurasi elektron [Kr]4d10 5s2 5p2

Elektron per tingkat energi 2, 8, 18, 18, 4

Bilangan oksidasi (Oksida) 4,2 (amfoter)

Struktur kristal Tetragonal

Ciri-Ciri Fisik

Keadaan benda Padat

Titik lebur 505.08 K (449.47 F)

Titik didih 2875 K (4716 F)

Volume molar 16.29 10-6 m3/mol

Kalor penguapan 295.8 kJ/mol

Kalor peleburan 7.029 kJ/mol

Tekanan uap 5.78 E-21 Pa at 505 K

Kecepatan suara 2500 m/s pada 293.15 K

Lain-lain

Elektronegativitas 1.96 (Skala Pauling)

Kapasitas kalor spesifik 228 J/(kg*K)


Timah merupakan logam lunak, fleksibel, dan warnanya abu-abu metalik.
Timah tidak mudah dioksidasi dan tahan terhadap korosi disebabkan
terbentuknya lapisan oksida timah yang menghambat proses oksidasi lebih jauh.
Timah tahan terhadap korosi air distilasi dan air laut, akan tetapi dapat diserang
oleh asam kuat, basa, dan garam asam. Proses oksidasi dipercepat dengan
meningkatnya kandungan oksigen dalam larutan.
Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka akan terbentuk SnO2.
Timah ada dalam dua alotrop yaitu timah alfa dan beta. Timah alfa biasa
disebut timah abu-abu dan stabil dibawah suhu 13,2 C dengan struktur ikatan
kovalen seperti diamond. Sedangkan timah beta berwarna putih dan bersifat
logam, stabil pada suhu tinggi, dan bersifat sebagai konduktor.
Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut organic
seperti asam asetat asam oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut dalam basa
kuat seperti NaOH dan KOH.
Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2 dan +4. Timah(II)
cenderung memiliki sifat logam dan mudah diperoleh dari pelarutan Sn dalam
HCl pekat panas.
Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn(IV) klorida.
Hidrida timah yang stabil hanya SnH4.

Bentuk
Unsur ini memiliki 2 bentuk alotropik pada tekanan normal. Jika dipanaskan
timag abu-abu ( timah alfa ) dengan struktur kubus berubah pada 13.2 oC
menjadi timah putih ( timah beta ) yang memiliki struktur tetragonal. Ketika
timah didinginkan pada suhu 13.2 oC, ia pelanpelan berubah dari putih menjadi
abu-abu. Perubahan ini disebabkan ketidakmurnian ( impurities ) seperti
alumunium dan seng, dan dapat dicegah dengan menambahkan antimony atau
bismut. Timah abu-abu memiliki sedikit kegunaan. Timah dapat dipoles sangat
licin dan digunakan untuk menyelimuti logam lain untuk mencegah korosi dan
reaksi kimia. Lapisan tipis timah pada baja digunakan untuk membuat makanan
tahan lama.
Campuran logam timah sangat penting. Solder lunak, perunggu, logam babbit,
logam bel, logam putih, campuran logam bentukan dan perunggu fosfor adalah
beberapa campuran logam yang mengandung timah. Timah dapat menahan air
laut yang telah didistilasi dan air keran, tetapi mudah terserang oleh asam yang
kuat, alkali dan garam asam. Oksigen dalam suatu solusi dapat mempercepat
aksi serangan kimia-kimia tersebut. Jika dipanaskan dalam udara, timah
membentuk Sn2, sedikit asam, dan membentuk stannate salts dengan oksida.
Garam yang paling penting adalah klorida, yang digunakan sebagai agen
reduksi. Garam timah yang disemprotkan pada gelas digunakan untuk membuat
lapisan konduktor listrik. Aplikasi ini telah dipakai untuk kaca mobil yang tahan
beku. Kebanyakan kaca jendela sekarang ini dibuat dengan mengapungkan gelas
cair di dalam timah cair untuk membentuk permukaan datar (proses Pilkington).
Baru-baru ini, campuran logam kristal timah-niobium menjadi superkonduktor
pada suhu sangat rendah, menjadikannya sebagai bahan konstruksi magnet
superkonduktif yang menjanjikan. Magnet tersebut, yang terbuat oleh kawat
timah-niobium memiliki berat hanya beberapa kilogram tetapi dengan baterai
yang kecil dapat memproduksi medan magnet hampir sama dengan kekuatan
100 ton elektromagnet yang dijalankan dengan sumber listrik yang besar.

