Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam
termasuk sumber daya mineral logam. Kesadaran akan banyaknya mineral logam
ini mendorong bangsa Indonesia untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam
tersebut secara efisien. Dalam pemanfaatanya, tentu saja menggunakan berbagai
metode dan teknologi sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal dengan hasil
yang optimal dengan keuntungan yang besar, biaya produksi yang seminim
mungkin serta ramah lingkungan.
Pengolahan tembaga dan ekstraksi mealurgi menjadi sesuatu yang lebih
bermanfaat tidak lepas dari peran reaksi kimia fisika. Pencucian maupun
pemisahan pada timah merupakan nagian dari proses yang melibatkan reaksi-
reaksikimiafisika.Oleh karena itu, proses pemurnian timah untuk memperoleh
hasil yang ekonomi perlu di kaji dan dipelajari dari segi kimia fisika.

B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, tulisan ini secara khusus akan membahas
permasalahan :
1. Penjelasan dasar mengenai tembaga ?
2. Bagaimana cara pengolahan tembaga ?
3. Bagaimana cara ekstraksi metalurgi tembaga?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain :
1. Untuk mengetahui deskripsi, sifat, dan kegunaan serta sumber-sumber
terdapat bijih mineral tembaga.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengolah bijih tembaga.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara ekstraksi metalurgi bijih tembaga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Mineral Tembaga

Formula Kimia : Cu
Sistem Kristal : Reguler
Warna : Merah-tembaga, atau merah-mawar terang.
Kilap : Metalik
Kekerasan : 2,5 – 3
Berat Jenis : 8,94
Indeks Bias : 1. 544 - 1.553
Goresan : Merah
Belahan : Tidak satupun
Pecahan : Hackly
Tenacity : Ductile dan Malleable
Derajat Ketransparanan : Opaque
Kemagnetan : Diamagnetit
B. Senyawa Tembaga (Cu)

Terdapat 2 senyawa tembaga yaitu Tembaga (I) atau cupro dan Tembaga (II)
atau cupri. Tembaga (I) oksida merupakan senyawa yang berwarna hitam
dan Cu²+ umum nya berwarna biru. CuSO4.5H2O dikenal dengan nama terusi
atau prusi yang berwarna biru, tetapi bila dipanas kan H2O nya menguap dan
warna nya menjadi putih. Dalam badan perairan laut, tembaga dapat ditemukan
dalam bentuk persenyawaan ion seperti CuCO3-, CuOH. Pada batuan mineral
atau lapisan tanah, tembaga dapat ditemukan dalam bentuk – bentuk seperti :

1. Chalcocote (Cu2S)
2. Covellite (CuS)
3. Chalcopyrite (CuFeS2)
4. Bornite (Cu5FeS4)
5. Enargite [Cu3(AsSb)S4]

Tembaga di alam memiliki tingkat oksidasi +1 dan +2. Tembaga dengan bilangan
oksidasi +2 merupakan tembaga yang sering ditemukan sedangkan tembaga
dengan bilangan oksidasi +1 jarang ditemukan, karena senyawaan tembaga ini
hanya stabil jika dalam bentuk senyawa kompleks. Selain dua keadaan oksidasi
tersebut dikenal pula tembaga dengan bilangan oksidasi +3 tetapi jarang
digunakan, misalnya K3CuF6.

Tabel.1 Beberapa senyawaan yang dibentuk oleh tembaga


Tembaga(II) Nama Tembaga(I) Nama
CuO tembaga(II) oksida Cu2O tembaga(I) oksida
Cu(OH)2 tembaga(II) hidroksida tembaga(I) klorida
CuCl2 tembaga(II) klorida CuCl tembaga(I) iodida
CuF2 tembaga(II) fluorida CuI
CuS tembaga(II) sulfida
CuSO4.5H2O tembaga(II) sulfat
Cu(NO3)2.3H2O pentahidrat atau vitriol biru
tembaga(II) nitrat trihidrat

C. Sifat dan Kegunaan Cu


1. Sifat tembaga (Cu)
a. Sifat fisika
 Tembaga merupakan logam yang berwarna kuning kemerahan seperti
emas kuning.
 Mudah ditempa (liat) dan bersifat elastis sehingga mudah dibentuk
menjadi pipa, lembaran tipis, dan kawat.
 Konduktor panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak.
 Titik leleh : 1083 dan titik didih 2301.

