PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam
termasuk sumber daya mineral logam. Kesadaran akan banyaknya mineral logam
ini mendorong bangsa Indonesia untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam
tersebut secara efisien. Dalam pemanfaatanya, tentu saja menggunakan berbagai
metode dan teknologi sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal dengan hasil
yang optimal dengan keuntungan yang besar, biaya produksi yang seminim
mungkin serta ramah lingkungan.
Pengolahan tembaga dan ekstraksi mealurgi menjadi sesuatu yang lebih
bermanfaat tidak lepas dari peran reaksi kimia fisika. Pencucian maupun
pemisahan pada timah merupakan nagian dari proses yang melibatkan reaksi-
reaksikimiafisika.Oleh karena itu, proses pemurnian timah untuk memperoleh
hasil yang ekonomi perlu di kaji dan dipelajari dari segi kimia fisika.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, tulisan ini secara khusus akan membahas
permasalahan :
1. Penjelasan dasar mengenai tembaga ?
2. Bagaimana cara pengolahan tembaga ?
3. Bagaimana cara ekstraksi metalurgi tembaga?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain :
1. Untuk mengetahui deskripsi, sifat, dan kegunaan serta sumber-sumber
terdapat bijih mineral tembaga.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengolah bijih tembaga.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara ekstraksi metalurgi bijih tembaga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Formula Kimia : Cu
Sistem Kristal : Reguler
Warna : Merah-tembaga, atau merah-mawar terang.
Kilap : Metalik
Kekerasan : 2,5 – 3
Berat Jenis : 8,94
Indeks Bias : 1. 544 - 1.553
Goresan : Merah
Belahan : Tidak satupun
Pecahan : Hackly
Tenacity : Ductile dan Malleable
Derajat Ketransparanan : Opaque
Kemagnetan : Diamagnetit
B. Senyawa Tembaga (Cu)
Terdapat 2 senyawa tembaga yaitu Tembaga (I) atau cupro dan Tembaga (II)
atau cupri. Tembaga (I) oksida merupakan senyawa yang berwarna hitam
dan Cu²+ umum nya berwarna biru. CuSO4.5H2O dikenal dengan nama terusi
atau prusi yang berwarna biru, tetapi bila dipanas kan H2O nya menguap dan
warna nya menjadi putih. Dalam badan perairan laut, tembaga dapat ditemukan
dalam bentuk persenyawaan ion seperti CuCO3-, CuOH. Pada batuan mineral
atau lapisan tanah, tembaga dapat ditemukan dalam bentuk – bentuk seperti :
1. Chalcocote (Cu2S)
2. Covellite (CuS)
3. Chalcopyrite (CuFeS2)
4. Bornite (Cu5FeS4)
5. Enargite [Cu3(AsSb)S4]
Tembaga di alam memiliki tingkat oksidasi +1 dan +2. Tembaga dengan bilangan
oksidasi +2 merupakan tembaga yang sering ditemukan sedangkan tembaga
dengan bilangan oksidasi +1 jarang ditemukan, karena senyawaan tembaga ini
hanya stabil jika dalam bentuk senyawa kompleks. Selain dua keadaan oksidasi
tersebut dikenal pula tembaga dengan bilangan oksidasi +3 tetapi jarang
digunakan, misalnya K3CuF6.
b. Sifat kimia
Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan
terhadap korosi. Pada udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi
oleh suatu lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga
karbonat basa, CuOH2CO3.
Pada kondisi yang istimewa, yakni pada suhu sekitar 300 tembaga
dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam.
Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, yakni sekitar 1000 akan
terbentuk tembaga (I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah.
Logam Cu dan beberapa bentuk persenyawaan, seperti CuO3,
Cu(OH)2, dan Cu(CN)2, tidak dapat larut dalam air dingin atau air
panas tetapi dapat dilarutkan dengan asam.
Logam Cu itu sendiri dapat dilarutkan dalam senyawa asam sulfat
(H2SO4) panas dalam larutan basa NH4OH.
BAB III
PENGOLAHAN TEMBAGA
BIJIH TEMBAGA
Kominusi
Flotasi
Reduksi
Pemanggangan
Ekstraksi
Pemurnian
Metalurgi
A. Tahap Kominusi
1. Definisi
Kominusi adalah operasi pengecilan ukuran bijih dengan peremukan dan
penggerusan. Tujuan dilakukannya kominusi adalah untuk menghasilkan
partikel yang sesuai dengan kebutuhan (ukuran maupun
bentuk),membebaskan mineral tembaga yang berharga dari pengotor,
memperbesar luas permukaan, sehingga kecepatan reaksi pelarutan dapat
berlangsung dengan lebih baik.
