Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENDAHULUAN FISIKA INTI

THORIUM SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKAR REAKTOR


NUKLIR

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Pendahuluan Fisika Inti

OLEH :
IING PEBRIKA
1101400/2011
PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya
kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Kemudian shalawat dan
salam buat nabi Muhammad SAW utusan Allah SWT yang telah memberikan anugerah yang
tak terbandingkan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka
memenuhi Tugas Akhir mata kuliah Pendahuluan Fisika Inti.

Makalah yang berjudul “Thorium Sebagai Sumber Bahan Bakar Reaktor Nuklir”
merupakan suatu wacana yang memaparkan tentang apa itu Thorium, bagaimana riset reaktor
daya berbahan bakar thorium oksida dan bagaimana PLTN berbasis Thorium.

Penulisan makalah ini sebenarnya jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mohon maaf. Untuk kesempurnaan makalah ini, penulis harapkan para pembaca dapat
memberikan kritikan atau tanggapan yang bersifat membangun. Atas perhatiannya penulis
ucapkan terima kasih.

Padang, 9 Juni 2014

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan penulisan............................................................................................ 2
BAB II KAJIN TEORI............................................................................................... 3
A. Thorium.......................................................................................................... 3
1. Sejarah dan Karakteristik Unsur Thorium................................................. 3
2. Sumber Daya dan Penggunaannya............................................................ 4
3. Manfaat Thorium....................................................................................... 5
B. Nuklir............................................................................................................. 6
1. Pengertian Nuklir ...................................................................................... 6
2. Pengertian Reaktor Nuklir......................................................................... 6
3. Klasifikasi Reaktor Nuklir......................................................................... 7

BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................... 10


A. Thorium, Bahan Bakar Nuklir dari Pasir Monasit......................................... 10
B. Riset Reaktor Daya Berbahan Bakar Thorium Oksida.................................. 11
C. Pembangkit Listrik Paling Aman................................................................... 14

BAB IV PENUTUP................................................................................................... 18
A. Kesimpulan.................................................................................................... 18
B. Saran............................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 19

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknologi reaktor nuklir yang telah beroperasi hingga hari ini pada umumnya adalah
reaktor nuklir yang menggunakan uranium sebagai bahan bakar utamanya. Daur
pemanfaatan uranium ini, yang juga disebut dengan daur uranium (uranium cycle), pada
235 239
prinsipnya menggunakan U dan Pu (ditransmutasikan dari U) sebagai bahan fisil dan
U sebagai bahan fertil atau tidak dapat belah. Sedangkan potensi bahan thorium alam
(238Th) yang bersifat fertil namun dapat diubah menjadi bahan fisil (dapat belah) 232
U,
belum secara signifikan diselidiki untuk kemudian dicoba untuk diterapkan sebagai bahan
bakar dalam reaktor nuklir.
Salah satu faktor penyebabnya mungkin adalah masalah ketersediaan thorium dan
uranium secara geologis. Unak , dalam publikasinya tahun 2000, menunjukkan bahwa
hanya beberapa negara maju (developed countries) saja yang memiliki kandungan
uranium tinggi, dan Kanada adalah negara yang memproduksi bahan bakar uranium
tertinggi meskipun memiliki kandungan/cadangan uranium lebih rendah dari Australia. Di
sisi lain, dia juga menunjukkan bahwa kandungan thorium pada tingkat yang dapat
dipercaya dan yang diperkirakan sebagian besar justru berada di beberapa negara
berkembang. Distribusi kandungan thorium secara geologis ini, mungkin menjadi salah
satu alasan logis mengapa bahan bakar nuklir thorium belum secara intensif dimanfaatkan
di negara-negara maju yang telah mencapai tingkat penguasaan teknologi reaktor nuklir
yang maju (advanced) dan canggih (sophisticated).
Secara historis, beberapa reaktor nuklir berbasis bahan bakar thorium pernah sukses
dioperasikan di beberapa negara. Karena itu, ada beberapa alasan kuat untuk mendukung
pemanfaatan thorium sebagai bahan bakar reaktor nuklir. Dari sisi ekonomi, hal ini akan
menjadi solusi atas fenomena meningkatnya terus harga uranium di dunia. Karaketristik
netronik isotop 232Th dan hasil transmutasinya, yaitu 232
U, ditunjukkan dalam banyak hasil
penelitian bahwa menyediakan efisiensi pemanfaatan yang lebih baik, terutama dalam
daerah spectrum netron termal (berenergi rendah), karena memiliki laju konversi bahan
fertil emnajdi fisil yang lebih tinggi dibandingkan dengan uranium. Laju konversi yang
lebih tinggi ini akan meningkatkan rasio konversi (conversion ratio) dan usia teras reaktor.
Sementara dari sisi keselamatan, reaktor nuklir berbasis bahan bakar thorium ini, dalam

1
system energi nuklir jangka panjang akan menghasilkan tingkat radiotoxisitas yang lebih
rendah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Thorium ?
2. Bagaimana riset reaktor daya berbahan bakar thorium oksida ?
3. Bagaimana PLTN berbasis Thorium ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang:
1. Thorium
2. Riset reaktor daya berbahan bakar thorium oksida
3. PLTN berbasis Thorium

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Thorium
1. Sejarah dan Karakteristik Unsur Thorium
Kata thorium berasal dari nama salah satu dewa dalam mitologi Skandinavia,
yaitu dewa thor sebagai dewa petir. Thorium pertama kali ditemukan oleh ahli kimia
Swedia yang bernama Baron Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1828. Thorium
merupakan unsur radioaktif yang terbentuk secara alami dan tersebar luas, dengan
jumlah yang melimpah tiga sampai empat kali jumlah kelimpahan uranium dalam
kerak bumi. Karena jumlahnya yang melimpah, thorium telah digunakan sebagai
bahan pengganti uranium dalam alternatif bahan bakar nuklir dalam molten-salt
reactor experiment (MSR) dari tahun 1964 sampai tahun 1969 untuk produksi energi
termal.