b. Sifat kimia
 Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan
terhadap korosi. Pada udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi
oleh suatu lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga
karbonat basa, CuOH2CO3.
 Pada kondisi yang istimewa, yakni pada suhu sekitar 300 tembaga
dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam.
Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, yakni sekitar 1000 akan
terbentuk tembaga (I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah.
 Logam Cu dan beberapa bentuk persenyawaan, seperti CuO3,
Cu(OH)2, dan Cu(CN)2, tidak dapat larut dalam air dingin atau air
panas tetapi dapat dilarutkan dengan asam.
 Logam Cu itu sendiri dapat dilarutkan dalam senyawa asam sulfat
(H2SO4) panas dalam larutan basa NH4OH.

2. Kegunaan tembaga (Cu)


 Sebagai bahan untuk kabel listrik dan kumparan dinamo.
 Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian dari
kapal.
 Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi
methanol menjadi metanal.
 Digunakan untuk menambah kekuatan dan kekerasan mata uang dan
perkakas – perkakas yang terbuat dari emas dan perak.
 Dalam industri, tembaga banyak digunakan dalam industri cat, industri
fungisida serta dapat digunakan sebagai katalis, baterai elektroda,
sebagai pencegah pertumbuhan lumut, turunan senyawa – senyawa
karbonat banyak digunakan sebagai pigmen dan pewarna kuningan.
D. Daerah Persebaran

Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di Papua. Potensi


lainnya menyebar di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.

Lokasi penyebaran mineral tembaga terdapat di beberapa tempat, yaitu:


Sungai Mentawai Sausu, Perbukitan Tompera Sausu, Sungai Mentawa, Sungai
Torue, Perbukitan Tomborong Maninili Siaga, Sungai Silitunang Maninili UPT
Trans, Sungai Ganonggol, Sungai Bugis Swakarsa, Wanagading, Sungai Moutong
dan Sungai Tinombo.

BAB III
PENGOLAHAN TEMBAGA

BIJIH TEMBAGA

Kominusi

Flotasi

Reduksi
Pemanggangan
Ekstraksi
Pemurnian
Metalurgi
A. Tahap Kominusi

1. Definisi
Kominusi adalah operasi pengecilan ukuran bijih dengan peremukan dan
penggerusan. Tujuan dilakukannya kominusi adalah untuk menghasilkan
partikel yang sesuai dengan kebutuhan (ukuran maupun
bentuk),membebaskan mineral tembaga yang berharga dari pengotor,
memperbesar luas permukaan, sehingga kecepatan reaksi pelarutan dapat
berlangsung dengan lebih baik.

2. Tahapan Kominusi
a. Peremukan (Crushing):
Crushing adalah suatu proses yang bertujuan untuk meliberalisasi
mineral yang diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor yang lain.
 Primary crushing : ROM menjadi 8” – 6”
Alat : Jaw crusher, Gyratory crusher, Hammer mill atau Impact
crusher.
“Untuk bijih yang keras dan kompak biasanya digunakan jaw crusher
atau gyratory crusher, sedangkan utk bahan galian yang lebih brittle
digunakan hammer mill atau impact crusher.”
 Secondary crushing : 8” – 6” menjadi 3” – 2”
Alat : Jaw crusher, Cone crusher, Gyratory crusher, Roll crusher
 Tertiary crushing : 3” – 2” Menjadi 3/8” – ½”
Alat : Cone crusher, Hammer mill, Roll crusher

b. Penggerusan (Grinding):

1/2” – 3/8” menjadi fine (halus)


 Primary grinding
 Fine grinding
Alat : Ball mill, Rod mill, Pebble mill, Tube mill, Autogenous mill,
Semi Autogenous (SAG) mill
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses kominusi :
 Ukuran material/bijih dari tambang
 Biasanya ukuran material/bijih dari tambang dalam bentuk
bongkah → pemilihan primary crusher dan proses screening
 Keadaan bijih → pada material yang lengket akan mempengaruhi
pemilihan mill/crusher.
 Kesediaan air → penting khususnya untuk proses basah
 Proses-proses berikutnya basah atau kering
 Korosi pada lining (bahan pelapis pada dinding dalam mill)
 Reaksi antara material dengan air