2. Tahapan Kominusi
a. Peremukan (Crushing):
Crushing adalah suatu proses yang bertujuan untuk meliberalisasi
mineral yang diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor yang lain.
Primary crushing : ROM menjadi 8” – 6”
Alat : Jaw crusher, Gyratory crusher, Hammer mill atau Impact
crusher.
“Untuk bijih yang keras dan kompak biasanya digunakan jaw crusher
atau gyratory crusher, sedangkan utk bahan galian yang lebih brittle
digunakan hammer mill atau impact crusher.”
Secondary crushing : 8” – 6” menjadi 3” – 2”
Alat : Jaw crusher, Cone crusher, Gyratory crusher, Roll crusher
Tertiary crushing : 3” – 2” Menjadi 3/8” – ½”
Alat : Cone crusher, Hammer mill, Roll crusher
b. Penggerusan (Grinding):
a. Langkah-langkah Flotasi
1) Liberasi, analisis pendahuluan
Agar mineral terliberasi maka perlu dilakukan crushing atau grinding
yang diteruskan dengan pengayakan atau classifying. Ini dimaksudkan
agar ukuran butir mineral dapat seragam sehingga proses akan lebih sukses
atau berhasil. Analisis pendahuluan dilakukan dengan menggunakan
mikroskop sehingga dapat dilihat derajat liberasinya dan kadar dari
mineral tersebut. Diupayakan dalam tahap ini juga dilakukan desliming,
sebab slime akan mengganggu proses flotasi.
2) Conditioning
Yaitu membuat suatu pulp agar nantinya pulp tersebut dapat langsung
dilakukan flotasi. Preparasi ini sebaiknya disesuaikan dengan liberasi
dalam proses basah, maka conditioning juga harus dilakukan pada proses
basah.Pada tahap pengkondisian, reagent yang diberikan adalah modifier,
collector dan terakhir frother.
3) Proses flotasi
Proses ini ditandai dengan masuknya gelembung udara ke dalam pulp
b. Reagen Flotasi
Agar proses flotasi dapat berlangsung maka diperlukan reagen flotasi.
Penggunaan reagen flotasi ini tidak dimaksudkan untuk mengubah sifat – sifat
kimia dari partikel tersebut tetapi hanya mengubah sifat permukaan dengan
menyerap ( adsorsi) reagen flotasi tersebut. Keberhasilan pemisahan mineral
secara flotasi ditentukan oleh ketepatan penentuan reagen kimia yang
digunakan. Secara garis besarnya reagen yang digunakan dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu : kolektor, modifier dan frother.
1) Kolektor
Kolektor adalah senyawa organic yang ditambahkan kedalam pulp
untuk mengubah permukaan mineral dari hidropilik menjadi hidropobik
dengan proses penyerapan (adsorbsi). Klasifikasi dari kolektor
berdasarkan sifat ionnya, yaitu kationik dan anionic umumnya kolektor
dari golongan ini dipakai pada pekerjaan flotasi sulfide. Tetapi ini juga
memungkinkan dipakai dalam pekerjaan flotasi mineral non sulfida .
Sedangkan kolektor kationic untuk flotasi non sulfide. Dalam pemakaian
harus diperhatikan mengenai jumlah kolektor. Kolektor yang digunakan
bila digunakan terlalu sedikit tidak dapat mengapungkan mineral secara
selektif, sedangkan bila terlalu banyak akan menghasilkan flotasi yang
tidak terlalu baik Contohnya : xanthate, thiocarbonilid, asam oleik, dll.
2) Modifier
Modifier adalah reagen kimia yang diperlukan dalam proses flotasi
untuk mengintensifkan selektifitas dari pekerjaan kolektor. Efek yang
umum dihasilkan adalah menaikaan dan menurunkan hidropobisitas dari
suatu permukaan partikel tertentu. Jenis modifier ini adalah PH regulator
( pengatur pH), activator, depresan dan dispersan. pH regulartor adalah
media yang digunakan untuk mengatur pH. Pengaturan pH dari pulp ini
dilakukan dengan penabahan kapur, sodium karbonat, sodium hidroksida
atau ammonium untuk menaikkannya dengan penambaahan sulfuric,
sulfuros tau asam klorida. Aktivator adalah suatu reagen yang digunakan
dalam flotasi untuk meningkatkan kerja dari kolektor pada permukaan
partikel mineral. Ini berarti bahwa reagen activator membantu untuk
mengapungakan mineral pada saat proses flotasi. Depresan juga
merupakan reagen kimia yang dipakai untuk melemahkan kerja dari
kolektor terhadap permukaan partikel mineral dengan cara menyelimuti
permukaan partikel sehingga tidak menempel pada gelembung udara.
