Oleh:
Ali Mashar
Buku Ajar mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Edisi Tahun 2019
merupakan hasil perbaikan yang edisi pertama tahun 2011. Tujuan utama buku masih
tetap sama, yaitu sebagai pegangan mahasiswa selama mengikuti kuliah K3 di Jurusan
Teknik Konversi Energi, Politeknik Negeri Bandung. Dengan adanya buku ini,
diharapkan mahasiswa lebih mudah dalam mengikuti perkuliahan dan mahasiswa
berkesempatan untuk belajar secara mandiri selain ketika mingikuti perkuliahannya
sendiri.
Di samping redaksionalnya, isi buku diperbaiki dari aspek isi atau substansinya.
Perbaikan dilakukan hampir pada semua bab yang ada, termasuk pelengkapan gambar-
gambar dan table-tabel datanya. Dengan perbaikan ini diharapkan proses pembelajaran
bisa berjalan dengan lebih baik dari aspek kelenkapan maupun pemahamannya sehingga
kualitas proses pembelajarannya meningkat.
Atas selesainya buku edisi 2019 ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
para pihak yang telah memberikan kontribusinya, khususnya bagi para mahasiswa yang
telah banyak memberikan masukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan dosen pengampu serta para pihak
lain yang membacanya. Semoga mendapatkan keberkahan dan keridhoan dari Allah
SWT. Aamiin.
DAFTAR TABEL
Begitu pula dengan perkembangan di dunia industri, semakin modern dan cang-
gih sistem peralatan, maka akan semakin rumit pula aspek keselamatannya. Coba bila
Anda perhatikan, kondisi industri seperti pabrik-pabrik kimia, manufaktur, dan
pembangkit tenaga listrik, pastilah akan Anda temukan betapa kompleks sistem dan juga
aspek keselamatannya untuk menjamin agar sistem produksi/operasinya bisa berjalan
dengan baik dan aman.
Khong Hu Cu:
Kecelakaan merupakan data statistik jika menimpa orang lain dan merupakan
suatu kejadian yang sangat menyedihkan bila menimpa saudara atau keluarga
sendiri.
Setelah faktor tindakan tidak aman oleh manusia adalah kondisi peralatan dan
lingkungan yang tidak aman. Untuk peralatan, secara prinsip, aspek keselamatannya
Pada prinsip ini terdapat 5 kartu yang disusun secara berurut, yaitu kartu: pertama
(latar belakang seseorang), kedua (kelemahan/kekurangan seseorang), ketiga (tindakan
dan atau kondisi tidak aman), keempat (kecelakaan) dan kelima (rugi).
Kalau terjadi kecelakaan berarti kartu keempat jatuh. Jatuhnya kartu keempat ini
akan menimpa kartu nomor lima, yang berarti terjadi kerugian. Berat ringan dari kerugian
ini ditentukan oleh berat ringannya kecelakaan. Kartu nomor 4 jatuh pasti ada
penyebabnya, yaitu jatuhnya kartu nomor 3. Ini berarti bahwa setiap kecelakaan pasti ada
penyebabnya dan penyebabnya adalah akibat dari tindakan dan atau kondisi tidak aman.
Mengapa terjadi tindakan dan atau kondisi tidak aman? Ini akibat adanya
kelemahan, kelemahan karyawan, manajemen atau desain peralatan. Kelemahan
seseorang ini seperti kurangnya keterampilan, pengetahuan dan pengalaman, dan lain
sebagainya. Khusus yang terkait dengan aspek manusia bisa dilacak ke belakang lagi
sampai pada latar belakang seseorang. Aspek latar belakang ini menyangkut faktor
lingkungan sekitar, keturunan (bakat) dan psikologis lainnya. Faktor lingkungan akan
sangat berpengaruh pada sikap seseorang. Sebagai contoh seseorang yang berada di
lingkungan berpendidikan akan sangat berbeda dengan yang tinggal di jalanan. Sangat
dimungkinkan seorang anak menuruni temperamen orang tuanya, dan lain sebagainya.
Latihan:
1) Jelaskan, mengapa K3 sangat penting, khususnya bagi mahasiswa politeknik!
2) Jelaskan penyebab utama terjadinya kecelakaan dan berikan contoh kongkrit
mengenai penyebab-penyebab yang dimaksud berdasarkan pengalaman pribadi Anda!
