Anda di halaman 1dari 8

ENDAPAN MINERAL LOGAM TIPE SKRAN

OLEH :
HARDIN ANUGRAH ZENDRATO
A020322045

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI


POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN KEBUMIAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN
2023
Pengendapan mineral logam tipe skarn adalah suatu proses geologis di mana mineral
logam mengendap sebagai akibat dari reaksi antara batuan induk dan larutan hidrotermal
yang kaya akan unsur logam. Proses terbentuknya endapan skarn dapat melibatkan berbagai
kondisi geologi dan kimia yang kompleks, dan banyak variabel yang mempengaruhi jenis dan
jumlah mineral logam yang terbentuk dalam skarn. Skarn biasanya terbentuk di sekitar tubuh
intrusi granitik atau batuan beku lainnya yang mengandung logam.
Metamorfosa dan metasomatosa kontak yang melibatkan batuan samping terutama
batuan karbonat seringkali menghasilkan skarn dan endapan skarn. Dalam proses ini berbagai
macam fluida seperti magmatik, metamorfik, serta meteorik ikut terlibat. Fluida yang
mengandung bijih ini sering tercebak dan terakumulasi antara tubuh pluton dan sesar-sesar
disekitar pluton dengan batuan disekitarnya. Kata "skarn" pertama kali digunakan di
pertambangan Swedia untuk sebuah material gangue kalk-silikat yang kaya akan bijih-Fe dan
endapan-endapan sulfida terutama yang telah me-replace kalsit dan dolomit pada batuan
karbonat. Klasifikasi skarn pada umumnya banyak mempertimbangkan tipe batuan dan
asosiasi mineral dari batuan yang di-replace ( Huliselan E K at al 2007)
Pengertian endo-skarn dan exoskarn mengacu pada skarnifikasi batuan beku dan
batugamping yang terkait. Endoskarn adalah proses skarnifikasi yang terjadi pada batuan
beku, sedangkan exoskarn adalah skarnifikasi pada batugampiong sekitar batuan beku. Pada
kenyataannya sebagian besar bijih skarn hadir sebagai exo-skarn. Beberapa mineral logam
yang sering ditemukan dalam deposit skarn meliputi:
A. Bijih Besi : Magenetit dan Hematit
1. Pengertian
Magnetit dan Hematit adalah dua jenis bijih besi yang merupakan endapan
mineral logam berupa oksida besi. Kedua mineral ini memiliki peranan
penting sebagai sumber bijih besi, yang merupakan bahan baku utama untuk
produksi baja. Secara alamiah bahan-bahan tersebut ditemukan dalam bentuk
mineral oksida besi berupa magnetit (Fe3O4), maghemit (Fe2O3) dan hematit
(Fe2O3). Berdasarkan keunggulan sifat kemagnetannya, bahan oksida besi
telah dimanfaatkan secara luas untuk berbagai produk seperti sensor, tinta,
katalis, film tipis dan beberapa produk berteknologi nano partikel ( Aji M P at
al 2019).

