Anda di halaman 1dari 28

TUGAS VIII

SEJARAH FISIKA
“PERKEMBANGAN FISIKA DALAM REVOLUSI INDUSTRI”

Nama : Annisa Hidayatul Adha


Nim : 17033050
Prodi : Pendidikan Fisika
Dosen : Silvi Yulia Sari, S.Pd, M.Pd

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
PERKEMBANGAN FISIKA DALAM REVOLUSI INDUSTRI

1. Revolusi Industri
Revolusi Industri merupakan periode antara tahun 1750-1850 di mana terjadinya
perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan,
transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi Industri dimulai dari Britania Raya dan
kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, dan menyebar ke
seluruh dunia.
Revolusi Industri menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah dunia,
hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh Revolusi Industri,
khususnya dalam hal peningkatan pertumbuhan penduduk dan pendapatan rata-rata
yang berkelanjutan dan belum pernah terjadi sebelumnya. Selama dua abad setelah
Revolusi Industri, rata-rata pendapatan perkapita negara-negara di dunia meningkat
lebih dari enam kali lipat. Seperti yang dinyatakan oleh pemenang Hadiah Nobel,
Robert Emerson Lucas, bahwa: "Untuk pertama kalinya dalam sejarah, standar hidup
rakyat biasa mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan. Perilaku ekonomi yang
seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya"(Lucas, 2002).
Inggris memberikan landasan hukum dan budaya yang memungkinkan para
pengusaha untuk merintis terjadinya Revolusi Industri (Julian, 2011). Faktor kunci yang
turut mendukung terjadinya Revolusi Industri antara lain: (1) Masa perdamaian dan
stabilitas yang diikuti dengan penyatuan Inggris dan Skotlandia, (2) tidak ada hambatan
dalam perdagangan antara Inggris dan Skotlandia, (3) aturan hukum (menghormati
kesucian kontrak), (4) sistem hukum yang sederhana yang memungkinkan pembentukan
saham gabungan perusahaan (korporasi), dan (4) adanya pasar bebas (kapitalisme)
(Encyclopedia).
Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18, di mana terjadinya peralihan
dalam penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya menggunakan tenaga
hewan dan manusia, yang kemudian digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis
menufaktur. Periode awal dimulai dengan dilakukannya mekanisasi terhadap industri
tekstil, pengembangan teknik pembuatan besi dan peningkatan penggunaan batubara.
Ekspansi perdagangan turut dikembangkan dengan dibangunnya terusan, perbaikan
jalan raya dan rel kereta api (Joseph, Africans and the Industrial in England). Adanya
peralihan dari perekonomian yang berbasis pertanian ke perekonomian yang berbasis
manufaktur menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk besar-besaran dari desa ke
kota, dan pada akhirnya menyebabkan membengkaknya populasi di kota-kota besar di
Inggris (Arthur, 1976).
Awal mula Revolusi Industri tidak jelas tetapi T.S. Ashton menulisnya kira-kira
1760-1830. Tidak ada titik pemisah dengan Revolusi Industri II pada sekitar tahun
1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum dengan
perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir abad tersebut
perkembangan mesin pembakaran dalam dan perkembangan pembangkit tenaga listrik.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya Revolusi Industri adalah terjadinya
revolusi ilmu pengetahuan pada abad ke 16 dengan munculnya para ilmuwan seperti
Francis Bacon, René Descartes, Galileo Galilei serta adanya pengembangan riset dan
penelitian dengan pendirian lembaga riset seperti The Royal Improving Knowledge,
The Royal Society of England, dan The French Academy of Science. Adapula faktor
dari dalam seperti ketahanan politik dalam negeri, perkembangan kegiatan wiraswasta,
jajahan Inggris yang luas dan kaya akan sumber daya alam.
Istilah "Revolusi Industri" sendiri diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-
Auguste Blanqui di pertengahan abad ke-19. Beberapa sejarawan abad ke-20 seperti
John Clapham dan Nicholas Crafts berpendapat bahwa proses perubahan ekonomi dan
sosial yang terjadi secara bertahap dan revolusi jangka panjang adalah sebuah ironi
(Hudson, 1992). Produk domestik bruto (PDB) per kapita negara-negara di dunia
meningkat setelah Revolusi Industri dan memunculkan sistem ekonomi kapitalis
modern (Julie Lorentz). Revolusi Industri menandai dimulainya era pertumbuhan
pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi kapitalis (Robert, 2003). Revolusi
Industri dianggap sebagai peristiwa paling penting yang pernah terjadi dalam sejarah
kemanusiaan sejak domestikasi hewan dan tumbuhan pada masa Neolitikum (Deidre,
2004).
2. Pengertian Revolusi Industri
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat
dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi,
perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan
dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan.
Sedangkan pengertian Revolusi Industri yaitu perubahan yang cepat di bidang
ekonomi yaitu dari kegiatan ekonomi agraris keekonomi industri yang menggunakan
mesin dalam mengolah bahan mentah menjadi bahan siap pakai. Revolusi Industri telah
mengubah cara kerja manusia dari penggunaan tangan menjadi menggunakan mesin.
Istilah "Revolusi Industri" diperkenalkan oleh Friedrich Engelsdan Louis-Auguste
Blanqui di pertengahan abad ke-19.
3. Latar Belakang Lahirnya Revolusi Industri
Pada abad pertengahan, kehidupan di Eropa diwarnai oleh sistem feodalisme yang
mengandalkan sektor pertanian, lazim disebut Latifundia (pertanian tertutup). Hubungan
perdagangan antara Eropa dengan dunia Timur (Timur Tengah dan Asia lainnya) tertutup
setelah perdagangan di Laut Tengah dikuasai oleh para pedagang Islam abad ke-8 sampai
abad ke-14. Dengan meletusnya perang salib (1096-1291) hubungan Eropa dengan dunia
Timur hidup kembali. Muncul kota-kota dagang antara lain Geonoa, Florence dan Venesia
yang semula menjadi pusat pemberangkatan pasukan salib ke Yerusalem. Lahirnya kembali
kota-kota dagang diikuti oleh munculnya kegiatan industri rumahan (home industry). Dari
kegaitan ini terbentuklah Gilda yaitu perkumpulan dari pengusaha sejenis yang mendapat
monopoli dan perlindungan usaha
dari pemerintah. Gilda hanya memproduksi jika ada pesanan dan hanya satu jenis
barang yang diproduksi misalnya gilda roti, gilda sepatu, gilda senjata dan lain-lain.
Sejak tahun 1350 (abad 14) muncul organisasi perserikatan kota-kota dagang di
Eropa utara yang disebut Hansa. Tujuan pembentukan hansa adalah untuk bersama-
sama melindungi usaha perdagangan didukung oleh armada laut dan pasukan sendiri.
Kemudian pada abad 15 dan 16, ditemukan banyak wilayah baru atau tanah jajahan di
Afrika, Asia, dan Amerika oleh pelaut-pelaut Eropa sehingga berkembanglah
perdagangan lewat laut yang kemudian mengakibatkan terbentuknya kaum borjuis yang
kaya dan sangat berpengaruh di Inggris, Nederland, Prancis, beberapa daerah di Jerman
dan Italia.
Kemunculan golongan menegah ini, yang menguasai sektor ekonomi dan
melahirkan kapitalisme, akhirnya berhadapan dan melahirkan ketegangan dengan tuan
tanah yang telah mendominasi sebelumnya. Revolusi ini ditandai dengan penyebaran
Pencerahan, keberhasilan para filsuf dan karya - karya mereka. Mereka berupaya
memperluas kemampuannya dalam menguasai alam dan memperbanyak
pengetahuannya. Yang terpenting, dalam kaitannya dengan ekonomi, mereka bertekad
mengurangi dan mengganti kerja kasar atau tenaga manusia dengan mesin.
Kecenderungan ini terjadi menjelang tahun 1750, di Prancis, Jerman, Nederland dan
terutama di Inggris. kemudian mengakibatkan terbentuknya kaum borjuis yang kaya dan
sangat berpengaruh di Inggris, Nederland, Prancis, beberapa daerah di Jerman dan
Italia.
Dengan adanya bahan mentah yang melimpah dari tanah jajahan ditambah
kecenderungan untuk efisiensi kerja untuk menghasilkan yang sebesar-besarnya, maka
perdagangan yang ada saat telah menghapus ekonomi semi-statis abad-abad
pertengahan menjadi kapitalisme yang dinamis yang dikuasai oleh pedagang, bankir,
