DISUSUN OLEH :
Faiz Abimanyu 114150009
M. Wigya Permana Vega 114150018
Cakra Ageng Suminar 114150025
Anissa Aulia Ramadhani N 114150034
Farid Zulfa Fakhruddin 114150048
Muhammad Pasha Faishal 114150058
1. Latar Belakang
Timah merupakan unsur golongan IVA (grup 14) dalam tabel periodik,
bersama dengan karbon, silikon, germanium, dan timbal. Timah menunjukkan
kesamaan sifat kimia dengan Ge dan Pb seperti pembentukan keadaan oksidasi +2
dan +4. Sebagai anggota dalam golongan IVA, struktur geometri SnCl4 yang telah
dikarakterisasi ialah tetrahedral seperti CCl4. Pada suhu ruang, keduanya cairan tidak
berwarna dengan titik didih masing-masing 114°C dan 77°C (pada tekanan
atmosfer). Di luar keadaan tersebut, keduanya menunjukkan karakter yang cukup
berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan karena ukuran atom Sn yang lebih
besar dibandingkan atom C dan dimilikinya orbital 5d pada atom Sn. Kedua faktor
tersebut, membuat Sn memungkinkan untuk “berikatan lebih” (ekstra koordinasi)
dengan ligan-ligannya. Dalam hal tersebut, timah memiliki fleksibilitas valensi yang
lebih besar, yaitu memiliki bilangan koordinasi yang dapat lebih dari empat
(Purnomo, 2008).
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses penambangan bijih timah ?
2. Bagaimana cara mengolah penambangan bijih timah ?
3. Bagaimana ciri / karakteristik limbah timah ?
4. Bagimana cara penanganan limbah timah ?
3. Tujuan
1. Mengetahui proses penambangan bijih timah.
2. Mengetahui cara pengolahan bijih timah.
3. Mengetahui karakteristik limbah timah.
4. Mengetahui cara penanganan limbah timah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol
Sn (bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin
keperakan, dapat ditempa (“malleable”), tidak mudah teroksidasi dalam udara
sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi
logam lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari mineral
cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.
Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang
rendah, berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik
yang tinggi. Dalam keadaan normal (13 –1600C), logam ini bersifat mengkilap dan
mudah dibentuk. Timah putih (sn) adalah unsur kimia dengan simbol Sn (Latin :
stannum) dan nomor atom 50, adalah logam golongan utama di kelompok 14 dari
tabel periodik. Timah menunjukkan kemiripan kimia untuk kedua kelompok 14
elemen tetangga, germanium dan memimpin dan memiliki dua kemungkinan
oksidasi, +2 dan sedikit lebih stabil 4. Timah adalah unsur paling melimpah ke-49
dan memiliki, dengan 10 isotop stabil, jumlah terbesar yang stabil isotop dalam tabel
periodik. Tin diperoleh terutama dari mineral kasiterit , di mana itu terjadi sebagai
timah dioksida.
Mineral ekonomis penghasil timah putih adalah kasiterit (SnO2), meskipun
sebagian kecil dihasilkan juga dari sulfida seperti stanit, silindrit, frankeit, kanfieldit
dan tealit (Carlin, 2008). Mula jadi timah di daerah jalur timah yang membentang
dari Pulau Kundur sampai Pulau Belitung dan sekitarnya diawali dengan adanya
intrusi granit yang berumur ± 222 juta tahun pada Trias Atas. Magma bersifat asam
mengandung gas SnF4, melalui proses pneumatolitik hidrotermal menerobos dan
mengisi celah retakan, dimana terbentuk reaksi: SnF4 + H2O → SnO2 + HF2
(Pamungkas, 2006). Cebakan bijih timah merupakan asosiasi mineralisasi Cu, W,
Mo, U, Nb, Ag, Pb, Zn, dan Sn. Busur metalogenik terbentuknya timah 100 - 1000
km. Terdapat tiga tipe kelompok asosiasi mineralisasi timah putih, yaitu stanniferous
pegmatites, kuarsa-kasiterit dan sulfida-kasiterit (Taylor, 1979).
Urat kuarsa-kasiterit, stockworks dan greisen terbentuk pada batuan beku
granitik plutonik, secara gradual terbentuk stanniferous pegmatites yang ke arah
dangkal terbentuk urat kuarsa-kasiterit dan greisen (Taylor, 1979). Urat berbentuk
tabular atau tubuh bijih berbentuk lembaran mengisi rekahan atau celah (Strong,
1990). Tipe kuarsa-kasiterit dan greisen merupakan tipe mineralisasi utama yang
membentuk sumber daya timah putih pada jalur timah yang menempati Kepulauan
Riau hingga Bangka-Belitung. Jalur ini dapat dikorelasikan dengan “Central Belt” di
Malaysia dan Thailand (Mitchel, 1979).
Mineral utama yang terkandung di dalam bijih timah berupa kasiterit,
sedangkan pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit,
xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Timah putih dalam bentuk cebakan
dijumpai dalam dua tipe, yaitu cebakan bijih timah primer dan sekunder. Pada tubuh
bijih primer, kandungan kasiterit terdapat pada urat maupun dalam bentuk tersebar.
Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada cebakan timah primer
pada atau dekat permukaan menyebabkan terurainya penyusun bijih timah primer.
Proses tersebut menyebabkan juga terlepas dan terdispersinya timah putih, baik
dalam bentuk mineral kasiterit maupun berupa unsur Sn. Proses pelapukan, erosi,
transportasi dan sedimentasi yang terjadi terhadap cebakan bijih timah putih pimer
menghasilkan cebakan timah sekunder, yang dapat berada pada tanah residu maupun
letakan sebagai endapan koluvial, kipas aluvial, aluvial sungai maupun aluvial lepas
pantai. Tubuh bijih primer yang berpotensi menghasilkan sumber daya cebakan
timah letakan ekonomis adalah yang mempunyai dimensi sebaran permukaan erosi
luas sebagai sumber dispersi.
Cassiterite adalah mineral timah oksida dengan rumus SnO2. Berbentuk kristal
dengan banyak permukaan mengkilap sehingga tampak seperti batu perhiasan.
Kristal tipis Cassiterite tampak translusen. Cassiterite adalah sumber mineral untuk
menghasilkan logam timah yang utama dan biasanya terdapat dialam di alluvial atau
aluvium. Stannite adalah mineral sulfida dari tembaga, besi dan timah. Rumus
kimianya adalah Cu2FeSnS4dan merupakan salah satu mineral yang dipakai untuk
memproduksi timah. Stannite mengandung sekitar 28% timah, 13% besi, 30%
tembaga, dan 30% belerang. Stannite berwarna biru hingga abu - abu.
Cylindrite merupakan mineral sulfonat yang mengandung timah, timbal,
antimon, dan besi. Rumus mineral ini adalah Pb2Sn4FeSb2S14. Cylindrite
membentuk kristal pinakoidal triklinik dimana biasanya berbentuk silinder atau tube
dimana bentuk nyatanya adalah gulungan dari lembaran kristal ini. Warna cylindrite
adalah abu - abu metalik dengan spesifik gravity 5,4. Pertama kali ditemukan di
Bolivia pada tahun 1893. Timah hitam ( Pb ) merupakan logam lunak yang berwarna
kebiru - biruan atau abu - abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5°C dan titik
didih 1.740°C pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb - organik seperti Pb - tetraetil dan
Pb - tetrametil merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai
zat aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan secara
ekonomi. PB - tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih masing-
masing 110°C dan 200°C. Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih
rendah dibandingkan dengan daya penguapan unsur - unsur lain dalam bensin, maka
penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar P - tetraetil dan Pb - tetrametil.
Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya dengan adanya sinar
matahari dan senyawa kimia lain diudara seperti senyawa holegen asam atau
oksidator.
Sumber timah yang terbesar yaitu sebesar 80% berasal dari endapan timah
sekunder (alluvial) yang terdapat di alur - alur sungai, di darat (termasuk pulau-pulau
timah), dan di lepas pantai. Endapan timah sekunder berasal dari endapan timah
primer yang mengalami pelapukan yang kemudian terangkut oleh aliran air, dan
akhirnya terkonsentrasi secara selektif berdasarkan perbedaan berat jenis dengan
bahan lainnya. Endapan alluvial yang berasal dari batuan granit lapuk dan terangkut
oleh air pada umumnya terbentuk lapisan pasir atau kerikil.
Mineral utama yang terkandung pada bijih timah adalah cassiterite (Sn02).
Batuan pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan dengan magma
asam dan menembus lapisan sedimen (intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan
intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi elemen di bagian atas, baik dalam bentuk gas
maupun cair, yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan. Karena tekanan dan
temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan membentuk
deposit dan batuan samping.
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh
dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau
tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan kandungan
timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah yang lain dan kurang mendapat
perhatian daripada cassiterite adalah kompleks mineral sulfide yaitu stanite
(Cu2FeSnS4) merupakan mineral kompleks antara tembaga – besi – timah - belerang
dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks dari timbale – timah
– besi – antimony - belerang dua contoh mineral ini biasanya ditemukan
bergandengan dengan mineral logam yang lain seperti perak. Timah merupakan
unsur ke-49 yang paling banyak terdapat di kerak bumi dimana timah memiliki
kandungan 2 ppm jika dibandingkan dengan seng 75 ppm, tembaga 50 ppm, dan 14
ppm untuk timbal. Cassiteri terbanyak ditemukan dalam deposit alluvial/alluvium
yaitu tanah atau sediment yang tidak berkonsolidasi membentuk bongkahan batu
dimana dapat dapat mengendap di dasar laut, sungai, atau danau. Alluvium terdiri
dari berbagai macam mineral seperti pasir, tanah liat, dan batu-batuan kecil. Hampir
80% produksi timah diperoleh dari alluvial/alluvium atau istilahnya deposit
sekunder. Diperkirakan untuk mendapatkan 1 Kg Cassiterite maka sekitar 7 samapi 8
ton biji timah/alluvial harus ditambang disebabkan konsentrasi cassiterite sangat
rendah.
BAB III
ISI