Anda di halaman 1dari 24

PROSPEK

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA THORIUM


DI MASA DEPAN
“The thorium option has never been fully discarded and “the
thorium fuel cycle” has, albeit with fluctuating intensity, con-
tinuously been studied worldwide.”
...so let’s pick up the momentum and keep going...
(M.Krause, IAEA 2016)

“Opsi thorium tidak pernah sepenuhnya dikesampingkan dan


siklus bahan bakar thorium, walaupun dengan intensitas yang
berfluktuasi, masih terus dipelajari di seluruh dunia.”
…Jadi, mari kita ambil momentum ini dan terus lanjutkan…
(M.Krause, IAEA 2016)

1
1. Pendahuluan
Akhir-akhir ini banyak diberitakan tentang prospek thorium yang dapat
dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik di Indonesia. Pembangkit listrik
tenaga nuklir berbahan bakar thorium atau lebih populer dengan nama
PLTT hanya dikenal di Indonesia, sedangkan di negara lain istilah terse-
but tidak lazim digunakan. Namun, dalam booklet ini akan digunakan
istilah PLTT tersebut.

Thorium merupakan unsur radioaktif yang terdapat di alam dengan ke-


limpahan lebih besar dibanding uranium. Beberapa referensi menyebut-
kan bahwa sebagai bahan bakar reaktor nuklir, thorium memiliki sifat/
karakter yang lebih baik daripada uranium, misalnya proses pemba-
karan di reaktor nuklir tidak menyisakan unsur yang berpotensi sebagai
bahan pembuatan senjata nuklir (plutonium), limbah radioaktifnya lebih
sedikit dan menghasilkan energi listrik yang lebih besar. Namun, hingga

Gambar 1. Fasilitas Pilot Plant Pemisahan Logam Tanah Jarang, Uranium dan
Thorium di PTBGN (dok BATAN)
2
saat ini thorium sebagai bahan bakar pembangkit listrik belum dapat
digunakan secara optimal untuk tujuan komersial. Untuk menghasil-
kan listrik, thorium memerlukan proses yang lebih panjang, teknologi
pengolahan limbahnya belum dikuasai dengan baik dan kegiatan eks-
perimen untuk mengetahui tingkat efisiensinya sebagai penghasil energi
masih terus dilakukan di beberapa negara.

Hasil eksplorasi yang dilakukan BATAN terhadap potensi thorium di


Indonesia adalah sekitar 133.000 ton yang terdapat di Kepulauan Riau,
Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat. Inventarisasi potensi daerah
lain masih terus dilakukan di seluruh Indonesia.

BATAN telah memulai kegiatan litbang thorium dengan menyusun ce-


tak biru penguasaan teknologi PLTT, eksplorasi dan pengolahan mineral
radioaktif, litbang bahan bakar thorium, dan kajian teknologi PLTT. Di
masa depan, pengoperasian PLTT secara komersial di Indonesia ha-
rus mempertimbangkan aspek keselamatan, keekonomian dan regu-
lasi. Booklet ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi
thorium, prospeknya sebagai pembangkit listrik, dan status teknologi
yang dicapai di negara lain.

2. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT)


PLTT merupakan suatu istilah baru di Indonesia, yang di dunia interna-
sional tetap disebut sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
PLTT adalah PLTN yang menggunakan thorium sebagai salah satu
komponen bahan bakar.

3
Thorium alam adalah thorium-232 (Th-232) yang merupakan bahan fer-
til (dapat biak) yaitu bahan yang sukar dibakar (bereaksi fisi), namun
dapat berubah menjadi uranium-233 (U-233) bila menangkap neutron.
Oleh karena itu, PLTT hanya dapat dioperasikan bila terdapat bahan fi-
sil, seperti: U-233, U-235 dan plutonium-239 (Pu-239). Bahan fisil meru-
pakan bahan yang apabila menyerap neutron akan mengalami reaksi
fisi dengan menghasilkan 2 unsur produk fisi, 2-3 neutron, dan panas.

Gambar 2. Diagram Proses Konversi Th-232 Menjadi U-233


Panas yang dihasilkan digunakan untuk membangkitkan listrik sedang-


kan neutron yang dihasilkan digunakan untuk bereaksi dengan thorium
menjadi bahan fisil U-233. Karena itu, penggunaan thorium sebagai
bahan bakar tidak dapat berdiri sendiri, harus dikombinasikan dengan
bahan fisil. Proses konversi Th-232 menjadi U-233 dan selanjutnya
mengalami reaksi fisi ditunjukkan pada Gambar 2.

