Anda di halaman 1dari 14

Program zero accident (kecelakaan nihil) ialah tanda penghargaan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja yang diberikan pemerintah kepada manajemen perusahaan yang telah
berhasil dalam melaksanakan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja sehingga mencapai
nihil kecelakaan (zero accident).

Penghargaan zero accident (kecelakaan nihil) diberikan kepada perusahaan yang telah
berhasil mencegah terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja tanpa menghilangkan waktu
kerja.
Penghargaan zero accident (kecelakaan nihil) diberikan dalam bentuk piagam dan plakat
yang ditetapkan melaui Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia.

Dasar Hukum pelaksanaan program zero accident


(kecelakaan nihil) di tempat kerja
1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Undang-Undang No 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan.
3. Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
4. Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan
Kecelakaan.

5. Kepmenaker RI no 463 Tahun 1993 tentang Pola Gerakan Nasional Membudayakan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Kriteria/kategori/kelompok Perusahaan peserta program


zero accident (kecelakaan nihil) di tempat kerja
1. Perusahaan Besar : jumlah tenaga kerja keseluruhan lebih dari 100 (seratus) orang.
2. Perusahaan Menengah : jumlah tenaga kerja keseluruhan antara 50 (lima puluh)
orang sampai dengan 100 (seratus) orang.
3. Perusahaan Kecil : jumlah tenaga kerja keseluruhan sampai dengan 49 (empat puluh
sembilan) orang.

Kriteria/kategori/kelompok kecelakan kerja yang


menghilangkan waktu kerja menurut program zero
accident (kecelakaan nihil) antara lain :
1. Kecelakaan kerja yang menyebabkan tenaga kerja tidak dapat kembali bekerja dalam
waktu 2 x 24 jam.
2. Kecelakaan kerja ataupun insiden tanpa korban jiwa (manusia/tenaga kerja) yang
menyebabkan terhentinya proses/aktivitas kerja maupun kerusakan
peralatan/mesin/bahan melebihi shift kerja normal berikutnya.

Tidak termasuk dalam kriteria/kategori/kelompok


kecelakaan kerja yang menghilangkan waktu kerja
menurut program zero accident (kecelakaan nihil) di
tempat kerja
1. Kehilangan waktu kerja akibat kecelakaan kerja karena perang, bencana alam ataupun
hal-hal lain di luar kendali perusahaan.
2. Kehilangan waktu kerja karena proses medis tenaga kerja.

Perhitungan kehilangan waktu kerja akibat kecelakaan


kerja menurut program zero accident (kecelakaan nihil) di
tempat kerja
1. Kehilangan waktu kerja karena bagian tubuh cacat tetap (permanen) :
Tangan dan Jari Tangan (hari)
Amputasi seluruh atau sebagian dari
Ibu
Telunjuk Tengah Manis Kelingking
tulang
Jari

Tangan dan Jari Tangan (hari)


Ruas ujung
300
100
75
Ruas tengah
200
150
Ruas pangkal
600
400
300
Telapak (antara jari-jari dan pergelangan) 900
600
500
Tangan sampai pergelangan
3000

60
120
240
450

50
100
200
-

2.
Kaki dan Jari Kaki (hari)
Amputasi seluruh atau sebagian dari tulang
Ibu Jari
Ruas ujung
150
Ruas tengah
Ruas pangkal
300
Telapak (antara jari-jari dan pergelangan)
600
Kaki sampai pergelangan
2400

Jari-Jari Lainnya
35
75
150
350

3.
Lengan (hari)
Tiap bagian dari pergelangan sampai siku
Tiap bagian dari atas siku sampai sambungan bahu

3600
4500

Tungkai Kaki (hari)


Tiap bagian dari atas mata kaki sampai lutut
Tiap bagian dari atas lutu sampai pangkal paha

3000
4500

4.

5.
Kehilangan Fungsi (hari)
Satu mata
Kedua mata dalam satu kasus kecelakaan kerja
Satu telinga
Kedua telinga dalam satu kasus kecelakaan kerja

1800
6000
600
3000

6.
Lumpuh Total & Kematian (hari)
Lumpuh total permanen
Kematian

6000
6000

7. *catatan : untuk setiap luka ringan dimana tidak terdapat amputasi tulang, maka
kerugian hari kerja ialah jumlah sesungguhnya selama tenaga kerja tidak mampu
bekerja.

8. Kehilangan waktu kerja dimana tenaga kerja tidak mampu bekerja kembali pada shift
normal berikutnya sesuai jadwal kerja.
Perhitungan keseluruhan jam kerja dimulai sejak terjadinya kecelakaan kerja (insiden) yang
dapat mengakibatkan angka perhitungan jam kerja menjadi 0 (nol) yaitu kriteria kecelakaan
kerja yang menghilangkan waktu kerja, dan bertambah secara kumulatif sesuai jam kerja
yang dicapai.
Perhitungan jam kerja keseluruhan meliputi semua jam kerja nyata tenaga kerja yang
melaksanakan kegiatan perusahaan termasuk kontraktor dan sub-kontraktornya pada masingmasing bidang pekerjaan.

Ketentuan pemberian penghargaan zero accident


(kecelakaan nihil)
1. Bagi perusahaan besar : tidak terjadi kecelakaan kerja (insiden) yang
menghilangkan waktu kerja berturut-turut selama 3 (tiga) tahun atau telah mencapai
6.000.000 (enam juta) jam kerja tanpa kecelakaan kerja (insiden) yang menghilangkan
waktu kerja.
2. Bagi perusahaan menengah : tidak terjadi kecelakaan kerja (insiden) yang
menghilangkan waktu kerja berturut-turut selama 3 (tiga) tahun atau telah mencapai
1.000.000 (satu juta) jam kerja tanpa kecelakaan kerja (inseden) yang menghilangkan
waktu kerja.
3. Bagi perusahaan kecil : tidak terjadi kecelakaan kerja (insiden) yang menghilangkan
waktu kerja berturut-turut selama 3 (tiga) tahun atau telah mencapai 300.000 (tiga
ratus ribu) jam kerja tanpa kecelakaan kerja (inseden) yang menghilangkan waktu
kerja.
4. Bagi perusahaan sektor konstruksi : perusahaan kontraktor utama yang telah selesai
melaksanakan pekerjaan tanpa terjadi kecelakaan kerja (insiden) yang menghilangkan
waktu kerja dengan waktu pelaksanaan kegiatan minimal 1 (satu) tahun. Perusahaan
sub-kontraktor merupakan pendukung data bagi perusahaan kontraktor utama.
Apabila terjadi kecelakaan kerja (insiden) yang menyebabkan hilangnya waktu kerja
baik pada perusahaan kontraktor utama maupun pada perusahaan-perusahaan subkontraktor, maka seluruh jam kerja yang telah dicapai menjadi 0 (nol) secara bersama.

Tata cara pengajuan serta penilaian untuk memperoleh


penghargaan zero accident (kecelakaan nihil)
1. Perusahaan telah melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
serta Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja selama 3 (tiga)
tahun.
2. Mengajukan permohonan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia c.q. Direktur Jenderal Binawas melalui Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.

3. Melengkapi data pendukung sebagai berikut :


o Jumlah jam kerja nyata keseluruhan tenaga kerja selama 3 (tiga) tahun
berturut-turut dan diperinci dalam jumlah jam kerja tahunan.
o Jumlah jam kerja lembur nyata keseluruhan tenaga kerja selama 3 (tiga) tahun
berturut-turut dan diperinci dalam jumlah jam kerja lembur tahunan.
o Jumlah jam kerja nyata keseluruhan tenaga kerja kontaktor maupun subkontraktor (yang dianggap bagian dari perusahaan) selama 3 (tiga) tahun
berturut-turut dan diperinci dalam jumlah jam kerja kontraktor dan atau subkontraktor tahunan.
o Jumlah jam kerja lembur nyata keseluruhan tenaga kerja kontaktor maupun
sub-kontraktor (yang dianggap bagian dari perusahaan) selama 3 (tiga) tahun
berturut-turut dan diperinci dalam jumlah jam kerja lembur kontraktor dan
atau sub-kontraktor tahunan.
4. Panitia (tim penilai) melaksanakan pemeriksaan terhadap data-data yang diajukan
perusahaan.
5. Panitia (tim penilai) melaksanakan pemeriksaan ke lokasi perusahaan meliputi :
o Dukungan dan kebijakan manajemen secara umum terhadap program K3 di
dalam maupun di luar perusahaan.
o Organisasi dan administrasi K3.
o Pengendalian bahaya industri.
o Pengendalian kebakaran dan hygiene industri.
o Partisipasi, motivasi, pengawasan dan pelatihan.
o Pendataan, pemeriksaan kecelakaan, statistik dan prosedur pelaporan.
6. Hasil penilaian dilaporkan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia untuk selanjutnya ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia.
7. Penghargaan zero accident (kecelakaan nihil) diserahkan oleh Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia ataupun pejabat lain yang ditunjuk.
8. Biaya yang timbul sebagai akibat pemberian penghargaan zero accident (kecelakaan
nihil) menjadi beban perusahaan bersangkutan.
9. Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pemberian penghargaan zero accident
(kecelakaan nihil) dapat dilakukan dengan mempertimbangkan saran-saran dari
perusahaan bersangkutan.

Pengertian (Definisi) Tempat Kerja dalam K3 secara umum merujuk pada 2 (dua) sumber
yaitu : Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja serta OHSAS
18001:2007 Occupational Health & Safety Management System.

Pengertian (Definisi) Tempat Kerja menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1970 ialah tiap
ruangan atau lapangan baik terbuka atau tertutup, bergerak maupun menetap dimana terdapat
tenaga kerja yang bekerja atau sering dimasuki orang bekerja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahayasebagaimana diperinci sebagai berikut :
1.

Tempat kerja baik di darat, di permukaan air, di dalam tanah, di dalam air maupun di
udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

2.

Tempat kerja dimana dibuat, dicoba, dipakai atau yang menggunakan mesin, pesawat,
alat, perkakas, peralatan ataupun instalasi berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan,kebakaran ataupun peledakan.

3.

Dibuat, diolah, digunakan, dijual, diangkut ataupun disimpan bahan atau barang yang
dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, ataupun
bersuhu tinggi.

4.

Dikerjakan pembangunan (konstruksi), perbaikan, perawatan, pembersihan ataupun


pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan,
saluran atau terowongan bawah tanah, dsb atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.

5.

Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan


kayu ataupun hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan.

6.

Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam ataupun bijih logam
lainnya, batu-batuan, gas, minyak ataupun mineral lainnya baik di permukaan maupun di
dalam bumi ataupun di dasar perairan.

7.

Dilakukan pengangkutan barang, binatang ataupun manusia baik di darat, melalui


terowongan, di permukaan air, di dalam air maupun di udara.

8.

Dikerjakan bongkar muat barang muatan pada kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun,
ataupun gudang.

9.

Dilakukan penyelaman, pengambilan benda ataupun pekerjaan lain di dalam air.

10. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah ataupun perairan.
11. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan.
12. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara ataupun suhu udara yang tinggi ataupun
rendah.
13. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan benda,
terkena lemparan benda, terjatuh ataupun terperosok, hanyut ataupun terlempar.

14. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur ataupun lubang.


15. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian-bagian (yang berhubungan) dengan tempat kerja tersebut.
Sedangkan pengertian (definisi) tempat kerja menurut OHSAS 18001:2007 ialah lokasi
manapun yang bekaitan dengan aktivitas kerja di bawah kendali organisasi (perusahaan).

Kewajiban Tenaga Kerja Terhadap Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


di tempat kerja tertuang dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja pasal 12dimana terdapat 5 (lima) kewajiban utama tenaga kerja dalam penerapan K3 di
tempat kerja, antara lain :
1.

Memberi keterangan yang benar apabila diminta pegawai pengawas / keselamatan kerja.

2.

Menggunakan (APD) Alat Pelindung Diri yang diwajibkan.

3.

Memenuhi dan menaati semua syarat-syarat K3 yang diwajibkan.

4.

Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat K3 yang diwajibkan.

5.

Menyatakan keberatan kerja dimana syarat K3 dan APD yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas
yang dapat dipertanggungjawabkan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja merupakan tanggung-jawab bersamasama. Dengan saling menunaikan kewajiban di tempat kerja, maka diharapkan tidak terjadi
kejadian saling menyalahkan di tempat kerja terkait dengan masalah K3. Perusahaan dan tenaga
kerja sama-sama memiliki kewajiban terhadap penerapan K3 di tempat kerja.

Kewajiban Pengusaha (Pengurus) Terhadap Penerapan K3(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


di tempat kerja tertuang dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 14 dimana terdapat 3 (tiga) kewajiban pengusaha (pengurus) terhadap penerapan K3 antara
lain :
1.

Menulis dan memasang semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan pada tempattempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau Ahli K3
di tempat kerja yang dipimpinnya.

2.

Memasang semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk
pegawai pengawas atau Ahli K3 di tempat kerja yang dipimpinnya.

3.

Menyediakan (APD) Alat Pelindung Diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang dipimpin
maupun orang lain yang memasuki tempat kerja disertai petunjuk-petunjuk yang
diperlukan menurut pegawai pengawas atau Ahli K3 di tempat kerja yang dipimpinnya.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja merupakan tanggung-jawab bersamasama. Dengan saling menunaikan kewajiban di tempat kerja, maka diharapkan tidak terjadi
kejadian saling menyalahkan di tempat kerja terkait dengan masalah K3. Perusahaan dan tenaga
kerja sama-sama memiliki kewajiban terhadap penerapan K3 di tempat kerja.
DILARANGG !!!!......

Program zero accident (kecelakaan nihil) ialah tanda penghargaanKeselamatan dan Kesehatan
Kerja yang diberikan pemerintah kepada manajemen perusahaan yang telah berhasil dalam
melaksanakanprogram Keselamatan dan Kesehatan Kerja sehingga mencapai nihil kecelakaan
(zero accident).
Penghargaan zero accident (kecelakaan nihil) diberikan kepada perusahaan yang telah berhasil
mencegah terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja tanpa menghilangkan waktu kerja.
Penghargaan zero accident (kecelakaan nihil) diberikan dalam bentuk piagam dan plakat yang
ditetapkan melaui Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia.
Dasar Hukum pelaksanaan program zero accident (kecelakaan nihil) di tempat kerja antara lain :
1.

Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2.

Undang-Undang No 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan.

3.

Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja.

4.

Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan


Kecelakaan.

5.

Kepmenaker RI no 463 Tahun 1993 tentang Pola Gerakan Nasional Membudayakan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Kriteria/kategori/kelompok Perusahaan peserta program zero accident(kecelakaan nihil) di tempat


kerja antara lain :
1.

Perusahaan Besar : jumlah tenaga kerja keseluruhan lebih dari 100 (seratus) orang.

2.

Perusahaan Menengah : jumlah tenaga kerja keseluruhan antara 50 (lima puluh) orang
sampai dengan 100 (seratus) orang.

3.

Perusahaan Kecil : jumlah tenaga kerja keseluruhan sampai dengan 49 (empat puluh
sembilan) orang.

Kriteria/kategori/kelompok kecelakan kerja yang menghilangkan waktu kerja menurut


program zero accident (kecelakaan nihil) antara lain :
1.

Kecelakaan kerja yang menyebabkan tenaga kerja tidak dapat kembali bekerja dalam
waktu 2 x 24 jam.

2.

Kecelakaan kerja ataupun insiden tanpa korban jiwa (manusia/tenaga kerja) yang
menyebabkan terhentinya proses/aktivitas kerja maupun kerusakan
peralatan/mesin/bahan melebihi shift kerja normal berikutnya.

Tidak termasuk dalam kriteria/kategori/kelompok kecelakaan kerja yang menghilangkan waktu


kerja menurut program zero accident (kecelakaan nihil) di tempat kerja antara lain :
1.

Kehilangan waktu kerja akibat kecelakaan kerja karena perang, bencana alam ataupun
hal-hal lain di luar kendali perusahaan.

2.

Kehilangan waktu kerja karena proses medis tenaga kerja.

Perhitungan kehilangan waktu kerja akibat kecelakaan kerja menurut program zero
accident(kecelakaan nihil) di tempat kerja antara lain dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.

Kehilangan waktu kerja karena bagian tubuh cacat tetap (permanen) :

TANGAN DAN JARI TANGAN (hari)


Amputasi seluruh atau
sebagian dari tulang

Ibu
Jari

Telunjuk Tengah Manis Kelingking

Ruas ujung

300

100

75

60

50

Ruas tengah

200

150

120

100

Ruas pangkal

600

400

300

240

200

Telapak (antara jari-jari dan


pergelangan)

900

600

500

450

Tangan sampai pergelangan

3000

KAKI DAN JARI KAKI (hari)


Amputasi seluruh atau sebagian dari tulang

Ibu Jari Jari-Jari Lainnya

Ruas ujung

150

35

Ruas tengah

75

Ruas pangkal

300

150

Telapak (antara jari-jari dan pergelangan)

600

350

Kaki sampai pergelangan

2400

LENGAN (hari)
Tiap bagian dari pergelangan sampai siku

3600

Tiap bagian dari atas siku sampai sambungan bahu

4500

TUNGKAI KAKI (hari)


Tiap bagian dari atas mata kaki sampai lutut

3000

Tiap bagian dari atas lutu sampai pangkal paha

4500

KEHILANGAN FUNGSI (hari)


Satu mata

1800

Kedua mata dalam satu kasus kecelakaan kerja

6000

Satu telinga

600

Kedua telinga dalam satu kasus kecelakaan kerja

3000

LUMPUH TOTAL DAN KEMATIAN (hari)


Lumpuh total permanen

6000

Kematian

6000

7.

*catatan : untuk setiap luka ringan dimana tidak terdapat amputasi tulang, maka kerugian hari kerja ialah
jumlah sesungguhnya selama tenaga kerja tidak mampu bekerja.

8.

Kehilangan waktu kerja dimana tenaga kerja tidak mampu bekerja kembali pada shift
normal berikutnya sesuai jadwal kerja.

Perhitungan keseluruhan jam kerja dimulai sejak terjadinya kecelakaan kerja (insiden) yang dapat
mengakibatkan angka perhitungan jam kerja menjadi 0 (nol) yaitu kriteria kecelakaan kerja yang
menghilangkan waktu kerja, dan bertambah secara kumulatif sesuai jam kerja yang dicapai.
Perhitungan jam kerja keseluruhan meliputi semua jam kerja nyata tenaga kerja yang
melaksanakan kegiatan perusahaan termasuk kontraktor dan sub-kontraktornya pada masingmasing bidang pekerjaan.
Ketentuan pemberian penghargaan zero accident (kecelakaan nihil) antara lain :

1.

Bagi perusahaan besar : tidak terjadi kecelakaan kerja (insiden) yang menghilangkan
waktu kerja berturut-turut selama 3 (tiga) tahun atau telah mencapai 6.000.000 (enam
juta) jam kerja tanpa kecelakaan kerja (insiden) yang menghilangkan waktu kerja.

2.

Bagi perusahaan menengah : tidak terjadi kecelakaan kerja (insiden) yang


menghilangkan waktu kerja berturut-turut selama 3 (tiga) tahun atau telah mencapai
1.000.000 (satu juta) jam kerja tanpa kecelakaan kerja (inseden) yang menghilangkan
waktu kerja.

3.

Bagi perusahaan kecil : tidak terjadi kecelakaan kerja (insiden) yang menghilangkan
waktu kerja berturut-turut selama 3 (tiga) tahun atau telah mencapai 300.000 (tiga ratus
ribu) jam kerja tanpa kecelakaan kerja (inseden) yang menghilangkan waktu kerja.

4.

Bagi perusahaan sektor konstruksi : perusahaan kontraktor utama yang telah selesai
melaksanakan pekerjaan tanpa terjadi kecelakaan kerja (insiden) yang menghilangkan
waktu kerja dengan waktu pelaksanaan kegiatan minimal 1 (satu) tahun. Perusahaan subkontraktor merupakan pendukung data bagi perusahaan kontraktor utama. Apabila terjadi
kecelakaan kerja (insiden) yang menyebabkan hilangnya waktu kerja baik pada
perusahaan kontraktor utama maupun pada perusahaan-perusahaan sub-kontraktor, maka
seluruh jam kerja yang telah dicapai menjadi 0 (nol) secara bersama.

Tata cara pengajuan serta penilaian untuk memperoleh penghargaan zero accident (kecelakaan
nihil) antara lain :
1.

Perusahaan telah melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja sertaAudit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja selama 3 (tiga)
tahun.

2.

Mengajukan permohonan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik


Indonesia c.q. Direktur Jenderal Binawas melalui Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

3.

Melengkapi data pendukung sebagai berikut :


o

Jumlah jam kerja nyata keseluruhan tenaga kerja selama 3 (tiga) tahun berturutturut dan diperinci dalam jumlah jam kerja tahunan.

Jumlah jam kerja lembur nyata keseluruhan tenaga kerja selama 3 (tiga) tahun
berturut-turut dan diperinci dalam jumlah jam kerja lembur tahunan.

Jumlah jam kerja nyata keseluruhan tenaga kerja kontaktor maupun subkontraktor (yang dianggap bagian dari perusahaan) selama 3 (tiga) tahun
berturut-turut dan diperinci dalam jumlah jam kerja kontraktor dan atau subkontraktor tahunan.

Jumlah jam kerja lembur nyata keseluruhan tenaga kerja kontaktor maupun subkontraktor (yang dianggap bagian dari perusahaan) selama 3 (tiga) tahun
berturut-turut dan diperinci dalam jumlah jam kerja lembur kontraktor dan atau
sub-kontraktor tahunan.

4.

Panitia (tim penilai) melaksanakan pemeriksaan terhadap data-data yang diajukan


perusahaan.

5.

Panitia (tim penilai) melaksanakan pemeriksaan ke lokasi perusahaan meliputi :


o

Dukungan dan kebijakan manajemen secara umum terhadap program K3 di dalam


maupun di luar perusahaan.

6.

Organisasi dan administrasi K3.

Pengendalian bahaya industri.

Pengendalian kebakaran dan hygiene industri.

Partisipasi, motivasi, pengawasan dan pelatihan.

Pendataan, pemeriksaan kecelakaan, statistik dan prosedur pelaporan.

Hasil penilaian dilaporkan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia untuk selanjutnya ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia.

7.

Penghargaan zero accident (kecelakaan nihil) diserahkan oleh Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia ataupun pejabat lain yang ditunjuk.

8.

Biaya yang timbul sebagai akibat pemberian penghargaan zero accident (kecelakaan nihil)
menjadi beban perusahaan bersangkutan.

9.

Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pemberian penghargaan zero accident (kecelakaan
nihil) dapat dilakukan dengan mempertimbangkan saran-saran dari perusahaan
bersangkutan.

Dasar-Dasar K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) berfungsi untuk memberikan pelatihan


(pengajaran) dasar pengetahuan dan wawasan serta syarat-syarat penerapan K3 (Keselamatan
dan Kesehatan) di tempat kerja khusunya bagi tenaga kerja ataupun peserta didik / training
(pelatihan) lainnya.

Anda mungkin juga menyukai