1.4 Pembuatan Timah


Cara pembuatannya yaitu:
bijih dicuci dan dipekatkan dengan cara megnetik
dipanggang untuk menghilangkan arsen dan belerang
reduksi dengan antrasit atau kokas
SnO2 (s) + 2 C (s) Sn (c) + 2 CO(g)
Timah (Sn) dapat dibuat dari SnO2 yang terdapat dalam bijih logam yang
disebut kaseteril. Bila bijih itu dipanaskan kuat di udara akan menguap oksida
dan zat lainnya. Kemudian SnO2 direduksi dengan karbon
SnO2 (s) + C (s) Sn (c) + CO2(g)
Logam timah dapat juga dimurnikan dengan cara elektrolisis dan akan didapat
timah pada katoda.
Berbagai macam metode dipakai untuk membuat timah dari biji timah
tergantung dari jenis biji dan kandungan impuritas dari biji timah. Bijih timah
yang biasa digunakan untuk produksi adalah dengan kandungan 0,8-1% (persen
berat) timah atau sedikitnya 0,015% untuk biji timah berupa bongkahan-
bongkahan kecil. Biji timah dihancurkan dan kemudian dipisahkan dari material-
material yang tidak diperlukan, adakalanya biji yang telah dihancurkan
dilewatkan dalam floating tank dan titambahkan zat kimia tertentu sehingga
biji timahnya bisa terapung sehingga bisa dipisahkan dengan mudah.
Biji timah kemudian dikeringkan dan dilewatkan dalam alat pemisah magnetik
sehingga kita dapat memisahkan biji timah dari impuritas yang berupa logam
besi. Biji timah yang keluar dari proses ini memiliki konsentrasi timah antara 70-
77% dan hampir semuanya berupa mineral Cassiterite.
Cassiterite selanjutnya diletakkan dalam furnace bersama dengan karbon dalam
bentuk coal atau minyak bumi. Adakalanya juga ditambahkan limestone dan
pasir untuk menghilangkan impuritasnya kemudian material dipanaskan pada
suhu 1400 C. Karbon bereaksi dengan CO2 yang ada didalam furnace
membentuk CO, CO ini kemudian bereaksi dengan cassiterite membentuk timah
dan karbondioksida. Logam timah yang dihasilkan dipisahkan melalui bagian
bawah furnace untuk diproses lebih lanjut. Untuk memperoleh timah dengan
kemurnian yang tinggi maka dapat dilakukan dengan menggunakan proses
elektrolisis. Dengan cara ini kemurnian timah yang diperoleh bisa mencapai
99,8%.
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
Washing atau Pencucian
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore bin
yang berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian 15 ton
bijh per jam. Di dalam ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan air tekanan
dan debit yang sesuai dengan umpan.
Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan pemisahan
berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh, setelah itu
dilakukan pengujian untuk mengetahui kadar bijih setelah pencucian. Prosedur
penelitian kadar tersebut adalah mengamatinya dengan mikroskop dan
menghitung jumlah butir dimana butir timah dan pengotornya memiliki
karakteristik yang berbeda sehinga dapat diketahui kadar atau jumlah
kandungan timah pada bijih.