B. Tahap Pengolahan awal (Pemekatan)

Pemekatan bijih bertujuan untuk memisahkan mineral dari pengotornya


sehingga diperoleh kadar bijih tinggi. Pemekatan dapat dilakukan melalui dua
teknik pemisahan, yaitu pemisahan secara fisis dan pemisahan secara kimia.
Pemisahan secara fisis terdiri dari :

1. Pemisahan pengapungan (flotation separation)


Flotasi adalah merupakan konsentrasi untuk memisahkan mineral berharga
dan mineral tidak berharga (bijih) berdasar atas sifat permukaan mineral itu
yakni senang tidaknya terhadap udara. Flotasi dilakukan dalam media air,
dengan demikian disini ada tiga fase yakni ; fase padat, cair dan udara, sifat
mineral tersebut adalah :
 Sifat polar (senang terhadap air)
 Sifat plan polar (senang terhadap udara)

a. Langkah-langkah Flotasi
1) Liberasi, analisis pendahuluan
Agar mineral terliberasi maka perlu dilakukan crushing atau grinding
yang diteruskan dengan pengayakan atau classifying. Ini dimaksudkan
agar ukuran butir mineral dapat seragam sehingga proses akan lebih sukses
atau berhasil. Analisis pendahuluan dilakukan dengan menggunakan
mikroskop sehingga dapat dilihat derajat liberasinya dan kadar dari
mineral tersebut. Diupayakan dalam tahap ini juga dilakukan desliming,
sebab slime akan mengganggu proses flotasi.
2) Conditioning
Yaitu membuat suatu pulp agar nantinya pulp tersebut dapat langsung
dilakukan flotasi. Preparasi ini sebaiknya disesuaikan dengan liberasi
dalam proses basah, maka conditioning juga harus dilakukan pada proses
basah.Pada tahap pengkondisian, reagent yang diberikan adalah modifier,
collector dan terakhir frother.
3) Proses flotasi
Proses ini ditandai dengan masuknya gelembung udara ke dalam pulp