1
Bahan fertil merupakan unsur/atom yang bila menangkap neutron tidak dapat
langsung membelah, tetapi membentuk bahan fisil, seperti: U-238, Th-232
4
Sumber daya thorium mempunyai kelimpahan sekitar 3-4 kali lebih tinggi
dibanding uranium sehingga berpotensi digunakan sebagai bahan bakar
nuklir, namun belum dieksploitasi secara komersial. Sebagai gamba-
ran, jumlah cadangan thorium dunia diperkirakan mencapai 6.355.000
ton. Terdapat 16 negara yang mempunyai cadangan thorium tinggi.
Berdasarkan data yang diperoleh, India merupakan negara dengan
cadangan thorium terbesar dengan jumlah mencapai 846.000 ton.

Selain itu, thorium memiliki sifat fisik/ kimia yang unggul serta risiko di-
gunakan untuk persenjataan nuklir rendah. Alasan-alasan tersebut me-
nyebabkan akhir-akhir ini perhatian dunia tertuju kepada penggunaan
thorium sebagai bahan bakar nuklir alternatif.

Namun demikian PLTT mempunyai beberapa kelemahan seperti baru


teruji menggunakan uranium pengayaan tinggi sebagai pemicu, dimana
peraturan internasional membatasi penggunaannya dalam reaktor, dan
kesulitan dalam pemisahan U-233 karena adanya isotop U-232 yang
memancarkan radiasi gamma energi tinggi.

3. Perkembangan Riset
Sejak tahun 1960-an, bahan bakar thorium sudah diuji coba di beberapa
negara, seperti Amerika, Jerman, Jepang, India, dan Tiongkok. Namun,
setelah tahun 1970-an, eksperimen bahan bakar thorium mengalami
penurunan.

Menurut World Nuclear Association (WNA), terdapat beberapa jenis


reaktor yang kemungkinan dapat menggunakan thorium sebagai ba-
5
han bakar nuklir, yaitu Pressurized Heavy Water Reactor (PHWR),
High Temperature Reactor (HTR), Boiled Water Reactor (BWR),
Pressurized Water Reactor (PWR), Fast Neutron Reactor (FNR),
Molten Salt Reactor (MSR), Liquid Fluoride Thorium Reactor (LFTR),
dan Aqueous Homogeneous Suspension Reactor (AHSR). Jenis reak-
tor yang paling banyak diuji coba menggunakan bahan bakar thorium
adalah PHWR, HTR, dan MSR.


Gambar 3: (a) Molten Salt Reactor dan (b) Reaktor HTR Tipe Pebble
(sumber: (a) https://www.iaea.org/newscenter/news/molten-salt-reactors-iaea-
to-establish-new-platform-for-collaboration dan (b) http://www.personal.psu.edu/
kaw5453/Project%202/bradoption.htm)

4. Negara-Negara Pengembang PLTT


Ada 5 (lima) negara yang sedang atau telah melakukan uji coba bahan
bakar thorium dalam reaktor nuklir, yaitu:
a. Amerika Serikat
• Reaktor Molten Salt Reactor Experiment (MSRE), bertipe MSR,
merupakan reaktor nuklir pertama menggunakan bahan bakar
U-233 yang diperoleh dari transmutasi thorium dalam senyawa
liquid fluoride U-233. Reaktor yang berlokasi di Oak Ridge National
Laboratory (ORNL) ini beroperasi selama 5 tahun (1965-1969) se-