dan pemilik kapal. Inilah awal dari perubahan yang cepat dan keras dalam dunia
ekonomi yang kemudian memunculkan Revolusi Industri, yang bukan hanya bergerak
dalam perdagangan, tetapi meluas juga pada dunia produksi.
4. Tempat Pertama Kali Terjadinya Revolusi Industri
Untuk mengetahui mengapa Revolusi Industri terjadi di Inggris dan bukan terjadi
di tempat lain, yang perlu kita ketahui adalah syarat-syarat yang dapat menimbulkan
revolusi industri itu, pendapatan-pendapatan yang merupakan langkah penting dalam
perkembangannya dan akibat penting dari revolusi itu. Ada beberapa faktor yang
mendorong revolusi industri terjadi di Inggris, yakni sebagai berikut:
a. Faktor Geografis
Letak geografis Inggris yang bersebelahan dengan samudra Atlantik memberikan
banyak keuntungan bagi negara ini dan biasanya disebut sebagai “samudra dunia” pada
masa itu. Pergeseran pusat kegiatan ekonomi dari Laut Tengah ke daerah pesisir
Samudra Atlantik, ke negara Inggris dan Belanda. Pergeseran ini disebabkan karena
penemuan jalan menuju benua Amerika dan timbulnya Kerajaan Turki-Islam dibagian
timur Laut Tengah. Akibatnya, sejak abad XVIII posisi Inggris yang terletak di
Samudra Pasifik memperoleh banyak keuntungan dari segi ekonomi, industri, dan
perdagangan yang menyebabkan kemakmuran negara Inggris mulai meningkat karena
keuntungan yang diperoleh.
b. Faktor Modal
Kemakmuran yang mulai nampak di Inggris pada abad XVIII mulai nampak dan
menempatkan negara tersebut memiliki banyak uang (modal). Selain itu, perolehan
modal yang melimpah ini juga didapatkan dari tanah jajahan, yakni: emas dari Benggala
dan India. Emas yang mengalir dari tanah jajahan merupakan salah satu syarat yang
diperlukan bagi pertumbuhan industri. Investasi modal digunakan untuk memperluas
lalulintas jalan-jalan di Inggris yang belum dapat dikatakan baik (jalan berpasir, sempit,
pada saat musim panas menjadi jalan yang berdebu dan dalam musim dingin menjadi
semacam kubangan). Dan dari pihak swasta ada yang berinisiatif memperbaiki jalan-
jalan namun dengan memungut cukai jika orang memakai jalan tersebut.
Tampilnya kaum borjuis merupakan kesempatan yang baik untuk mendapatkan
banyak keuntungan. Dengan cara harus meninggalkan cara-cara lama yang tidak
memadai maka dicarilah cara-cara baru sebagai uapaya untuk meningkatkan usahanya.
Misalnya ketika para pemilik pengecor besi mengetahui bahwa mereka tidak dapat
melayani permintaan barang yang meningkat karena kekurangan bahan bakan pada
masa itu karena masih mengguanakan bahan bakar kayu maka dicobalah pemakainan
batu bara yang ternyata memiliki hasil lebih baik.
c. Faktor Sumber Daya Manusia
Inggris memiliki ilmuwan terkenal yang berhasil mendorong banyaknya
penemuan dalam bidang fisika dan teknologi terapan seperti yang ditemukan oleh
Thomas Newcomen (1663-1792), ia disebut sebagai penemu pertama mesin uap yang
dapat dipakai. Mesin tertua ini hanya dapat dipakai naik turun saja dan dapat digunakan
untuk pompa tambang. James Watt orang yang berjasa sebagai pembuka jalan bagi
modernisasi pertambangan (1736-1819), penemuan mesin yang ditemukan oleh Thomas
Newcomen kemudian disempurnakan oleh James Watt ketika orang mulai tertarik untuk
menggali tambang dengan arang batu dan besi, gerak turun naik dijadikan gerak putar
hingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan. James Hargreaves dikenal sebagai
penemu mesin pintal (...-1778), Richard Arkwright dikenal sebagai penemu mesin
tenun(1732-1792), Elie Whitney penemu cotton gin yakni alat yang dapat mengeluarkan
biji dari serabut kapas (1765-1825), dan George Stephenson dikenal sebagai pemnbuat
lokomotif dan pada tahun1830, ia berhasil mengendarai besi pertama antara Liverpool
dan Manchester dengan kecepatan antara 19-46 km/jam(1781-1840).Sumber daya
manusia ini merupakan salah satu komponen yang penting didalam revolusi industri.
d. Faktor Sumber Daya Alam
Inggris memiliki sejumlah potensi daya alam yang menunjang, seperti: besi dan
batu bara yang jumlahnya sangat melimpah, disamping tersedianya bahan mentah.
Tersedianya sumber bahan mentah ini sebagian didapatkan dari tanah-tanah jajahan
yang kemudian diolah menjadi barang jadi oleh mesin-mesin itu. Inggris memiliki
armada laut yang sangat tangguh dan armada niaganya sangat besar yang menjamin
pengangkutan bahan-bahan mentah dan barang-barang jadi ke dan dari pelabuhan-
pelabuhan Inggris dengan lancar dan aman. Para buruhpun tersedia dalam jumlah besar
diperuntukkan guna melayani mesin-mesin baru. Tenaga-tenaga buruh itu didapat dari
bekas petani kecil korban revolusi Agraria dan banyak juga yang diperoleh dari orang-
orang pencari kerja yang dahulu mendapat nafkah dari industri rumah tangga yang tidak
mampu bersaing dengan industri-industri besar yang mulai bermunculan.
5. Proses Revolusi Industri Terjadi
Revolusi industri ini ditandai dengan adanya perubahan ekonomi dan teknik yang
terjadi di Inggris pada abad XVIII dan XIX. Untuk membahas terjadinya revolusi
industri kita terlebih dahulu membahas berbagai masalah yang medahului terjadinya
revolusi, seperti Revolusi Agraria, Pertekstilan, Transportasi, dan Industri Besi dan
Baja.
a. Revolusi Agraria
Faktor penting dalam revolusi industri adalah terjadinya perubahan-perubahan
dalam bidang pertanian yang kemudian disebut sebagai revolusi agraria. Sistem
pembagian tanah untuk tujuan penggrapan yang berlangsung dan merupakan warisan
feodal abad pertengahan tidak dapat dipertahankan lagi, lebih-lebih pada awal abad
XVIII mulai terasa terjadinya pertambahan penduduk. Sistem manor yang
menempatkan kedudukan lord dan petani, corak ekonomi rumah tangga alam yang
harus memenuhi kebutuhan sendiri secara lambat laun mulai berubah kearah
perdagangan pertanian menuju pada sasaran hasil panen untuk kepentingan pasar.
Pada pertengahan abad XVIII terjadi gerakan pemagaran yang dianggap sebagai
gerakan revolusi Agraria di Inggris. Pera pemilik tanah memiliki keinginan untuk
meningkatkan hasil pertanian dan pertenakan dengan metode-metode baru yang
ditemukan oleh Jethro Tull, Lord Charles Townshend, dan Robert Bakewell.
Sistem pemagaran dan ladang tertutup ini sangat menguntungkan bagi pemilik
tanah yang sebagai petani besar mengelola ladangnya sendiri namun sangat tidak
menguntungkan bagi golongan petani kecil yang pada akhirnya mereka terpaksa
menjual tanahnya kepada petani besar. Dengan demikian mereka menjadi orang-orang
yang tidak memiliki tanah dan untuk mencari nafkah mereka menjadi buruh di usaha-
usaha pertanian besar ataupun pabrik-pabrik yang sudah banyak mulai bermunculan.
Meskipun sistem pemagaran dan ladang tertutup ini memberikan dampak negatif pada
para petani kecil, tetapi dilihat dari kepentingan bangsa Inggris secara keseluruhan,
sistem ini merupakan suatu keharusan. Berkat sistem ini produksi pertanian dan
peternakan dapat ditingkatkan. Peningkatan ini sangat perlu mengingat terjadinya
peningkatan jumlah penduduk di Inggris. Dari pertengahan hingga akhir abad XVIII
penduduk Inggris dan Wales meningkat dari 6 juta menjadi 9 juta, dan seabad kemudian
bahkan meningkat menjadi 36 juta jiwa.
Revolusi Agraria telah menempatkan metode baru di bidang pertanian sehingga
mendorong lebih cepatnya hasil-hasil pertanian seiring dengan laju pertambahan
penduduk pada masa itu. Akibat Revolusi Agraria telah ditemukan tehnik unsur kimia
untuk pertanian yang diciptakan oleh Von Liebig, seorang sarjana kimia bangsa Jerman
(1840) yaitu melalui pemupukan yang mengandung unsur-unsur kimia, tanah bisa
menjadi lebih subur dan banyak menghasilkan tanaman-tanaman pangan.
b. Revolusi Pertekstilan
Setelah tahun 1500 beberapa penemu alat pintal berhasil. Pemakaian cara kerja
mesin pintal dan tenun mendorong terjadinya Revolusi Pertekstilan. Dapat kita katakan
bahwa Revolusi Pertekstilan merupakan awal Revolusi Industri. Alat untuk
memisahkan biji-biji kapas yang masih terbuat dari kayu membutuhkan banyak tenaga
manusia dan hal ini dinilai tidak efisien mengingat kebutuhan sandang sejak Abad