3) Buatlah cerita tentang suatu kecelakaan (kerja) yang pernah Anda alami. Narasikan
mulai dari kejadian sebelum kecelakaan terjadi, ketika kecelakaan terjadi dan setelah
kecelakaan terjadi. Sesuai dengan prinsip domino sequence, analisislah penyebab
kecelakaan dan cara pencegahannya agar kecelakan yang sama tidak terjadi lagi.
4) Siapakah yang menjadi kunci (key person) dalam pencegahan kecelakan kerja?
3.1. Pendahuluan
Pada satu sisi, dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, kita sangat membutuhkan
energi listrik, namun pada sisi lain, listrik sangat membahayakan keselamatan kita kalau
tidak dikelola dengan baik. Sebagian besar orang sudah pernah mengalami/merasakan
sengatan listrik. Mulai dari yang hanya terkejut saja sampai dengan yang menyakitkan.
Oleh karena itu, untuk mencegah dari hal-hal yang tidak diinginkan, kita perlu
meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya listrik dan jalan yang terbaik adalah melalui
peningkatan pemahaman terhadap sifat dasar kelistrikan yang kita gunakan.
Sedangkan bahaya sekunder adalah bahaya-bahaya yang diakibatkan listrik secara tidak
langsung (listrik tidak mengenainya secara langsung). Namun bukan berarti bahwa akibat
yang ditimbulkannya lebih ringan dari yang primer.
Contoh bahaya sekunder antara lain adalah tubuh/bagian tubuh terbakar akibat
bersentuhan dengan benda panas akibat listrik atau orang jatuh dari suatu ketinggian, dan
lain-lain (Gambar 3.2)
(b) Jatuh
Bila dalam hal ini, titik perhatiannya pada unsur manusia, maka selain kabel
(penghantar), sistem pentanahan, dan bagian dari peralatan lain, tubuh kita termasuk
bagian dari tahanan rangkaian tersebut (Gambar 3.4). Tingkat bahaya listrik bagi
manusia, salah satu faktornya ditentukan oleh tinggi rendah arus listrik yang mengalir ke
dalam tubuh kita. Sedangkan kuantitas arus akan ditentukan oleh tegangan dan tahanan
tubuh manusia serta tahanan lain yang menjadi bagian dari saluran.
Berarti peristiwa bahaya listrik berawal dari sistem tegangan yang digunakan untuk
mengoperasikan alat. Semakin tinggi tegangan yang digunakan, semakin tinggi pula
tingkat bahayanya.
(b) Fasa-Tiga
Gambar 3.5 Sistem tegangan rendah di Indonesia
Contoh:
Jika tegangan sistem yang digunakan adalah 220 V, berapakah kemungkinan arus yang
mengalir ke dalam tubuh manusia?
Kondisi terjelek:
- Tahanan tubuh adalah tahanan kontak kulit ditambah tahanan internal tubuh,
(Rk)=100Ω +100Ω = 200 Ω
- Arus yang mengalir ke tubuh: I = V/R = 220 V/200 Ω = 1,1 A
Isolasi kabel yang rusak merupakan akibat dari sudah terlalu tuanya kabel dipakai
atau karena sebab-sebab lain (teriris, terpuntir, tergencet oleh benda berat dll), sehingga
ada bagian yang terbuka dan kelihatan penghantarnya atau bahkan ada serabut hantaran
yang menjuntai. Ini akan sangat berbahaya bagi yang secara tidak sengaja menyentuhnya
atau bila terkena ceceran air atau kotoran-kotoran lain bisa menimbulkan kebocoran
listrik dan kebakaran.
Penghantar yang terbuka biasa terjadi pada daerah titik-titik sambungan terminal
dan akan sangat membahayakan bagi yang bekerja pada daerah tersebut, khususnya dari
bahaya sentuhan langsung. Sambungan listrik yang kendor atau tidak kencang bisa
menimbulkan kebakaran karena efek pemanasan. Ini kalau dibiarkan akan merusak
bagian sambungan dan sangat memungkinkan menimbulkan kebakaran. Oleh karena itu,
sambungan-sambungan listrik harus dalam keadaan rapat dan kencang.
RCD (GPAS) ini akan bekerja/aktif bila ada arus bocor ke tanah pada ukuran
tertentu. Karena kemampuan itulah, arus bocor ini dianalogikan dengan arus sengatan
listrik yang mengalir pada tubuh manusia.
Bila GPAS dikehendaki untuk dipasang secara terpusat maka sistem rangkaian
ditunjukkan pada Gambar 3.18. Dengan pemasangan terpusat seperti ini maka setiap
peralatan di bawahnya diamankan dari bahaya tegangan sentuh yang membahayakan
manusia.