Pemisahan berdasarkan berat jenis


Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz.bijih timah yang
mempunyai berat jenis lebih berat akanj mengalir ke bawah yang berarti kadar
timah yang diinginkan sudah tinggi sedangkan sisanya, yang berkadar rendah
yang juga berarti mengandung pengotor atau gangue lainya seperti quarsa ,
zircon, rutile, siderit dan sebagainya akan ditampung dan dialirkan ke dalam
trapezium Jig Yuba.
Pengolahan tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai yang mungkin
masih tersisa didalam tailing atau buangan. Prosesnya adalah dengan gaya
sentrifugal. Namun saat ini proses tersebut sudah tidak lagi digunakan karena
tidak efisien karena kapasitas dari alat pengolah ini adalah 60 kg/jam.
Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah
dengan memanaskan pipa besi yang ada di tengah tengah rotary dryer dengan
cara mengalirkan api yang didapat dari pembakaran dengan menggunakan solar.
Klasifikasi
Bijih bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses proses
pemisahan/klasifikasi lanjutan yakni:
klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan screening
klasifikasi berdasarkan sifat konduktivitasnya dengan High Tension separator.
klasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya dengan Magnetic separator.
Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan menggunakan alat seperti shaking
table , air table dan multi gravity separator(untuk pengolahan terak/tailing).
Pemisahan Mineral Ikutan
Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang terbilang
tinggi seperti zircon dan thorium( unsur radioaktif ) akan diambil dengan
mengolah kembali bijih timah hasil proses awal pada Amang Plant. Mula mula
bijih diayak dengan vibrator listrik berkecepatan tinggi dan disaring/screening
sehingga akan terpisah antara mineral halus berupa cassiterite dan mineral
kasar yang merupakan ikutan. Mineral ikutan tersebut kemudian diolah pada air
table sehingga menjadi konsentrat yang selanjutnya dilakukan proses smelting,
sedangkan tailingnya dibuang ke tempat penampungan. Mineral mineral
tersebut lalu dipisahkan dengan high tension separator pemisahan berdasarkan
sifat konduktor nonkonduktornya atau sifat konduktivitasnya. Mineral konduktor
antara lain: Cassiterite dan Ilmenite. Mineral nonconductor antara lain: Thorium,
Zircon dan Xenotime. Lalu masing masing dipisahkan kembali berdasarkan
kemagnetitanya dengan magnetic separation sehingga dihasilkan secara
terpisah, thorium dan zircon.
Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-smelting
yaitu proses yang dilakukan sebelum dilakukannya proses peleburan, misalnya
preparasi material,pengontrolan dan penimbangan sehingga untuk proses
pengolahan timah akan efisien.
Proses Peleburan ( Smelting )
Ada dua tahap dalam proses peleburan :
- Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.
- Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan hardhead dan
slag II.
Proses peleburan berlangsung seharian 24 jam dalam tanur guna menghindari
kerusakan pada tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam
peleburan. Pada tiap tanur terdapat bagian bagian yang berfungsi sebagai
panel kontrol: single point temperature recorder, fuel oil controller, pressure
recorder, O2 analyzer,multipoint temperature recorder dan combustion air
controller. Udara panas yang dihembuskan ke dalam mfurnace atau tanur
berasal dari udara luar / atmosfer yang dihisap oleh axial fan exhouster yang
selanjutnya dilewatkan ke dalam regenerator yang mengubahnya menjadi
panas.
Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan
baku bijih timah atau slagI dimasukkan kedalam tanur melalui hopper furnace.
Dalam tanur terjadi proses reduksi dengan suhu 1100 15000C.unsure unsure
pengotor akan teroksidasi menjadi senyawa oksida seperti As2O3 yang larut
dalam timah cair. Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi logam timah murni
namun adapula yang ikut ke dalam slag dan juga dalam bentuk debu bersamaan
dengan gas gas lainnya. Setelah peleburan selesai maka hasilnya dimasukkan
ke foreheart untuk melakukan proses tapping. Sn yang berhasil dipisahkan
selanjutnya dimasukkan kedalam float untuk dilakukan pendinginan /penurunan
temperatur hingga 4000C sebelum dipindahkan ke dalam ketel.sedangkan
hardhead dimasukkan ke dalm flame oven untuk diambil Sn dan timah besinya.
Proses Refining ( Pemurnian )
- Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur sehingga
material yang akan direfining cair, ditambahkan mineral lain yang dapat
mengikat pengotor atau impurities sehingga logam berharga dalam hal ini timah
akan terbebas dari impurities atau hanya memiliki impurities yang amat sedikit,
karena afinitas material yang ditambahkan terhadap pengotor lebih besar
dibanding Sn. Contoh material lain yang ditambahkan untuk mengikat pengotor:
serbuk gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium untuk untuk mengurangi
kadar As sehingga terbentuk AsAl, dan penambahan sulfur untuk mengurangi
kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk CuS dan NiS. Hasil proses refining ini
menghasilkan logam timah dengan kadar hingga 99,92% (pada PT.Timah).
Analisa kandungan impurities yang tersisa juga diperlukan guina melihat apakah
kadar impurities sesuai keinginan, jika tidak dapat dilakukan proses refining
ulang.
- Eutectic Refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan bantuan agar
parameter proses tetap konstansehingga dapat diperoleh kualitas produk yang
stabil. Proses pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar Lead atau Pb yang
terdapat pada timah sebagai pengotor /impuritiesnya. Adapun prinsipnya adalah
berhubungan dengan temperatur eutectic Pb- Sn, pada saat eutectic
temperature lead pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan menurun
bersamaan dengan kenaikan temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya.
Prinsip utamnya adalah dengan mempertahankan temperatur yang mendekati
titik solidifikasi timah.
- Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar yang lebih tinggi
lagi dari pyrorefining yakni 99,99%( produk PT. Timah: Four Nine ). Proses ini
melakukan prinsip elektrolisis atau dikenal elektrorefining.Proses elektrorefining
menggunakan larutan elektrolit ytang menyediakan logam dengan kadar
kemurnian yang sangat tinggi dengan dua komponen utama yaitu dua buah
elektroda anoda dan katoda yang tercelup ke dalam bak elektrolisis.Proses
elektrorefining yang dilakukan PT.Timah menggunakan bangka four nine (timah
berkadar 99,99% ) yang disebut pula starter sheetsebagai katodanya, berbentuk
plat tipis sedangkan anodanya adalah ingot timah yang beratnya berkisar 130 kg
dan larutan elektrolitnya H2SO4. proses pengendapan timah ke katoda terjadi
karena adanya migrasi dari anoda menuju katoda yang disebabkan oleh adanya
arus listrik yang mengalir dengan voltase tertentu dan tidak terlalu besar.
Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan
pencetakan secara manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton,
pompa cetak and cetakan logam. Proses ini memakan waktu 4 jam /50 ton,
dimana temperatur timah cair adalah 2700C. Sedangkan proses pencetakan
otomatis menggunakan casting machine, pompa cetak, dan melting
kettleberkapasitas 50 ton dengan proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60
ton.
Langkah langkah pencetakan:
1. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.
2. Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan pertama
pada serinya, aliran timah diatur dengan mengatur klep pada piapa penyalur.
3. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan
berikutnyadan permukaan timah yang telah dicetak dibersihkan dari drossnya
dan segera dipasang capa pada permukaan timah cair.
4. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan akan
merata sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang bagus atau
sesuai standar.
5. Ingot timah ynag telah dingin disusun dan ditimbang.
Kecenderungan Keadaan Oksidasi Golongan 4
Beberapa contoh kecenderungan keadaan oksidasi
Kecenderungan secara keseluruhan
Keadaan oksidasi yang umum untuk golongan 4 adalah +4, ditemukan pada
senyawa CCl4, SiCl4 dan SnO2.
Jika anda bergerak ke bawah dalam satu golongan, ada banyak contoh dengan
keadaan oksidasi +2, seperti SnCl2, PbO, dan Pb2+.
Pada timah, keadaan +4 masih lebih stabil dibandingkan +2, tetapi pada timbal,
keadaan +2 lebih stabil - dan mendominasi kimia timbal.
Contoh pada kimia timah
Jika anda bergerak ke bawah dalam satu golongan sampai pada timah, keadaan
oksidasi +2 secara umum meningkat, dan ada yang menarik pada senyawa
timah(II) dan timah(IV). Timah(IV) merupakan keadaan oksidasi timah yang lebih
stabil.
Itu artinya akan mudah mengubah senyawa timah(II) menjadi senyawa
timah(IV). Hal ini ditunjukkan dengan baik pada ion Sn2+ dalam larutan yang
merupakan agen pereduksi yang baik.
Sebagai contoh, larutan yang mengandung ion timah(II) (misalnya larutan
timah(II) klorida) akan mereduksi larutan iod menjadi ion iodida. Pada proses
tersebut, ion timah(II) dioksidasi menjadi ion timah(IV).
Ion timah(II) juga mereduksi ion besi(III) menjadi ion besi(II). Sebagai contoh
larutan timah(II) klorida akan mereduksi larutan besi(III) klorida menjadi larutan
besi(II) klorida. Pada proses ini, ion timah(II) dioksidasi menjadi ion timah(IV)
yang lebih stabil.
Ion timah(II) juga, tentu saja, mudah dioksidasi oleh agen pengoksidasi yang
sangat kuat seperti larutan kalium mangan(VII) (larutan kalium permanganat)
dalam kondisi asam. Reaksi ini dapat digunakan dalam titrasi untuk menentukan
konsentrasi ion timah(II) dalam suatu larutan.