Gambar 1. Kristal Thorium


(Sumber : wikipedia)

Penggunaan thorium juga digunakan sebagai reaktor cahaya-air dengan


menggunakan bahan bakar Th232-U233 termasuk shippingport, Pennsylvania
(operasi dimulai tahun 1977 dan berakhir pada 1982). Mineral utama thorium adalah
pasir monazite yaitu suatu kompleks fosfat yang juga mengandung lantanida. Pasir ini
dilebur dengan natrium hidroksida. Kemudian hidroksida yang tidak larut dilarutkan
dalam asam hidroklorat. Pada Ph 5-8 thorium dan uranium serta lantanida akan
terendapkan sebagai hidoksida. Untuk mendapatkan thorium dilakukan ekstraksi dari

3
larutan asam hidroklorat. Secara singkat, data-data mengenai unsur thorium dapat
dijabarkan sebagai berikut :

Keterangan Umum Unsur


Nama : Thorium
Wujud : Putih keperak-perakan dan stabil di udara serta akan
mengkilap dalam beberapa bulan.
Simbol : Th
Nomor atom : 90
Nomor massa : 232,0381 g.mol-1
Golongan :3
Periode :7
Konfigurasi electron : [Rn]6d2 7s2
S Elektron per kuli : 2, 8, 18, 32, 18, 10, 2

Ciri-ciri Fisik
Fase : Padat
Massa jenis : 11,7 g/cm3 (sekitar suhu kamar)
Titik lebur : 1842° C (2115 K; 3348°F)
Titik didih : 5061 K (4788°C;8650°F)
Kalor lebur : 13,81kJ/mol
Kalor Uap : 514 kJ/mol
Kapasitas kalo : (25 °C) 26.230 J·mol−1·K−1

Ciri-ciri Atom
Struktur Kristal : Kubus terpusat
Kemagnetan : Paramagnetik
Bilangan oksidasi : +4
Elektronegativitas : 1.3 (Skala Pauling)
Energi ionisasi : 587 kJ/mol (Pertama); 1110 kJ/mol (Kedua);1930
kJ/mol (Ketiga)
Jari-jari atom : 179 pm
Konduktivitas termal : (300 K) 54.0 W·m−1·K−1
Kekerasan Mohs : 3,0

Thorium juga ditemukan dalam jumlah yang kecil pada thorite (thorium
silicate), dalam orangite dan thorianite (mineral radioaktif yang terdiri dari oksida
thorium dan dan uranium). Negara-negara penghasil thorium dalam jumlah besar
antara lain :

2. Sumber Daya dan Penggunaanya


Menurut Survey Badan Geologi Amerika Serikat (1997-2006)
a. Australia, dengan jumlah cadangan thorium sebesar 300.000 ton, dan cadangan
dasar sebesar 340.000 ton.

4
b. India, dengan jumlah cadangan thorium sebesar 290.000 ton, dan cadangan dasar
sebesar 300.000 ton.
c. Norwegia, dengan jumlah cadangan thorium sebesar 170.000 ton, dan cadangan
dasar sebesar 180.000 ton.
d. Amerika Serikat, dengan jumlah cadangan thorium sebesar 160.000 ton, dan
cadangan dasar sebesar 300.000 ton.
e. Kanada, dengan jumlah cadangan thorium sebesar 100.000 ton, dan cadangan dasar
sebesar 100.000 ton.
f. Afrika Selatan, dengan jumlah cadangan thorium sebesar 35.000 ton, dan cadangan
dasar sebesar 39.000 ton.
g. Brazil, dengan jumlah cadangan thorium sebesar 16.000 ton, dan cadangan dasar
sebesar 18.000 ton.
h. Malaysia, dengan jumlah cadangan thorium sebesar 4500 ton, dan cadangan dasar
sebesar 4500 ton.
i. Negara lain, dengan jumlah cadangan thorium sebesar 95.000 ton, dan cadangan
dasar sebesar 100.000 ton.
Jadi, total jumlah cadangan thorium dunia mencapai 1.200.000 ton, dengan
jumlah cadangan dasar sebesar 1.400.000 ton.
3. Manfaat
Manfaat Thorium antara lain :
a. Digunakan sebagai logam campuran dengan magnesium dalam pembuatan mesin
pesawat terbang untuk menaikkan kekuatan daya tahan tubuh pesawat terhadap
suhu layang.
b. Digunakan sebagai bahan campuran dalam gas tungsten arc welding (GTAW)
untuk menaikkan temperatur lebur elektroda tungsten dan meningkatkan stabilitas
arc.
c. Digunakan sebagai pelapis kabel tungsten dalam peralatan elektronik serta
meningkatkan emisi elektron dari panas katoda.
d. Sebagai senyawa thorium oksida, digunakan sebagai mantel dalam portabel gas
yang menyala, dimana mantel akan menggelembung bercahaya mempesona ketika
panas gas menyala.
e. Thorium oksida juga berfungsi sebagai alat kontrol dalam menentukan ukuran butir
lampu elektrik tungsten.