Gambar 3.18 Diagram skematik pemasangan GPAS (RCD) pada pusat beban
Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB). ELCB ini merupakan suatu alat pemutus
daya yang akan bereaksi apabila terjadi beban lebih dan apabila terjadi arus bocor
Kegagalan isolasi dapat dihindarkan dengan pemilihan penghantar yang benar dan
dengan pembebanan mekanis pada penghantar yang sesuai. Hal ini disebabkan karena
kemampuan hantar arus pada penghantar dan kabel ditentukan oleh ketahanan panas dan
konduktivitas panas material isolasi, material penghantar (misal tembaga atau
Arus searah UL 60 V
Bila pada peralatan terjadi tegangan sentuh yang tinggi, maka peralatan harus diputuskan
hubungannya. Lama waktu pemutusan adalah untuk:
Rangkaian arus stop kontak sampai 32 A t 0,2 s
Peralatan portable (handy) t 0,2 s
Rangkaian arus peralatan kerja dengan sambungan tetap t5s
Agar terhindar dari peristiwa kapasitas lebih semacam ini maka ukuran kabel harus
disesuaikan dengan Persyaratan Umum Instalasi Listrik seperti PUIL 2011.
Percikan bunga api pada peralatan listrik atau ketika memasukkan dan mengeluarkan
soket ke stop-contact pada lingkungan kerja yang berbahaya di mana terdapat cairan,
gas atau debu yang mudah terbakar. Untuk daerah-daerah seperti ini harus digunakan
peralatan anti percikan api
Jenis
Proteksi Simbol
menurut Proteksi terhadap air menurut
EN VDE
60529
IP X0 Tidak ada proteksi air
IP X1 Proteksi terhadap tetesan air,
tetesan air jatuh tegak
LATIHAN:
1. Sebutkan alat-alat proteksi listrik yang digunakan untuk mengamankan komponen
instalasi dari bahaya arus abnormal (lebih)!
2. Sebutkan alat-alat proteksi manusia dari bahaya sengatan listrik!
3. Identifikasi alat-alat proteksi dari bahaya listrik yang ada di lab Teknik Energi.
4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keseriusan akibat sengatan listrik
bagi tubuh manusia.
4.1. Pendahuluan
Permesinan merupakan sumber bahaya terjadinya kecelakaan industri. Beberapa
studi di Amerika Serikat menyatakan bahwa kecelakaan yang disebabkan oleh mesin
menduduki rangking ke-3 dan menduduki rangking pertama penyebab cacat permanen
yang dialami oleh pekerja, yaitu 32 %. Dari kecelakaan yang disebabkan oleh permesinan
ini, 20 % di antaranya adalah akibat dari lemahnya pelindung/pengaman mesin
(machinery guards). Hal ini menjadi perhatian para perancang mesin-mesin dan para
enjiner safety bagaimana bisa menciptakan mesin-mesin yang aman dalam pemakaian-
nya.
Keterangan:
1. Transmisi daya,
2. Bagian yang bergerak,
3. Titik operasi
Dalam peraturan Uap Tahun 1930 juga dimuat perlengkapan ketel uap. Peraturan
ini merupakan peraturan tentang ketel uap yang pertama berlaku di Indonesia. Dalam
peraturan ini dinyatakan perlengkapan minimal yang ada pada suatu ketel uap adalah
sebagai berikut:
1) Sekurang-kurangnva mempunyai 2 katup pengaman (safety valve) yang berkualitas,
berukuran cukup, dan dipasang pada ketel uap atau pada kamar uapnya.
Gambar 5.4 Gelas pengukur pada boiler Gambar 5.5 Kran sembur pada boiler
4) Sekurang-kurangnya mempunyai 2 alat pengisi yang tidak bergantung antara satu
dan lainnya, yang masing-masing dapat memberi air ke dalam ketel dengan leluasa,
dan sekurang-kurangnya satu di antaranya dapat bekerja sendiri (otomatik) (Gambar
5.6);
5) Mempunyai alat yang dapat bekerja sendiri, yang dapat memberitahukan kekurangan
air dalam ketel uapnya, lepas dari masinis atau peladennya (Gambar 5.7);
Untuk mencegah terjadinya ledakan kompresor perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Semua tangki udara harus mempunyai katup buang pada bagian titik terendahnya.