Dan sebagai contoh terakhir . . .


Dalam kimia organik, timah dan asam klorida pekat digunakan untuk mereduksi
nitrobenzena menjadi fenilamin (anilin). Reaksi ini melibatkan timah yang
teroksidasi menjadi ion timah(II) dan kemudian menjadi ion timah(IV).
Mencoba menjelaskan kecenderungan keadaan oksidasi
Tidak ada yang mengejutkan tentang keadaan oksidasi yang normal pada
golongan 4 yaitu +4. Semua unsur pada golongan 4 memiliki struktur elektron
terluar ns2npx1npy1, dimana n bervariasi dari 2 (untuk karbon) sampai 6 (untuk
timbal). Pada keadaan oksidasi +4 semua elektron terluar terlibat secara
langsung dalam ikatan.Pada bagian bawah golongan, ada kecenderungan
peningkatan untuk tidak menggunakan pasangan s2 dalam pembentukan ikatan.
Ini sering disebut dengan efek pasangan inert - dan hal ini dominan pada kimia
timbal.Tidak ada penjelasan apapun dari penamaan "efek pasangan inert" Anda
perlu mengetahui dua penjelasan yang berbeda tergantung pada apa yang anda
bicarakan, pembentukan ikatan ionik atau ikatan kovalen.
Efek pasangan inert pada pembentukan ikatan ionik
Jika unsur golongan 4 membentuk ion 2+, maka unsur tersebut akan kehilangan
elektron pada orbital p, menyisakan pasangan s2 yang tidak terpakai. Misalnya,
untuk membentuk ion timbal(II), timbal akan kehilangan dua elektron 6p,
elektron 6s tidak mengalami perubahan - sebagai "pasangan inert". Secara
normal anda akan mengharapkan energi ionisasi turun dari atas ke bawah dalam
satu golongan karena elektron lebih jauh dari inti. Hal itu tidak terjadi pada
golongan 4.
Tabel pertama menunjukkan energi ionisasi total yang diperlukan untuk
membentuk ion 2+ bervariasi dari atas ke bawah dalam satu golongan. Nilainya
dinyatakan dalam kJ mol-1.
Perhatikanlah, antara timah dan timbal terdapat sedikit peningkatan.
Ini artinya sedikit lebih sulit untuk menghilangkan elektron p pada timbal
daripada pada timah. Jika anda melihat pola lepasnya 4 elektron, perbedaan
antara timah dan timbal lebih menarik. Peningkatan energi ionisasi yang relatif
besar antara timah dan timbal disebabkan karena pasangan 6s2 pada timbal
secara signifikan lebih sulit untuk dihilangkan daripada pasangan 5s2 pada
timah.
Sekali lagi, nilainya dalam kJ mol-1, dan dua tabel tersebut mempunyai skala
yang hampir sama. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan teori relativitas. Pada
unsur yang lebih berat seperti timbal, ada kecenderungan untuk menarik
elektron lebih dekat ke inti daripada yang diperkirakan, dikenal sebagai kontraksi
relativistik elektron. Karena elektron lebih dekat dengan inti, maka lebih sulit
untuk dilepaskan. Pada unsur yang lebih berat pengaruh ini lebih besar.Pengaruh
ini lebih besar pada elektron s daripada elektron p.
Pada contoh timbal, adanya kontraksi relativistik menyebabkan elektron 6s lebih
sulit dilepaskan secara energetika dari yang anda perkirakan. Energi yang
dilepaskan ketika ion terbentuk (seperti entalpi kisi atau entalpi hidrasi) tidak
cukup untuk mengimbangi tambahan energi akibat adanya kontraksi relativistik.
Artinya secara energetika tidak disukai bagi timbal untuk membentuk ion 4+.
Efek pasangan inert pada pembentukan ikatan kovalen
Anda perlu memikirkan mengapa karbon secara normal membentuk empat
ikatan kovalen bukan dua.
Dengan menggunakan notasi elektron dalam kotak, struktur elektron terluar
karbon terlihat seperti ini:
Pada gambar hanya ada dua elektron tak berpasangan. Sebelum membentuk
ikatan, secara normal karbon akan mendorong satu elektron dari orbital s untuk
mengisi orbital p yang kosong.
Akhirnya terdapat 4 elektron tak berpasangan yang (setelah hidridisasi) dapat
membentuk 4 ikatan kovalen.Hal itu bermanfaat untuk menyediakan energi
untuk mendorong elektron orbital s, karenanya karbon dapat membentuk ikatan
kovalen dua kali lebih banyak. Masing-masing ikatan kovalen yang terbentuk
melepaskan energi yang cukup untuk keperluan promosi.
Satu penjelasan yang mungkin, mengapa timbal tidak melakukan hal yang sama
adalah karena terjadi penurunan energi ikatan dari atas ke bawah dalam satu
golongan. Energi ikatan cenderung turun dengan makin besarnya ukuran atom
dan makin jauhnya jarak pasangan ikatan dengan dua inti serta lebih terlindungi
dari inti.
Sebagai contoh, energi yang dilepaskan ketika dua ikatan tambahan Pb-X
(dengan X adalah H atau Cl atau apapun) terbentuk tidak mampu mengimbangi
besarnya energi tambahan yang diperlukan untuk mendorong elektron 6s ke
orbital 6p yang kosong. Hal ini akan lebih sulit, tentu saja, jika beda energi
antara orbital 6s dan 6p bertambah dengan adanya kontraksi relativistik dari
orbital 6s.