b. Reagen Flotasi
Agar proses flotasi dapat berlangsung maka diperlukan reagen flotasi.
Penggunaan reagen flotasi ini tidak dimaksudkan untuk mengubah sifat – sifat
kimia dari partikel tersebut tetapi hanya mengubah sifat permukaan dengan
menyerap ( adsorsi) reagen flotasi tersebut. Keberhasilan pemisahan mineral
secara flotasi ditentukan oleh ketepatan penentuan reagen kimia yang
digunakan. Secara garis besarnya reagen yang digunakan dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu : kolektor, modifier dan frother.
1) Kolektor
Kolektor adalah senyawa organic yang ditambahkan kedalam pulp
untuk mengubah permukaan mineral dari hidropilik menjadi hidropobik
dengan proses penyerapan (adsorbsi). Klasifikasi dari kolektor
berdasarkan sifat ionnya, yaitu kationik dan anionic umumnya kolektor
dari golongan ini dipakai pada pekerjaan flotasi sulfide. Tetapi ini juga
memungkinkan dipakai dalam pekerjaan flotasi mineral non sulfida .
Sedangkan kolektor kationic untuk flotasi non sulfide. Dalam pemakaian
harus diperhatikan mengenai jumlah kolektor. Kolektor yang digunakan
bila digunakan terlalu sedikit tidak dapat mengapungkan mineral secara
selektif, sedangkan bila terlalu banyak akan menghasilkan flotasi yang
tidak terlalu baik Contohnya : xanthate, thiocarbonilid, asam oleik, dll.
2) Modifier
Modifier adalah reagen kimia yang diperlukan dalam proses flotasi
untuk mengintensifkan selektifitas dari pekerjaan kolektor. Efek yang
umum dihasilkan adalah menaikaan dan menurunkan hidropobisitas dari
suatu permukaan partikel tertentu. Jenis modifier ini adalah PH regulator
( pengatur pH), activator, depresan dan dispersan. pH regulartor adalah
media yang digunakan untuk mengatur pH. Pengaturan pH dari pulp ini
dilakukan dengan penabahan kapur, sodium karbonat, sodium hidroksida
atau ammonium untuk menaikkannya dengan penambaahan sulfuric,
sulfuros tau asam klorida. Aktivator adalah suatu reagen yang digunakan
dalam flotasi untuk meningkatkan kerja dari kolektor pada permukaan
partikel mineral. Ini berarti bahwa reagen activator membantu untuk
mengapungakan mineral pada saat proses flotasi. Depresan juga
merupakan reagen kimia yang dipakai untuk melemahkan kerja dari
kolektor terhadap permukaan partikel mineral dengan cara menyelimuti
permukaan partikel sehingga tidak menempel pada gelembung udara.
Dengan kata lain depresan adalah reagen flotasi yang membantu untuk
menenggelamkan partikel mineral.
Penekan / pencegah (depresant) yang berguna untuk mencegah agar
mineral pengotor tidak ikut menempel pada udara dan ikut terapung.
Misalnya : Zn SO4 untuk menekan Zn S.
Pengatur keasaman (pH regulator) yang berfungsi untuk mengatur
tingkat keasaman proses flotasi. Misalnya : HCl, HNO3, Ca (OH)3, NH4
OH, dll.
3) Frother
Frother (pembuih) akan terkonsentrasi pada antar muka udara dan air.
Kehadiran froter pada fasa cair pada larutan reagen kimia yang dipakai
dalam flotasi untuk membentuk buih atau busa. Reagen ini mempunyai
permukaan yang aktif dan biasanya pada flotasi berguna untuk
meningkatkan gelembung udara dan menolong supaya gelembung
menyebar. Ini berarti memperbaiki kondisi penempelan partikel mineral
dan menaikaan stabilitas busa. Kontak antar mineral udara dan air dikenal
dengan kontak tiga fasa dan sudut yang terbentuk antara mineral dengan
antar muka udara-air yang diukur pada fasa air disebut dengan sudut
kontak. Sudut kontak = 0, berarti permukaan padatan diselimuti air
(hidropilik) dan sudut kontak = 1800 udara menutupi padatan. Sudut
kontak sering digunakan sebagai ukuran kehidropobikan permukaan
mineral.
Pemakaian frother pada proses flotasi sangat penting dilihat dari
fungsinya yaitu :
 Frother mencegah perpaduan gelembung udara dan menjaga
kestabilan gelembung untuk selama periode waktu yang cukup
lama.
 Lapisan frother pada kulit gelembung udara menaikkan ketahanan
gelembung terhadap bermacam – macam ketahanan dari luar.
 Lapisan frother pada gelembung mengurangi kecepatan
gelembung didalam pulp, sehingga kontak gelembung dengan
mineral – mineral akan menimbulkan kondisi yang lebih baik yang
menguntungkan proses flotasi.
Proses pemekatan dengan flotasi.

C. Proses Reduksi.

Setelah bijih tembaga dipekatkan (tembaga sulfida), kemudian direduksi


dengan cara pemangggangan. Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah sebagai
berikut:

2CuS(s) + 3O2(g) → 2CuO(s) + 2SO2(g)

Pemanggangan bersifat eksoterm sehingga setelah pemanggangan dimulai


tidak perlu ditambahkan panas lagi. Untuk memperoleh logam tembaga dilakukan
dengan cara reduksi tembaga oksida dengan karbon sebagai reduktor :


CuO(s) + C(s) → Cu(g) + CO(g)

Uap logam tembaga meninggalkan reaktor dan terkondensasi menjadi cair,


yang selanjutnya memadat. Hidrogen dan logam aktif, seperti natrium,
magnesium, dan aluminium juga digunakan sebagai reduktor jika karbon yang
dipakai tidak cocok. Hasil reduksi pada tahap ini dinamakan tembaga blister yang
kemurniannya mencapai 98%. Untuk kebutuhan penghantar listrik, tembaga harus
dimurnikan melalui elektrolisis
D. Pemurnian

Pemurnian logam kasar sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama
adanya pengotor mengakibatkan logam yang bersangkutan tidak dapat
dimanfaatkan sesuai yang diinginkan, misalnya adanya arsenik dalam persentase
yang sangat kecil sebagai pengotor, umumnya dalam tembaga, mengakibatkan
penurunan sifat konduktivitas listrik 10-20%. Kedua adanya pengotor dalam
logam itu sendiri sangat berharga, misalnya perak merupakan hasil samping dari
metalurgi timbel dan tembaga.