5
f. Thorium oksida juga digunakan sebagai resisten panas pada keramik serta
merupakan materi yang ditambahkan pada lensa untuk meminimalisasi terjadinya
dispersi dan meningkatkan harga indeks bias lensa
B. Nuklir
1. Pengertian Nuklir
Menurut Wikpedia Bahasa Indonesia ,Kata nuklir berarti bagian dari atau yang
berhubungan dengan nukleus atom (inti atom).. Dalam fisika nuklir, sebuah reaksi
nuklir adalah sebuah proses di mana dua nuklei ataupartikel nuklir bertubrukan, untuk
memproduksi hasil yang berbeda dari produk awal. Pada prinsipnya sebuah reaksi
dapat melibatkan lebih dari dua partikel yang bertubrukan, tetapi kejadian tersebut
sangat jarang. Bila partikel-partikel tersebut bertabrakan dan berpisah tanpa berubah
(kecuali mungkin dalam level energi), proses ini disebut tabrakan dan bukan sebuah
reaksi.
Dikenal dua reaksi nuklir, yaitu reaksi fusi nuklir dan reaksi fisi nuklir. Reaksi
fusi nuklir adalah reaksi peleburan dua atau lebih inti atom menjadi atom baru dan
menghasilkan energi, juga dikenal sebagai reaksi yang bersih. Reaksi fisi nuklir
adalah reaksi pembelahan inti atom akibat tubrukan inti atom lainnya, dan
menghasilkan energi dan atom baru yang bermassa lebih kecil, serta radiasi
elektromagnetik. Reaksi fusi juga menghasilkan radiasi sinar alfa, beta dan gamma
yang sagat berbahaya bagi manusia.
Contoh reaksi fusi nuklir adalah reaksi yang terjadi di hampir semua inti
bintang di alam semesta. Senjata bom hidrogen juga memanfaatkan prinsip reaksi fusi
tak terkendali. Contoh reaksi fisi adalah ledakan senjata nuklir dan pembangkit listrik
tenaga nuklir.
Unsur yang sering digunakan dalam reaksi fisi nuklir adalah Plutonium dan
Uranium (terutama Plutonium-239, Uranium-235), sedangkan dalam reaksi fusi nuklir
adalah Lithium dan Hidrogen(terutama Lithium-6, Deuterium, Tritium).
2. Pengertian Reaktor Nuklir
Reaktor nuklir adalah suatu tempat atau perangkat yang digunakan untuk
membuat, mengatur, dan menjaga kesinambungan reaksi nuklir berantai pada laju
yang tetap. Berbeda dengan bom nuklir, yang reaksi berantainya terjadi pada orde
pecahan detik dan tidak terkontrol.
Reaktor nuklir digunakan untuk banyak tujuan. Saat ini, reaktor nuklir paling
banyak digunakan untuk membangkitkan listrik. Reaktor penelitian digunakan untuk
6
pembuatan radioisotop (isotop radioaktif) dan untuk penelitian. Awalnya, reaktor
nuklir pertama digunakan untuk memproduksi plutonium sebagai bahan senjata
nuklir.
Saat ini, semua reaktor nuklir komersial berbasis pada reaksi fisi nuklir, dan
sering dipertimbangkan masalah risiko keselamatannya. Sebaliknya, beberapa
kalangan menyatakan bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan cara yang
aman dan bebas polusi untuk membangkitkan listrik. Daya fusi merupakan teknologi
ekperimental yang berbasi pada reaksi fusi nuklir. Ada beberapa piranti lain untuk
mengendalikan reaksi nuklir, termasuk di dalamnya pembangkit thermoelektrik
radioisotop dan baterai atom, yang membangkitkan panas dan daya dengan cara
memanfaatkan peluruhan radioaktif pasif, seperti halnya Farnsworth-Hirsch fusor, di
mana reaksi fusi nuklir terkendali digunakan untuk menghasilkan radiasi neutron.

3. Klasifikasi Reaktor Nuklir


Reaktor dibedakan berdasarkan kegunaan, tenaga neutron dan nama
komponen serta parameter operasinya.

Menurut kegunaan:
a. Reaktor daya
b. Reaktor riset termasuk uji material dan latihan
c. Reaktor produksi isotop yang kadang-kadang digolongkan juga kedalam reaktor
riset

Ditinjau dari tenaga neutron yang melangsungkan reaksi pembelahan, reaktor


dibedakan menjadi:
a. Reaktor cepat: GCFBR, LMFBR, SCFBR
b. Reaktor thermal: PWR, BWR, PHWR, GCR.

7
Berdasarkan parameter yang lain dapat disebut:
a. Reaktor berreflektor grafit: GCR, AGCR
b. Reaktor berpendingin air ringan: PWR, BWR
c. Reaktor suhu tinggi: HTGR