1.5 Senyawa Timah


Timah, Senyawaan yang terpenting adalah SnF2 dan SnCl2, yang diperoleh
dengan pemanasan Sn dengan hf dan hcl gas. Fluoridanya cukup larut dalam air
dan digunakan dalam pasta gigi yang mengandung fluorida. Air menghidrolisis
SnCl2 menjadi klorida yang bersifat basa, tetapi dari larutan asam encer
SnCl2.2H2O dapat terkristalisasi. Kedua halidanya larut dalam larutan yang
mengandung ion halida berlebihan, jadi:
SnF2 + F- = SnF3- pK 1

SnCl2 + Cl- = SnCl3- pK 1


Dalam larutan akua fluorida, SnF3- adalah spesies yang utama, tetapi ion-
ion SnF+ dan Sn2F5 dapat dideteksi.
Halida larutan dalam pelarut donor seperti aseton, piridin, atau DMSO,
menghasilkan adduct peramidal, SnCl2OC(CH3)2.
Ion Sn2+ yang sangat peka terhadap udara, terjadi dalam larutan asam
perklorat, yang dapat diperoleh dengan reaksi
Cu(ClO4)2 + Sn Hg Cu + Sn2+ + 2 ClO4-
Hidrolisis memberikan [Sn3(OH)4]2+, dengan SnOH+ dan [Sn2(OH)2]2+
dalam jumlah sedikit:
3 Sn2+ + 4 H2O [Sn3(OH)4]2+ + 4 H+ log K = -6,77
trimmernya, kemungkinan ion diklis, tampaknya menyebabkan inti dari beberapa
garam basa timah (II) diperoleh dari larutan akua pada pH yang agak rendah.
Jadi nitratnya tampak sebagai Sn3(OH)4(NO3)2 dan sulfatnya, Sn3(OH)2OSO4.
semua larutan SnII mudah dioksidasi dengan oksigen, dan bila tidak dilindungi
ketat oleh udara, biasanya mengandung beberapa SnIV. Larutan kloridanya
ssering digunakan sebagai zat pereduksi lunak
SnCl62- + 2e SnCl3- + 3 Cl- Eo = ca.0,0 V (1M HCl,4M Cl-)
Senyawa Trialkiltimah, R3SnX, biasanya bergabung dalam padatan dengan
jembatan anion (29-III dan 29-IV). Dalam air, perklorat dan beberapa senyawa
lain mengion menghasilkan spesies kation.misalnya [Me3Sn(H2O)2]+.
Senyawaan dialkil, R2SnX2, mempunyai perilaku mirip dengan senyawaan
trialkil. Jadi fluorida, Me2SnF2 sekali lagi adalah polimer, dengan jembatan atom
F, namun Sn adalah oktahedral dan gugus Me Sn Me adalah linear.
Meskipun demikian, klorida dan bromida mempunyai titik leleh rendah (90o dan
74oC) dan pada hakikatnya adalah senyawaan molekular. Halidanya juga
memberikan larutan yang menghantar didalam air, dan ion akua mempunyai
gugus C SN C linear yang khas bagi spesies dialkil (misalnya, spesies linear
Me2Hg, Me2TI+, Me2Pb2+) mungkin dengan empat molekul air yang memenuhi
koordinasi oktaherdal. Kelinearan dalam spesies ini tampaknya dihasilkan dari
memaksimumkan sifat s dalam orbital ikatan atom logam. Hidrida organotimah
adalah zat pereduksi yang berguna dalam kimia organik dan dapat ditambah
pada alkena dengan reaksi radikal bebas untuk melepaskan senyawaan
organotimah.
Senyawa organotimah mempunyai sejumlah kegunaan dalam cat anti
pencemaran laut, fungisida, pengaet kayu, dan sebagai katalis untuk perawatan
resin silikon dan resin epoksi.
Timah(IV) sulfat, Sn(SO4)2.2H2O, dapat terkristalisasi dari larutan yang diperoleh
dari oksidasi dari oksidasi SnII sulfat; ia terhidrolisis seluruhnya di dalam air.
Timah(IV) nitrat adalah padatan mudah menguap yang tidak berwarna dibuat
dari interaksi N2O5 dan SnCl4; ia mengandung gugus bidentat NO3-
menghasilkan koordinasi dodekahedral. Senyawaannya bereaksi dengan zat
organik.