6
tara dengan operasi daya penuh (7,5 megawatt thermal, MWth) se-
lama 1,5 tahun.
• Reaktor Peach Bottom 1 bertipe High Temperature Reactor (HTR),
menggunakan bahan bakar thorium yang dicampur dengan U-235
pengayaan tinggi (>90%) sebagai pemicu reaksi fisi. Reaktor
beroperasi dengan daya 40 megawatt elektrik (MWe) selama 7 ta-
hun (1966-1972).
• Reaktor Fort St Vrain, bertipe HTR merupakan reaktor yang
beroperasi dengan daya 330 MWe dan menggunakan bahan bakar
yang sama dengan Reaktor Peach Bottom. Reaktor beroperasi se-
lama 14 tahun (1976-1989).
b. Jerman
• Reaktor Arbeitsgemeinschaft Versuchs Reactor (AVR) merupakan
reaktor prototipe HTR dengan daya 15 MWe yang dioperasikan se-
lama 2 tahun (1967-1968). Reaktor AVR menggunakan jenis bahan
bakar yang sama dengan reaktor Peach Bottom atau Fort St Vrain
• Reaktor Thorium Hoch Temperatur Reactor (THTR) bertipe HTR,
adalah reaktor dengan daya 300 MWe. Reaktor ini menggunakan
bahan bakar yang sama dengan reaktor AVR dan dioperasikan se-
lama 5 tahun (1985-1989).
c. Inggris
Reaktor DRAGON bertipe HTR dioperasikan dengan daya 20 MWth.
Reaktor menggunakan bahan bakar campuran thorium dan U-235 kar-
bida. Reaktor dioperasikan selama 8 tahun (1966-1973).

2
U-233 merupakan bahan fisil hasil transmutasi thorium
2
U-235 merupakan bahan fisil dari alam
3
> 90 w/o adalah 90% berat U-235 dalam total uranium
7
d. Belanda
Reaktor cair homogen SUSPOP merupakan reaktor dengan daya 1
MWth yang menggunakan bahan bakar campuran thorium dan uranium
oksida pengayaan tinggi.
e. India
India memiliki sumber daya uranium yang sangat terbatas, namun me-
miliki thorium yang melimpah. Negara tersebut tidak meratifikasi traktat
non proliferasi (perjanjian yang membatasi senjata nuklir), yang menye-


Gambar 4. Program Jangka Panjang Pemanfaatan Thorium di India
(sumber: P.Chellapandi,“Status of Fast Reactor Programme in India”, Status of Fast
Reactor in World, Tsuruga, 2012.)

babkan negara tersebut relatif sulit mendapatkan uranium dari dunia


internasional, sehingga program pemanfaatan thorium menjadi priori-
tas tinggi. Saat ini, India giat melakukan penelitian dan pengembangan
(litbang) terhadap reaktor thorium.
India memiliki tiga tahap program reaktor nuklir, yaitu: penggunaan
reaktor berbahan bakar uranium alam di PHWR, pengoperasian reaktor

8
pembiak cepat (Fast Breeder Reactor, FBR) untuk dapat menghasilkan
U-233, serta pemanfaatan reaktor berbahan bakar thorium dan U-233.
Target tahap 1 adalah mendapatkan plutonium untuk digunakan dalam
reaktor pembiak cepat. Target tahap 2 adalah mendapatkan U-233
dengan thorium blanket seperti yang telah diuji di reaktor FBTR (Fast
Breeder Test Reactor) seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Bahan bakar
U-233 yang diproduksi telah diuji coba di reaktor KAMINI. Rencananya
India akan memanfaatkan PFBR Kalpakkam secara komersial, dengan
daya 500 MWe yang saat ini sedang dibangun. Tahap 3 adalah akan
membangun reaktor berbahan bakar U-233 dan thorium.


Gambar 5. Reaktor FBTR Dengan Daya 40 MWth di India yang Memproduksi U-233
dari Th
(sumber: P.N Manoharan, K.V. Suresh Kumar, G. Srinivasan,”Fifteen Years of Op-
erating Experience of KAMINI Reactor”, Indira Gandhi Centre for Atomic Research,
Kalpakkam, India.)

Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Pemerintah India saat ini


mengoperasikan 20 unit PHWR yang memanfaatkan pelet ThO2 untuk
meratakan fluks neutron di teras reaktor. Kebijakan ini juga dipakai un-
tuk reaktor PHWR yang akan dibangun (Tabel 2). Saat ini India sedang
9
membangun 5 unit reaktor yang akan beroperasi pada tahun
2025.