Katup dimaksudkan untuk membuang air kondensasi dalam tangki. Tindakan ini
harus dilakukan secara rutin setiap hari setelah mesin tak beroperasi beberapa lama.
2) Jangan memberi beban (tekanan) lebih pada kompresor.
3) Pastikan bahwa katup pengamannya (safety valve) bekerja dengan baik.
4) Jangan memasukkan minyak pelumas secara berlebihan, karena kemungkinan akan
terbawa ke dalam tangki udara yang bisa menimbulkan bahaya ledakan
5) Gunakan minyak khusus untuk kompresor.
6.1. Pendahuluan
Jika kita bicara masalah api akan terlintas di benak kita dua hal: pertama, api
merupakan sahabat yang amat kita butuhkan di dalam kehidupan ini, dan yang kedua, api
bisa menjadi sumber malapetaka. Api sangat kita butuhkan, misalnya untuk memasak di
dapur, merebus air, peleburan logam di bidang pengecoran. Api akan sangat bermanfaat
bagi manusia selama ada di bawah kontrol manusia itu sendiri.
Api akan menjadi sumber bahaya bagi manusia karena dapat menimbulkan keru-
gian baik harta benda maupun jiwa jika api tersebut di luar kemampuan kendali kita,
seperti: kebakaran rumah, pabrik, dan pasar-pasar.
Sebagaimana kita ketahui, semakin maju budaya manusia, dunia semakin dipenuhi
oleh industri-industri yang semakin canggih juga. Kalau perkembangan industri dan
perkembangan teknologi yang semakin canggih ini kurang diimbangi dengan sistem kese-
lamatannya dapat menimbulkan potensi kebakaran yang tinggi. Disinyalir, selama
periode 30 tahun terakhir ini nilai kerugian rata-rata setiap dasa warsa meningkat lebih
dari 30%. Ini menunjukkan betapa kritisnya masalah kebakaran yang memerlukan
kewaspadaan dan kesigapan semua lapisan masyarakat, industri dan turun tangannya
Reaksi kimia
Oksigen
Bhn Bakar Oksigen
Bhn bakar
Sumber
Sumber
Gambar 6.1 Segitiga Api
Gambar 6.2 Gambar Piramida Api
Biasanya di setiap tempat kerja selalu terdapat bahan bakar (kayu, minyak, kertas,
atau bahan-bahan lain yang dapat terbakar). dan oksigen, sehingga jalan yang paling
Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam memilih dan menempatkan alat
pemadam kebakaran termaksud, yaitu:
Tempat/sumber api
tempat-tempat di mana terdapat bahan-bahan yang mudah terbakar
jenis/kelas kebakaran yang ada.
Sehubungan dengan hal yang terakhir, berikut ini akan dibahas tentang penggolongan
api/kebakaran.
6.6.1. Klasifikasi kebakaran
Pada umumnya api/kebakaran dapat digolongkan menjadi 4 kelas, yaitu kelas A,
B, C, dan D.
Kelas A adalah kebakaran bahan-bahan biasa (ordinary materials), seperti kayu, kain,
kertas, karet, dan plastik.
Kelas B adalah kebakaran bahan cair dan gas yang mudah terbakar seperti: oli, grease,
aspal, minyak cat, gas yang mudah terbakar.
Gambar 6.7
Detektor asap Gambar 6.8 Detektor asap
menggunakan menggunakan fotoelektrik
radioaktif
Tipe ionisasi
Detektor ionisasi memiliki sumber radioaktif kecil yang digunakan untuk mengisi
udara di dalam ruang kecil.
Udara bermuatan membuat arus kecil menyeberang melalui ruang dan membuat
rangkaian listrik tertutup.
Ketika asap memasuki ruang tersebut, menghalangi radiasi, dan memutus arus
dan memicu alarm
Detektor tipe ini merespon dengan cepat terhadap partikel asap yang sangat kecil
(bahkan tidak terlihat oleh mata telanjang) dari kebakaran yang sangat panas, tapi
mungkin merespon sangat lambat asap tebal dari api/kebakaran suhu rendah.
7.1. Pendahuluan
Bahaya penyakit akibat kerja bisa dikendalikan melalui penerapan perencanaan
dan metoda enjinering (rekayasa). Tiga kelompok orang terlatih diperlukan untuk
mendapatkan efisiensi pengendalian yang baik, masing-masing kelompok harus mampu
menjalankan fungsi masing-masing dan bekerja sama antar ketiganya dengan baik. Peran-
an dari ketiga kelompok tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Ahli Teknik Keselamatan Kerja:
Ahli Teknik Keselamatan Kerja harus mempunyai pengetahuan umum tentang
bahan-bahan yang berbahaya, pengaruhnya terhadap tubuh manusia dan metoda
pengendalian bahaya yang dikandung oleh bahan-bahan tersebut sehingga terjaga
dalam batas-batas yang diperbolehkan.