2.1.6 Reaksi-Reaksi Timah


Timah mempunyai tiga bentuk kristal. Bentuk yang paling adalah timah
putih atau timah yang mudah dibentuk. Pada suhu 13,2oC, secara perlahan,
timah putih berubah menjadi tepung yang bewarna abu-abu yang disebut timah
abu-abu. Bila timah putih yang dipanaskan akan menjadi sangat rapuh yang
disebut timah rapuh. Timah putih dipakai sebagai pelapis kaleng agar mengkilap
dan tahan korosi. Timah juga dipakai sebagai logam campuran dalam perunggu
(tembaga dan timah) dan sebagai logam solder (campuran timah dengan
timbal). Timah lebih mudah teroksidasi dibandingkan besi, sehingga tidak dapat
dipakai sebagai pelindung besi.
Bilangan oksidasi timah dalam senyawa adalah +2 dan +4. logam ini
dapat teroksidasi oleh asam yang bukan pengoksidasi menjadi +2.
Sn + 2HCl SnCl2 + H2
Akan tetapi dengan pengoksidasi kuat, logam timah teroksidasi, menjdi +4.
Sn + 4 HNO3 SnO2 + 4NO2 + 2 H2O
Reaksi timah dengan Cl2 menghasilkan SnCl2
Sn + Cl2 SnCl2
Logam Sn larut dalam basa membentuk ion stannit, Sn(OH)42-
Sn + 2OH + 2H2O Sn(OH)42- + H2(g Senyawa timah, seperti SnF2
dipakai dalam bahan pasta gigi. Senyawa (C4H9)3SnO dipakai sebagai fungisida,
yaitu zat pembasmi fungi (jamur).

2.1.7 Kegunaan Atau Fungsi Timah


Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak
dipergunakan untuk solder(52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar
kimia (13%), kuningan & perunggu (5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai
macam aplikasi lain (11%).