XVIII di Eropa mulai meningkat. Seperti kita ketahui bahwa pada masa itu sumber
bahan mentah kapas (tree wool) diimpor dari dunia timur dan proses pembuatan bahan
sandang masih manual termasuk pembuatan kain wool. John Kay of Bury (d.1764) telah
menemukan pengganti perkakas tenun manual dengan menggunakan mesin yang
pertama.
Penemuan alat ini mendorong percepatan cara kerja alat itu dalam memproses
pembuatan kain. Dalam tahun 1700, produksi tekstil terbesar dan terkenal adalah
Inggris. Akibat uang melimpah, orang-orang dapat menanam modalnya dalam
pemakaian mesin baru. Penemuan masin-mesin baru ini mendorong banyak didirikan
pabrik-pabrik tekstil yang didirikan di tepi sungai-sungai deras karena daya
pengeraknya adalah air bukan lagi manusia. Namun setelah menggunakan tenaga uap,
pabrik-pabrik dapat didirikan dimanapun.
Penggatian dari tenaga manusia ke tenaga mesin yang bersifat mekanis, tidak
terlepas dari pertumbuhan penduduk Eropa yang meningkat. Daerah-daerah koloni
Inggris khususnya di Amerika Utara sangat membutuhkan sandang dan untuk
mencukupi hal tersebut, jumlah produksi harus ditingkatkan secara cepat melalui
penggunaan mesin. James Hargreave, Richard Arkwright, dan Elie Whitney merupakan
para penemu mesin baru dan berjasa menemukan cotton gin yaitu mesin pemisah biji
kapas dan memudahkan kapas tampak lebih putih. Sejak digunakan cotton gin dalam
waktu sehari menghasilkan ratusan pound kapas bersih dan produksi kapas di Amerika
Serikat melonjak tajam dari 189.000 pound pada tahun1791 menjadi 2.000.000 pound
dalam tahun 1860, dan patahun 1900 menjadi 5.000.000 pound.
Persaingan tekstil dari dunia Timur mendorong para pengusaha tekstil Inggris
untuk merebut kembali pasarannya di dalam negeri maupun di Eropa dan harus
dilakukan perubahan peningkatan produksi maupun kualias barang. Untuk memenuhi
hal tersebut perlu diciptakan mesin-mesin alat produksi baru.
c. Revolusi Transportasi
Pertengahan Abad XVIII, pengangkutan barang dari satu tempat ke tampat lain
sangat lamban dari pada zaman pemerintahan Roma 15 abad sebelumnya dikarenakan
buruknya kondisi jalan-jalan. Jalan-jalan hampir tidak dapat dilalui pada musim dingin,
dan kuda-kuda beban serta sapi-sapi penarik merupakan satu-satunya alat pengangkut
yang dapat digunakan. Sebagian besar kehidupan ekonomi di Inggris terpusat di daerah-
daerah bagian timur, selatan, dan disekitar kota London, dan pengangkutan barang
lewat sungai-sungai dirasa sudah mencukupi mengakibatkan belum adanya penanganan
yang serius untuk memperbaiki jalur perhubungan sampai pada pertengahan abad ini.
Sarana transportasi berupa jalan-jalan, jembatan-jembatan, dan alat angkutan
harus disiapkan dengan baik baru disadari oleh Inggris sejak digunakannya batu bara
sebagai bahan bakar pengecor besi dan pengerak mesin-mesin uap. Kehidupan ekonomi
sebagian besar berubah ke utara karena pabrik-pabrik baru hampir semuanya berlokasi
di utara agar dekat dengan tambang-tambang batu bara. Prasarana jalan amat penting
untuk mengangkut bahan-bahan mentah serta keperluan-keperluan lainya ke pabrik-
pabrik dan perkampungan-perkampungan industri. Hal ini mempermudah dan
memperlancar pengangkutan barang-barang jadi dari daerah-daerah industri ke segala
penjuru negeri bahkan kesegala penjuru dunia. Kaum industrialis mendesak
pemerintahan agar jalan-jalan segera diperbaiki dan Parlemen memberikan respon
positif dengan perusahaan dengan apa yang dinamakan Turnpike Acts yaitu undang-
undang yang memberi wewenang kepada para tuan tanah dan usahawan yang berniat
untuk membangun dan memelihara jalan-jalan serta memungut bayaran dari orang-
orang yang menggunakan jalan tersebut. Dengan adanya undang-undang itu maka,
dalam waktu yang tidak lama jaringan jalan-jalan yang agak bermutu telah dibangun di
Inggris dibawah kekuasaan para pemegang Turnpike namun jalan-jalan itu masih sukar
ditemui apalagi saat musim dingin.
Baru pada awal Abad XIX dapat dibagun jalan-jalan yang tahan terhadap segala
cuaca setelah Telford dan John Mac Adam menemukan cara-cara ilmiah untuk
membangun jalan. Sementara itu, jalan-jalan yang masih kurang baik dan pungutan
yang dirasa memberatkan bagi pengguna mendorong Duke of Brigewater untuk mengali
saluran-saluran yang dapat digunakan sebagai sarana angkutan air. Hal ini segera diikuti
oleh pengusaha lain sehingga dalam waktu yang relatif singkatjaringan saluran yang
silang menyilang didaratan Inggris telah meliputi ratusan mil.
Awal abad XIX dilakukan percobaan-percobaan dengan kapal-kapal yang
digerakkan oleh tenaga mesin uap dengan hasil yang cukup memuaskan. Pada tahun
1820-an, kereta api pertama dicobakan dengan hasil yang memuaskan pula. George
Stephenson (1781-1848) berhasil menemukan lokomotif yang digerakkan oleh tenaga
uap dengan kecepatan 29 mil/jam dari daerah Liverpool ke Manchester mengalahkan
kecepatan kereta uap sebelumnya yang memiliki kecepatan 5 mil/jam. Pemakaian
transportasi dengan menggunakan lokomotif temuan Stepehenson ini mendorong para
usahawan untuk memperluas jaringan kereta api di Inggris. Kereta api memiliki fungsi
penting sebagai sarana darat karena tidak hanya untuk membawa para penumpang tetapi
dapat juga digunakan untuk mengangkut barang. Maka, dibuatlah jalan-jalan kereta api
di pusat-pusat industri seperti yang terdapat di Birmingham, Manchester, Leeds, dan
Shaeffied, dan kemudian dihubungkan dengan setiap pelabuhan di London,
Southampton, Plymouth, Bristol, dan Liverpool.
Penggunaan mesin uap pada transportasi berkembang dengan cepat dan
membantu perkembangan industri di Inggris. Lebih banyak bahan mentah, bahan bakar,
dan bahan keperluan lainnya dapat diangkut ke daerah-daerah industri, dan sebaliknya,
banyak barang-barang jadi diangkut dan dipasarkan kemanapun di dunia dengan lebih
cepat dan murah.
d. Revolusi Pengolahan Besi dan Batubara
Kebutuhan besi yang meningkat mempenggaruhi industri logam menjadi
keperluan pokok sebab perdagangan dan industri yang semakin luas. Sebelum tahun
1760an, penambangan besi dilakukan secara manual melalui tungku-tungku sederhana
dengan menggunakan arang kayu yang dinilai kurang efisien dan hasilnya juga kurang
maksimal dikarenakan pembuatan barang dari besi belum melalui pemrosesan besi
dalam tanur-tanur yang bersuhu tinggi. Sementara itu, batubara menjadi menjadi barang
tambang penting selama abad XVIII. Orang pertama yang berhasil menemukan batu
bara untuk bahan melebur besi adalah Abraham Darby (sekitar tahun1700) dipicu
penggunaan kayu hutan sebagai bahan bakar sangat merugikan hutan di Inggris dan
menjadi gundul. Melalui percobaan itu, Darby membandingkan bahwa penggunaan
arang kayu tidaklah efisien dan menguntungkan jika dibanding dengan pemakaian biji
batubara. Penggunaan biji batubara ini juga lebih murah serta dapat menghasilkan
barang-barang yang terbuat dari besi dalam jumlah besar.
Penemuan Darby ini kemudian diperbaiki dan disempurnakan oleh dua insinyur
mesin, yakni John Smeaton (1724-1792) dan Henry Cort (1740-1800). Dalam peleburan
biji besi Darby menggunakan sumber tenaga air dengan komponen isi empat silinder
dilengkapi dengan piston dan katup untuk mengerakkan roda air namun kedua insinyur
itu menggunakan proses baru yaitu puddling (genangan air). Png-iron (besi tuang)
ditempatkan kedalam reverberatory furnace (tungku yang bergema) kemudian
dipanaskan dalam suhu tinggi sampai berubah menjadi tidak lagi mempunyai unsur
karbon (decarbonized) yang berarti oksigennya terdapat dalam sirkulasi udara dalam
tanur tersebut. Berkat penemuan ini produksi besi meningkat dari 48.000 ton pada tahun
1740 menjadi 8.000.000 pada tahun 1884 dan 7,517 puddling dioperasikan. Inggris
dikenal sebagai negara penghasil besi dan baja yang berlimpah dan berkualitas tinggi
dan mendapat julukan workshop of the world yaitu bengkel Eropa karena melimpahnya
hasil industri besi dan juga menguasai pasar-pasar industri dunia di samping menjadi
anutan dalam teknologi metal. Industrialisasi ini juga meluas ke kontinen, bahkan
sampai Amerika Utara.