Metode untuk pemurnian logam kasar meliputi pemurnian elektrolitik


misalnya untuk tembaga, oksadasi pengotor yang harus dipisahkan misalnya
untuk besi, distilasi logam dengan titik didih rendah seperti raksa, zink dan nikel,
zone refining (pemurnian zona).

Zona refining merupakan teknik pemurnian logam dengan hasil kemurnian


yang sangat tinggi. Teknik ini berdasarkan pada kenyataan bahwa pengotor lebih
mudah larut dalam fase cairan daripada fase padatan. Dalam proses ini batangan
logam yang akan dimurnikan di lewatkan secara perlahan kedalam kumparan
pemanas listrik yang mengakibatkan logam meleleh dan pengotor larut di dalam
fase lelehan logam. Batangan logam bergerak terus maju dan ketika keluar dari
kumparan pemanas maka bagian ujung luar menjadi dingin dan segera memadat
kembali, sedangkan pengotor akan tetap tertinggal larut dalam zona pelelehan
didalam kumparan pemanas.
BAB IV
EKSTRAKSI METALURGI

A. Hidrometalurgi

Hidrometalurgi merupakan salah satu cabang tersendiri dari metalurgi. Secara


harfiah hidrometalurgi dapat diartikan sebagai cara pengolahan logam dari batuan
atau bijihnya dengan menggunakan pelarut berair (aqueous solution) atau secara
detailnya proses hidrometalurgi adalah suatu proses yang menggunakan
pemakaian suatu zat kimia yang cair untuk dapat melarutkan suatu partikel
tertentu. Reaksi kimia yang dipilih biasanya yang sangat selektif. Artinya hanya
metal yang diinginkan saja yang akan bereaksi (larut) dan kemudian dipisahkan
dari material yang tidak diinginkan. Pelarut yang digunakan dalam pengolahan
hidrometalurgi dapat berupa asam atau senyawa pengompleks. Metode
hidrometalurgi memiliki beberapa keuntungan, yaitu biaya pengolahan yang
rendah, rekoveri yang tinggi, proses pengolahan relatif mudah, investasi alat yang
rendah sehingga memungkinkan percepatan proses produksi, dan proses
pengolahan yang relatif lebih singkat. Penggunaan metode hidrometalurgi juga
memiliki kelemahan, yaitu dibutuhkan reagen pereaksi yang cukup banyak dan
kapasitas produksinya kecil.Sehingga diperlukan optimalisasi agar diperoleh hasil
yang maksimal.Beberapa faktor yang mempengaruhi metode hidrometalurgi
antara lain suhu selama proses roasting, konsetrasi reaktan, ukuran partikel sampel
dan pH. Apabila kombinasi dari faktor-faktor tersebut tepat, maka proses
hidrometalurgi akan optimal (pehlke, 1973).
Secara garis besar, proses hidrometalurgi terdiri dari tiga tahapan yaitu
leaching atau pengikisan logam dari batuan dengan bantuan reagen, pemekatan
larutan hasil leaching dan pemurniannya, recovery yaitu pengambilan logam dari
larutan hasil leaching. Leaching adalah proses pelarutan selektif yang hanya
logam-logam tertentu yang dapat larut. Pelarut akan melarutkan sebagian bahan
padatan sehingga bahan terlarut yang diinginkan dapat diperoleh. Pemilihan
metode pencucian tergantung pada kandungan logam berharga dalam bijih dan
karakteristik bijih khususnya mudah tidaknya bijih dicuci oleh reagen kimia
tertentu.
Secara umum dua proses utama untuk ekstraksi dan meningkatkan kadar TiO 2
dalam pasir besi dengan metode hidrometalurgi, yaitu leaching dengan asam
sulfat maupun asam klorida. Proses sulfat tergolong panjang, mahal, dan limbah
besi sulfat kurang bernilai ekonomis. Proses leaching bertujuan untuk
memecahkan bijih atau konsentrat dari bahan yang akan diekstraksi untuk
memisahkan atau menghasilkan mineral berharga. Selain itu proses ini juga
mudah melarutkan zat dalam bijih atau konsentrat sehingga akan didapatkan
bentuk konsentrat yang kaya logam berharga.
Proses yang umumnya dipakai untuk mendapatkan TiO 2 dalam pasir besi atau
mineral ilmenit adalah proses hidrometalurgi yang terdiri atas proses klorinasi dan
sulfat. Pada proses ini, digunakan reagen asam kuat dalam jumlah besar sehingga
tidak ekonomis. Metode lain yang baru dikembangkan untuk ekstraksi TiO 2 dari
pasir besi adalah kombinasi proses pirometalurgi dan hidrometalurgi. Proses
pirometalurgi pada prinsipnya adalah proses kaustik. Proses ini menggantikan
proses dekomposisi dengan proses sulfat atau klorinasi. Proses kaustik ini adalah
proses dekomposisi dengan menggunakan soda ditambah dengan perlakuan
roasting. Roasting merupakan proses yang bertujuan untuk mereduksi pengotor
atau bahan yang tidak diinginkan.
Sebelum dicuci ukuran sampel diperhalus dengan crushing atau grinding.
Proses grinding ialah mereduksi ukuran dari bijih yang berukuran halus menjadi
ukuran sangat halus (biasa disebut dengan mill). Didalam beberapa pemurnian,
perlakuan kimia terkadang dibutuhkan untuk menghasilkan keadaan optimum
recovery.