Berdasarkan type reaksi nuklir


a. Reaktor Nuklir Fisi
Semua PLTN komersial yang ada dinunia menggunakan reaksi nuklir fisi.
Pada umumnya reaktor jenis ini menggunakan bahan bakar nuklir Uranium dan
reaktor jenis ini akan menghasilkan Plutonium, meskipun dimungkinkan juga
menggunakan siklus bahan bakar Thorium. Reaktor fisi dapat dibagi menjadi 2
kelompok besar berdasarkan energy neutron yang digunakan dalam proses fisi,
yaitu:
 Reaktor thermal (lambat) menggunakan neutron lambat atau neutron thermal.
Reaktor ini bercirikan mempunyai moderator neutron / material pelambat yang
ditujukan untuk melambatkan neutron sampai mempunyai energi kinetik rerata
partikel yang ada disekitarnya, dengan kata lain, sampai mereka "dithermalkan".
Reaktor termal, reaktor jenis ini menggunakan neutron lambat atau neutron
thermal. Hampir semua reaktor yang ada saat ini adalah reaktor jenis reaktor
termal. Reaktor ini mempunyai bahan moderasi neutron yang dapat
memperlambat neutron hingga mencapai energy termal. Kemungkinan
(propabilitas) lebih besar terjadinya reaksi fisi antara neutron termal dan bahan
fisil seperti Uranium 235, Plutonium 239 dan Plutonium 241 dan akan
mempunyai kemungkinan lebih kecil terjadinya reaksi fisi dengan Uranium 238.
Dalam reaktor jenis ini, biasanya pendingin juga berfungsi sebagai moderator
neutron, reaktor jenis ini umumnya menggunakan pendingin air dalam tekanan
tinggi untuk meningkatkan titik didih air pendingin. Reaktor ini diwadahi dalam
suatu tanki reaktor yang didalamnya dilengkapi dengan instrumentasi pemantau
dan pengendali reaktor, pelindung radiasi dan gedung containment
 Reaktor cepat, reaktor jenis ini menggunakan neutron cepat untuk menghasilkan
fisi dalam bahan bakar reaktor nuklir. reaktor jenis ini tidak memiliki moderator
neutron, dan menggunakan bahan pendingin yang kurang memoderasi neutron.
Untuk tetap menjaga agar reaksi nuklir berantai tetap berjalan maka diperlukan
bahan bakar yang mempunyai bahan belah (fissile material) dengan kandungan

8
uranium 235 yang lebih tinggi (lebih dari 20 %). Reaktor cepat mempunyai
potensi menghasilkan limbah trasnuranic yang lebih kecil karena semua aktinida
dapat terbelah dengan menggunakan neutron cepat, namun reaktor ini sulit untuk
dibangun dan mahal dalam pengoperasiannya.
b. Reaktor Nuklir Fusi
Reaktor jenis ini merupakan teknologi reaktor nuklir yang masih dalam tahap
eksperimental, secara umum menggunakan hydrogen sebagai bahan bakarnya.

9
BAB III
PEMBAHASAN

A. Thorium, Bahan Bakar Nuklir Dari Pasir Monasit


Unsur tanah jarang adalah unsur yang sangat langka ( jumlahnya sangat sedikit) yang
berbentuk senyawa kompleks, seperti kompleks posfat dan karbonat. Unsur tanah jarang
adalah nama yang diberikan kepada kelompok Lantanida dan 3 unsur tambahannya yaitu
yttrbium, Thorium dan scandium. Masuknya ketiga unsur tersebut dikarenakan keasaaman
sifatnya. Logam tanah jarang juga bersifat tidak tergantikan karena sifatnya yang unik.
Sehingga sampai saat ini, tidak ada material lain yang mampu menggantikannya. Jika ada,
kemampuan yang dihasilkan tidak sebaik material logam tanah jarang. Sifat logam tanah
jarang yang digunakan sebagai material berteknologi tinggi dan belum ada penggantinya,
membuat logam tanah jarang menjadi material yang vital membutuhkan teknologi yang
tinggi.
Penggunaan logam tanah jarang sangat berkaitan dengan produkindustri teknologi
tinggi seperti produk elektronika, telekomunikasi dan nuklir. Potensi besar yang dihasilkan
dalam unsur tanah jarang, memerlukan ketersediaan bahan-bahan tersebut. Sehingga,
diperlukan pengelolaan optimal untuk dapat dikembangkan di Indonesia sebagai
pemenuhan kebutuhan nasional bahan industri teknologi tinggi dan dapat menguntungkan
kita. Pemanfaatan mineral tanah jarang dapat membuak Indonesia terhadap penguasaan
dan pengembangan teknologi (Suprapto, 2009).
Pasir Monasit berasal dari batuan beku dalam bentuk endapan bersama hasil mineral
lainnya yang telah mengalami pelapukan akibat aktivitas angin dan air. Total keseluruhan
monasit di dunia berkisar 12 juta ton. (Suprapto, 2009). Pasir monasit merupakan salah
satu bahan alam berharga karena mengandung unsur logam tanah jarang (LTJ) khususnya
lantanida ringan. Total keseluruhan monasit di dunia berkisar 12 juta ton. (Suprapto,
2009). Pasir monasit mengandung unsur logam tanah jarang (LTJ) khususnya lantanida
ringan.Seiring dengan perkembangan pengolahan teknologi material, unsur tanah jarang
saat ini menjadi sangat dibutuhkan. Keterdapatan unsur tanah jarang pada mineral-mineral
monasit, zirkon dan xenotim di Indonesia sangat langka. Mineral yang mengandung unsur
tanah jarang bereasal dari mineral ikutan pada pertambangan timah dan emas aluvial.
Potensi endapan timah di Indonesia berada di Kepulauan Karimun, Singkep Kepulauan
Bangka Belitung. Sedangkan potensi endapan emas tersebar cukup merata di pualu-pulau

