Anda di halaman 1dari 11

TEKNIK EKSPLORASI

GENESA, KETERDAPATAN, DAN METODE PENAMBANGAN DARI


BAHAN GALIAN: EMAS, PERAK, TEMBAGA, TIMBAL, TIMAH,
NIKEL, MANGAN, DAN BAUKSIT

Disusun Oleh :

Aryo Sadewo

NIM: 11220980000054

Kelas B

Dosen Pengampu: Supriyadi, Ph. D.

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2024
1) Genesa Timah (Sn)
Penghasil timah terbesar di Indonesia yaitu berasal dari daerah Pulau
Bangka Belitung. Disebut sebagai "kawasan sabuk timah Asia Tenggara",
kawasan ini terdiri dari daratan Thailand, Malaysia, Kepulauan Riau hingga
ke Pulau Bangka dan Belitung.
Endapan timah aluvial berasal dari batuan granit lapuk dan terang dan
ditemukan di alur-alur sungai, di darat (termasuk pulau-pulau timah), dan di
lepas pantai. Sebagian besar sumber timah berasal dari pengendapan timah
sekunder, yang berasal dari pengendapan timah primer yang mengalami
pelapukan dan kemudian diangkut oleh aliran udara, dan akhirnya
memancarkan secara pencahayaan berdasarkan perbedaan berat jenis
dengan bahan lainnya. Batuan granit yang berhubungan dengan magma
asam dan menembus lapisan sedimen (intrusi granit) adalah batuan
pembawa mineral ini dan akhir dari proses intrusi yaitu peningkatan
konsentrasi elemen gas dan cair di bagian atas, yang dapat melalui retakan
atau pori-pori.
Proses kristalisasi terjadi dalam magma cair yang mengandung mineral
kasiterit (Sn02), yang menghasilkan deposit dan batuan samping. Timah
(Sn), terbentuk selama fase pneumatolitik saat intrusi batuan granit naik ke
permukaan bumi. Endapan Elluvial merupakan pengendapan timah yang
rusak karena pelapukan yang intens . mineral ini terkumpul dan terasosiasi
pada batuan granit dan batuan yang diterobosnya membentuk urat-urat
(urat).
Selanjutnya, batuan samping pecah dan mineral kasiterit (Sn02)
bergerak secara vertikal, menghasilkan konsentrasi sisa. Endapan elluvial
adalah pengendapan oksida timah yang terjadi akibat pelepasan timah timah
primer pada suatu lereng dan berhenti pada suatu gradien yang agak
mendatar dan diikuiti dengan pemilahan ciri-cirinya . Endapan ini tersebar
pada batuan sedimen atau batuan granit yang telah lapuk, dan butirnya agak
besar dan bersudut.
2) Genesa Timbal (Pb)
Timbal, juga dikenal sebagai timbel, plumbum, atau timah hitam, yaitu
unsur kimia dengan nomor atom 82 dan lambang Pb. Komponen ini
adalah logam berat dengan massa jenis yang lebih besar daripada banyak
bahan yang sering ditemui setiap hari. Timbal lunak, mudah ditempa, dan
memiliki titik leleh rendah. Timbal perak berwarna kebiruan saat baru
dipotong, tetapi ketika terpapar udara, permukaannya akan berubah
menjadi warna abu-abu buram.
Timbal, unsur stabil dengan nomor atom tertinggi, memiliki tiga isotop
yang berasal dari peluruhan berantai unsur-unsur yang lebih berat. Timbal
adalah logam golongan IVA yang tidak mudah bereaksi. Logam ini amfoter
karena senyawa oksida dan timbalnya mudah bereaksi dengan asam dan
basa. Timbal biasanya memiliki bilangan oksidasi +2 dalam senyawa, dan
jarang teroksidasi hingga +4, yang umum pada unsur golongan IVA di
atasnya. Namun, senyawa organotimbal sering memiliki bilangan oksidasi
+4.Timbal telah ditambang dari bijih mineral tertentu sejak zaman
prasejarah di Asia Kecil. Bijih timbal yang paling umum, galena, yang
sering mengandung perak, banyak ditambang dan digunakan di Romawi
Kuno. Namun, produksinya menurun sejak keruntuhan Romawi, dan baru
pada Revolusi Industri produksinya kembali mencapai tingkat yang sama.
Produksi timbal global melebihi 10 juta ton per tahun pada tahun 2014,
dengan lebih dari setengahnya dihasilkan melalui daur ulang. Genesa
(Umum): Terbentuk dalam urat-urat hidrotermal dan pegmatit. Dalam urat-
urat hidrotermal berasosiasi dengan mineral seperti kuarsa, baris, fluorit,
kalsit, dolomit, anglesit, sfalerit, pirit, markasit, khalkopirit, dan serusit. Ada
juga dalam deposit metamorfisme kontak.
Di alam Galena, dapat ditemukan dalam bentuk tiga endapan yaitu;
1. endapan metasomatis kontak
2. endapan hidrotermal
3. endapan penggantian.
3) Genesa Bauksit (Al(OH)3)
Bauksit adalah endapan yang mengandung mineral utama alumunium
hidroksida, seperti gibbsite, bohmite, dan diaspore. Selain itu, terdapat
beberapa mineral pengotor lain, seperti silika, besi, oksida besi, serta
titanium. Alumunium dibuat dari bijih bauksit ini, sebagian besar
alumunium yang dibuat digunakan dalam pabrik peleburan. Namun, bahan
ini juga digunakan dalam industri lain seperti konstruksi, transportasi,
pengemasan, dan listrik. Berdasarkan jumlah pemegang izin usaha
pertambangan (IUP), Kalimantan Barat dan Kepulauan Riau dianggap
memiliki potensi sumber daya bauksit sebesar 3,47 miliar ton di Indonesia.
Selain itu, aluminium juga dapat digunakan dalam berbagai industri,
seperti industri gelas, keramik, bahan penggosok, dan kimia.