Ahli Hygien industri:
Ahli hygien industri memperhatikan bahaya-bahaya yang ada di lingkungan
kerja dan melakukan pengendaliannya berdasarkan hasil penyelidikan dan analisis
yang tepat.
Dokter:
Dokter memperhatikan kesehatan pekerja melalui medikal, diagnostik, dan
pengendalian bahaya, serta bertanggungjawab dalam penyusunan dan penjagaan
prosedur terkait dengan pendeteksian kerusakan dan perlakuan (perawatan) yang
diperlukan.
Prosedur standar menyatakan bahwa luka akibat kerja adalah setiap luka termasuk
penyakit kerja dan disabilitas akibat kerja lainnya yang timbul baik di luar maupun di
dalam pekerjaan.
Penyakit kerja merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kondisi lingkungan
kerja yang tidak sehat, yang biasanya merupakan suatu hal yang aneh dalam suatu proses
atau pekerjaan di mana karyawan ada di dalamnya. Biasanya penyakit kerja menyebar di
seluruh proses manufakturing dan pertambangan (mining). Pemakaian bahan-bahan
Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan. Manusia dapat mendengar
suara dengan frekuensi 20 sampai 20.000 Hz. Dalam konteks ini, suara yang
tidak diinginkan misalnya intensitas, durasi atau intermitansi. Gangguan yang
ditimbulkan: pencernaan, komunikasi, perilaku (mudah marah, gelisah dan
takut), dan pendengaran Di kota-kota besar dan beberapa pekerjaan memiliki
level suara yang berbahaya bagi orang yang sering terekspos suara tersebut.
Banyak variabel dalam menentukan sejauh mana batas dan efek dari kebisingan
ini. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kebisingan yang dibolehkan adalah
sekitar 80-85 desibel (American Standards Association).
Pencahayaan
Pencahayaan, kontras, cahaya yang menyilaukan serta lampu yang
berkedip dapat mengakibatkan rusaknya mata dan mempengaruhi sistem
syaraf.
Radiasi Elektromagnetik (Energi Radiasi)
Radiasi elektromanetik dibedakan menjadi radiasi pengion dan radiasi
tidak mengion. Radiasi pengion adsalah jenis radiasi yang mampu memecah
Tabel 7.3 Nilai Ambang Batas Suhu Berdasarkan Jenis Kerja (°C)
8.1. Pendahuluan
Alat pengaman (keselamatan) diri (Personal Protective Equipment (PPE))
merupakan lapis terakhir dan sangat tipis dari upaya keselamatan bagi manusia.
Antisipasi bagi keselamatan manusia dimulai dengan cara penghilangan potensi bahaya
kemudian bila bahaya tidak bisa dihilangkan maka harus diganti dengan tingkat bahaya
yang lebih rendah atau diberi pelindung bahaya. Bila sampai pelindung bahaya pada
mesin/ peralatan sudah diterapkan namun bahaya masih ada maka tidak ada pilihan lain
kecuali menghadapi bahaya itu. Untuk meminimalkan dampak bahaya yang ada adalah
melalui pelapisan akhir, yaitu melalui peralatan pengaman (keselamatan) diri. Jadi, pera-
latan pengaman diri ini diperuntukkan bagi para pekerja untuk melindungi diri dari
bahaya-bahaya yang mungkin menimpa diri sewaktu menjalankan tugas.
Berikut ini adalah jenis-jenis alat keselamatan diri sesuai dengan pengelompokan dan
penggunaannya.
Topi keselamatan listrik Pelindung kepala dari sengatan listrik. Topi ini
mempunyai kemampuan isolasi yang tinggi
Kap las kepala dengan topi ke- Pelindung muka, mata, dan batok kepala waktu
selamatan mengelas listrik (dimungkinkan ada bahaya benda
jatuh)
Pelindung muka Mengasah, membuat, menetak, bekerja dengan bahan-
bahan kimia.
Pelindung mata kedok (dapat Melakukan pengecatan, membelah dan menetak beton,
dibuka) dll. bagi yang menggunakan kacamata
3. Alat pelindung badan Mengelas karbit dan listrik, menempa, menuang dan
Pelapis dada dari kulit kerja panas lainnya
Sarung tangan kain Kerja kotor yang ringan sekali, mematri, mengecat, dsb.
