Anda di halaman 1dari 16

Modul Perkuliahan 62

HUKUM PERBURUHAN

PENGUPAHAN DAN JAMINAN SOSIAL

A. UPAH
1. Menurut PP No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah, upah
adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada
buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan
dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang
ditetapkan menurut persetujuan atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian
kerja antara pengusaha dengan pekerja termasuk tunjangan baik
untuk buruh maupun keluarganya.1
2. Menurut UU No. 25 Tahun 1997 Upah ialah hak pekerja yang
diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha kepada pekerja atau jasa yang telah atau akan
dilakukan, ditetapkan, dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk
tunjangan bagi pekerja dan keluarganya.2
3. Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, upah
ialah: Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha
atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa
yang telah atau akan dilakukan.
4. PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan

1
Tidak berlaku lagi
2
Tidak berlaku lagi
Samun Ismaya, SH., MHum
Modul Perkuliahan 63
HUKUM PERBURUHAN

Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterimakan dan dinyatakan


dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi
kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan
keluaraganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau
akan dilakukan.
Dari pengertian ini jelaslah bahwa upah dibayarkan berdasarkan
kesepakatan para pihak, namun untuk menjaga agar jangan sampai
upah yang diterima terlampau rendah, maka pemerintah turut serta
menetapkan standar upah terendah melalui perundang-undangan yang
biasa disebut upah minimum.
Hak menerima upah timbul timbul pada saat adanya hubungan kerja
dan berakhir pada saat hubungan kerja putus. Pengusaha dalam
menetapkan upah tidak boleh diskriminasi antara buruh laki-laki dan
buruh wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya.
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untuk mewujudkan
penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan, pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang
melindungi pekerja/buruh.

Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh meliputi :

a. upah minimum;

b. upah kerja lembur;

c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan;

d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar


pekerjaannya;
Samun Ismaya, SH., MHum
Modul Perkuliahan 64
HUKUM PERBURUHAN

e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;

f. bentuk dan cara pembayaran upah;

g. denda dan potongan


upah;

h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;

i. struktur dan skala pengupahan yang proporsional;

j. upah untuk pembayaran pesangon; dan

k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam


ayat (3) huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan
mem-perhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Upah minimum dapat terdiri atas : upah minimum berdasarkan


wilayah provinsi atau kabupaten/kota; upah minimum berdasarkan
sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota. Upah minimum
diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak. Upah minimum
ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari
Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota.

Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum.


Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat
dilakukan penangguhan.

Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara


pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak
boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal kesepakatan
lebih rendah atau bertentangan dengan peraturan perundang-
Samun Ismaya, SH., MHum
Modul Perkuliahan 65
HUKUM PERBURUHAN

undangan, kesepakatan tersebut batal demi hukum, dan pengusaha


wajib membayar upah pekerja/buruh menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan


golongan, jabatan, asa kerja, pendidikan, dan kompetensi. Pengusaha
melakukan peninjauan upah secara berkala dengan memperhatikan
kemampuan perusahaan dan produktivitas.

Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan


pekerjaan. Ketentuan ini tidak berlaku, dan pengusaha wajib membayar
upah apabila :

a. pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;

Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang sakit sebagai


berikut :

1. untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus


perseratus) dari upah;

2. untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima


perseratus) dari upah;

3. untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh


perseratus) dari upah; dan

4. untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima


perseratus) dari upah sebelum pemutusan hubungan kerja
dilakukan oleh pengusaha.

b. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua


masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;

Samun Ismaya, SH., MHum


Modul Perkuliahan 66
HUKUM PERBURUHAN

c. pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh menikah,


menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri
melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau isteri atau anak
atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga
dalam satu rumah meninggal dunia;

Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang tidak masuk


bekerja dalam hal ini sebagai berikut :

1. pekerja/buruh menikah, dibayar untuk selama 3 (tiga)


hari;

2. menikahkan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua)


hari;

3. mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua)


hari

4. membaptiskan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua)


hari;

5. isteri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk


selama 2 (dua) hari;

6. suami/isteri, orang tua/mertua atau anak atau menantu


meninggal dunia, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;
dan

7. anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar


untuk selama 1 (satu) hari.

d. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang


menjalankan kewajiban terhadap negara;

Samun Ismaya, SH., MHum


Modul Perkuliahan 67
HUKUM PERBURUHAN

e. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena


menjalan-kan ibadah yang diperintahkan agamanya;

f. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan


tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan
sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari
pengusaha;

g. pekerja/buruh melaksanakan hak


istirahat;

h. pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh


atas persetujuan pengusaha;
dan

i. pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.

Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan
tetap maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75 % (tujuh puluh
lima perseratus) dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap.

Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaan


atau kelalaiannya dapat dikenakan denda. Pengusaha yang karena
kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan
pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu
dari upah pekerja/buruh. Pemerintah mengatur pengenaan denda
kepada pengusaha dan/atau pekerja/buruh, dalam pembayaran
upah. Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka upah
dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang
didahulukan pembayarannya.

Samun Ismaya, SH., MHum


Modul Perkuliahan 68
HUKUM PERBURUHAN

Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran


yang timbul dari hubungan kerja menjadi kadaluwarsa setelah
melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak timbulnya hak.

Untuk memberikan saran, pertimbangan, dan merumuskan kebijakan


pengupahan yang akan ditetapkan oleh pemerintah, serta untuk
pengembangan sistem pengupahan nasional dibentuk Dewan
Pengupahan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.

Prinsip-prinsip Pengupahan dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:
(1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang
memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
(2) Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan, pemerintah menetapkan kebijakan
pengupahan yang melindungi pekerja/buruh.
(3) Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh meliputi :
a. upah minimum;
b. upah kerja lembur;
c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar
pekerjaannya;
e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
f. bentuk dan cara pembayaran upah;
g. denda dan potongan upah;
h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
i. struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
j. upah untuk pembayaran pesangon; dan
k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
Samun Ismaya, SH., MHum
Modul Perkuliahan 69
HUKUM PERBURUHAN

(4) Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup


layak dan dengan mem-perhatikan produktivitas dan pertumbuhan
ekonomi.
(5) Upah minimum dapat terdiri atas:
a. upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;
b. upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau
kabupaten/kota.
(6) Upah minimum diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak.
(7) Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan
rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau
Bupati/Walikota.
(8) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
(9) Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat
dilakukan penangguhan.
(10) Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara
pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak
boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(11) Dalam hal kesepakatan lebih rendah atau bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, kesepakatan tersebut batal demi
hukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(12) Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan
memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan
kompetensi.
(13) Pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala dengan
memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas.

Samun Ismaya, SH., MHum


Modul Perkuliahan 70
HUKUM PERBURUHAN

(14) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan


pekerjaan.
(15) Ketentuan tersebut di atas tidak berlaku, dan pengusaha wajib
membayar upah apabila :
a. pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;
b. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua
masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;
c. pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh menikah,
menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri
melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau isteri atau anak
atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga
dalam satu rumah meninggal dunia;
d. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang
menjalankan kewajiban terhadap negara;
e. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena
menjalan-kan ibadah yang diperintahkan agamanya;
f. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan
tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan
sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari
pengusaha;
g. pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat;
h. pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh
atas persetujuan pengusaha; dan
i. pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.

(16) Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang sakit adalah


sebagai berikut :

Samun Ismaya, SH., MHum


Modul Perkuliahan 71
HUKUM PERBURUHAN

a. untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus perseratus)


dari upah;
b. untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima
perseratus) dari upah;
c. untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh perseratus)
dari upah; dan
d. untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima perseratus)
dari upah sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh
pengusaha.
(17) Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang tidak masuk
bekerja adalah sebagai berikut :
a. pekerja/buruh menikah, dibayar untuk selama 3 (tiga) hari;
b. menikahkan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;
c. mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;
d. membaptiskan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;
e. isteri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk selama
2 (dua) hari;
f. suami/isteri, orang tua/mertua atau anak atau menantu meninggal
dunia, dibayar untuk selama 2 (dua) hari; dan
g. anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar
untuk selama 1(satu) hari.
(18) Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan
tetap maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75 % (tujuh puluh
lima perseratus) dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap.
(19) Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena
kesengajaan atau kelalaiannya dapat dikenakan denda. Pengusaha
yang karena kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan

Samun Ismaya, SH., MHum


Modul Perkuliahan 72
HUKUM PERBURUHAN

keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan


persentase tertentu dari upah pekerja/buruh.
(20) Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-
hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang didahulukan
pembayarannya.

Komponen Upah
Pemberian upah yang tidak dalam bentuk uang dibenarkan asal tidak
melebihi 25 % dari nilai upah yang seharusnya diterima.
Berdasarkan Surat Edaran MTK No. 07/MEN/1990 tentang
Pengelompokan Komponen Upah dan Pendapatan Non Upah
disebutkan bahwa:
1. Termasuk komponen upah
Upah pokok
Merupakan imbalan dasar yang dibayarkan kepada pekerja
menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan
menurut perjanjian.
Tujangan tetap
Suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan
yang diberikan secara tetap untuk buruh dan keluarganya yang
dibayarkan bersamaan dengan upah pokok.
Tunjangan tidak tetap
Suatu pembayaran yang secara langsung maupun tidak
langsung berkaitan dengan buruh dan diberikan secara tidak
tetap dan tidak bersamaan dengan pembayaran upah pokok.
2. Tidak termasuk komponen upah
Fasilitas

Samun Ismaya, SH., MHum


Modul Perkuliahan 73
HUKUM PERBURUHAN

Kenikmatan dalam bentuk nyata/natura karena hal-hal yang


bersifat khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan buruh.
Bonus
Pembayaran yang diterima buruh dari hasil keuntungan
perusahaan atau karena buruh berprestasi melebihi taget
produksi yang normal atau karena meningkatkan produktifitas.
THR

Apabila pengusaha terlambat membayar upah maka ia akan dikenai


denda keterlambatan (PP No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan
Upah3). Besarnya denda:
Mulai hari ke empat sampai ke delapan masing-masing dikenakan
denda 5 % setiap harinya. Sesudah hari ke delapan tiap-tiap hari 1
% dan maksimal denda keterlambatan 50 % dari upah yang
seharusnya dibayar.
Pengaturan denda keterlambatan membayar upah sesuai dengan
PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan ialah:
Pengusaha atau pekerja/buruh yang melanggar ketentuan dalam
perjanjian kerja. Peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama karena kesengajaan atau kelalaiannya dikenakan denda
apabila diatur secara tegas dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Denda kepada pengusaha atau pekerja/buruh dipergunakan hanya
untuk kepentingan pekerja/buruh.
Jenis-jenis pelanggaran yang dapat dikenakan denda, besaran
denda dan penggunaan uang denda diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

3
Tidak berlaku lagi
Samun Ismaya, SH., MHum
Modul Perkuliahan 74
HUKUM PERBURUHAN

Pengusaha yang terlambat membayar dan/atau tidak membayar


upah dikenai denda, dengan ketentuan:
- Mulai dari hari keempat sampai hari kedelapan terhitung tanggal
seharusnya Upah dibayar, dikenakan denda sebesar 5% (lima
persen) untuk setiap hari keterlambatan dari upah yang
seharusnya dibayarkan;
- Sesudah hari kedelapan, apabila upah masih belum dibayar,
dikenakan denda keterlambatan seperti tersebut di atas
ditambah 1% (satu persen) untuk setiap hari keterlambatan
dengan ketentuan 1 (satu) bulan tidak boleh melebihi 50%
(lima puluh persen) dari upah yang seharusnya dibayarkan; dan
- Sesudah sebulan, apabila upah masih belum dibayar, dikenakan
denda keterlambatan seperti tersebut di atas ditambah Bungan
sebesar suku bunga yang berlaku pada bank pemerintah.
- Pengenaan denda tidak menghilangkan kewajiban pengusaha
untuk tetap membayar upah kepada pekerja/buruh.
- Pengusaha yang terlambat membayar tunjangan hari raya
keagamaan kepada pekerja/buruh dikenakan denda sebesar 5%
dari total tunjangan hari raya keagamaan yang harus dibayar
sejak berakhirnya batas waktu kewajiban pengusaha untuk
membayar. Pengenaan denda ini tidak menghilangkan
kewajiban pengusaha untuk tetap membayar tunjangan hari
raya keagamaan kepada buruh/pekerja.

Upah Lembur
Cara menghitung upah lembur adalah sebagai berikut:

Samun Ismaya, SH., MHum


Modul Perkuliahan 75
HUKUM PERBURUHAN

I. Pada hari kerja biasa upah kerja lembur dihitung:


a. Untuk satu jam I = 1 X upah sejam
b. Untuk waktu selebihnya = 2 X upah sejam
II. Pada hari istirahat Mingguan/Hari Raya Resmi
a. Untuk setiap jam dalam batas waktu 7jam/ 5 jam jika hari
raya jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari
kerja upah lembur = 2 X upah sejam
b. Untuk 1 jam I selebihnya 7 jam/5 jam jika hari raya jatuh
pada hari kerja terpendek pada salah satu hari kerja upah
lembur = 3 X upah sejam
c. Untuk waktu selebihnya dibayar = 4 X upah sejam

Upah sejam dihitung dengan rumus:


a. Upah sejam bagi pekerja bulanan = 1/173 upah
sebulan
b. Upah sejam bagi pekerja harian = 2/20 upah sehari
c. Upah sejam bagi pekerja borongan = 1/7 rata-rata hasil kerja
sehari
B. JAMINAN SOSIAL

Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh


jaminan sosial tenaga kerja. Jaminan sosial tenaga kerja dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan


keluarganya, pengusaha wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan.
Penyediaan fasilitas kesejahteraan dilaksanakan dengan
memperhatikan kebutuhan pekerja/buruh dan ukuran kemampuan
perusahaan.

Samun Ismaya, SH., MHum


Modul Perkuliahan 76
HUKUM PERBURUHAN

Peraturan sebagai pelaksanaan di bidang jaminan sosial tenaga kerja


diatur lebih lanjut dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional. Yang dimaksud dengan Sistem Jaminan Sosial
Nasional ialah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial
oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial.

Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan pada


prinsip:

a. kegotong-royongan;
b. nirlaba;
c. keterbukaan;
d. kehati-hatian;
e. akuntabilitas;
f. portabilitas (mudah bergerak);
g. kepesertaan bersifat wajib;
h. dana amanat; dan hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan
untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah:
a. Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK);
b. Perusahaan Perseroan (Persero) Dana Tabungan dan Asuransi
Pegawai Negeri (TASPEN);
c. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI); dan
d. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia
(ASKES).
Jenis program jaminan sosial meliputi:
a. jaminan kesehatan;
Samun Ismaya, SH., MHum
Modul Perkuliahan 77
HUKUM PERBURUHAN

b. jaminan kecelakaan kerja;


c. jaminan hari tua;
d. jaminan pensiun; dan
e. jaminan kematian.

Samun Ismaya, SH., MHum

Anda mungkin juga menyukai