mineral magenetit mineral hematit

2. Ganesa
a) Magnetit (Fe3O4):
Magnetit dapat terbentuk melalui dua cara utama:
• Pembentukan magmatik: Terjadi saat proses pembekuan
magma dan proses kristalisasi dari larutan yang kaya akan besi.
• Pembentukan hidrotermal: Terjadi ketika larutan hidrotermal
yang kaya akan besi mengendapkan mineral saat mencapai
zona penurunan tekanan atau suhu yang rendah di kerak bumi.
b) Hematit (Fe2O3):
Hematit umumnya terbentuk melalui proses pembentukan hidrotermal
atau pengendapan di lingkungan dan kondisi tanah yang teroksidasi
dengan baik. Terbentuk akibat reaksi larutan hidrotermal atau air yang
mengandung besi dengan batuan atau mineral yang mengandung besi
di lingkungan oksidasi.
3. Komposisi
a) Magnetit (Fe3O4): Magnetit memiliki komposisi kimia Fe3O4, yang
berarti terdiri dari dua atom besi (Fe) dan satu atom oksigen (O) dalam
satu molekul. Magnetit adalah mineral yang sangat magnetik, memiliki
berat jenis tinggi, dan berwarna hitam atau coklat tua.
b) Hematit (Fe2O3): Hematit memiliki komposisi kimia Fe2O3, yang
berarti terdiri dari dua atom besi (Fe) dan tiga atom oksigen (O) dalam
satu molekul. Hematit biasanya berwarna merah atau abu-abu, dan
memiliki berat jenis yang lebih rendah dibandingkan dengan Magnetit.
4. Keterdapatan
Endapan bijih besi, termasuk Magnetit dan Hematit, dapat ditemukan di
beberapa wilayah di Indonesia. Beberapa wilayah yang memiliki potensi
endapan bijih besi di Indonesia antara lain:
a) Pulau Jawa: Terdapat endapan bijih besi di Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
b) Pulau Sumatera: Endapan bijih besi ditemukan di Sumatera
Utara,Sumatera Barat, dan Riau.
c) Pulau Kalimantan: Terdapat potensi bijih besi di wilayah Kalimantan
Timur dan Kalimantan Selatan.
d) Pulau Sulawesi: Terdapat endapan bijih besi di Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Selatan.
B. Tembaga: Kalkopirit (CuFeS2) dan Kuprit (Cu2O).
1. Pengertian
Kalkopirit dan Kuprit adalah dua jenis mineral logam yang merupakan
endapan tembaga (Cu) dengan komposisi kimia yang berbeda. Kalkopirit
adalah bijih tembaga sulfida, sedangkan Kuprit adalah bijih tembaga oksida.

mineral kalkopirit mineral kuprit


2. Ganesa
a) Kalkopirit (CuFeS2):
Kalkopirit biasanya terbentuk sebagai hasil dari aktivitas hidrotermal
yang mengandung logam tembaga. Proses terbentuknya melibatkan
reaksi larutan hidrotermal yang kaya akan logam tembaga (Cu) dengan
batuan atau mineral yang mengandung belerang (S) dan besi (Fe) di
lingkungan yang kaya akan belerang. Endapan kalkopirit sering terjadi
pada zona transisi antara batuan beku dan batuan sedimen atau di
sekitar intrusi granitik.
b) Kuprit (Cu2O):
Kuprit merupakan bijih tembaga yang terbentuk melalui oksidasi
tembaga di zona penuh oksigen. Biasanya terbentuk di zona-zona yang
mengandung tembaga, seperti pada penurunan tekanan di daerah
letusan gunung berapi atau di lingkungan yang mengandung oksigen
yang cukup tinggi.

3. Komposisi
a) Kalkopirit (CuFeS2): Kalkopirit memiliki komposisi kimia CuFeS2,
artinya terdiri dari satu atom tembaga (Cu), satu atom besi (Fe), dan
dua atom belerang (S) dalam satu molekul. Kalkopirit memiliki warna
kekuningan hingga kehijauan dan merupakan mineral sulfida yang
sering ditemukan bersamaan dengan mineral logam lainnya.
b) Kuprit (Cu2O): Kuprit memiliki komposisi kimia Cu2O, artinya terdiri
dari dua atom tembaga (Cu) dan satu atom oksigen (O) dalam satu
molekul. Kuprit memiliki warna merah atau merah muda dan
merupakan mineral oksida tembaga.
4. Keterdapatan
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumber daya
mineral yang besar, termasuk endapan bijih tembaga. Beberapa lokasi di
Indonesia yang memiliki keterdapatan potensial untuk endapan Kalkopirit
(CuFeS2) dan Kuprit (Cu2O) antara lain:
1. Papua: Provinsi Papua merupakan salah satu wilayah dengan potensi
besar untuk endapan bijih tembaga, termasuk Kalkopirit. Beberapa
daerah yang dikenal memiliki endapan tembaga di Papua adalah
Tembagapura (Grasberg), Timika, dan sekitarnya.
2. Nusa Tenggara Timur: Wilayah ini juga memiliki potensi endapan
tembaga yang signifikan, termasuk Kalkopirit. Beberapa daerah yang
dikenal memiliki endapan tembaga di Nusa Tenggara Timur adalah
Sumbawa dan sekitarnya.
3. Sulawesi: Sulawesi juga memiliki potensi endapan tembaga, meskipun
belum sebesar Papua dan Nusa Tenggara Timur. Beberapa daerah yang
dikenal memiliki potensi endapan tembaga di Sulawesi adalah Luwu
dan sekitarnya.
C. Seng: Sphalerite (ZnS)
1. Pengertian
Sphalerite adalah mineral yang terdiri dari seng sulfida (ZnS) dan merupakan
sumber utama bijih seng. Mineral ini adalah salah satu mineral logam yang
penting dan memiliki nilai ekonomi karena kandungan sengnya.
mineral Sphalerite