Teknik
Akibat dari petumbuhan permintaan, kegunaan baru dari timah ditemukan.
Masalah lingkungan, keselamatan dan kesehatan mempengaruhi kegunaan
timah. Hasil dari riset yang sedang dilakukan di Internatioanal Tin Research
Institude Ltd., lembaga yang dibiayai industri, banyak pasar baru untuk timah
sedang dikembangkan.
Pelat Timah
Sejumlah pembuat minum besar di pasar barat meningkatkan penggunaan
kaleng pelat timah sangat tipis. Teknologi baru yang efisien dan kaleng Ecotop
yang mudah didaur ulang mulai diperkenalkan untuk menanggapi masalah
lingkungan di Eropa. Kaleng besi masih menjadi pilihan untuk kemasan makanan
dan peningkatan pendapatan di Asia Tenggara kemasan makanan dan minuman
akan meningkat lebih banyak.
Olah Raga
Seiring peningkatan standar hidup meningkat pula permintaan kesenangan.
Produsen stik golf beralih menggunakan lapisan timah pada stik golf dan
peningkatan penyedia amunisi untuk senjata olah raga berubah dari tembaga
menjadi timah sebagai pengganti.
Tutup Botol Anggur
Meningkatnya kesadaran kesehatan konsumen memaksa produsen untuk
memanfaatkan bahan kemasan yang lebih aman. Penggantian tembaga dengan
timah untuk tutup botol merupakan salah satu contoh.
Penghambat Api
Telah dipelajari bahwa bahan tambahan dari timah, stannate dapat lebih efektif
sebagai pemusnah api dalam polimer untuk pembuatan bungkus kabel PVC,
plastik dan kain polyester dalam peralatan rumah tangga sehari-hari. Sudah ada
hasil yang positif dalam pengembangan penghambat api untuk digunakan
produsen kertas.
Logam Hijau
Timah digunakan dalam perlengkapan rumah tangga setiap hari. Pendapatan
paling tinggi adalah dalam pemenuhan barang konsumen yang semakin
beragam. Permintaan timah di Asia Tenggara meningkat 8% setiap tahun. PT
Timah menyediakan timah berkualitas untuk berbagai industri sekunder dan
tertier yang menggunakan logam untuk menghasilkan produk konsumen dan
industri.
Timah Patri
Peningkatan pesat atas barang elektronik konsumen terutama di Asia dan inti
dari setiap kamera, telepon portable, komputer, TV dan radio adalah papan
circuit menggunakan timah patri. Kesadaran lingkungan dan kesehatan telah
membuat banyak produsen mengganti dari timah hitam menjadi 90% timah
patri.
Produsen bola lampu
Timah merupakan bagian dasar dari bola lampu pijar dan neon. Untuk
menyediakan 190 juta konsumen lokal dan membangun pasar expor, industri
bola lampu Indonesia mempunyai kapasitas tahunan lebih dari 550 juta lampu
Patri Gelombang
Beberapa produsen barang-barang elektronik konsumen menggunakan teknik
yang baru dikembangkan ini. Contohnya produsen televisi.
Timah dalam lembaran
Sudah lama timah digunakan untuk menghasilkan makanan dan minuman
kaleng, keselamatan dan aman untuk kemasan dan penyimpanan. Sementara
permintaan timah lembaran di Amerika dan Eropa sudah terbuka, potensi
pertumbuhan di Asia sangat besar. Saat ini di beberapa bagian Asia, konsumsi
kaleng timah perkapita ada pada tingkatan kurang dari satu persen konsumsi
kaleng timah di Barat. Kaleng timah juga hemat energi, memerlukan energi
setengah dari yang diperlukan untuk pembuatan kemasan PET dan lebih sedikit
daripada energi yang diperlukan untuk membuat kaleng aluminium.
Timah dalam kimia
Industri kimia adalah konsumen timah yang paling cepat berkembang.
Permintaan sangat kuat untuk peralatan rumah tangga dan cat industri, pada
plastik dan lapisan tanpa belerang yang digunakan industri teknik (tembaga,
perunggu dan fosfor perunggu diantara yang lainnya). Contoh aplikasi komersil
adalah pelapisan timah pada kawat dan kabel tembaga dan pembuatan bentuk-
bentuk timah tempa
Penggunaan
membuat kaleng
aliasi logam:
- perunggu (5-15% Sn dengan Cu)
- solder (40% dengan Pb)
- pewter (92% Sn, 6%Sb, 2% Cu)

2.1.8 Bahaya Timah

Bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan,akibat keracunan timah


dapat menyebabkan kerusakan otak, system saraf dan ginjal bahkan kematian
bila keracunan akut.
Pada anak anak dapat menyebabkan kerusakan fungsi mental (jadi idiot).

2.1.9 Pencegahan Bahaya Timah


Jangan dipergunakan untuk perabotan hidup sehari hari.
Untuk mencegah keracunan dapat di tempuh dengan cara jauhkanlah dari
jangkauan anak anak.
Setelah memegang timah,cuci tangan dengan sabun sampai bersih
sebelum memegang makanan atau merokok.
Untuk tangan yg terluka(terbuka) jangan memegang timah secara
langsung tanpa sarung tangan.

Anda mungkin juga menyukai