10
besar se-Indonesia. Indonesia pada saat ini adalah eksportir timah terbesar di dunia.
Mineral tanah jarang dapat berasal dari produk samping penambangan timah.
Harga oksida LTJ maupun unsur murni LTJ jauh lebih tinggi yaitu 3410 dolar AS (Rp
31,3 juta) per kg.Sedangkan, harga pasir monasit hanya sekitar Rp 800.000/ ton (Animous,
2003).
Berdasarkan data pada tahun 2006, PT. Timah di Bangka memiliki 408.887 ton pasir
monasit dengan persen oksida tanah jarang yang terkandung berkisar 50-70 %
(Makassar.tribunnews.com). Jika pasir monasit dijual dalam keaadaan tanpa diolah akan
menghasilkan dana berkisar 327 juta rupiah. Tetapi jika dilakukan pengolahan lebih lanjut
maka jumlah dana yang akan diperoleh berkisar 6,4 – 8,95 milyar rupiah. Perbedaaan
angka tersebut cukup fantasitis. Sehingga, pengolahan yang tepat sangat dibutuhkan di
Indonesia.
Selain oksida LTJ, dari pasir monasit juga dapat dihasilkan Thorium oksida (ThO2).
Penggunan senyawa Torium oksida saat ini sedang dikembangkan untuk mengganti
penggunaan uranium oksida (UO2) sebagai bahan bakar nuklir. Hal tersebut dilakukan
untuk mengantisipasi ketersediaan bahan baku uranium oksida yang lambat laun akan
menipis karena penggunaaannya yang terus menerus untuk kebutuhan bahan bakar dalam
PLTN di dunia. Dalam mempreroleh bahan bakar Thorium, dapat diperoleh dari pasir
monasit yang merupakan hasil limbah dari pertambangan timah di Kepulauan Bangka-
Belitung. Mengingat nilai ekonomis dan cukup tersedianya cadangan pasir monasit di
Indonesia, maka sudah selayaknya pemisahan Th dari konsentrat Th, LTJ (hidroksida)
hasil olah pasir monasit perlu dilakukan, disamping dapat meningkatkan nilai tambah juga
mengurangi bahan buangan (Suyanti, Aryadi, 2011).
B. Riset Reaktor Daya Berbahan Bakar Thorium Oksida
Dalam rangka untuk mengatasi adanya kekurangan energi yang terjadi di dalam negri
saat ini, maka banyak penelitian yang bermunculan tentang pembangkit energi yang ramah
lingkungan dan tidak lagi menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas dan
batu bara. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya semakin menipisnya cadangan
bahan bakar fosil di dunia saat ini dan semakin mahal serta kurang ramah
lingkungan.PLTN dengan bahan bakar berbasis thorium makin menarik perhatian dunia
apalagi bila dikaitkan dengan kecelakaan nuklir di Fukushima Jepang akhir-akhir ini.
Penggunaan bahan nuklir berbasis thorium oksida telah dikembangankan oleh
beberapa negara maju sebagai bahan bakar nuklir untuk mengurangi dan menggantikan
uranium yang banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik (PLTN)
11
di dunia. Pada umumnya bahan bakar reaktor daya sebagai reaktor pembangkit tenaga
listrik, banyak menggunakan bahan bakar berbentuk pelet yang mengandung uranium,
yaitu UO2 (uranium oksida) atau PuO2 (Plutonium oksida).
Penggunaan bahan bakar ini semakin ditinggalkan karena dampak negatif yang
ditimbulkan terhadap lingkungan dan dapat digunakan sebagai senjata pemusnah masal.
Cadangan thorium secara global jauh lebih besar dari cadangan uranium di alam, yaitu
sekitar 3 atau 4 kali dibandingkan dengan uranium, oleh karena itu dapat menjadi sumber
daya yang melimpah dan berkelanjutan. Thorium bukan bahan fisil namun dapat diubah
menjadi 233U dengan mereksikannya dengan neutron menjadi isotop fisil.
Di sisi lain, logam thorium tersedia cukup melimpah di Indonesia dan murah, karena
monasit (yang mengandung thorium sekitar 0,26-14,9%) sudah ada sebagai produk
samping dari Tailing Pasir timah dan juga Terak II yang berasal dari Industri tambang
timah di Kep. Banka dan belitung, dan juga saat ini sudah ditemukan pula bahan baku
pasir timah di Kalimantan, Kep. Riau (Kondur) dan Halmahera. Sehingga Indonesia tidak
perlu lagi berhubungan dengan kartel uranium yang dapat memainkan harga uranium
sesuka hati. Lagi pula, limbah monasit membawa produk samping yang berupa logam
tanah jarang (di antaranya adalah Y, La, Ce, Pr, Nd) yang mempunyai harga cukup mahal
di dunia saat ini. Bahan bakar Thorium oksida yang apabila digunakan sebagai bahan
bakar nuklir akan bereksi secara keseluruhan menjadi 233U dengan adanya neutron didalam
teras reaktor nuklir secara terus menerus dan sekaligus menghasilkan energi yang dapat
digunakan sebagi energi listrik.
Dengan telah berhasilnya penelitian yang dilakukan oleh Ki Won Kang dan kawan-
kawan dari Korea Atomic Energy Research Institute, mengenai pembuatan bahan bakar
pelet campuran thorium oksida dan uranium oksida dengan perbandingan 65 % : 35 %
berat (ThO2 dan UO2). P. Balakrishna dan Kawan-kawan dari Departmen of Atomic
Energy Nuclear Fuel Complex, Hyderabad, India juga telah melakukan penelitian
bembuatan Blanket assemblies yang terdiri dari bahan bakar nuklir berbasis thorium
oksida yang digunakan untuk bahan bakar pada teras Fast Breeder Reactor, menunjukkan
bahwasanya logam thorium dapat digunakan sebagai bahan bakar nuklir yang dapat
dicampur dengan uranium untuk dijadikan bahan bakar berbentuk pelet.
Pada penelitian ini telah dilakukan pembuatan bahan bakar pelet campuran thorium
oksida – uranium oksida dengan komposisi 70 % - 30 % berat, yang akan digunakan untuk
bahan bakar reaktor daya sebagai reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir. Pelet ThO 2 bisa

12
dibuat, sama seperti pelet UO2 cara perlakuaannya, melalui pengolahan serbuk keramik;
preparasi serbuk, pencampuran, “milling”, “pressing” dan sintering.