4) Genesa Tembaga (Cu)


Tembaga atau (Cu) memiliki sistem kristal kubik dan secara fisik
berwarna kuning. Jika bijih dilihat dengan mikroskop, ia akan berwarna
pink kecoklatan hingga keabuan. sampai coklat keabuan. Meskipun
hampir 250 mineral mengandung unsur tembaga, hanya sedikit yang
dapat dijual. Kalkopirit (CuFeS2) adalah endapan sulfida primer yang
paling besar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit
(CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Krisokola (CuSiO3.2HO), malasit
(Cu2(OH)2CO3), dan azurite (Cu3(OH)2(CO3)2 adalah mineral tembaga
utama yang ditemukan dalam deposit oksida. Dalam kebanyakan kasus,
bijih tembaga yang ditemukan di Indonesia terbentuk secara magmatik.
Pembentukan endapan magmatik dapat berupa proses hidrotermal,
proses hidrotermal, atau metasomatisme.
Daerah Persebaran: Papua memiliki potensi tembaga terbesar di
Indonesia, dengan potensi tambahan di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan
Sulawesi Selatan. Mineral tembaga didistribusikan di beberapa lokasi,
seperti
• Sungai Mentawai Sausu
• Perbukitan Tompera Sausu
• Sungai Mentawa
• Sungai Torue
• Perbukitan Tomborong Maninili Siaga
• Sungai Silitunang Maninili UPT Trans
• Sungai Ganonggol
• Sungai Bugis Swakarsa
• Wanagading, Sungai Moutong
• Sungai Tinombo.
Studi ini bertujuan untuk mempelajari perolehan tembaga melalui
proses ekstraksi dalam batuan mineral dengan menggunakan variabel
kecepatan pengadukan dan konsentrasi nitrat untuk memastikan kondisi
terbaik untuk proses. Batuan mineral yang telah lolos 200 mesh beratnya
100 gram. Proses pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran, dan
retorting dilakukan untuk menghilangkan senyawa kimia yang terikat pada
logam. Setelah itu, asam nitrat digunakan sebagai pelarut untuk batuan
yang diekstraksi, dengan variabel kosentrasi asam nitrat dan kecepatan
pengadukkan. Proses ini menghasilkan solusi dan pengendapan.
Kemudian memisahkan endapan dari larutan, dan logam besi (Fe)
ditambahkan ke dalam larutan untuk berfungsi sebagai pengendap.
Endapan dibersihkan beberapa kali dengan air bersih sebelum dicuci
dengan air aquades. Kemudian dilakukan proses retorting pada suhu
800oC dan proses lebur pada suhu 1070oC. Setelah itu, ditimbang
tembaga yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan kosentrasi asam
nitrat 10N dan kecepatan pengadukkan 200rpm dengan hasil 36,989 ppm.
Deposit tembaga termasuk dalam empat kategori;
• deposit porfiri, urat, dan penggantian
• deposit stratabound dalam batuan sedimen
• deposit masif pada batuan volkanik dan batuan volkanik
• deposit nikel dalam intrusi dan mafik