6. Perkembangan Revolusi Industri


Pada akhir abad Pertengahan kota-kota di Eropa berkembang sebagai pusat
kerajinan dan perdagangan. Warga kota (kaum Borjuis) yang merupakan warga berjiwa
bebas menjadi tulang punggung perekonomian kota. Mereka bersaing secara bebas
untuk kemajuan dalam perekonomian. Pertumbuhan kerajinan menjadi industri melalui
beberapa tahapan, seperti berikut.
a. Sistem Domestik
Tahap ini dapat disebut sebagai tahap kerajinan rumah (home industry). Para
pekerja bekerja di rumah masing-masing dengan alat yang mereka miliki sendiri.
Bahkan, kerajinan diperoleh dari pengusaha yang setelah selesai dikerjakan disetorkan
kepadanya. Upah diperoleh berdasarkan jumlah barang yang dikerjakan. Dengan cara
kerja yang demikian, majikan yang memiliki usaha hanya membayar tenaga kerja atas
dasar prestasi atau hasil. Para majikan tidak direpotkan soal tempat kerja dan gaji.
b. Manufaktur
Setelah kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat khusus untuk
bekerja agar majikan dapat mengawasi dengan baik cara mengerjakan dan mutu
produksinya. Sebuah manufaktur (pabrik) dengan puluhan tenaga kerja didirikan dan
biasanya berada di bagian belakang rumah majikan. Rumah bagian tengah untuk tempat
tinggal dan bagian depan sebagai toko untuk menjual produknya. Hubungan majikan
dengan pekerja (buruh) lebih akrab karena tempat kerjanya jadi satu dan jumlah
buruhnya masih sedikit. Barang-barang yang dibuat kadang-kadang juga masih
berdasarkan pesanan.
c. Sistem pabrik
Tahap sistem pabrik sudah merupakan industri yang menggunakan mesin.
Tempatnya di daerah industri yang telah ditentukan, bisa di dalam atau di luar kota.
Tempat tersebut untuk tempat kerja, sedangkan majikan tinggal di tempat lain.
Demikian juga toko tempat pemasaran hasil industri diadakah di tempat lain. Jumlah
tenaganya kerjanya (buruhnya) sudah puluhan, bahkan ratusan. Barang-barang
produksinya dibuat untuk dipasarkan.

7. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Sebagai Pemicu Revolusi Industri


Revolusi industri yang terjadi di Eropa merupakan suatu perubahan kemajuan
yang cepat dan pesat di bidang teknologi, namun dengan begitu cepatnya revolusi itu
terjadi, bukan berarti ia tidak memiliki nilai sejarah sama sekali. Justru dibalik
kepesatan itu pasti tersembunyi suatu factor yang amat penting yang memungkinkan
agar revolusi ini terjadi. Faktor tersebut tidak lain adalah perkembangan di dunia ilmu
pengetahuan khususnya di bidang fisika.
Hal senada di ungkapan juga oleh salah satu thesis yakni science matters yang
memaparkan bahwa “virtually all inventors in Britain during the industrial revolution
were influenced by scientific advances”. Cliff Bekar and Richard G. Lipsey (Science,
Institutions, and the Industrial Revolution; 7 January 2003) juga menuliskan bahwa
“Industrial Revolution was not produced by a sudden discontinuity in the evolution of
technology. Instead it was the end result of a centuries long trajectory of mechanisation
that owed much to science”. Jadi, revolusi industri yang terjadi bukanlah hasil dari
perubahan teknologi yang secara langsung, melainkan adalah hasil dari suatu
mekanisme yang panjang yang berhutang banyak terhadap ilmu pengetahuan, dan ini
merupakan hal yang sangat penting yang kebanyakan penulis atau sejarahwan lupa
menuliskan secara jelas di dalam tulisan mereka (Richardus Kaswadji, 2008).
Perkembangan ilmu pengetahuan mengambil andil penting dalam revolusi
industri, oleh karenanya perkembangan ilmu pengetahuan menjadi salah satu factor
penting dalam revolusi industri. Namun ternyata terdapat factor lain yang dalam hal ini
menjadi factor dari perkembangan ilmu pengetahuan tersebut. Terdapat 2 faktor yang
mendasari terjadinya revolusi industri yakni :
a. Faktor Internal:
1) Keamanan dan politik dalam negeri yang mantap
2) Berkembangnya kegiatan wiraswasta dari masyarakat kaya dan pemilik modal
3) Munculnya minat masyarakat pada industri manufaktur
4) Inggris, memiliki jajahan yang luas
5) Kaya akan sumber alam antara lain batubara (cokes) dan biji besi yang tinggi
mutunya.
6) Munculnya paham ekonomi liberal
7) Munculnya revolusi agraria dalam penataan tanah dan metode baru dalam
pertanian.
8) Pada abad 17 berkembanglah dunia pelayaran dan perdagangan.
b. Faktor Eksternal:
1) Revolusi ilmu pengetahuan abad 16 : Francis Bacon, Rene Descartes, Galileo
Galilei, Copernicus, Isaac Newton dll.
2) Ditunjang adanya lembaga-lembaga riset yaitu : The Royal Society for Improving
Natural Knowledge dan The Royal Society of England (1662).
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa revolusi ini terjadi juga karena ada
pengaruh dari bidang ekonomi yang berhubungan juga dengan hubungan social
masyarakat, dan juga tentunya oleh aspek sejarah yang dicetak oleh “tokoh-tokoh dalam
sejarah”.
Perkembangan ilmu pengetahuan di era revolusi industri yang memengaruhi
penciptaan-penciptaan teknologi yang dapat memudahkan kerja manusia ternyata
memiliki karakteristik yang unik pada tiap periode tertentu. Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil teknologi yang diciptakan sebagai aplikasi dari ilmu pengetahuan akan
berbeda atau akan mengalami suatu kemajuan seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan yang paling dominan saat itu. Sebagai contoh perkembangan mekanika
oleh Sir Isaac Newton, di dalam papernya, Cliff Bekar and Richard G. Lipsey (2003)
memberikan contoh sebagai berikut ini “For example, spinning by rollers was
developed in 1733 and the mounting of spindles on a moveable carriage to duplicate the
operation of pulling out the yarn came soon after”. Terdapatnya karakteristik-
karakteristik tersebut menunjukkan bahwa era perkembangan ilmu pengetahuan di era
revolusi industri dapat dibagi menjadi empat periode berbeda.
Menurut Vasile Dima (Periodization of Physics History; (Part III – Last Part)) era
revolusi industri dapat dibagi menjadi empat periode berbeda yakni:
a. Tahap relaksasi (relaxation stage) 1690-1760. Tahap ini merupakan sebuah masa
dimana muncul performa yang sempurna dari Fisika aliran Newtonian yang begitu
terlihat pengaruhnya pada perkembangan alat-alat atau teknologi pada masa itu.
Jika saya jelaskan lebih rinci maka pengetahuan-pengetahuan yang timbul atau
berkembang pada periode ini adalah:
1) Mechanical Science, melalui karyanya yang berjudul Principia (1687), Sir Isaac
Newton mengemukakan teorinya di bidang mekanika, hal tersebut diterima oleh
masyarakat luas dan menjadi popular.
2) Matematika, dimana pelajaran ini secer luas diajarkan di sekolah-sekolah di
Inggris pada awal 1720 sampai akhir 1800. Pengajaran matematika ini secara
tidak langsung juga semakin menyebarluaskan mengenai mechanical science yang
diperkenalkan oleh Newton.
b. Periode 1760-1830, yakni periode yang disebut sebagai tahap revolusi Prancis.
Pada tahap ini terlihat pengaruh politik yang begitu besar pada perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya di bidang Fisika. Pada periode ini pengajaran-
pengajaran di Prancis pada tahun 1790 lebih ditekankan pada pengajaran yang
dibutuhkan untuk dapat mengaplikasikan mechanical science.
c. Periode 1830-1870, merupakan tahap keemasan dari kapitalsime. Tokoh dan ilmu
pengetahuan yang berkembang pada tahap ini adalah:
1) Sadi Carnot (1796-1832), memformulasikan hukum ke dua termodinamika, ia
juga membuat hukum efisiensi untuk mesin panas dengan menemukan siklus
Carnot.
2) Hermann Helmholtz (1821-1894) ia juga salah satu tokoh yang berperan dalam
perkembangan ilmu termodinamika.
3) James Joule (1818-1889), menemukan efek thermal dari kelistrikan.
d. Periode 1870-1900, merupakan tahap transisi. Pada perkembangan fisika, fase ini
merupakan suatu fase dimana pengetahuan secara teoritis diimbangi dengan
aplikasi mereka dalam teknilogi. Ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat
ini adalah:
1) Thomas Edison (1847-1931), berkontribusi dalam bidang elektromagnetik dan
komunikasi, dia adalah pencipta dari telegraph (1876), pengeras suara (1877), dan
phonograph (1878).
2) Hendrik Lorentz (1953-1928), berkontribusi dalam teori relativitas dan
elektrodinamika.
8. Berbagai Jenis Penemuan
Adanya penemuan teknologi baru, besar peranannya dalam proses industrialisasi
sebab teknologi baru dapat mempermudah dan mempercepat kerja industri,
melipatgandakan hasil, dan menghemat biaya. Penemuan-penemuan yang penting,
antara lain sebagai berikut.
a. Kumparan terbang (flying shuttle) ciptaan John Kay (1733). Dengan alat ini
proses pemintalan dapat berjalan secara cepat.
Gambar 1. Kumparan terbang ciptaan John Kay
b. Mesin pemintal benang (spinning jenny) ciptaan James Hargreves (1767) dan
Richard Arkwright (1769). Dengan alat ini hasilnya berlipat ganda.

Gambar 2. Mesin pemintal benang (spinning jenny)


c. Mesin tenun (merupakan penyempurnaan dari kumparan terbang) ciptaan Edmund
Cartwight (1785). Dengan alat ini hasilnya berlipat ganda.
d. Cottongin, alat pemisah biji kapas dari serabutnya ciptaan Whitney (1794).
Dengan alat ini maka kebutuhan kapas bersih dalam jumlah yang besar dapat
tercukupi.
e. Cap selinder ciptaan Thomas Bell (1785). Dengan alat ini kain putih dapat dilukisi
pola kembang 200 kali lebih cepat jika dibandingkan dengan pola cap balok
dengan tenaga manusia.
f. Mesin uap, ciptaan James Watt (1769). Dari mesin uap ini dapat diciptakan
berbagai peralatan besar yang menakjubkan, seperti lokomotif ciptaan Richard
Trevethiek (1804) yang kemudian disempurnakan oleh George Stepenson menjadi
kereta api penumpang. Kapal perang yang digerakkan dengan mesin uap
diciptakan olehRobert Fulton (1814). Mesin uap merupakan inti dari Revolusi
Industri sehingga James Watt sering dianggap sebagai Bapak Revolusi Industri I'.
Penemuan-penemuan baru selanjutnya, semakin lengkap dan menyempurnakan.
Hal ini merupakan hasil Revolusi Industri II dan III, seperti mobil, pesawat
terbang, industri kimia dan sebagainya.

Gambar 3. Mesin uap ciptaan James Watt


Selain itu, Revolusi Industri merupakan masa perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang menimbulkan penemuan-penemuan baru, seperti berikut :
a. Tahun 1750 : Abraham Darby menggunakan batu bara (cokes) untuk melelehkan
besi untuk mendapatkan nilai besi yang lebih sempurna.
b. Tahun 1800 : Alessandro Volta penemu pertama baterai
c. Tahun 1802 : Symington menemukan kapal kincir.
d. Tahun 1807 : Robert Fulton membuat kapal api yang telah menggunakan baling-
baling yang dapat menggerakkan kapal. Kapal itu diberi nama Clermont yang
mengarungi Lautan Atlantik pertama kali. Kapal ini berangkat dari Paris dan
berlabuh di New York. Selanjutnya, Robert Fulton berhasil membuat kapal perang
pertama (1814) yang telah digerakkan oleh mesin uap.
e. Tahun 1804 : Richard Trevethick membuat kereta uap
f. Tahun 1832 : Samuel Morse membuat telegraf.
g. Tahun 1872 : Alexander Graham Bell membuat pesawat telepon.
h. Tahun 1887 : Daimler membuat mobil.
i. Tahun 1903 : Wilbur Wright dan Orville Wright membuat pesawat terbang.
Industrialisasi berkembang pesat di Inggris buktinya jika pada abad 17 Inggris
mengimpor bahan katun dari India yang disebut Kaliko maka setelah revolusi industri
India berbalik mendatangkan kain buatan Inggris. Pada tahun 1851 ratu Victoria
membuka pameran mesin-mesin. Selain itu pada peta di bawah ini tampak bertebaran
pusat-pusat industri dan pertambangan di seluruh Inggris.

Gambar 4. Peta pusat industri dan pertambangan Inggris


9. Dampak yang Ditimbulkan Oleh Revolusi Industri
Revolusi Industri mengubah Inggris menjadi negara industri yang maju dan
modern. Di Inggris muncul pusat-pusat industri, seperti Lancashire, Manchester,
Liverpool, dan Birmingham. Seperti halnya revolusi yang lain, Revolusi Industri juga
membawa akibat yang lebih luas dalam bidang ekonomi, sosial dan politik, baik di
negeri Inggris sendiri maupun di negara-negara lain.
a. Akibat di bidang ekonomi
1) Barang melimpah dan harga murah
Revolusi Industri telah menimbulkan peningkatan usaha industri dan pabrik
secara besar-besaran melalui proses mekanisasi. Dengan demikian, dalam waktu singkat
dapat menghasilkan barang-barang yang melimpah. Produksi barang menjadi berlipat
ganda sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang lebih luas. Akibat
pembuatan barang menjadi cepat, mudah, serta dalam jumlah yang banyak sehingga
harga menjadi lebih murah.
2) Perusahaan kecil gulung tikar
Dengan penggunaan mesin-mesin maka biaya produksi menjadi relatif kecil
sehingga harga barang-barang pun relatif lebih murah. Hal ini membawa akibat
perusahaan tradisional terancam dan gulung tikar karena tidak mampu bersaing.
3) Perdagangan makin berkembang
Berkat peralatan komunikasi yang modern, cepat dan murah, produksi lokal
berubah menjadi produksi internasional. Pelayaran dan perdagangan internasional
makin berkembang pesat.
4) Transportasi semakin lancar
Adanya penemuan di berbagai sarana dan prasarana transportasi yang makin
sempurna dan lancar. Dengan demikian, dinamika kehidupan masyarakat makin
meningkat.
b. Akibat di bidang sosial
1) Berkembangnya urbanisasi
Berkembangnya industrialisasi telah memunculkan kota-kota dan pusat-pusat
keramaian yang baru. Karena kota dengan kegiatan industrinya menjanjikan kehidupan
yang lebih layak maka banyak petani desa pergi ke kota untuk mendapatkan pekerjaan.
Hal ini mengakibatkan terabaikannya usaha kegiatan pertanian.
2) Upah buruh rendah
Akibat makin meningkatnya arus urbanisasi ke kota-kota industri maka jumlah
tenaga kerja makin melimpah. Sementara itu, pabrik-pabrik banyak yang menggunakan
tenaga mesin. Dengan demikian, upah tenaga kerja menjadi murah. Selain itu, jaminan
sosial pun berkurang sehingga kehidupan mereka menjadi susah. Bahkan para
pengusaha banyak memilih tenaga buruh wanita dan anak-anak yang upahnya lebih
murah.
3) Munculnya golongan pengusaha dan golongan buruh
Di dalam kegiatan industrialisasi dikenal adanya kelompok pekerja (buruh) dan
kelompok pengusaha (majikan) yang memiliki industri atau pabrik. Dengan demikian,
dalam masyarakat timbul golongan baru, yakni golongan pengusaha (kaum kapitalis)
yang hidup penuh kemewahan dan golongan buruh yang hidup dalam kemiskinan.
4) Adanya kesenjangan antara majikan dan buruh
Dengan munculnya golongan pengusaha yang hidup mewah di satu pihak,
sementara terdapat golongan buruh yang hidup menderita di pihak lain, maka hal itu
menimbulkan kesenjangan antara pengusaha dan buruh. Kondisi seperti itu sering
menimbulkan ketegangan-ketegangan yang diikuti dengan pemogokan kerja untuk
menuntut perbaikan nasib. Hal ini menimbulkan kebencian terhadap sistem ekonomi
kapitalis, sehingga kaum buruh condong kepada paham sosialis.
5) Munculnya revolusi sosial
Pada tahun 1820-an terjadi huru hara yang ditimbulkan oleh penduduk kota yang
miskin dengan didukung oleh kaum buruh. Gerakan sosial ini menuntut adanya
perbaikan nasib rakyat dan buruh. Akibatnya, pemerintah mengeluarkan undang-undang
yang menjamin perbaikan nasib kaum buruh dan orang miskin. Undang-undang
tersebut, antara lain sebagai berikut:
a) Tahun 1832 dikeluarkan Reform Bill atau Undang-Undang Pembaharuan
Pemilihan. Menurut undang-undang ini, kaum buruh mendapatkan hak-hak
perwakilan di dalam parlemen.
b) Tahun 1833 dikeluarkan Factory Act atau Undang-Undang Pabrik. Menurut
undang-undang ini, kaum buruh mendapatkan jaminan sosial. Di samping itu,
undang-undang juga berisi larangan pengunaan tenaga kerja anak-anak dan wanita
di daerah tambang di bawah tanah.
c) Tahun 1834 dikeluarkan Poor Law Act atau Undang-Undang Fakir Miskin. Oleh
karena itu, didirikan pusat-pusat penampungan dan perawatan para fakir miskin
sehingga tidak berkeliaran.
d) Makin kuatnya sifat individualisme dan menipisnya rasa solidaritas. Dengan
adanya Revolusi Industri sifat individualitas makin kuat karena terpengaruh oleh
sistem ekonomi industri yang serba uang. Sebaliknya, makin menipisnya rasa
solidaritas dan kekeluargaan.
c. Akibat di bidang politik
1) Munculnya gerakan sosialis
Kaum buruh yang diperlakukan tidak adil oleh kaum pengusaha mulai bergerak
menyusun kekuatan untuk memperbaiki nasib mereka. Mereka kemudian membentuk
organisasi yang lazim disebut gerakan sosialis. Gerakan sosialis dimotivasi oleh
pemikiran Thomas Marus yang menulis buku Otopia. Tokoh yang paling populer di
dalam pemikiran dan penggerak paham sosialis adalah Karl Marx dengan bukunya Das
Kapital.
2) Munculnya partai politik
Dalam upaya memperjuangkan nasibnya maka kaum buruh terus menggalang
persatuan. Apalagi dengan makin kuatnya kedudukan kaum buruh di parlemen
mendorong dibentuknya suatu wadah perjuangan politik, yakni Partai Buruh. Partai ini
berhaluan sosialis. Di pihak pengusaha menggabungkan diri ke dalam Partai Liberal.
3) Munculnya imperialisme modern
Kaum pengusaha/kapitalis umumnya mempunyai pengaruh yang kuat dalam
pemerintahan untuk melakukan imperialisme demi kelangsungan industrialisasinya.
Dengan demikian, lahirlah imperialisme modern, yaitu perluasan daerah-daerah sebagai
tempat pemasaran hasil industri, mencari bahan mentah, penanaman modal yang
surplus, dan tempat mendapatkan tenaga buruh yang murah. Dalam hal ini, Inggris yang
menjadi pelopornya.
10. Pengaruh Revolusi Industri terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan politik
di Indonesia
Revolusi Industri yang terjadi di Eropa dan Inggris khususnya membawa dampak
di bidang sosial, ekonomi, dan politik. Di bidang sosial munculnya golongan buruh
yang hidup menderita dan berusaha berjuang untuk memperbaiki nasib. Gerakan kaum
buruh inilah yang kemudian melahirkan gerakan sosialis yang menjadi lawan dari
kapitalis. Bahkan kaum buruh akhirnya bersatu dalam suatu wadah organisasi, yakni
Partai Buruh. Di bidang ekonomi, perdagangan makin berkembang. Perdagangan lokal
berubah menjadi perdagangan regional dan internasional. Sebaliknya, di bidang politik,
Revolusi Industri melahirkan imperialisme modern.
a. Perubahan di bidang politik
Sejak VOC dibubarkan pada tahun 1799, Indonesia diserahkan kembali kepada
pemerintahan Kerajaan Belanda. Pindahnya kekuasaan pemerintahan dari VOC ke
tangan pemerintah Belanda tidak berarti dengan sendirinya membawa perbaikan.
Kemerosotan moral di kalangan para penguasa dan penderitaan penduduk jajahan tidak
berubah. Usaha perbaikan bagi penduduk tanah jajahan tidak dapat dilaksanakan karena
Negeri Belanda sendiri terseret dalam perang dengan negara-negara besar tetangganya.
Hal ini terjadi karena Negeri Belanda pada waktu itu diperintah oleh pemerintah boneka
dari Kerajaan Prancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte. Dalam situasi yang
demikian, Inggris dapat memperluas daerah kekuasaannya dengan merebut jajahan
Belanda, yaitu Indonesia.
1) Hindia Belanda di bawah Daendels (1808–1811)
Dalam usaha mengadakan pembaharuan pemerintahan di tanah jajahan, di Negeri
Belanda ada dua golongan yang mengusulkannya, yaitu :
a) Golongan Konservatif dengan tokohnya Nenenberg yang menginginkan untuk
mempertahankan sistem politik dan ekonomi seperti yang dilakukan oleh VOC.
b) Golongan Liberal dengan tokohnya Dirk van Hogendorp yang menghendaki agar
pemerintah Hindia Belanda menjalankan sistem pemerintahan langsung dan
menggunakan sistem pajak. Sistem penyerahan paksa yang dilakukan oleh VOC
agar digantikan dengan sistem penyerahan pajak.
Di satu pihak pemerintah condong kepada pemikiran kaum konservatif karena
kebijaksanaannya akan mendatangkan keuntungan yang cepat dan mudah dilaksanakan.
Di pihak lain, pemerintah juga ingin menjalankan pembaharuan yang dikemukakan oleh
kaum Liberal. Gagasan pembaharuan pemerintahan kolonial dimulai semenjak
pemerintahan Daendels. Sebagai gubernur jenderal pemerintahan Belanda di Indonesia,
Daendels banyak melakukan langkah-langkah baru dalam pemerintahan. Daendels
mengadakan perombakan pemerintahan secara radikal, yakni meletakkan dasar-dasar
pemerintahan menurut sistem Barat. Langkah- langkah tersebut, antara lain:
a) Pemerintahan kolonial dipusatkan di Batavia dan berada di tangan gubernur
jenderal.
b) Pulau Jawa dibagi menjadi sembilan prefecture. Hal ini untuk mempermudah
administrasi pemerintahan.
c) Para bupati dijadikan pegawai pemerintah Belanda di bawah pemerintahan
prefect.
d) Mengadakan pemberantasan korupsi dan penyelewengan dalam pungutan
(contingenten) dan kerja paksa.
e) Kesultanan Banten dan Cirebon dijadikan daerah pemerintah Belanda yang
disebut pemerintah gubernemen.
f) Berbagai upacara di istana Surakarta dan Yogyakarta disederhanakan.
Pada awal pemerintahannya, Daendels menentang sistem kerja paksa dan
merombak sistem feodal. Akan tetapi, tugas untuk mempertahankan Pulau Jawa dari
serangan Inggris menyebabkan Daendels terpaksa harus mengadakan penyerahan kerja
paksa secara besar-besaran (dengan menggunakan pengaruh penguasa pribumi) untuk
membangun jalan-jalan dan benteng-benteng pertahanan. Demikian juga karena kas
negara kosong menyebabkan ditempuhnya cara-cara lama untuk mengisi kas negara.
Dengan demikian, kehidupan rakyat pribumi tetap menderita. Ketika akhirnya Inggris
menyerbu Pulau Jawa, Daendels sudah dipanggil kembali ke Eropa. Penggantinya tidak
mampu menahan serangan Inggris dan terpaksa menyerah. Dengan demikian, Indonesia
berada di bawah kekuasaan Inggris.
2) Masa pemerintahan Raffles (1811–1816)
Setelah Indonesia (khususnya Pulau Jawa) jatuh ke tangan Inggris, oleh
pemerintah Inggris dijadikan bagian dari jajahannya di India. Gubernur Jenderal East
India Company (EIC), Lord Minto yang berkedudukan di Calcuta (India) kemudian
mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai letnan gubernur (wakil gubernur) untuk
Indonesia (Jawa). Raffles didampingi oleh suatu badan panasihat yang disebut Advisory
Council. Tugas yang utama adalah mengatur pemerintahan dan meningkatkan
perdagangan, serta keuangan. Sebagai seorang yang beraliran liberal, Raffles
menginginkan adanya perubahan-perubahan dalam pemerintahan di Indonesia (Jawa).
Selain bidang pemerintahan, ia juga melakukan perubahan di bidang ekonomi. Ia
hendak melaksanakan kebijaksaaan ekonomi yang didasarkan pada dasar-dasar
kebebasan sesuai dengan ajaran liberal. Langkah-langkah yang diambil oleh Raffles
dalam bidang pemerintahan dan ekonomi adalah sebagai berikut.
a) Mengadakan penggantian sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh
penguasa pribumi dengan sistem pemerintahan kolonial ala barat. Untuk
memudahkan sistem administrasi pemerintahan, Pulau Jawa dibagi menjadi
delapan belas karesidenan.
b) Para bupati dijadikan pegawai pemerintah sehingga mereka mendapat gaji dan
bukan lagi memiliki tanah dengan segala hasilnya. Dengan demikian, mereka
bukan lagi sebagai penguasa daerah, melainkan sebagai pegawai yang
menjalankan tugas atas perintah dari atasannya.
c) Menghapus segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa atau rodi. Rakyat
diberi kebebasan untuk menanam tanaman yang dianggap menguntungkan.
d) Raffles menganggap bahwa pemerintah kolonial adalah pemilik semua tanah yang
ada di daerah tanah jajahan dan para penggarap sawah adalah penyewa tanah
pemerintah. Oleh karena itu, para petani mempunyai kewajiban membayar sewa
tanah kepada pemerintah. Sewa tanah atau landrente ini harus diserahkan sebagai
suatu pajak atas pemakaian tanah pemerintah oleh penduduk. Sistem sewa tanah
semacam itu oleh pemerintah Inggris dijadikan pegangan dalam menjalankan
kebijaksanaan ekonominya selama berkuasa di Indonesia. Sistem ini kemudian
juga diteruskan oleh pemerintah Hindia Belanda setelah Indonesia diserahkan
kembali kepada Belanda.
b. Perubahan di Bidang Sosial Ekonomi
Sejak awal abad ke-19, pemerintah Belanda mengeluarkan biaya yang sangat
besar untuk membiayai peperangan baik di Negeri Belanda sendiri (pemberontakan
rakyat Belgia), maupun di Indonesia (terutama perlawanan Diponegoro) sehingga
Negeri Belanda harus menanggung hutang yang sangat besar. Untuk menyelamatkan
Negeri Belanda dari bahaya kebrangkrutan maka Johanes van den Bosch diangkat
sebagai gubernur jenderal di Indonesia dengan tugas pokok menggali dana semaksimal
mungkin untuk mengisi kekosongan kas negara, membayar hutang, dan membiayai
perang. Untuk melaksanakan tugas berat itu, van den Bosch memusatkan
kebijaksanaannya pada peningkatan produksi tanaman ekspor. Untuk itu, yang perlu
dilakukan ialah mengerahkan tenaga rakyat tanah jajahan untuk melakukan penanaman
tanaman yang hasilnya laku di pasaran dunia dan dilakukan dengan sistem paksa.
Setelah tiba di Indonesia (1830) van den Bosch menyusun program kerja sebagai
berikut.
1) Sistem sewa tanah dengan uang harus dihapus karena pemasukannya tidak banyak
dan pelaksanaannya sulit.
2) Sistem tanam bebas harus diganti dengan tanam wajib dengan jenis-jenis tanaman
yang sudah ditentukan oleh pemerintah.
3) Pajak atas tanah harus dibayar dengan penyerahan sebagian dari hasil tanamannya
kepada pemerintah Belanda.
Apa yang dilakukan oleh van den Bosch itulah yang kemudian dikenal dengan
nama sistem tanam paksa atau cultuur stelsel. Sistem tanam paksa yang diajukan oleh
van den Bosch pada dasarnya merupakan gabungan dari sistem tanam wajib (VOC) dan
sistem pajak tanah (Raffles). Pelaksanaan sistem tanam paksa banyak menyimpang dari
aturan pokoknya dan cenderung untuk mengadakan eskploitasi agraria semaksimal
mungkin.
Akibat Tanam Paksa Bagi Indonesia (Khususnya Jawa)
1) Sawah ladang menjadi terbengkalai karena diwajibkan kerja rodi yang
berkepanjangan sehingga penghasilan menurun drastis.
2) Beban rakyat semakin berat karena harus menyerahkan sebagian tanah dan hasil
panennya, membayar pajak, mengikuti kerja rodi, dan menanggung risiko apabila
gagal panen.
3) Akibat bermacam-macam beban menimbulkan tekanan fisik dan mental yang
berkepanjangan.
4) Timbulnya bahaya kemiskinan yang makin berat.
5) Timbulnya bahaya kelaparan dan wabah penyakit di mana-mana sehingga angka
kematian meningkat drastis.
Bahaya kelaparan menimbulkan korban jiwa yang sangat mengerikan di daerah
Cirebon (1843), Demak (1849) dan Grobogan (1850). Kejadian ini mengakibatkan
jumlah penduduk menurun drastis. Penyakit busung lapar (hongorudim) juga
berkembang di mana-mana.
Akibat Tanam Paksa Bagi Belanda
Apabila sistem tanam paksa telah menimbulkan malapetaka bagi bangsa
Indonesia, sebaliknya bagi bangsa Belanda berdampak sebagai berikut.
1) Mendatangkan keuntungan dan kemakmuran rakyat Belanda.
2) Hutang-hutang Belanda dapat terlunasi.
3) Penerimaan pendapatan melebihi anggaran belanja.
4) Kas Negeri Belanda yang semula kosong, dapat terpenuhi.
5) Berhasil membangun Amsterdam menjadi kota pusat perdagangan dunia.
6) Perdagangan berkembang pesat.
Sistem tanam paksa yang mengakibatkan kemelaratan bagi bangsa Indonesia,
khusunya Jawa, menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, seperti golongan pengusaha,
Baron Van Hoevel, dan Edward Douwes Dekker. Akibat adanya reaksi tersebut,
pemerintah Belanda secara berangsur-angsur menghapuskan sistem tanam paksa.
Sesudah tahun 1850, kaum Liberal memperoleh kemenangan politik di Negeri Belanda.
Mereka juga ingin menerapkan asas-asas liberalisme di tanah jajahan. Dalam hal ini
kaum Liberal berpendapat bahwa pemerintah semestinya tidak ikut campur tangan
dalam masalah ekonomi, tugas ekonomi haruslah diserahkan kepada orang-orang
swasta, dan agar kaum swasta dapat menjalankan tugasnya maka harus diberi kebebasan
berusaha. Sesuai dengan tuntutan kaum Liberal maka pemerintah kolonial segera
memberikan peluang kepada usaha dan modal swasta untuk menanamkan modal
mereka dalam berbagai usaha di Indonesia, terutama perkebunan-pekebunan di Jawa
dan di luar Jawa.
Selama periode tahun 1870–1900 Indonesia terbuka bagi modal swasta Barat.
Oleh karena itu masa ini sering disebut zaman Liberal. Selama masa ini kaum swasta
Barat membuka perkebunan-perkebunan seperti, kopi, teh, gula dan kina yang cukup
besar di Jawa dan Sumatera Timur. Selama zaman Liberal (1870–1900), usaha-usaha
perkebunan swasta Barat mengalami kemajuan pesat dan mendatangkan keuntungan
yang besar bagi pengusaha. Kekayaan alam Indonesia mengalir ke Negeri Belanda.
Akan tetapi, bagi penduduk pribumi, khususnya di Jawa telah membawa kemerosotan
kehidupan, dan kemunduran tingkat kesejahteraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti berikut.
1) Adanya pertumbuhan penduduk yang meningkat pada abad ke-19, sementara itu
jumlah produksi pertanian menurun.
2) Adanya sistem tanam paksa dan kerja rodi yang banyak menimbulkan
penyelewengan dan penyalahgunaan dari pihak pengusaha sehingga membawa
korban bagi penduduk.
3) Dalam mengurusi pemerintahan di daerah luar Jawa, pemerintah Belanda
mengerahkan beban keuangan dari daerah Jawa sehingga secara tidak langsung
Jawa harus menanggung beban keuangan.
4) Adanya sistem perpajakan yang sangat memberatkan penduduk.
Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885 yang mengakibatkan perusahaan-
perusahaan mengadakan penghematan, seperti menekan uang sewa tanah dan upah kerja
baik di pabrik maupun perkebunan. Pada akhir abad ke-19 muncullah kritik-kritik tajam
yang ditujukan kepada pemerintah Hindia Belanda dan praktik liberalisme yang gagal
memperbaiki nasib kehidupan rakyat Indonesia. Para pengkritik itu menganjurkan untuk
memperbaiki rakyat Indonesia. Kebijaksanaan ini didasarkan atas anjuran Mr. C. Th.
van Deventer yang menuliskan buah pikirannya dalam majalah De Gids
(Perinstis/Pelopor) dengan judul Een Ereschuld (Berhutang Budi) sehingga dikenal
politik etis atau politik balas budi. Gagasan van Deventer terkenal dengan nama Trilogi
van Deventer.

Anda mungkin juga menyukai