2. Ganesa
Sphalerite terbentuk melalui proses geologi yang kompleks yang melibatkan
aktivitas hidrotermal dan pembentukan batuan. Biasanya, endapan sphalerite
terbentuk akibat reaksi larutan hidrotermal yang kaya akan seng dengan
batuan atau mineral yang mengandung belerang (S) di lingkungan yang kaya
akan belerang. Suhu dan tekanan yang berbeda di bawah permukaan bumi
dapat mempengaruhi cara terbentuknya sphalerite.
3. Komposisi
Sphalerite memiliki komposisi kimia ZnS, yang berarti terdiri dari satu atom
seng (Zn) dan satu atom belerang (S) dalam satu molekul. Mineral ini
biasanya berwarna kuning, coklat, atau hitam dan memiliki berat jenis yang
relatif tinggi. Sphalerite juga memiliki kilap atau luster yang khas.
4. Keterdapatan
Indonesia memiliki potensi sumber daya mineral yang signifikan, termasuk
bijih seng yang mengandung sphalerite. Beberapa wilayah di Indonesia yang
memiliki potensi endapan sphalerite atau bijih seng antara lain:
a) Pulau Sumatera: Terdapat potensi endapan bijih seng di Sumatera
Utara dan Sumatera Barat.
b) Pulau Sulawesi: Sulawesi juga memiliki potensi endapan bijih seng,
terutama di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
c) Pulau Kalimantan: Terdapat beberapa wilayah di Kalimantan Timur
dan Kalimantan Selatan yang memiliki potensi bijih seng.
D. Timbal: Galena (PbS)
1. Pengertian
Galena adalah mineral yang terdiri dari timbal sulfida (PbS) dan merupakan
bijih utama untuk unsur timbal (Pb). Mineral ini merupakan salah satu bijih
logam penting yang memiliki nilai ekonomi karena kandungan timbalnya.

mineral galena
2. Ganesa
Galena terbentuk melalui proses geologi yang melibatkan aktivitas hidrotermal
dan proses pengendapan di lingkungan yang mengandung belerang. Biasanya,
endapan galena terbentuk akibat reaksi larutan hidrotermal yang kaya akan
timbal (Pb) dengan batuan atau mineral yang mengandung belerang (S) di
zona penurunan tekanan atau suhu yang rendah di kerak bumi.
3. Komposisi
Galena memiliki komposisi kimia PbS, yang berarti terdiri dari satu atom
timbal (Pb) dan satu atom belerang (S) dalam satu molekul. Mineral ini
biasanya berwarna abu-abu, perak, atau hitam, dan memiliki kilap logam yang
khas. Galena memiliki berat jenis yang tinggi dan dapat diidentifikasi dengan
mudah berdasarkan penampilan dan sifat fisiknya.
4. Keterdapatan
Indonesia memiliki potensi sumber daya mineral yang signifikan, termasuk
bijih timbal yang mengandung galena. Beberapa wilayah di Indonesia yang
memiliki potensi endapan galena atau bijih timbal antara lain:
a) Pulau Sumatera: Terdapat potensi endapan bijih timbal di Sumatera
Utara, Sumatera Barat, dan sekitarnya.
b) Pulau Sulawesi: Sulawesi juga memiliki potensi endapan bijih timbal,
terutama di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
c) Pulau Kalimantan: Terdapat beberapa wilayah di Kalimantan Timur
dan Kalimantan Selatan yang memiliki potensi bijih timbal.
d) Pulau Jawa: Beberapa wilayah di Jawa Tengah juga memiliki potensi
bijih timbal.
E. Molibdenum: Molibdenit (MoS2)
1. Pengertian
Molibdenit adalah mineral yang terdiri dari molibdenum disulfida (MoS2) dan
merupakan bijih utama untuk unsur molibdenum (Mo). Mineral ini merupakan
salah satu bijih logam penting yang memiliki nilai ekonomi karena kandungan
molibdenumnya.