5) Genesa Perak (Ag)


Dalam bentuk mineral seperti argentit (Ag), klorargirit (AgCl), yang
termasuk perak tanduk, dan pirargirit (Ag), perak adalah logam mulia.
Perak ditemukan di berbagai tempat di seluruh dunia, tetapi beberapa
negara penghasil utamanya adalah Meksiko, yang memiliki cadangan
perak terbesar. Genesa primer terjadi dalam lingkungan magmatik, yang
terkait langsung dengan intrusi magma dan pengendapan pegmatit.
Genesa sekunder terjadi dalam lingkungan hidrotermal, yang terkait
dengan proses pembentukan endapan pegmatite lebih lanjut.
Wilayah Sulawesi dan Nusa Tenggara memiliki potensi untuk
mengekstrak perak yang besar. Beberapa lokasi tambang perak yang
terkenal di Indonesia adalah;
• Pongkor, Jawa Barat: Tambang emas dan perak yang terkenal.
• Tambang perak di Cikotok, Jawa Barat, dikelola oleh PT Antam
Tbk.
• Tambang perak di Ciremai, Jawa Barat, dikelola oleh PT Antam
Tbk.

Tambang perak terkenal yang berada di negara lain;


• Peru, yang terkenal dengan tambang Cerro de Pasco, adalah salah
satu penghasil perak terbesar. China, yang merupakan konsumen
perak terbesar, memiliki banyak tambang Daye.
• Polandia: Memiliki tambang terkenal KGHM Polska Miedź.
• Rusia: Siberia memiliki cadangan perak yang besar.
Metode Pengambilan Bahan Galian Perak: Jenis pengendapan dan
lokasi pengendapan menentukan metode pengambilan bahan galian
perak.
1. Penambangan Terbuka
Tambang Pit dan Quarry digunakan untuk pengendapan perak di
dekat permukaan; keduanya digunakan untuk penambangan di
bawah tanah.
2. Penambangan Bawah Tanah
(-) Tambang Adit: digunakan untuk pengendapan perak di bawah
permukaan 3.
(-) Tambang Shaft: Ini digunakan untuk mendapatkan endapan
perak yang lebih dalam.
3. Pengolahan Bahan Galian
Penghancuran melibatkan pengungkapan bahan galian menjadi
ukuran yang lebih kecil; Penggerusan melibatkan pengungkapan
bahan galian menjadi bubuk halus.
Sianidasi: Proses ini memisahkan perak dari mineral lain.
Elektrolisis adalah proses mengubah perak menjadi logam perak.

6) Genesa Nikel (Ni)


Endapan nikel laterit adalah perakitan yang dihasilkan dari proses
pelapukan batuan ultrabasa yang ada di permukaan bumi. Menurut M. F.
Buchanan (1807), istilah Laterit berasal dari bahasa Latin "later", yang
berarti batu bata merah, yang digunakan untuk konstruksi di Mysore,
Canara, dan Malabr, wilayah selatan India. Meskipun bahan ini sangat
rapuh dan mudah dipotong, jika dibiarkan terlalu lama, akan menggumpal
dan menjadi sangat kuat. Menurut Smith (1992), laterit adalah regolith
atau tubuh batuan yang memiliki kandungan besi yang tinggi dan telah
mengalami pelapukan, termasuk profil pengendapan material hasil
transportasi yang masih tampak seperti batuan aslinya.
Sebagian besar endapannya kemudian memiliki kandungan logam
yang tinggi dan dapat bernilai ekonomis tinggi, seperti bauksit, besi, nikel,
dan mangan. Sembilan puluh persen cadangan nikel Indonesia terletak di
wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan
Maluku Utara. Proses yang dihasilkan dari lateritisasi disebut nikel
sekunder dalam industri pertambangan nikel.