Gambar 2. Metode Pembuatan Pelet Thorium Oksida


(Sumber : PKPP-Kemenristek)

Hal ini secara umum dapat dilakukan dengan mengetahui sifat-sifat dari serbuk
thorium oksida seperti luas permukaan dan ukuran partikel, besar partikel metode
pencampuran dan teknologi sintering. Luas permukaan serbuk UO2 berkisar dari 2 sampai
5 g/m2, dan pelet hijau serbuk UO dapat disinter sekitar 1700°C. Perlu dicatat bahwa titik
leleh ThO2 adalah 3300°C dan lebih tinggi 500°C dari pada UO 2 tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa sintering ThO2 memerlukan suhu yang lebih tinggi daripada UO 2.
Namun, sangat sulit dan tidak ekonomis untuk menaikkan suhu sintering ThO 2 di atas
1800°C. Sehingga sangat penting dalam fabrikasi pelet ThO2 untuk mempersiapkan serbuk
ThO2 yang dapat disinter pada suhu relatif rendah. Untuk mendapatkan suhu sinter yang
relatif rendah diperlukan adanya teknik pencampuran secara baik.

13
Gambar 3. Buah pelet hasil sinter dan 3 buah pelet mentah dari pelet (Th,U)O2
dengan perbandingan 30 % - 70 % ThO2 berat
(Sumber : PKPP-Kemenristek)

C. Pembangkit Listrik Paling Aman


Pembangkit listrik dengan bahan bakar (BB) berbasis thorium makin menarik
perhatian dunia apalagi bila dikaitkan dengan kecelakaan nuklir di Fukushima akhir-akhir
ini. Tanggal 25 Januari 2011, beberapa minggu sebelum gempa dan tsunami yang merusak
PLTN Fukushima di Jepang, China mengumumkan ambisinya untuk membangun PLTN
thorium dalam jangka waktu 20 tahun. China berambisi meningkatkan sumber energinya
via PLTN, dan pilihannya jatuh kepada PLTN berbasis thorium, dengan jenis reaktor yang
disebut oleh China dengan istilah TMSR (Thorium Molten-Salt Reactor), Reaktor Garam
Cair Thorium. Seperti diketahui, Reaktor Thorium Fluorida Cair (LFTR = the Liquid
Fluoride Thorium Reactor, yang disebut 'Lifter') adalah reaktor generasi IV yang
menggunakan garam cair sebagai BB sekaligus sebagai pendingin reaktor. BB berbasis
thorium dalam bentuk garam cair tidak memerlukan fabrikasi BB, sehingga struktur
reaktor menjadi sederhana, derajad bakar (burn-up) merata, BB cair dapat diganti dengan
BB segar dan diproses-ulang secara online sekaligus racun netron Xe-135 dan Kr-83 dapat
dibuang secara ajeg/kontinyu. Sementara, produk fissi lainnya, misalnya molebdinum dan
iodine (setelah melalui proses ekstraksi) dapat digunakan untuk keperluan medis.
Akibatnya, reaktor thorium dapat terus menerus menyala sampai tua dengan derajad bakar
tak terbatas.
PLTN berbasis thorium lebih aman, karena Th-232 harus dibombardir oleh sumber
netron lambat dari luar secara kontinyu (bisa via akselerator / sinar foton / inti plutonium
seperti yang dikembangkan di India) untuk mengubahnya menjadi U-233 agar dapat
melakukan reaksi fissi, karena tidak mempunyai reaksi rantai, dan tidak cukup netron