mineral molibdenit
2. Ganesa
Molibdenit terbentuk melalui proses geologi yang melibatkan aktivitas
hidrotermal dan proses pengendapan di lingkungan yang kaya akan belerang
(S) dan molibdenum. Biasanya, endapan molibdenit terbentuk akibat reaksi
larutan hidrotermal yang kaya akan molibdenum dengan batuan atau mineral
yang mengandung belerang di lingkungan dengan kondisi khusus seperti
daerah vulkanik.
3. Komposisi
Molibdenit memiliki komposisi kimia MoS2, yang berarti terdiri dari satu
atom molibdenum (Mo) dan dua atom belerang (S) dalam satu molekul.
Mineral ini biasanya berwarna perak atau hitam, dan memiliki kilap logam
yang khas. Molibdenit memiliki tekstur lapisan-lapisan seperti grafit dan dapat
dipecah menjadi lapisan-lapisan tipis.
4. Keterdapatan
Indonesia memiliki potensi sumber daya mineral yang beragam, termasuk
bijih molibdenit. Namun, keterdapatan endapan molibdenit di Indonesia
tergolong jarang dan belum dieksplorasi secara luas. Beberapa wilayah di
Indonesia yang memiliki potensi endapan molibdenit atau bijih molibdenum
adalah:
a) Pulau Papua: Terdapat potensi endapan bijih molibdenit di wilayah
pegunungan Papua.
b) Pulau Sulawesi: Sulawesi juga memiliki potensi endapan bijih
molibdenit di beberapa wilayah pegunungan.
Daftar Pustaka
Aji, M. P., Yulianto, A., & Bijaksana, S. (2019). Sintesis nanopartikel magnetit,
maghemit dan hematit dari bahan lokal. Jurnal Sains Materi Indonesia, 106-
108.
Huliselan, E. K., & Bijaksana, S. (2007). Identifikasi mineral magnetik pada Lindi
(Leachate). Jurnal Geofisika, 2(2004), 8â.
Wicaksono, H. H., & Handayani, E. (2021). Karakterisasi mineralogi mineral berbasis
Cu-Fe-S dengan SEM EDS di daerah Kelapa Kampit, Pulau Belitung. Jurnal
Teknologi Mineral dan Batubara, 17(1), 27-38.
CHRISTIAN JUSUF TAPPI, N. A. T. A. N. I. E. L. (2013). ANALISIS
KERENTANAN MAGNETIK MINERAL LOGAM DASAR (Cu-Pb-Zn) PADA
BATUAN VULKANIK DI KECAMATAN SA’DAN KABUPATEN TORAJA
UTARA (Doctoral dissertation, Universitas Hassanuddin).
Hartosuwarno, S. (2011). Endapan Mineral. Yogyakarta: Fakultas Teknik Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. o.
SINDHUNATA, H., & KEBUMIAN, F. I. D. T. (2019). TUGAS AKHIR GL3243
ENDAPAN MINERAL" RANGKUMAN TIPE ENDAPAN MINERAL.
Nasional-BSN, B. S. (1998). Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan. Standar
Nasional Indonesia Amandemen.
Richard, P. U., Amir, E., Tukardi, T., & Sri, S. (1998, September). Pemisahan
molibdenit dari bijih uranium Rirang secara flotasi. In Prosiding Seminar
Pranata Nuklir dan Rekayasa (pp. 83-97). PPBGN-BATAN.
Nengsih, N., & Koppa, R. (2021). Analisa Kestabilan Lubang Bukaan Ditambang
Bawah Tanah Berdasarkan Pengklasifikasikan Geomekanika (RMR-System)
Pada Penambangan Galena Di PT. Berkat Bhinneka Perkasa (BBP) Pangkalan
Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Bina Tambang, 6(3), 159-165.

Anda mungkin juga menyukai