7) Genesa Emas (Au)


Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan
atau gangue. Emas adalah mineral berharga yang lembut dan mudah
ditempa dengan kekerasan berkisar antara 2,5 dan 3 Skala Mohs.
Endapan primer dan endapan sekunder adalah dua jenis emas yang ada
di alam. Proses magmatisme menghasilkan konsentrasi kejenuhan
magma dengan batuan dinding pada suhu tertentu, menghasilkan mineral
logam, terutama mineral pembawa emas (Au). Proses konsentrasi antara
magma dan batuan dinding ini disebut proses hidrotermal. Larutan
hidrotermal adalah cairan dengan suhu tinggi (1000–5000°C) sisa
pendinginan magma yang menghasilkan pengendapan emas primer.
Penambangan sampingan, juga dikenal sebagai penambangan produk
sampingan , adalah metode penambangan emas yang pertama.
Penambangan emas dilakukan ketika emas ditemukan di lokasi yang
sama dengan bahan tambang lain. Ini berarti bahwa lokasi penambangan
emas berada di lokasi yang sama dengan bahan tambang lain.
Penambangan emas dilakukan sebagai bagian dari diversifikasi bisnis
perusahaan pertambangan.

8) Genesa Mangan (Mn)


Mangan, disingkat Mn, adalah unsur kimia dengan nomor atom 25 dan
massa atom 54,9380.Mangan adalah bahan kimia yang ditemukan dalam
batuan dan tanah. Ini adalah logam berwarna abu-abu kehitaman. Mineral
ini adalah mineral yang sangat penting untuk produksi baja. Endapan
mangan dapat dibentuk dengan berbagai cara. Menurut salah satu teori,
mangan dilarutkan dalam cairan hidrotermal, yang juga dikenal sebagai
larutan air panas, yang bersirkulasi melalui batuan. Ketika cairan ini
bersentuhan dengan batu kapur, mangan mengendap dari larutan dan
membentuk endapan.
Menurut teori lain, endapan mangan dapat terbentuk sebagai hasil dari
proses pelapukan. Ketika batuan yang mengandung mangan bersentuhan
dengan unsur-unsur ini, mangan dapat tercuci keluar dari batuan dan
diangkut oleh air tanah. Kemudian, makanan dapat disimpan di tempat
lain, seperti danau atau rawa. Berbagai faktor, seperti jenis batuan, iklim,
dan keberadaan mineral lainnya, memengaruhi proses pembentukan
endapan mangan.
Mangan di Indonesia telah ditemukan sejak tahun 1854 di
Karangnunggal, Tasikmalaya, Jawa Barat; namun, hanya digunakan pada
tahun 1930. Potensi bijih mangan Indonesia cukup menjanjikan. Dia
tersebar secara merata di seluruh Sumatera, Kepulauan Riau, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua.
DAFTAR PUSTAKA

Genesa Endapan Nikel Laterit di Kabaena Barat, Sulawesi Tenggara oleh A.R.
Prasetyo, E.R.M. Abidin, dan M.S. Priadi (2019).

Genesa Endapan Nikel Laterit oleh M.S. Priadi (2012).

Genesa Endapan Timbal di Pulau Bangka oleh M.S. Priadi dan M.Z. Abidin (2012).

Geokimia dan Genesa Endapan Bauksit di Pulau Bintan, Kepulauan Riau oleh
A.R. Prasetyo, E.R.M. Abidin, dan M.S. Priadi (2019).

Geokimia dan Genesa Endapan Mangan di Karangnunggal, Tasikmalaya, Jawa


Barat oleh A.R. Prasetyo, E.R.M. Abidin, dan M.S. Priadi (2019).

Jurnal Geologi Indonesia: https://jgsm.geologi.esdm.go.id/

Jurnal Sains dan Teknologi: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JST

Kajian Geokimia dan Genesa Endapan Timah Aluvial di Daerah Belitung Timur,
Provinsi Bangka Belitung" oleh A.R. Prasetyo (2019).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia:


https://www.esdm.go.id/.

Studi Geologi, Alterasi, dan Mineralisasi Endapan Timah Primer Daerah Bukit
Sambung giri, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka Induk" oleh
D.L. Sastrawan (2017).

Anda mungkin juga menyukai