B. Hidrometalurgi Pada Tembaga

Proses Hidrometalurgi adalah suatu proses metalurgi, dimana dilakukan


pemakaian suatu zat kimia yang cair untuk dapat melarutkan suatu partikel
tertentu. Hidrometalurgi dapat juga diartikan sebagai proses ekstraksi metal
dengan larutan reagen encer (< 1 gram/mol) dan pada suhu < 100 ºC. Dalam
proses peluluhan senyawanya yaitu logam larut dan lepas dari bijinya oleh air
sehingga terbentuk larutan logam tersebut dalam air. Larutan ini dapat dimurnikan
setelah itu senyawa logam murninya dapat direduksi langsung menjadi logamnya
sedangkan jika terbentuk endapan dapat dipisahkan melalui penyaringan.

Larutan hasil peluluhan dapat diregenarasi dan dipakai kembali untuk proses
peluluhan. Tembaga dapat diluluhkan oleh asam sulfat bersama oksigen, emas
oleh larutan sianida bersama oksigen. Menurut persamaan reaksi berikut :

2CuFeS(s) + H2SO4 (aq) + 4O2 (g) → 2CuSO4 (aq) + Fe2O3 (s) + S (s) + H2O (l)
Biji tembaga Larutan Peluluh

Au(s) + 2CN- (aq) + O2 (g) + 2H2O (l) → [Au(CN)2]- (aq) + 4OH- (aq)
(Biji emas) (Larutan Peluluh)

Setelah larutan ion logamnya terbentuk maka ion logamnya direduksi dengan
logam lain yang lebih reaktif. Untuk kedua ion logam diatas dipakai masing-
masing logam besi dan zink sebagai reduktor, menurut persamaan reaksi sebagai
berikut :

CuSO4 (aq) + Fe (s) → FeSO4 (aq) + Cu (s)