14
untuk melanjutkan reaksi fissi. Bila sumber netron disingkirkan, reaktor akan mati. Bila
reaktor mengalami kelebihan panas (seperti di Fukushima), sumbat kecil di bawah bejana
pengungkung reaktor akan meleleh dan larutan garam thorium mengucur ke bawah akibat
gaya berat ke tangki bawah tanah yang telah disediakan, dan hal itu tidak memerlukan
komputer atau pompa listrik yang bisa saja lumpuh oleh tsunami. Reaktor berbasis
thorium mampu menyelamatkan dirinya sendiri. Reaktor beroperasi pada tekanan
atmosferik, tidak ada gas hidrogen yang dapat meledak, lebih bersih, lebih murah dengan
limbah nuklir yang dihasilkan lebih sedikit.
Aspek menarik lain dari thorium pemancar alpha ini adalah tidak memerlukan proses
pemisahan isotop (uranium memerlukan proses ini untuk memperoleh bahan fissil U-235
dari 0,7 % menjadi 3-5 % yang menelan biaya cukup besar), dan U-233 yang diperoleh
tidak dengan mudah dapat dibuat senjata nuklir karena adanya kontaminan U-232. Oleh
karena itu, PLTN berbasis thorium dengan BB jenis garam cair cocok untuk negara
berkembang seperti Indonesia, sekaligus menghapus kecurigaan negara maju, karena
pengguna PLTN berbasis thorium sulit membuat senjata nuklir. Sebaliknya, PLTN
uranium di dunia memproduksi isotop plutonium yang bila diproses-ulang, Pu-239 dapat
digunakan sebagai senjata nuklir.
Di sisi lain, thorium tersedia cukup melimpah di Indonesia (di dunia, thorium 3-4 kali
lebih melimpah dibanding uranium) dan murah, karena monasit (yang mengandung
thorium sekitar 0,26-14,9%) sudah ada sebagai produk samping tambang timah di Babel.
Indonesia tidak perlu lagi berhubungan dengan kartel uranium yang dapat memainkan
harga uranium sesuka hati. Lagi pula, limbah monasit membawa pula produk samping
yang berupa logam tanah jarang (di antaranya adalah Y, La, Ce, Pr, Nd) yang harganya
cukup mahal.
Energi yang dilepaskan oleh thorium ketika melakukan reaksi fissi cukup
mengesankan. Dr. Rubbia, pemenang nobel Fisika 1984 mengatakan bahwa satu ton
logam thorium menghasilkan energi setara dengan 200 ton uranium (alam) atau 3.500.000
ton batu bara. Reaktor thorium dapat mengkonsumsi limbahnya sendiri dan menggunakan
Plutonium sebagai sumber netron sekaligus mengurangi jumlah plutonium yang
diproduksi oleh PLTN uranium, sehingga reaktor thorium dianggap pula berfungsi sebagai
pembersih lingkungan.
Sesungguhnya AS sudah tahu potensi thorium yang menarik itu sejak tahun 1940an,
tetapi kebutuhan senjata nuklir uranium dan plutonium pada saat itu menyebabkan
teknologi uranium dan plutonium diprioritaskan lebih dulu, dan teknologi thorium yang
15
dimilikinya disimpan dulu. Dana yang dikeluarkan oleh Amerika dan Eropa untuk
mengembangkan teknologi BB nuklir uranium dan plutonium begitu besar, sehingga
mereka tidak ingin melepaskan begitu saja teknologi itu untuk beralih ke thorium.
Purwarupa pembiak garam molten pertama pernah dibangun di Oak Ridge (7,4 MW), AS
pada tahun 1950 yang beroperasi th 1965 hingga 1969. Perusahaan Amerika, Thorium
Power (sekarang Ltbridge) yang melakukan riset intensif dan bekerja pada desain nuklir
berbasis thorium membuktikan bahwa BB berbasis thorium dapat digunakan di reaktor
LWR dan jenis reaktor lainnya tanpa perubahan desain reaktor yang berarti.
India sekarang memimpin dunia dalam perancangan reaktor nuklir berbasis thorium.
Sebuah reaktor mini 30 kW dengan BB berbasis thorium telah sukses dioperasikan di
reaktor Kamini di Kalpakkam, India. Kesuksesan itu mendorong India untuk memasang
BB berbasis thorium pada PLTN-nya. PLTN Kakrapar-1, di kota Surat, Gujarat, adalah
reaktor yang pertama kali menggunakan BB berbasis thorium di dunia, dan menggunakan
akselerator plutonium dalam teras reaktor. Percobaan menggunakan 500 kg thorium pada
Kakrapar-1 dan Kakrapar-2 dilakukan pada tahun 1995. Kakrapar-1 mencapai operasi
daya penuh selama 300 hari, dan Kakrapar-2 mencapai operasi daya penuh selama 100
hari.
PLTN berbasis thorium 300 MW Kakrapar-1 menggunakan reaktor maju air berat
bertekanan (AHWR) beroperasi tahun 2011. Dalam desain itu, bahan bakar di bagian
tengah teras berupa 30 batang oksida Th-233/U-233 yang dikelilingi oleh 24 batang oksida
Th-233/Pu-239. Konfigurasi itu cukup menyediakan U-233 yang mandiri dengan
menghasilkan keluaran tenaga nuklir sebesar 60%, yang diharapkan beroperasi selama 100
tahun. India menggunakan thorium pula pada 5 reaktor lainnya, yaitu di Kakrapar-2,
Kaiga-1, Kaiga-2, Rajasthan-3 (Rawatbhata-3), dan Rajasthan-4.
Di sisi lain, reaktor garam cair thorium, LFTR menggunakan campuran garam ThF4-
U233F4 yang disirkulasikan melalui teras reaktor dan penukar panas yang memanasi gas
Helium sebagai media hingga 930C dan gas He tersebut diumpankan ke turbin gas dan
balik ke penukar panas dalam siklus tertutup. Turbin akan menggerakkan generator listrik.
Hasil-hasil penelitian India mendorong Amerika, Rusia (Institut Kurchatov Moskow),
dan baru-baru ini Norwegia dan Polandia untuk melakukan penelitian lebih dalam.
Penelitian yang melibatkan thorium di Julich (Jerman), Winfrith (UK), dan Peach Bottom
(AS) dihidupkan kembali yang sebelumnya sudah pernah mereka lakukan.
India berencana 30% kebutuhan listriknya berasal dari PLTN berbasis thorium pada
tahun 2050 nanti. Hal itu memungkinkan, karena India memiliki sekitar 25% cadangan
16
thorium dunia, yaitu 300.000-650.000 ton. Perusahaan swasta ThEMS (Thorium Energy &
Molten-Salt Technology Inc) bertujuan pula untuk memproduksi listrik menggunakan
reaktor thorium kecil (10 kW) dalam 5 tahun ke depan. ThEMS bertujuan menjual
listriknya sekitar 11 UScent per kWh (6,8 p/kWh) jauh lebih murah ketimbang feed-in
tariff Inggris yang berkisar antara 34,5 p/kWh untuk turbin angin kecil hingga 41,3 p/kWh
untuk instalasi surya.
Thorium Power Canada (TPC, mengadopsi teknologi ThO2 padat milik DBI,
$2juta/MW, dibangun dalam waktu 2-3 tahun, modular) sedang dalam tahap pembuatan
proposal untuk membangun Reaktor Thorium berkapasitas 25 MW di Indonesia. Proyek
tersebut rencananya akan memasok tenaga listrik ke PLN. Bandung dan Kalbar disebut-
sebut menjalin kerjasama dengan Kanada guna mengkaji potensi thorium sebagai sumber
listrik. BKM-PII menyinggung bahwa thorium berpotensi pula di sektor otomotif sebagai
pengganti BBM. BATAN juga dikontak Kanada untuk mendemo PLTN thorium skala
kecil sekaligus TPC sebagai penyandang dana. TPC akan menjual listrik berkisar antara 4-
7 cent/kWh dengan daya 25 MW (Indonesia) dan 10 MW (Chile). TPC membeli paten
DBI (DBI Century Fuels, Inc., California, AS).
Perusahaan saingan Flibe Energy, berasal dari Huntsville, Alabama, AS, diam-diam
mengumumkan kehadirannya dengan teknologi reaktor thorium garam cair, LiF (Lithium
Fluorida) dan BeF2 (Berilium Fluorida) (adopsi dari ORNL, operasi dengan tekanan
atmosferik, modular, daya 20-30 MW sekitar $100juta awal, akan setengahnya bila
diproduksi massal).
Bila Indonesia memilih untuk memiliki PLTN berbasis thorium, misalnya dengan BB
jenis garam cair thorium seperti yang diadopsi China, sudah saatnya para staf/operator di
reaktor riset/PLTN terlibat pula dalam penelitian bersama-sama (termasuk diklat) dengan
bangsa lain untuk menguasai teknologi BB thorium. Mereka juga sedang berlomba-lomba
mencari angka-angka yang diperlukan dalam pengoperasian reaktor mini/riset dan PLTN
dengan BB berbasis thorium