Sarung tangan untuk kerja ringan Pekerjaan konstruksi dan pengangkutan yang ringan
Sarung tangan untuk kerja berat Pekerjaan konstruksi, pengangkutan yang berat, buka
tutup kerangan uap panas, tukang api
Sarung tangan las Mengelas listrik dan karbit
Sepatu karet panjang hitam Bekerja dengan bahan kimia (asam garam, soda asam,
belerang, dsb; minyak kasar (bensin, minyak, dan gas);
kerja tanah dan kerja kotor lainnya
Pelindung kaki dari kulit Pekerjaan mengelas listrik, karbit, menempa dan
pekerjaan tuang menuang.
5. Alat pelindung pernafasan
Topeng gas hitam Dipakai dengan canister-canister di udara luar, dilarang
dipakai dalam tangki. (tipe SH untuk CO2, CC untuk
organik, GG untuk chloor, A untuk ammoniak, D untuk
CO.
Topeng gas putih Dipakai di udara luar dengan canister CC, tidak boleh
dalam tangki.
Ear muff (tutup telinga) Dipakai untuk mengurangi suara yang bernada tinggi
atau keras.
Alat-alat pengaman diri tidak akan efektif apabila tidak digunakan sebagaimana
mestinya. Oleh karena itu, wawasan karyawan tentang keselamatan ini sangatlah penting
selain pengawasannya. Contoh-contoh PPE:
Safety Glasses
Safety Goggles Laser Safety Goggles
9.1. Pendahuluan
Pada saat ini housekeeping sudah diterapkan mulai dari kantor tradisional sampai
dengan industri, pabrik, dan gudang yang potensi bahayanya sangat tinggi. Para ahli
sepakat bahwa semua program keselamatan kerja harus memasukkan housekeeping, dan
setiap pekerja harus berperan. Selain itu, manajemen harus memiliki komitmen tentang
pentingnya housekeeping ini.
Housekeeping yang baik mempromosikan keselamatan (safety), maka kerjakan
dengan baik apa yang menjadi tugas anda. Housekeeping yang baik merupakan prinsip
pertama bagi keselamatan.
Lingkungan kerja yang bersih, rapi dan indah akan membuat nyaman para karya-
wan yang menjalankan aktivitas kerjanya. Kondisi yang nyaman ini akan menciptakan
gairah dan moral kerja para penghuninya. Kondisi nyaman ini tercipta berkat tidak adanya
kekuatiran yang berlebihan tentang keselamatan seseorang. Oleh karena itu, house
keeping yang baik secara langsung merupakan kegiatan pencegahan kecelakaan dengan
cara menghilangkan potensi-potensi bahaya yang ada di suatu tempat kerja. Kondisi ini
yang harus diupayakan oleh setiap penanggungjawab dan anggota dari suatu unit kerja
agar kenyamanan dan kegairahan kerja dapat tercipta sehingga tingkat produktivitasnya
tinggi.
3) Cairan-cairan yang tumpah bisa mengakibatkan lantai licin dan membuat orang
tergelincir. Apalagi kalau cairan-cairan dari minyak tidak hanya menyebabkan
tergelincir namun juga kebakaran. Oleh karena itu, segera bersihkanlah tumpahan
cairan dan kain-kain yang bercampur minyak ditaruh ke dalam tong-tong sampah
yang terbuat dari besi.
4) Kabel-kabel listrik, selang air, selang udara, dan tali-tali yang digunakan hendaklah
diatur sedemikian rupa sehingga tidak semrawut dan malang melintang di jalan-jalan
dan gang-gang yang sering dilalui oleh karyawan untuk menghindari kecelakaan.
5) Bila ada paku-paku yang menonjol di atas balok ataupun lainnya di tempat kerja anda
hendaknya dicabut, kalau tidak dibengkokkan.
10) Kamar ganti pakaian harus dijaga agar tetap bersih. Pakaian kotor, sisa-sisa makanan
dan botol-botol minuman jangan sampai menumpuk.
11) WC/toilet, tempat cuci tangan dan pancuran-pancuran air minum harus dijaga agar
tetap bersih dan memenuhi syarat-syarat kesehatan
Bila menemukan masalah dan tidak bisa menangani, laporkan kepada atasan langsung
Anda agar bisa mendapatkan penangan segera.