Dengan kata lain depresan adalah reagen flotasi yang membantu untuk
menenggelamkan partikel mineral.
Penekan / pencegah (depresant) yang berguna untuk mencegah agar
mineral pengotor tidak ikut menempel pada udara dan ikut terapung.
Misalnya : Zn SO4 untuk menekan Zn S.
Pengatur keasaman (pH regulator) yang berfungsi untuk mengatur
tingkat keasaman proses flotasi. Misalnya : HCl, HNO3, Ca (OH)3, NH4
OH, dll.
3) Frother
Frother (pembuih) akan terkonsentrasi pada antar muka udara dan air.
Kehadiran froter pada fasa cair pada larutan reagen kimia yang dipakai
dalam flotasi untuk membentuk buih atau busa. Reagen ini mempunyai
permukaan yang aktif dan biasanya pada flotasi berguna untuk
meningkatkan gelembung udara dan menolong supaya gelembung
menyebar. Ini berarti memperbaiki kondisi penempelan partikel mineral
dan menaikaan stabilitas busa. Kontak antar mineral udara dan air dikenal
dengan kontak tiga fasa dan sudut yang terbentuk antara mineral dengan
antar muka udara-air yang diukur pada fasa air disebut dengan sudut
kontak. Sudut kontak = 0, berarti permukaan padatan diselimuti air
(hidropilik) dan sudut kontak = 1800 udara menutupi padatan. Sudut
kontak sering digunakan sebagai ukuran kehidropobikan permukaan
mineral.
Pemakaian frother pada proses flotasi sangat penting dilihat dari
fungsinya yaitu :
Frother mencegah perpaduan gelembung udara dan menjaga
kestabilan gelembung untuk selama periode waktu yang cukup
lama.
Lapisan frother pada kulit gelembung udara menaikkan ketahanan
gelembung terhadap bermacam – macam ketahanan dari luar.
Lapisan frother pada gelembung mengurangi kecepatan
gelembung didalam pulp, sehingga kontak gelembung dengan
mineral – mineral akan menimbulkan kondisi yang lebih baik yang
menguntungkan proses flotasi.
Proses pemekatan dengan flotasi.
C. Proses Reduksi.
∆
CuO(s) + C(s) → Cu(g) + CO(g)
Pemurnian logam kasar sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama
adanya pengotor mengakibatkan logam yang bersangkutan tidak dapat
dimanfaatkan sesuai yang diinginkan, misalnya adanya arsenik dalam persentase
yang sangat kecil sebagai pengotor, umumnya dalam tembaga, mengakibatkan
penurunan sifat konduktivitas listrik 10-20%. Kedua adanya pengotor dalam
logam itu sendiri sangat berharga, misalnya perak merupakan hasil samping dari
metalurgi timbel dan tembaga.
A. Hidrometalurgi
Larutan hasil peluluhan dapat diregenarasi dan dipakai kembali untuk proses
peluluhan. Tembaga dapat diluluhkan oleh asam sulfat bersama oksigen, emas
oleh larutan sianida bersama oksigen. Menurut persamaan reaksi berikut :
2CuFeS(s) + H2SO4 (aq) + 4O2 (g) → 2CuSO4 (aq) + Fe2O3 (s) + S (s) + H2O (l)
Biji tembaga Larutan Peluluh
Au(s) + 2CN- (aq) + O2 (g) + 2H2O (l) → [Au(CN)2]- (aq) + 4OH- (aq)
(Biji emas) (Larutan Peluluh)
Setelah larutan ion logamnya terbentuk maka ion logamnya direduksi dengan
logam lain yang lebih reaktif. Untuk kedua ion logam diatas dipakai masing-
masing logam besi dan zink sebagai reduktor, menurut persamaan reaksi sebagai
berikut :
keuntungan:
1. Bijih tidak harus dipekatkan, melainkan hanya harus dihancurkan menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil.
2. Pemakaian batubara dan kokas pada pemanggangan bijih dan sekaligus
sebagai reduktor dalam jumlah besar dapat dihilangkan.
