KERJA
Konsep Dasar
Kesejahteraan pekerja/buruh
adalah suatu pemenuhan
kebutuhan dan/atau keperluan
yang bersifat jasmaniah dan
rohaniah, baik di dalam maupun
di luar hubungan kerja, yang
secara langsung atau tidak
langsung dapat mempertinggi
produktivitas kerja dalam
lingkungan kerja yang aman dan
sehat.
Hak Pekerja
Setiap pekerja/buruh mempunyai
hak untuk memperoleh
perlindungan atas :
keselamatan dan kesehatan
kerja;
moral dan kesusilaan;
dan
perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat manusia
Untuk melindungi keselamatan
pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja.
Setiap perusahaan wajib
menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan.
Pengaturan Kesehatan
Kerja
Larangan anak-anak
menjalankan pekerjaan
Pekerjaan bagi penyandang
cacat
Pekerjaan bagi orang wanita
Waktu kerja dan Waktu
Istirahat
Tempat kerja
Larangan anak-anak
menjalankan pekerjaan
Anak adalah Anak adalah setiap orang yang
berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun.
Setiap pengusaha dilarang mempekerjakan
anak. Yang dimaksud pekerjaan disini adalah:
pekerjaan yang dijalankan oleh pekerja untuk
pengusaha dalam suatu hubungan kerja dengan
menerima upah.
Ketentuan tersebut dikecualikan bagi anak yang
berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai
dengan 15 (lima belas) tahun untuk melakukan
pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu
perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan
sosial.
Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan
ringan harus memenuhi persyaratan :
izin tertulis dari orang tua atau wali;
perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali;
waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam;
dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah;
keselamatan dan kesehatan kerja;
adanya hubungan kerja yang jelas; dan
menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Ketentuan sebagaimana ini dikecualikan bagi anak yang
bekerja pada usaha keluarganya.
Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang
merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan
yang disahkan oleh pejabat yang berwenang. Anak
sebagaimana dimaksud di sini paling sedikit berumur 14
(empat belas) tahun.
Pekerjaan sebagaimana
dimaksud di sini dapat dilakukan
dengan syarat :
diberi petunjuk yang jelas
tentang cara pelaksanaan
pekerjaan serta bimbingan dan
pengawasan dalam
melaksanakan pekerjaan; dan
diberi perlindungan keselamatan
dan kesehatan kerja.
Anak dapat melakukan pekerjaan untuk
mengembangkan bakat dan minatnya.
Pengusaha yang mempekerjakan anak
wajib memenuhi syarat :
di bawah pengawasan langsung dari
orang tua atau wali;
waktu kerja paling lama 3 (tiga) jam
sehari; dan
kondisi dan lingkungan kerja tidak
mengganggu perkembangan fisik,
mental, sosial, dan waktu sekolah.
Dalam hal anak dipekerjakan
bersama-sama dengan
pekerja/buruh dewasa, maka
tempat kerja anak harus
dipisahkan dari tempat kerja
pekerja/buruh dewasa. Anak
dianggap bekerja bilamana berada
di tempat kerja, kecuali dapat
dibuktikan sebaliknya. Siapapun
dilarang mempekerjakan dan
melibatkan anak pada pekerjaan-
Pekerjaan-pekerjaan yang terburuk meliputi :
segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau
sejenisnya;
segala pekerjaan yang memanfaatkan,
menyediakan, atau menawarkan anak untuk
pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno,
atau perjudian;
segala pekerjaan yang memanfaatkan,
menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi
dan perdagangan minuman keras, narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya; dan/atau
semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan,
keselamatan, atau moral anak.
Pendapat/persepsi berkaitan
dengan pekerjaan anak
Pertama mereka yang berperinsip
bahwa pekerja anak harus
dihapuskan (abolition).
Kedua, mereka yang berpendapat
pekerja anak harus dilindungi
(protection).
Ketiga, mereka yang berpendapat
bahwa pekerja anak harus
diberdayakan (empowerment).
Persyaratan mempekerjakan anak pada
pekerjaan ringan
izintertulis dari orang tua atau wali;
perjanjian kerja antara pengusaha
dengan orang tua atau wali;
waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam;
dilakukan pada siang hari dan tidak
mengganggu waktu sekolah;
keselamatan dan kesehatan kerja;
adanya hubungan kerja yang jelas; dan
menerima upah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Pekerjaan bagi penyandang
cacat
Tenaga Kerja Penyandang Cacat ialah
Penduduk / Seseorang yang
mempunyai kelainan fisik dan/atau
mental yang dapat mengganggu atau
merupakan rintangan dan hambatan
bagi yang melakukan kegiatan secara
selayaknya.