keuntungan:
1. Bijih tidak harus dipekatkan, melainkan hanya harus dihancurkan menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil.
2. Pemakaian batubara dan kokas pada pemanggangan bijih dan sekaligus
sebagai reduktor dalam jumlah besar dapat dihilangkan.
3. Polusi atmosfer oleh hasil samping pirometalurgi sebagai belerang dioksida,
arsenik (III) oksida, dan debu tungku dapat dihindarkan.
4. Untuk bijih-bijih peringkat rendah (low grade), metode ini lebih efektif.
5. Suhu prosesnya relatif lebih rendah.
6. Reagen yang digunakan relatif murah dan mudah didapatkan.
7. Produk yang dihasilkan memilki struktur nanometer dengan kemurnian yang
tinggi.
Pada prinsipnya hidrometalurgi melewati beberapa proses yang dapat
disederhanakan tergantung pada logam yang ingin dimurnikan. Salah satu yang
saat ini banyak mendapat perhatian adalah logam mangan dikarenakan aplikasinya
yang terus berkembang terutama sebagai material sel katodik pada baterai isi
ulang. Bateria ion litium konvensional telah lama dikenal dan diketahui memiliki
kapasitas penyimpanan energi yang cukup besar. Namum jika katodanya dilapisi
lagi dengan logam mangan oksida maka kapasitas penyimpanan energi baterai
tersebut menjadi jauh lebih besar.
Kondisi yang baik untuk hidrometalurgi adalah :
1. Metal yang diinginkan harus mudah larut dalam reagen yang murah.
2. Metal yang larut tersebut harus dapat “diambil” dari larutannya dengan
mudah dan murah.
3. Unsur atau metal lain yang ikut larut harus mudah dipisahkan pada proses
berikutnya.
4. Mineral-mineral pengganggu (gangue minerals) jangan terlalu banyak
menyerap (bereaksi) dengan zat pelarut yang dipakai.

C. Pirometalurgi
Suatu proses ekstraksi metal dengan memakai energi panas. Suhu yang dicapai
ada yang hanya 50º - 250º C (proses Mond untuk pemurnian nikel), tetapi ada
yang mencapai 2.000º C (proses pembuatan paduan baja). Yang umum dipakai
hanya berkisar 500º - 1.600º C ; pada suhu tersebut kebanyakan metal atau paduan
metal sudah dalam fase cair bahkan kadang-kadang dalam fase gas. Umpan yang
baik adalah konsentrat dengan kadar metal yang tinggi agar dapat mengurangi
pemakaian energi panas.

Penghematan energi panas dapat juga dilakukan dengan memilih dan


memanfaatkan reaksi kimia eksotermik (exothermic). Sumber energi panas dapat
berasal dari :

1. Energi kimia (chemical energy = reaksi kimia eksotermik).


2. Bahan bakar (hydrocarbon fuels) : kokas, gas dan minyak bumi.
3. Energi listrik.
4. Energi terselubung/tersembunyi, panas buangan dipakai untuk pemanasan
awal (preheating process).
Peralatan yang umumnya dipakai adalah :

1. Tanur tiup (blast furnace).


2. Reverberatory furnace.
Sedangkan untuk pemurniannya dipakai :

1. Pierce-Smith converter.
2. Bessemer converter.
3. Kaldo cenverter.
4. Linz-Donawitz (L-D) converter.
5. Open hearth furnace.
Proses pirometalurgi terbagi atas 5 proses, yaitu :

1. Drying (Pengeringan)
Drying adalah proses pemindahan panas kelembapan cairan dari material.
Pengeringan biasanya sering terjadi oleh kontak padatan lembap
denganpembakaran gas yang panas oleh pembakaran bahan bakar fosil.
Pada beberapa kasus, panas pada pengeringan bisa disediakan oleh udara
panas gas yang secara tidak langsung memanaskan. Biasanya suhu
pengeringan di atur pada nilai diatas titik didih air sekitar 120ºC.pada
kasus tertentu, seperti pengeringan air garam yang dapat larut, suhu
pengeringan yang lebih tinggi diperlukan.
2. Calcining (Kalsinasi)
Kalsinasi adalah dekomposisi panas material. Contohnya dekomposisi
hydrate seperti ferric Hidroksida menjadi ferric oksida dan uap air atau
dekomposisi kalsium karbonat menjadi kalsium oksida dan karbon diosida
dan atau besi karbonat menjadi besi oksida.Proses kalsinasi membawa
dalam variasi tungku/furnace termasuk shaft furnace, rotary kilns dan
fluidized bed reactor.
3. Roasting (Pemanggangan)
Roasting adalah pemanasan dengan kelebihan udara dimana udara
dihembuskan pada bijih yang dipanaskan disertai penambahan regen kimia
dan pemanasan ini tidak mencapai titik leleh (didih).
Kegunaan Roasting adalah :
 Mengeluarkan sulfur, Arsen, Antimon dari persenyawaannya
 Merubah mineral sulfida menjadi oksida dan sulfur
 Membentuk material menjadi porous
 Menguapkan impurity yang foltair.
Dapur yang digunakan pada proses roasting, yaitu :

 Hazard Vloer Oven


 Suspensi roasting oven
 Fluiized bed roasting
Jenis-jenis roasting, yaitu :

a. Oksida Roasting Biasanya dilakukan terhadap mineral-mineral sulfida


pada temperatur tinggi (direduksi langsung). Pada temperatur rendah :

- sulfida logam dapat direduksi dengan Carbon membentuk CS dan CS2.