3. Polusi atmosfer oleh hasil samping pirometalurgi sebagai belerang dioksida,
arsenik (III) oksida, dan debu tungku dapat dihindarkan.
4. Untuk bijih-bijih peringkat rendah (low grade), metode ini lebih efektif.
5. Suhu prosesnya relatif lebih rendah.
6. Reagen yang digunakan relatif murah dan mudah didapatkan.
7. Produk yang dihasilkan memilki struktur nanometer dengan kemurnian yang
tinggi.
Pada prinsipnya hidrometalurgi melewati beberapa proses yang dapat
disederhanakan tergantung pada logam yang ingin dimurnikan. Salah satu yang
saat ini banyak mendapat perhatian adalah logam mangan dikarenakan aplikasinya
yang terus berkembang terutama sebagai material sel katodik pada baterai isi
ulang. Bateria ion litium konvensional telah lama dikenal dan diketahui memiliki
kapasitas penyimpanan energi yang cukup besar. Namum jika katodanya dilapisi
lagi dengan logam mangan oksida maka kapasitas penyimpanan energi baterai
tersebut menjadi jauh lebih besar.
Kondisi yang baik untuk hidrometalurgi adalah :
1. Metal yang diinginkan harus mudah larut dalam reagen yang murah.
2. Metal yang larut tersebut harus dapat “diambil” dari larutannya dengan
mudah dan murah.
3. Unsur atau metal lain yang ikut larut harus mudah dipisahkan pada proses
berikutnya.
4. Mineral-mineral pengganggu (gangue minerals) jangan terlalu banyak
menyerap (bereaksi) dengan zat pelarut yang dipakai.
C. Pirometalurgi
Suatu proses ekstraksi metal dengan memakai energi panas. Suhu yang dicapai
ada yang hanya 50º - 250º C (proses Mond untuk pemurnian nikel), tetapi ada
yang mencapai 2.000º C (proses pembuatan paduan baja). Yang umum dipakai
hanya berkisar 500º - 1.600º C ; pada suhu tersebut kebanyakan metal atau paduan
metal sudah dalam fase cair bahkan kadang-kadang dalam fase gas. Umpan yang
baik adalah konsentrat dengan kadar metal yang tinggi agar dapat mengurangi
pemakaian energi panas.
1. Pierce-Smith converter.
2. Bessemer converter.
3. Kaldo cenverter.
4. Linz-Donawitz (L-D) converter.
5. Open hearth furnace.
Proses pirometalurgi terbagi atas 5 proses, yaitu :
1. Drying (Pengeringan)
Drying adalah proses pemindahan panas kelembapan cairan dari material.
Pengeringan biasanya sering terjadi oleh kontak padatan lembap
denganpembakaran gas yang panas oleh pembakaran bahan bakar fosil.
Pada beberapa kasus, panas pada pengeringan bisa disediakan oleh udara
panas gas yang secara tidak langsung memanaskan. Biasanya suhu
pengeringan di atur pada nilai diatas titik didih air sekitar 120ºC.pada
kasus tertentu, seperti pengeringan air garam yang dapat larut, suhu
pengeringan yang lebih tinggi diperlukan.
2. Calcining (Kalsinasi)
Kalsinasi adalah dekomposisi panas material. Contohnya dekomposisi
hydrate seperti ferric Hidroksida menjadi ferric oksida dan uap air atau
dekomposisi kalsium karbonat menjadi kalsium oksida dan karbon diosida
dan atau besi karbonat menjadi besi oksida.Proses kalsinasi membawa
dalam variasi tungku/furnace termasuk shaft furnace, rotary kilns dan
fluidized bed reactor.
3. Roasting (Pemanggangan)
Roasting adalah pemanasan dengan kelebihan udara dimana udara
dihembuskan pada bijih yang dipanaskan disertai penambahan regen kimia
dan pemanasan ini tidak mencapai titik leleh (didih).
Kegunaan Roasting adalah :
Mengeluarkan sulfur, Arsen, Antimon dari persenyawaannya
Merubah mineral sulfida menjadi oksida dan sulfur
Membentuk material menjadi porous
Menguapkan impurity yang foltair.
Dapur yang digunakan pada proses roasting, yaitu :
a. Schacht Oven
a. Reduksi smelting
b. Oksidasi smelting
c. Netral smelting
d. Sementasi smelting
e. Sulfida smelting
f. Presipitasi smelting
BAB V
KESIMPULAN