Pengusaha yang mempekerjakan
tenaga kerja penyandang cacat wajib
memberikan perlindungan sesuai
dengan jenis dan derajat kecacatannya.
Dasar Hukum
Pasal 27 ayat (2) UUD 1945:
Setiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
Pasal 28 D ayat (2) UUD 1945:
Setiap orang berhak untuk
bekerja serta mendapat imbalan
dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja.
UU No. 4 Tahun 1997 Tentang
Penyandang Cacat
Pasal 13 : Setiap Penyandang Cacat mempunyai kesamaan
kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan
jenis derajat kecacatannya.
Pasal 14 : Perusahaan Negara dan Swasta memberikan
Kesempatan dan perlakuan yang sama kepada Penyandang
Cacat dengan mempekerjakan Penyandang Cacat
diperusahaannya dengan jenis dan derajat kecacatan,
pendidikan dan kemampuannya yang jumlahnya disesuaikan
dengan jumlah karyawan dan atau kwalifikasi perusahaan.
Pasal 27 : Pemerintah memberikan penghargaan kepada
perusahaan yang mempekerjakan Penyandang Cacat.
Bab VII : KETENTUAN PIDANA
Pasal 28 : Barang siapa dengan sengaja melakukan
pelanggaran Pasal 14 diancam dengan pidana kurungan
selama 6 Bulan dan atau pidana denda setinggitingginya Rp.
200.000.000,-
UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
Pasal 5 : Setiap tenaga kerja
memiliki kesempatan yang sama
tanpa diskriminasi untuk
memperoleh pekerjaan
Pasal 6: Setiap pekerja/buruh
berhak memperoleh perlakuan
yang sama tanpa diskriminasi
dari pengusaha
Pasal 19 : Pelatihan Kerja bagi Tenaga Kerja Penyandang Cacat
dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, derajat kecacatan, dan
kemampuan tenaga kerja penyandang Cacat yang bersangkutan
Penca
Pasal 26 : Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang sama kepada
tenaga kerja penyandang cacat yang memenuhi persyaratan jabatan dan
kualifikasi pekerjaan untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan jenis
dan derajat kecacatannya.
Pasal 27 : Pengusaha wajib memberikan perlakuan yang sama kepada
pekerja penyandang cacat
Pasal 28 : Perusahaan harus mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 (satu
orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan jabatan dan
kwalifikasi pekerjaan sebagai pekerja pada perusahaannya untuk setiap
100 (seratus) orang pekerja perusahaannya.
Pasal 29 ayat (1) : Pengusaha harus mempekerjakan sekurang kurangnya
1 (satu) orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan jabatan
dan kualifikasi pekerjaan sebagai pekerja pada perusahaannya, bagi yang
memiliki pekerjaan kurang dari 100 (seratus) orang tetapi usaha yang
dilakukannya menggunakan tehknologi tinggiayat (2) : Penggunaan
teknologi tinggi dalam usaha dan jumlah rasio pekerjaan sebagian
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab
dibidang ketenaga kerjaan setelah mendapat persetujuan dari Menteri
yang bertanggung jawab di bidang perindustrian.
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR : KEP-205/MEN/1999 TENTANG PELATIHAN KERJA
DAN PENEMPATAN TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT
Pasal 4
Ayat (1) Untuk setiap 100 (seratus) orang
pekerja, maka pengusaha wajib
mempekerjakan sekurang-kurangnya 1
(satu) orang tenaga kerja penyandang cacat
sesuai dengan persyaratan jabatan dan
kualifikasi pekerjaan.
Ayat (2) Pengusaha yang menggunakan
teknologi tinggi dan mempekerjakan tenaga
kerja kurang dari 100 (seratus) orang wajib
mempekerjakan satu atau lebih tenaga
kerja penyandang cacat.
Pekerjaan bagi orang wanita
Dasar Hukum:
UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Kepmennaker No.224/Men/2003 tentang
Kewajiban Pengusaha yang Mempekerjakan
Perempuan pada Malam Hari
Konvensi ILO No.100 (diratifikasi dengan UU
No.80/57) tentang Pengupahan yang sama
bagi Laki-laki dan Wanita untuk Pekerjaan yang
Sama Nilainya
Konvensi ILO No.111 (diratifikasi dengan UU
No.21/99) tentang Diskriminasi Dalam
Pekerjaan & Jabatan
Konvensi PBB (diratifikasi dengan UU No.7/84)
tentang Penghapusan Diskriminasi Terhadap
Perempuan
Latar belakang
1. Pekerja Perempuan (PP) mempunyai peran ganda
baik sebagai Tenaga Kerja yang harus dilindungi
hak-haknya , maupun sebagai Ibu RT yang harus
dilindungi fungsi reproduksinya karenanya PP
perlu mendapat perlindungan khusus agar fungsi
reproduksinya tidak terganggu.