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penggunaan bahan nuklir berbasis thorium oksida telah dikembangankan oleh
beberapa negara maju sebagai bahan bakar nuklir untuk mengurangi dan menggantikan
uranium yang banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik (PLTN)
di dunia. Pada umumnya bahan bakar reaktor daya sebagai reaktor pembangkit tenaga
listrik, banyak menggunakan bahan bakar berbentuk pelet yang mengandung uranium,
yaitu UO2 (uranium oksida) atau PuO2 (Plutonium oksida).
Penggunaan bahan bakar ini semakin ditinggalkan karena dampak negatif yang
ditimbulkan terhadap lingkungan dan dapat digunakan sebagai senjata pemusnah masal.
Cadangan thorium secara global jauh lebih besar dari cadangan uranium di alam, yaitu
sekitar 3 atau 4 kali dibandingkan dengan uranium, oleh karena itu dapat menjadi sumber
daya yang melimpah dan berkelanjutan. Thorium bukan bahan fisil namun dapat diubah
menjadi 233U dengan mereksikannya dengan neutron menjadi isotop fisil.

B. Saran
Sumber daya Thorium sangat berlimpah, jauh lebih banyak daripada uranium.
Australia memiliki cadangan terbesar thorium di dunia, diikuti oleh India. Thorium
langsung dapat diekstraksi dari tanah, dan jauh lebih aman terhadap lingkungan.
Thorium juga tidak memerlukan pengayaan; sebagian besar uranium (sekitar 99,3
persen) yang ditambang dari tanah tidak cocok untuk reaktor nuklir, sehingga harus
diproses di dalam alat sentrifugasi untuk mengekstraksi fissile uranium-235. Di sisi lain,
thorium dapat digunakan langsung setelah diekstraksi dari tanah, artinya per ton galian
tambang, dapat menghasilkan sekitar 40 kali lebih banyak energi dibandingkan dengan
uranium.
Singkatnya, thorium mudah didapat, dapat membangkitkan beban-dasar listrik tanpa
risiko pelelehan atau meltdown, tanpa risiko proliferasi senjata seperti halnya uranium,
menghasilkan jauh lebih sedikit limbah, dan ada beberapa desain reaktor yang telah diuji
dan terbukti bekerja.
Oleh karena itu, harus ada kerja sama dari berbagai pihak, baik pemerintah, ilmuwan
maupun masyarakat untuk memenuhi kebutuhan energi listrik dengan memanfaatkan
Thorium sebagai bahan bakar reaktor.

18
DAFTAR PUSTAKA

Bunawas, dkk. Metoda Dwitapis Untuk Memperkirakan Kontaminasi Interna Thorium


Dengan Mengukur Thoron Hasil Pernafasan (Prosiding Pertemuan dan Presentasi
Ilmiah), PPNY-BATAN, Yogyakarta (1993).
http://m.nationalgeographic.co.id/lihat/berita/798/china-akan-bangun-pltn-paling-aman
http://www.infonuklir.com/readmore/read/pltn/pengolaan_limbah/PLTN
Unak, T. What is the Potential Use of Thorium in the Future Energy Production
Technology?, Progress in Nuclear Energy, 37(1~4), 137~144, (2000).

19

Anda mungkin juga menyukai