Tabel 1. PLTN PHWR di India yang Menggunakan ThO2 untuk Perataan Fluks
Neutron

REAKTOR LOKASI TIPE DAYA TAHUN


(MWe) OPERASI

Kaiga 1&2 Karnataka PHWR 202 1999, 2000

Kaiga 3&4 Karnataka PHWR 202 2007, 2012

Kakrapar 1&2 Gujarat PHWR 202 1993, 1995

Madras 1&2 Tamil Nadu PHWR 202 1984, 1986


(MAPS)

Narora 1&2 Uttar Pradesh PHWR 202 1991, 1992

Rajashtan 1&2 Rajashtan CANDU 90,187 1973, 1981


PHWR

Rajashtan 3&4 Rajashtan PHWR 202 1999, 2000


Rajashtan 5&6 Rajashtan PHWR 202 Feb & Apr
2010

Tarapur 3&4 Maharashtra PHWR 490

Kudankulam Tamil Nadu PWR 917


1&2 (VVER)

Total (20 Unit) 5919 MWe



Sumber: http://www.world-nuclear.org/information-library/country-profiles/countries-g-n/
india.aspx

10
Tabel 2. Reaktor Daya yang Sedang Dalam Fase Konstruksi di India

REAKTOR TIPE DAYA KONSTRUKSI OPERASI


(MWe) AWAL KOMISIONING

Kalpakkam PFBR FBR 500 Okt. 2004 2017

Kakrapar 3 PHWR 700 Nov. 2010 2017

Kakrapar 4 PHWR 700 Mar. 2011 2018

Rajasthan 7 PHWR 700 Jul 2011 2019

Rajasthan 8 PHWR 700 Sept. 2011 2019

Total (5 Unit) 3300 MWe


Sumber: http://www.world-nuclear.org/information-library/country-profiles/countries-g-n/
india.aspx

f. Tiongkok
Tiongkok telah memulai proyek litbang terkait teknologi Reaktor Ga-
ram Cair Thorium (Thorium Molten-Salt Reactor Technology, TMSR).
Penyelenggaraan konferensi tahunan Chinese Academy of Science
(CAS) pada bulan Januari tahun 2011 telah diumumkan secara resmi
dengan sasaran utama adalah meneliti dan mengembangkan sistem
nuklir molten salt berbasis thorium selama kurang lebih 20 tahun.
(TMSR in China https://www.iaea.org/NuclearPower/Downloadable/
Meetings/2016/2016-10-31-11-03-NPTDS/05_TMSR_in_China.pdf)

11
Saat ini masih pada fase inisiasi, yaitu penguasaan teknologi molten salt
untuk mendapatkan daur bahan bakar thorium, melalui desain dan pem-
bangunan reaktor tes TMSR-LF1 2 MW dan TMSR-SF1 10 MW dengan
target tahun 2017-2025. Pada fase ini akan dikembangkan material,
molten salt, bahan bakar, komponen, instrumentasi, dan proses lisensi.
Pengembangan untuk skala industri akan dimulai pada tahun 2025 dan
diharapkan targetnya akan terlaksana setelah tahun 2035.

Gambar 6. Peta Jalan Molten Salt Reactor Berbahan Bakar Thorium di Tiongkok
(sumber: Hongjie Xu,”China’s TMSR Programme”, Shanghai Insitute of Applied Phys-
ics, Chinese Academy of Sciences, ORNL, 2015.)

12
Keseluruhan reaktor yang pernah dioperasikan dengan menggunakan
bahan bakar Thorium dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Reaktor Berbahan Bakar Thorium

Peman-
Nama Daya Bahan Bakar Waktu Jenis Negara
faatan
c (Th/U)O2, c c c c
Angra 1 900MWe C 1979 PWR Brazil Daya
(Th/Pu)O2
b a b b b b
AVR 15MWe (Th/HEU)C2 1967-1988 HTGR Jerman Uji
b (Th/HEU)C2 b a b b
Dragon 20MWth a 1964-1973 HTGR UK Uji
10:1
a a a a c c
Elk River 22MWe (Th/HEU)O2 From 1964 BWR USA Daya
Fort St. b a b b b b
330MWe (Th/HEU)C2 1976-1989 HTGR USA Daya
Vrain
Indian c C a c a c
270MWe (Th/HEU)O2 1962 PWR USA Daya
Point I
Kakrapar a a a b b b
200MWe (Th/U)O2 1993/1995 PHWR India Daya
KAPS
b 233 b Sumber b b
Kamini 30kWth U -Al 1996 b India Uji
Neutron
Lingen 60MWe
b
(Th/Pu)O2
b
1986
a
BWR
b
Jerman
b
Daya
b

b
Peach 110MWth a b b b b
a (Th/HEU)C2 1967-1974 HTGR USA Uji
Bottom 40MWe
235
Shipping a (Th/U ,Pu) b b b b
60MWe b 1977-1982 LWBR USA Daya
port O2
b a b b b b
THTR 300MWe (Th/HEU)C2 1983- 1989 HTGR Jerman Daya
233
MSRE U molten
7.5 MWth 1964-1969 MSR USA
ORNL fluorides
Aqueous
SUSPOP/ homogenos
Th+HEU,
KSTR 1 MWth 1974-1977 suspension Belanda
pellet oksida
KEMA (pin
assemblies)
235 Uji iradiasi
Th+U 1947
NRX & 20 MWe; MTR (pin elemen
uji bahan (NRX)+1957 Canada
NRU 200 MWe assemblies) bahan
bakar (NRU)
bakar
1987; in LMFBR (pin
FBTR 40 MWth ThO2 blanket India
operation assemblies)

sumber: a. (Grenche, 2010); b. (WNA, 2011); c. (IAEA, 2002)

13
5. Pengembangan di Indonesia
Potensi sumber daya thorium di Indonesia terdapat di beberapa daerah,
antara lain Pulau Singkep, Bangka, Belitung, dan Kalimantan Barat. Ke-
beradaan thorium di daerah tersebut berkaitan dengan sebaran batuan
granitik yang merupakan bagian dari “sabuk granit timah” yang memben-
tang dari Indochina – Semenanjung Thailand – Malaysia – Kepulauan
Riau – Bangka Belitung – Kalimantan Barat. Thorium tersebut terdapat
di dalam mineral monasit yang berasosiasi dengan endapan timah dan
menjadi produk samping dari tambang timah. Kandungan Thorium di
dalam monasit dapat mencapai kadar 4,738%.

Potensi sumber daya thorium lainnya terdapat di daerah Mamuju, Su-


lawesi Barat. Akumulasi thorium di daerah ini terkait dengan proses
vulkanisme batuan alkalin basal, alterasi hidrothermal, pengayaan su-
pergen dan lateritisasi. Inventarisasi potensi daerah lain masih terus di-
lakukan di seluruh Indonesia.

Gambar 7. Hasil Litbang Pengolahan Thorium, Skala Pilot Plant Berupa Th(C2O4)2,
ThO2, dan LTJ (OH)3

BATAN sebagai lembaga litbang yang mempunyai tugas dalam


pengelolaan bahan nuklir telah menguasai teknologi pengolahan tho-
rium terutama teknologi pemisahan thorium dan uranium. Teknologi ini
diwujudkan dengan pembangunan fasilitas pemisahan thorium skala
pilot plant. Litbang terkait eksplorasi sumber daya thorium dan uranium
14
di berbagai daerah di Indonesia
dilakukan untuk mendukung pro-
gram energi nuklir. Hasil inven-
tarisasi BATAN sampai dengan
tahun 2015 menunjukkan, sumber
daya thorium di Indonesia sekitar
133.000 ton.

BATAN telah melakukan ekstraksi thorium dari mineral monasit, pem-


buatan pelet bahan bakar thorium oksida serta iradiasi thorium dalam
reaktor. Penelitian ini perlu didukung melalui kerja sama riset dengan
berbagai pihak, mendapat dukungan pemerintah dan semua pemangku
kepentingan serta kerjasama internasional, antara lain IAEA dan negara
maju untuk peningkatan kemampuan dalam litbang PLTT.

Gambar 8. Ekstraksi Thorium di Laboratorium BATAN


(dok BATAN)
15
Gambar 9. Tata Letak RDE di Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan,
Banten

Pengembangan riset teknologi reaktor thorium yang telah dilakukan di


Indonesia antara lain:
• Software perhitungan teras pebble HTGR berbasis bahan bakar
thorium
• Desain Passive Compact Molten Salt Reactor (PCMSR) berbasis
bahan bakar thorium
• Desain konseptual Molten Salt Flouride Reactor 5 MWe (LEATO 5)
• Rencana pembangunan Reaktor Daya Eksperimental (RDE) den-
gan teknologi HTGR yang memungkinkan thorium dimanfaatkan se-
bagai bahan bakar.

16
6. Pengelolaan Limbah
Setiap pemanfaatan teknologi nuklir, termasuk PLTT, akan menimbul-
kan limbah radioaktif yang harus dikelola dengan benar agar tidak me-
nimbulkan dampak radiologis bagi masyarakat dan lingkungan. Limbah
radioaktif, termasuk bahan bakar nuklir bekas dari pengoperasian PLTT
memiliki karakteristik tertentu yang tergantung pada jenis reaktor, jenis
bahan bakar, besarnya daya dan lama operasi reaktor. Karakteristik lim-
bah ini menentukan metode pengelolaan limbah yang sesuai.

Pengelolaan limbah radioaktif PLTT meliputi pengelolaan limbah radio-


aktif tingkat rendah, sedang dan tinggi. Limbah radioaktif tingkat rendah
dan sedang berupa cair, padat atau gas diolah di Instalasi Pengolahan
Limbah Radioaktif. Hasil pengolahan limbah kemudian disimpan se-
mentara di tempat penyimpanan sementara untuk selanjutnya dilakukan
penyimpanan akhir limbah radioaktif dekat permukaan tanah (dengan
kedalaman kurang dari 500 meter).

Gambar 10. Pengelolaan Limbah Radioaktif PLTT

17
Bahan bakar nuklir bekas dikategorikan sebagai limbah radioaktif tingkat
tinggi. Pengelolaan bahan bakar nuklir bekas meliputi penyimpanan se-
mentara dan selanjutnya dilakukan penyimpanan lestari. Penyimpanan
lestari bahan bakar nuklir bekas dilakukan pada kedalaman tertentu
(500-1000 meter) dibawah permukaan tanah. Pengelolaan limbah ra-
dioaktif dari operasional PLTT ditunjukkan pada Gambar 10.

7. Keekonomian
Sampai saat ini, belum ada PLTT yang beroperasi dengan skala komer-
sial sehingga keekonomian PLTT belum dapat ditentukan dengan pasti.

8. Tingkat Kesiapan Teknologi (Technology Readiness Level)


Bahan Bakar Thorium
Tingkat Kesiapan Teknologi (Technology Readiness Level, TRL) adalah
indikator yang menunjukkan tingkat kesiapan atau kematangan suatu
teknologi untuk dapat diterapkan dan diadopsi oleh pengguna/calon
pengguna. Terkait dengan TRL untuk siklus bahan bakar thorium,
United Kingdom National Nuclear Laboratory (UK-NNL) telah me-
nilai level teknologi tersebut. Hasil penilaian UK-NNL menyatakan
bahwa PLTT masih memerlukan penelitian dan pengembangan untuk
mendapatkan pengetahuan mendalam mengenai pengolahan, penge-
lolaan dan proses olah ulang bahan bakar thorium bekas serta siklus
bahan bakar thorium.

World Nuclear Association (WNA) menyatakan bahwa komersialisasi


bahan bakar thorium menghadapi beberapa kendala yang signifikan
dalam hal keekonomian. Pengujian, analisis, lisensi, dan kerja kualifi-
18
kasi diperlukan sebelum bahan bakar thorium dapat digunakan, serta
memerlukan dukungan penuh dari pemerintah. Fabrikasi bahan bakar
padat memerlukan biaya tinggi karena tingkat radioaktivitas U-233 yang
terbentuk sangat tinggi dan selalu terkontaminasi dengan isotop U-232
yang memancarkan radiasi gamma energi tinggi.

Ditinjau dari unjuk kerja yang belum dipahami dengan baik dan tingkat
kesiapan teknologi yang belum memadai sampai saat ini, penggunaan
bahan bakar thorium dengan menggunakan uranium pengayaan rendah
sebagai pemicu masih memerlukan jangka waktu 15-20 tahun lagi untuk
mencapai komersial. Selain itu, diperlukan litbang secara intensif untuk
pemahaman teknis dari bahan bakar tersebut.

Gambar 10. Tingkat Kesiapan Teknologi (Technology Readines Level) Bahan Bakar
Thorium

19
Meskipun kesiapan teknologi tipe HTR sudah mencapai level 8, reak-
tor tersebut belum siap komersial karena masih menggunakan uranium
pengayaan tinggi sebagai pemicu.

9. Penutup
Tiongkok dan India merupakan dua negara yang paling aktif mengem-
bangkan reaktor berbahan bakar thorium. Namun tidak satupun PLTT di
kedua negara tersebut beroperasi secara komersial. Ditinjau dari unjuk
kerja yang belum dipahami dengan baik dan tingkat kesiapan teknologi
yang belum memadai maka PLTT masih memerlukan jangka waktu an-
tara 15-20 tahun untuk komersialisasi.

20
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710
Kotak Pos 4390 Jakarta 12043
Telp. 021-5251109, Fax. 021-5251110
www.batan.go.id, email: humas@batan.go.id

Anda mungkin juga menyukai