- Tidak dapat direduksi langsung karena sulfida logam-logam lebih


stabil

b. Reduksi Roasting Adalah suatu proses pemanggangan dimana suatu


oksida mengalami proses reduksi oleh suatu reduktor gas yang
dimaksudkan untuk menurunkan derajat oksidasi suatu logam.
Peristiwa reduksi ini tidak dapat tercapai untuk suatu oksida yang
sangat stabil.

c. Chlor Roasting Dalam proses ini, bijih/konsentrat dipanggang bersama


senyawa klorida (CaCl2,NaCl) atau dengan gas Cl2. Tujuan chlor
roasting adalah :

- Menghasilkan senyawa klorida logam dalam air (di ekstraksi)


- Menghasilkan senyawa klorida logam-logam yang mudah menguap
agar dapat dipisahkan dari mineral-mineral pengganggu (Metalurgi
Halida).

d. Fluor Roasting Pemanggangan ini menggunakan reagent F2.

e. Yodium Roasting Pemanggangan ini menggunakan reagent I2.

4. Smelting Adalah proses peleburan logam pada temperatur tinggi sehingga


logam ,leleh dan mecair setelah mencapai titik didihnya. Oven yang
digunakan, yaitu :

a. Schacht Oven

b. Scraal Oven (revergeratory Furnace

c. Electric Oven (Electric Furnace)

Dalam pemakaian oven yang perlu diperhatikan, yaitu :

a. Ketahanan mekanis dari feeding

b. Kemurnian dari bahan bakar.

Smelting terbagi beberapa jenis, yaitu :

a. Reduksi smelting

b. Oksidasi smelting

c. Netral smelting

d. Sementasi smelting

e. Sulfida smelting

f. Presipitasi smelting

g. Flash smelting (peleburan semprot)

h. Ekstraksi timbal dan seng secara simultan.


5. Refining (Pemurnian) Pemunian adalah pemindahan kotoran dari material
dengan proses panas.

D. Phyrometalurgi pada tembaga

Pyrometalurgi adalah suatu proses pengolahan mineral dengan dasar panas


dengan pengolahan tembaga melalui suatu proses yang bertujuan untuk mengubah
pengotor senyawa Sulfida menjadi Oksida atau disebut dengan proses Roasting.
Reaksinya yaitu:

CuFeS2+ 9O2 menjadi 2Cu2S+ 2Fe2O3+ 6SO2

Berdasarkan reaksi diatas, proses Roasting bertujuan untuk mengubah Besi


Sulfida menjadi Besi Oksida sedangkan Tembaga tetap Sulfida. Diubahnya besi
sulfida menjadi besi oksida adalah agar pada proses selanjutnya yaitu smelting
atau peleburan, tembaga sulfida akan mencair meninggalkan besi oksida yang
bertitik cair lebih tinggi dan akan ditinggalkan sebagai terak pengotor, sedangkan
tembaga yang telah mencair akan turun kebawah karena berat jenis tembaga yang
lebih tinggi dari besi oksida.

Adapun urutan prosesnya sebagai berikut:

1. Bijih tembaga dihaluskan dengan alat peremuk batuan

2. Bijih dicampur air sehingga terbentuk slurry

3. Slurry dimasukkan ke tangki sel flotasi dengan tujuan pemisahan dari


mineral pengotor

4. Diperoleh konsentrat Cu dalam bentuk Cu dengan kadar tinggi

5. Diproses lanjut dalam pabrik pengawa-airan ( dewatering plant) untuk


menghilangkan air dengan: penyaring putar dan pengeringan sampai di
dapat konsentrat Cu yang kering

6. Roasting atau pemanggangan bertujuan untuk proses reduksi pengotor


7. Ekstraksi tembaga murni dari konsentrat tembaga dengan dengan:
prometalurgi dan elektrolisis ( dengan arus listrik)

BAB V

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai