Anda di halaman 1dari 43

BAB II

DASAR TEORI

3.1Pengertian Timah
Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodic yang memiliki symbol Sn
dengan nomer atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan, dapat ditempa,
tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak
paduan, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah
diperoleh terutama dari caseterit (Sno2) yang terbentuk sebagai oksida yang kemudian
dilebur untuk membentuk Sn murni.
Untuk memisahkan timah dari pengotor-pengotornya maka bijih timah harus dilebur
dan ditambahkan senyawa senyawa lain seperti antrasit, dan limestone. Peleburan
dilakukkan didalam reverberetory furnace hingga suhu 1350 C selama 8-12 jam sehingga
dapat memisahkan timah dengan pengoto pengotonya seperti : Pb, As, Sb, Cu, Fe, Ni.
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah
sentuhan batu endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuars
timah, serta sebagai endapan sekunder, yang didalamnya terdiri dari endapan alluvium,
elluvial, dan koluvium.
Timah tidak ditemukandalam usur bebas dibumi akan tetapi diperoleh dari
senyawanya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral Cassiterite. Cassiterite merupakan
mineral oksida dari Sn02, dengan kandungan timah berkisar 78%.

3.2 Timah Berdasarkan Proses Terbentuknya


3.2.1 Endapan Primer
Mineralisasi ditandai dengan urat-urat kasiterit-kuasa-wolframit. Dijumpai juga
mineral-mineral sulfide seperti: arsenopirit, pirit, kalopirit, markasit. Berdasarkan konsep
tersebut diatas kasiterit primer yang ekonomis terdapat dalam 3 fase : fase pneumatolitik,
hipotermal, dan fase hipotermal-mesotermal. Dalam endapan magmatis yang dominan
terbentuk adalah mineral pembentuk batuan, sadangkan mineral yang mengandung logam
sedikit variasinya. Kasiterit jarang terjai, jika terjdi terdapat dalam keadaan merata dengan
kadar rendah
3.2.2 Endapan sekunder
Endapan timah sekunder termasuk salah satu jenis endapan placer. Endapan placer
mempunyai pengertian deposit endapan mineral yang berasal dari hasil pelapukan dan
mempunyai nilai ekonomi.
Endapan timah sekunder diPulau Kundur menurut Dwi Worodjati (1990) dibagi
dalam beberapa jenis :
1) Endapan aluvium
Terjadi karena pelapukan yang intensif, diikuti dengan disintegrasi batuan samping
dan pemindahan mineral kasiterit secara vertical sehingga terjadi konsentrasi
residual.
2) Endapan kolovium
Endapan ini terjadi pada lereng lembah, butir agak kasr, brntuk butir runcing, terjdi
karena transportasi sepanjang lereng dan diendapkan ditempat agak rata.
3) Endapan kaksa
Terjadi karena proses erosi selektif terhadap endapan eluvium, koluvium dimana
mineral berat diendapkan dekat dengan sumber sedangakan mineral berat jauh
dari sumber.
4) Endapan Meincang
Terjadi akibat proses rework atas endapan sedimen sebelumnya.
5) Endapan Terhambur (Dessiminated)
Terjadi karena adanya proses tranportasi yang cukup jauh.

3.3 Sifat Fisik dan karekteristik Mineral Dalam Timah


Dalam system periodic unsur timah masuk di golongan IVB, yang diman timah
merupakan logam lunak, fleksibel, dan warnanya abu-abu metalik. Timah juga tidak
mudah dioksidasi dan taha tehadap korosi. Jika timah dipanaskan dengan adanya udara
maka akan terbentuk Sno2.
Tabel 3.1 Sifat Fisik Timah
Sifat Fisis
Fasa Padatan
Densitas 7.365 g/cm3
Titik leleh 231,93 C
Titik didih 2602 C
(Sumber: http/kanwar03oke.blogspot,co,id/2013)

Tabel 3.2 Sifat kimia Timah


Sifat Kimia
Elektronegatifitas 1.96 (skala paili)
Struktur Kristal Tetragonal
Konduktifitas termal 66.8 W/mK
(sumber: http/kanwar03oke.blogspot.co.id/2013)

Kasiterit (Sn02) merupakan mineral utama yang mengandung timah. Mieral ini
selalu diikuti beberapa mineral berharga dan mineral gangue. Endapan biji timah pada
kasiterit berasal dari magma granitic, yaitu magma yang berasal dari larutan yang bersifat
asam membentuk batuan granit, sehingga terdapatnya endapan bijih timah berhubungan
erat dengan batuan granit (noer,1998). Sifat dan mineral-mineral yang terdapat pada bjih
timah yaitu:
1. Mineral utama
Mineral utama yang diproses dipusat Badan Pengolahan mineral (BPM) PT Timah
Tbk adalah kasiterit (Sn02). Mineral ini memiliki warna yang beragam yakni
kecoklatan, kehitaan dan kemerahan. Mineral ini juga memiliki kandungan Sn
sekitar 78,8% dengan berat jenis 6,8-7,1.
2. Mineral Ikutan Berharga
Mineral ikutan berharga yang umumnya terbawa oleh mineral cassiterite yang
diproses di Bidang Pengolahan mineral (BPM) yaitu :
a. Monasit
Merupakan mineral pospat berwarna cenderung kuning agak ciklat yang
mengandung logam tanah jarang. Dipisahkan dalam Magnetic Saparation.
Mineral ini bersifat radioaktif sehingga harus disimpan yang terisolasi.
b. Tourmalin
Mineral Tormalin memiliki warna hijau kehitaman atau hitam arang dengan
bentuk yang tidak teratur dan permukaan menyerat seperti asbes dengan pecahan
seperti kaca memiliki berat jenis 3,6-4,0 bersifat non komduktor dan non
magnetik.
c. Zirkon
Merupakan mineral berwrna orange yang dapat diekstraksi untuk diambil
zirkonnya dan banyak digunakan di industry keramik. Bersifat non magnetic
sehingga saat proses magnetic saparation (ms) akan ikut masuk kedalam kosentrat
namun karena memiliki sifat non konduktor sehingga dapat dipisahkan dengan
High Tension Saparation (HTS).
3. Mineral Ikutan Lainnya
a. Topaz
Memiliki warna putih bening, merah jambu, ungu. Mineral ini berbentuk
persegi atau potongan lidi tajam dengan goresan pipih pada bagian pinggir,
bersifat non konduktor dan non magnetic.
b. Tourmalin
Mineral tormalin memiliki warna hiaju kehitaman atau itam arang dengan
bentuk yang tidak teratur dan pemukaan menyerat seperti asbes dengan pecahan
seperti kaca memiliki berat jenis 3,6-4,0 bersifat non konduktor dan magnetic.
c. Hematit
Mineral hematit memiliki warna yang beagam mulai dari kecoklatan kemerahan
dan kehitaman berbentuk lonjong dan memiliki berat jenis 4,9-5,3 bersifat
konduktor dan magnetic.
d. Pirit
Memiliki warna beragam seperti kuning dengan kilap keemasan, kehijauan, atau
nerwarna abu-abu keputiha . Mineral ini memiliki bentuk yang tidak teratur
dengan permukaan yang tidak rata dengan berat jeni 5,0 serta mengandung
46,7% Fe bersifat konduktor dan non magnetic.
e. Xenotime
Merupakan senyawa fospot berwarna kuning keabuan yang mengandung logam
tanah jarang ittrium, dapat dilakukkan proses ekstraksi untuk mengambil
yttrium yang banyak digunakan sebag paduan untuk baja karena mampu
meningkatkan sifat mekanis (kekuatan,kekerasaan dan ketahanan terhadap suhu
tinggi). Dipisahkan dari kasiterit dengan Megnetic Saparator (MS) karena
bersifat magnet.

3.4 Pengolahan timah


3.4.1 Gravity Concentration
Gravity concertration merupakan suatu proses pemisahan dari kumpulan suatu
mineral-mineral yang memiliki bentuk, ukuran serta berat jenis yang berbeda-beda menjadi
mineral-meinral yang saling terpisah antara satu mineral dengan mineral lainnya oleh
pengaruh gaya gravitsai atau gaya sentrifugal (Barry A. Willys,1992). Proses pemisahannya
perbedaan berat jenis dari mineral merupakan factor utama keberhasilan proses pemisahan
mineral. Alat-alat pemisahan mineral dengan prinsip gravity concertratiom disebut gravity
separation.
Gravity separation dapat dilakukan atau tidak, terlebih dahulu harus diketahui nilai
spific garavity mineral, specific gravity viscisity separating medium, dan mechanical method
yang menyebabkan perbedaan pergerakan partikel pada proses klasifikasi mineral. Dua factor
yang utama diatas, dieroleh rumusan hasil bagi dari berat jenis mineral ringan dan mineral
berat dengan dikurangin berat jenis medium, yang disebut dengan concentration criterin
(CC). definisi dari concentration criterion (CC) itu sendri adalah tingkat keberhasilan
pemisahan mineral berharga dengan pengotornya yang ditentukan oleh perbdaan berat jenis
dalam media. Rumus dari concentration criterion (CC) itu sendri adalah sebgai berikut.
ρh−ρ F
CC¿ ………………………………..(3.1)
ρ i−ρ F
Keterangan :
CC = Concentration criterion
𝞺h = Spesific gravity mineral berat
𝞺ℱ = Spesific gravity mineral ringan
𝞺𝔦 = Spesific gravity fluida

Secara umum dapat ditentukan bahwa, apabila concentration criterion (CC0


memberikan angka/ hasil (kuran/lebih sebagai berikut):
1. CC ≥ 2,50
Pemisahan mudah dilakukan dalam semua ukuran partikel hingga butiran yang halus
(sampai 200 mesh).
2. CC=1,75-2,50
Pemisahan secara gaya berat efektif dilakukan sampai dengan ukuran 100 mesh

3. CC= 1.50-1,75
Pemisahan secara gaya berat masih memungkinkan tetapi sukar dilakukan untuk
ukuran 10-20 mesh (2000 mm-0,814 mm)
4. CC= 1,25-1,50
Pemisahan masih memungkinkan sampai ukuran ¼ inci tetapi sukar dilakukan
5. CC<1,25: pemisahan secara gaya berat tidak dapat dilakukan kerena tidak ekonomis.

Berdasarkan hasil proses pencucian, mineral pengotor yang dominan pada casiterite
adalah pasir kuarsa. Proses pemisahkan yang menggunakan medim air laut (bj=1,03), mineral
cassiterite (bj=6,9) dengan quartz (bj=2,6) diperoleh nilai concentration criterion sebagai
berikut.
Berdasarkan hasil perhitungan concentration criterion (CC) diatas makan cassiterite
memiliki nilai CC ≥ 2,5 terhadap pasir kuarsa yang merupakan mineral pengotor dominan
pada kapal isap maupun kapal keruk, sehingga metode gravity concentration dapat diterpkan
dalam proses pencucian bijih timah, sedangkan untuk memisahkan cassiterit dengan pyrite
sulit dilakukan perhitungan concentratin criterion (CC) karena CC ≤ 2,5.
Ukuran butir juga berpengaruh pada proses pemisahan. Pemilihan alat pemisahan dapat juga
dilihat dari kondisi karakteristik burit dari mineral serta ukuran mineral itu sendri. (gambar
8.1)

Gambar 3.1. Batas Ukuran Partikel Untuk Proses Konsentrasi

(Kelly dan Spottswood 1982)


Teknologi pengolahan bahan galian metode gravity consentrasi yang sering
digunakan antara lain:

a. Shaking Table (meja goyang)


Tabling adalah suatu proses konsentrasi untuk memisahkan antara mineral berharga
dengan mineral tidak berharga, mendasarkan pada perbedaan berat jenis mineral melalui
aliran fluida yang tipis (Gambar 3.2). Oleh karena itu proses ini termasuk dalam Flowing
Film Concentration. Alat yang digunakan adalah Shaking Table. Prinsip pemisahan dalam
tabling ialah ukuran mineral harus halus karena proses konsentrasi ini mendasarkan pada
aliran fluida tipis. Adanya gaya dorong air terhadap partikel yang sama besarnya tapi berbeda
berat jenisnya, maka partikel yang ringan akan mengalami dorongan air yang lebih besar dari
partikel berat. Dengan adanya gerakan maju mundur dari  ”head motion” maka partikel yang
berat akan melaju lebih jauh dari partikel yang ringan sampai akhirnya partikel-partikel
tersebut masuk ke tempat penampungan. Untuk mendapatkan aliran air yang turbulen maka
dipasang alat yaitu ”riffle”, dengan demikian partikel yang ringan akan cenderung untuk
meloncat dari riffle satu ke riffle lainnya dibanding partikel yang berat yang hanya akan
menggelinding searah dengan riffle tersebut. Proses ini berjalan terus menerus sehingga
antara mineral yang mempunyai berat jenis besar dengan yang ringan dapat terpisahkan.

Gambar3.2 Shaking Table (Nesbitt, 2001)


b. Sluice Box
Prinsipnya adalah memisahkan antara mineral berharga dengan yang tidak berharga
mendasarkan atas gaya beratnya (Gambar 2.3). Alat ini berbentuk box atau kotak yang
bagian dalamnya dilengkapi dengan riffle, yang gunanya untuk menahan material yang
mempunyai berat jenis relatif besar dibandingkan dengan material lain sehingga mampu
mengimbangi gaya dorong dari aliran air. Jadi yang mempengaruhi berhasil tidaknya dalam
melakukan operasi pemisahan dengan alat ini adalah :
1) Kecepatan aliran dan ketebalan aliran fluida
Bila kecepatan dan ketinggian fluida terlalu besar maka mineral yang ada baik itu mineral
berat maupun ringan dan ketebalan yang besar dari fluida akan membuat arus turbulen
yang besar dan ini yang membuat material meloncat dari riffle.
2) Berat jenis material yang akan dipisahkan
Berat jenis dari material harus cukup besar karena material itu harus dapat mengimbangi
derasnya arus dengan gaya berat sehingga material itu akan dapat terhalangi oleh riffle.
Bila material itu mampunyai berat jenis yang kecil, akan hanyut terbawa oleh aliran air.
3) Banyaknya air/fluida
Bila air yang digunakan untuk memisahkan mineral ini hanya sedikit, maka mineral
tersebut tidak akan dapat terpisahkan atau hasilnya adalah heterogen
4) Ketinggian riffle
Ketinggian riffle harus sebanding dwngan ketebalan aliran air, paling tidak harus melebihi
+/- 0,5 cm dari permukaan riffle
5) Panjang box
Panjang box sangat menentukan karena makin panjang akan semakin besar kemungkinan
material itu untuk tersangkut pada roffle sehingga hasilnya semakin besar.
c. Jig
Jigging biasanya digunakan untuk konsentrat yang relative kasar hingga halus dan
range ukuran umpan cukup sempit (Gambar 3.3). Metodenya yaitu pemisahan mineral yang
berbeda berat jenisnya sehingga terjadi stratifikasi. Fungsi alat jig adalah untuk meningkatkan
kadar mineral tertentu.
Prinsip kerja alat ini adalah apabila terjadi pulsion maka  bed akan terdorong naik.
Sehingga batuan pada lapisan bed akan merenggang karena adanya tekanan. Kesempatan ini
akan dimanfaatkan oleh mineral berat untuk menerobos bed masuk ke tangki sebagai
konsentrat sedangkan mineral ringan akan terbawa oleh aliran horizontal diatas
permukaan bed dan akan terbuang  sebagai tailing. Pada saat terjadi suction, bed menutup
kembali sehingga mineral berat berukuran besar dan mineral ringan berukuran besar tidak
berpeluang masuk ke tangki. Jadi mineral berat berukuran besar akan mengendap
diatas bed untuk menunggu kesempatan pulsion berikutnya, sedangkan mineral ringan
berukuran besar akan terbawa aliran arus horizontal.

Gambar 2.5 Jig (Nesbitt, 2001)


Prinsipkerja alat ini adalah pabila terjadi pulsion maka bed akan terdorong naik.
Sehingga batuan pada lapisan bed akan merenggang karena adanya tekanan. Kesempatan ini
akan dimanfaatkan oleh mineral berat untuk menerobos bed masuk ke tangki sebagai
konsentrat sedangkan mineral ringan akan terbawa oleh aliran horizontal diatas permukaan
bed dan akan terbuang sebagai tailing. Pada saat terjadi suction, bed menutup kembali
sehingga mineral berat berukuran besar dan mineral ringan berukuran besar tidak berpeluang
masuk ke tangki. Jadi mineral berat berukuran besar akan mengendap diatas bed untuk
menunggu kesempatan pulsion berikutnya, sedangkan mineral ringan berukuran besar akan
terbawa aliran arus horizontal.
3.4.2 Proses Pemisahan Mineral pada Jig
Pada kapal isap, alat pemisah mineral yang digunakan dan utama adalah jig. Menurut
Pryor, E. J, 1965, Mineral Processing, jig merupakan alat pemisah mineral kasiterit
terhadap mineral pengotor lainnya berdasarkan perbedaan nilai specific gravity dari mineral.
Pada dasarnya proses pemisahan mineral didalam jig dapat terjadi akibat adanya prinsip
klasifikasi mineral pada medium berupa fluida. Dalam hal ini medium yang digunakan
adalah air laut dengan berat jenis 1,03.
a. Teori Jigging
Jigging adalah suatu proses pemisahan bijih dalam suatu media cair dengan alat jig
berdasarkan perbedaan berat jenis. Jig bekerja secara mekanis yang menggunakan prinsip
perbedaan kemampuan menerobos dari butiran yang akan dipisahkan terhadap suatu
lapisan pemisah (bed).
b. Prinsip Jigging
Pada proses jigging terjadi gerakan tekanan (pulsion) dan isapan (suction) akibat gerakan
naik turun membran. pulsion terjadi maka bed akan terdorong naik, sehingga bantuan
pada lapisan bed akan merenggang karena adanya tekanan. Kesempatan ini akan
dimanfaatkan oleh mineral berat untuk menerobos bed masuk ke tangki sebagai konsentrat
sedangkan mineral ringan akan terbawa oleh aliran horizontal diatas permukaan bed dan
akan terbuang sebagai tailing.
Suctionterjadi sehingga bed menutup kembali sehingga mineral berat berukuran besar dan
mineral ringan berukuran besar tidak berpeluang masuk ke tangki. Jadi mineral berat
berukuran besar akan mengendap diatas bed untuk menunggu kesempatan pulsion
berikutnya, sedangkan mineral ringan berukuran besar akan terbawa aliran arus horizontal.
Pada pemisahan partikel mineral dalam proses jigging dipengaruhi tiga faktor, antara lain:
1. Differential acceleration
Pada awal jatuhnya mineral pada suatu fluida maka akan terjadi dua proses yaitu,
mineral dengan berat jenis yang besar akan lebih cepat jatuh dibandingkan mineral yang
memiliki berat jenis yang ringan. Differential acceleration (Gambar 3.4) merupakan faktor
perbedaan kecepatan jatuh partikel mineral ke bed, karena adanya gerakan yang terjadi
pada alat jig. Hal ini akan menyebabkan partikel mineral yang memiliki berat jenis besar
akan memiliki kecepatan jatuh yang lebih besar. Pada proses ini kecepatan dari mineral
hanya dipengaruhi oleh berat jenis mineral dan berat jenis fluida. Dan tidak dipengaruhi
oleh ukuran dari mineral (karena kondisi berlangsung pada free settling).
Gambar 3.4 Differential Acceleration (Nesbitt, 2001)

2. Hindered settling classification


Hindered settling adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh gaya pulsion (pukulan)
dan suction (hisapan) dari panjang pukulan yang mengakibatkan timbulnya hentakan pada
suatu medium yang mengakibatkan adanya perubahan kecepatan pengendapan partikel
pada suatu pulb (suspensi) yang bergejolak. Partikel-partikel yang memiliki bentuk ukuran
dan berat jenis yang berbeda, akan memiliki kecepatan pengendapan yang berbeda
(Gambar 8.5). Dimana bentuk ukuran dan berat jenis partikel akan menentukan besarnya
gaya pengendapan (∑F) dari suatu partikel. Hal ini dapat dilihat pada persamaan di bawah
ini menurut Pryor, E. J, 1965.

∑F = mg – m’g – drag force


………………(3.5)
Keterangan : mg = (V. ρ ) g

m : massa partikel
ρ : Berat jenis partikel
V : Volume partikel
g : Gaya gravitasi

Pada kondisi hindered settling besarnya gaya pulsion (Fpulsion) akan diteruskan sama
besar untuk setiap partikel. Partikel dengan gaya pengendapan lebih besar dari gaya pulsion
(∑F > FPulsion), akan tetap tenggelam. Sedangkan partikel dengan gaya pengendapan yang
lebih kecil dari gaya pulsion (∑F < FPulsion), akan terangkat menuju permukaan fluida. Hal ini
akan menimbulkan perbedaan kecepatan pengendapan partikel. Kondisi ini seperti
digambarkan pada (gambar 3.5).
Gambar 3.5 Hindered Settling (Nesbitt, 2001)
mineral awal yang jatuh menuju medium pemisah (fluida) nilai terminal velocity dari
mineral akan menentukan posisi dari mineral pada proses pemisahan. Pada (Gambar 3.6) (a)
posisi mineral berat dengan mineral ringan tidak jauh berbeda, sehingga pemisahan pada
sistem ragging akan sulit untuk dilakukan. Sementara pada (Gambar 3.6) (b) kondisi mineral
ringan dengan mineral berat telah memiliki perbedaan posisi yang sangat mencolok, sehingga
pemisahan dari mineral pada sistem ragging akan sangat mudah untuk dilakukan.

Gambar 3.6 Proses Klasifikasi pada (a) Free Settling, (b) Hindered Settling (Nesbitt, 2001)

3. Consolidation trickling
Consolidation trickling (Gambar 3.7) pada akhir jatuh merupakan suatu keadaaan
pada saat suction dari bed. Bed akan merapat sehingga mineral yang mempunyai ukuran
butir yang kecil dengan berat jenis besar akan mempunyai kesempatan untuk menerobos
celah-celah dari bed. Sedangkan mineral besar dengan berat jenis kecil tidak sanggup
berpindah karena pengaruh perbedaan kecepatan pengendapan mineral dengan bed. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.7 Consolidation Trickling (Nesbitt, 2001)
Dari ketiga proses tersebut terjadilah proses pemisahan mineral yang memiliki
perbedaan dalam berat jenis pada jig. Pada pemisahan mineral tersebut, perbedaan dari nilai
terminal velocity dari suatu mineral menjadi faktor yang utama pada proses pemisahan.
Siklus jigging (Gambar 3.8) merupakan suatu bentuk gelombang yang sebangun dan bergerak
secara teratur serta berulang-ulang yang diakibatkan oleh pulsion dan suction (A. B. Nesbitt)
Titik A merupakan titik dimulainya siklus penggerak pada jig (Gambar 2.11), ketika
feed masuk menuju jig, maka mineral berat akan memiliki nilai terminal velocity yang lebih
besar dari mineral ringan. Saat kecepatan aliran ke atas yang disebabkan oleh panjang
pukulan terus meningkat maka jig bed akan terangkat sehingga ragging akan terbuka. Jika
waktu antara A dan B sangat kecil, maka terjadi efek differential acceleration dimana mineral
berat akan terlebih dahulu sampai ke dasar bed dibandingkan mineral ringan.
Pada titik B, kecepatan aliran ke atas semakin besar, sampai mencapai puncaknya pada
titik C, dalam keadaan ini mineral yang mempunyai kecepatan pengendapan yang lebih besar
dari kecepatan aliran keatas akan terus mengendap sedangkan mineral yang mempunyai
kecepatan aliran pengendapan yang lebih kecil dari kecepatan aliran keatas akan terangkat
keatas terbawa aliran mendatar (cross flow) dan menjadi tailing. Pada kondisi ini disesuaikan
dengan kondisi hindered settling.

Gambar 3.8 Siklus Penggerak pada Jig (Nesbitt, 2001)


Pada titik D pengendapan mineral dimulai oleh mineral berukuran besar, kemudia
mineral yang berukuran halus. Keadaan ini merupakan kombinasi antara differential
acceleration dan hindered settling, dimana sebagian besar mineral berukuran besar akan
terletak pada dasar lapisan jig bed.
Pada titik E yang merupakan transisi antara pulsion dan suction, lapisan jig bed mulai
menutup. Dalam keadaan ini mineral berat yang berukuran kecil masih mempunyai
kesempatan untuk terus bergerak turun menerobos celah-celah dari ragging. Sedangkan
mineral berukuran besar atau mineral ringan yang berukuran besar akan tertahan dalam jig
bed, dalam hal ini efek consolidation trickling yang berlaku.
Dari pergerakan panjang pukulan akan menghasilkan dua gaya yang berperan utama
pulsion dan suction. Dimana ketika terjadi pulsion ragging akan terbuka, sedangkan suction
ragging akan tertutup. Pada kondisi consolidation trickling, maka gaya yang dihasilkan
panjang pukulan, merupakan gaya suction.

Gambar 3.9 Ideal Jigging Process (Nesbitt, 2001)

3.4.3Proses Pengolahan Timah Dibidang Pengolahan Mineral


Proses pengolahan mineral bijih timah (kasiterit) berlangsung di Bidang Pengolahan
Mineral (BPM) kundur. Terdapat 2 proses yang berada pada BPM, yakni proses basah dan
proses kering. Kedua Proses Ini secara terintergrasi akan menghasilkan kosentrat bijih timah
(kasiterit) dengan kadar timah (Sn) lebih besar dari 70% timah akan kata lain minimal persen
kasiterit ialah sekitar 90%. Kadar minimal 70% ini merupakan kriteria nijih yang dapat
dilebur dipabrik peleburan dan pemurnian. Berikut ini diagram alir proses basah pengolahan
mineral pada gambar 3.10

Gamba 3.10 Diagram alir proses basah pengolahan minerl di BPM


Proses yang pertama kali dilakukan ialah gravity concentrator dengan menggunakan jig harz.
Kosentrat yang dihasilkan mengandung kadar Sn 70 % dan tailingnya akan dilanjut keprose
selanjutnya berupa Harz jig sekunder. Konsentrat harz jig sekunder atau sering disebut
milding ini memiliki kadar Sn 20-30% yang akan dilanjutkan keproses kering. Tailing dari
Harz jig sekunder akan menuju settling pond dan menuju keamang pland. Berikut gambar
3.11 merupakan proses kering pengolahan mineral

Gambar 3.11 Diagram alir proses kering pengolahan mineral di BPM

3.5 Jig Harz


3.5.1 definisi Jig
Jig adalah suatu alat pemisah bijih timah berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ) dari
bijih timah dan mineral-mineral ikutan lainnya. Butiran Bijih Timah akan turun secara
gravitasi akibat adanya gaya isap (suction) dan tekan (pushion) dari air yang berada
dalam komponen Jig harz akibat gerakan dari penggerak jig dengan system hidrolik.
3.5.2 Definisi Jig harz
Jig merupakan salah satu alat pemisahan yang berdasarkan perbedaan berat jenis,
bekrja secara mekanis yang menggunakan adanya perbedaan kemampuan menerobos dari
butiran yang akan dipisahkan terhadap suatu lapisan pemisah (bed). Secara umum jig
merupakan suatu tangki terbuka yang berisi air dengan saringan horizontal terletak pada
bagian atasnya dimana terdapat lapisan pemisah.
            Tangki jig  dilengkapi dengan lubang pengeluaran konsentrat (spigot) pada bagian
bawahnya. Disaning itu jig  juga memiliki suatu mekanisme penyebab terjadinya tekanan
(pulsion) yang diimbangi dengan pemakaian air tambahan.
Alat utama yang banyak dipakai dalam konsentrasi gravitasi salah satunya adalah
jig. Dalam jig, pemisahan mineral berharga (umumnya dengan berat jenis tinggi) dari
pengotornya (berat jenis rendah) dilakukan didalam suatu aliran fluida. Lumpur (pulp)
yang merupakan umpan (feed) disebarkan di atas screen (pengayak) yang mana diatasnya
disebarkan pula material lain (bed). Berat jenis bed merupakan faktor yang cukup penting
dan biasanya terletak di antara mineral berat dan mineral ringan.

Aliran air ke atas (pulsion) dan aliran air ke bawah (suction) akan membentuk
getaran sedemikian rupa sehingga mineral-mineral berat akan akan tertarik ke bawah
sedang mineral-mineral ringan akan terdorong ke atas. Aliran air ke atas dengan kecepatan
yang cukup tinggi akan membuka bed dan mineral akan terdorong ke atas. Pada aliran air
ke bawah, bed akan tertutup, mineral-mineral berat akan terperangkap di dalam bed.
Proses ini berlangsung berulang-ulang sehingga mineral berat dapat dipisahkan dari
mineral ringan.

3.5.2.1 Bagian-bagian penting pad Jig harz

Berikut ini adalah bagian-bagian penting Jig harz, yaitu :

a. Saringan (Rubber Screen)
Saringan gunanya untuk menahan jig bed (hematite) jangan sampai turun ke bawah dan
melewatkan atau meloloskan bijih timah. Pada umumnya saringan dibuat dari bahan yang
tahan terhadap korosi seperti pospor brons, baja tahan karat dan karet. Ukuran lubangnya
harus lebih kecil dari hematite dan lebih besar dari bijih timah, biasanya dipakai dengan
ukuran 4 x 10 mm untuk kompartemen A dan ukuran 3 x 10 mm untuk kompartemen BC,
ukuran lubang 6-10. Saringan berukuran lebih besar diletakan melintang terhadap arah
aliran, dengan tujuan agar lubang saringan tidak mudah buntu atau tersumbat.

b. Bed
Bed adalah lapisan material diatas saringan jig, yang terdiri dari batu hematite yang
berfungsi sebagai bahan perantara dalam memisahkan bijih timah yang berat jenisnya
lebih tinggi dengan bijih yang berat jenisnya lebih rendah. Untuk menghitung kebutuhan
bed jig per unit adalah

H = A  x t x BJ pure hematite x jumlah cell ...................... (2.3)


Keterangan :
A = Luas area/cell (m2)
T = Tinggi rooster (m)
Bj = 2,3 ton/m3
c. Afsluiter Underwater
Underwater berfungsi sebagai pengatur cross flow dan mengatur  pemasukan air ke tiap
tangki jig dan menjaga keseimbangan air dalam jig, maka air perlu ditambahkan dan
dimasukkankedalamjigdaribagianbawahsaringan (Hutch), disebut underwater atau hutchw
ater. Selain itu fungsi yang terpenting adalah untuk mengontrol
pemisahan konsentrat dan tailing, sehingga tailing yang sudah masuk ke dalam jig
bed dapat didorong kembali ke atas dan keluar sebagai tailing.

d. Kisi – Kisi (Rooster)
  Kisi-kisi (rooster) adalah alat yang berguna untuk menjepit saringan jig dan
menahan bed agar tetap di tempat. Kisi-kisi dibuat berpetak-petak supaya bed tersebar
merata di seluruh permukaan jig. Bahan kisi-kisi terbuat dari kayu (papan) dan
dari plat (besi) yang di lapisi oleh karet.

e. Alat Penggerak
Untuk membuat gerakan isapan dan tekanan secara terus menerus (continuitas). Alat
yang digunakan sebagai penggerak adalah menggunakan pompa hidrolik yang
dihubungkan dengan satu sumbu eksentrik yang dibagi untuk 2 kompartemen AB dengan
panjang stang yang sama secara mekanis. Stang balance diafragma merupakan salah satu
alat penggerak untuk proses pencucian, yang dipergunakan pada jig type Pan
America. Stang balance diafragma ini berfungsi untuk merubah gerakan berputar yang
ditimbulkan oleh pompa hidrolik menjadi gerakan atas bawah. Alat ini fungsinya untuk
menimbulkan isapan (Suction) dan tekanan (Pushion) pada permukaan bed jig. Gerakan
atas bawahnya dapat disetel (diubah-ubah) disesuaikan dengan kebutuhan.

f. Membran
Gunanya adalah untuk memberikan gaya isapan (Suction) dan
dorongan (Pushion) dengan menutup rapat antara tangki dan torak yang digerakan oleh
motor penggerak. Membran ini harus diklem dengan kuat, sehingga tidak terjadi
kebocoran atau lepas dan tidak boleh di cat karena akan mengakibatkan mudah retak dan
pecah.

g. Spigot
Spigot merupakan alat untuk mengeluarkan konsentrat yang keluar melewati saringan
dan untuk mengatur jumlah air di dalam tangki jig. Bentuk dari Spigot ialah kerucut yang
berbahan dari karet.
3.5.2.2 Faktor-faktor Kinerja Jig

a. Sifat-sifat umpan (feed), yakni:


1. Bentuk dan ukuran feed
Semakin besar (kasar) ukuran butir mineral, maka recovery semakin tinggi. Tetapi ada
satu hal yang harus diperhatikan, makin besar ukuran partikel mineral makin makin cepat
pula pemadatan pada bed, sehingga terjadi kebuntuhan yang mengakibatkan feed yang
masuk berikutnya tidak dapat menerobos bed.

2. Kadar mineral
Makin tinggi atau kaya kadar mineral berharga yang masuk sebagai feed, maka recovery
akan semakin tinggi. Dan makin banyak kadar mineral pengganggu yang masuk sebagai
feed pemisahan semakin sulit, berarti perolehan recovery akan rendah.

3. Berat jenis mineral


Semakin tinggi berat jenis mineral berharga terhadap mineral pengganggu maka recovery
akan semakin tinggi.

b. Parameter-parameter proses jig


Pada proses pemisahan dengan menggunakan alat jig, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi efektifitas kerja jig. Adapun parameter yang mempengaruhi proses
pemisahan tersebut antara lain :

1. Panjang pukulan
Panjang pukulan adalah jarak yang ditempuh oleh torak atau membran dari awal
dorongan (pulsion) hingga akhir hisapan (suction). Untuk mengatur panjang pukulan perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu berat jenis, ukuran butir, jumlah mineral
ikutan, dan kekayaan timah yang digali.

Panjang pukulan berpengaruh terhadap recovery dan kadar konsentrat. Jika ingin
mendapatkan konsentrat yang bersih, dapat menggunakan panjang pukulan yang kecil dan
cepat dimana pulsion akan ditahan dengan menggunakan back water dalam jumlah yang
banyak, tetapi cassiterit tidak tertangkap semua terutama yang ukuran butir halus dan akan
lari ke tailing sehingga recovery menjadi rendah. Untuk mendapatkan tailing yang bersih,
panjang pukulan yang digunakan lebih besar sehingga panjang pukulan bergerak lambat
dan suction akan kuat dengan menggunakan back water yang sedikit. Panjang pukulan
yang relatif pendek dan cepat dengan back water yang banyak digunakan untuk
memisahkan feed yang berkadar tinggi, tetapi untuk feed dengan kadar yang rendah
biasanya digunakan panjang pukulan yang besar dan lambat.
panjang pukulan pada jig berbanding terbalik dengan jumlah pukulan per menit. Ukuran
butir dari mineral berbanding lurus dengan panjang pukulan dan berbanding terbalik
dengan jumlah pukulan per menit.

2. Kecepatan aliran horizontal


Kecepatan aliran horizontal adalah kecepatan air yang mengalir diatas lapisan bed.
Fungsi aliran horizontal adalah untuk membawa material ringan, baik yang berukuran
besar maupun kecil. Untuk kecepatan aliran horizontal yang terlalu besar, mineral
berukuran halus akan ikut terbuang bersama tailing. Sedangkan kecepatan aliran
horizontal yang lebih kecil dari kecepatan pengendapan mineral ringan, maka akan
mengendap diatas permukaan jig bed sehingga akan mengganggu proses jigging.

3. Ukuran Butiran dan Tebal Bed


Batu jig/hematit berfungsi sebagai media pemisah yakni untuk menahan mineral
ringan agar sekecil mungkin turun ke dalam tangki jig, dan memberi peluang yang
sebesar-besarnya kepada mineral berat (termasuk timah) turun ke dalam tangki jig. Ukuran
butiran batu hematit harus disesuaikan, bed jangan terlalu tebal sebab apabila terlalu tebal
(penuh) maka tidak ada lagi kantong untuk menjebak material sebelum terkonsentrasi
menjadi konsentrat

4. Volume air Tambahan (Underwater)


Sejumlah air ini yang berada dalam tangki jig adalah merupakan media penghantar
efektif pukulan terhadap daerah pemisahan/daerah suspensi. Apabila jumlah air ini terlalu
kecil maka efektif pukulan tidak berlanjut ke daerah suspensi dan proses pemisahan tidak
terjadi. Apabila underwater terlalu banyak seolah-olah tertekan ke permukaan pemisahan
dan dapat mempengaruhi proses suspensi, sebaliknya underwater diatur sedemikian rupa,
seakan-akan air tersebut keluar melalui permukaan jig dalam keadaan bebas tanpa tekanan.
Kebutuhan underwater jig primer maupun sekunder dapat dihitung dengan rumus :

Kebutuhan Underwater Jig =


LSE keseluruhan x Kebutuhan Underwater/Cell x 60 ........(

5. Ukuran lubang spigot


Lubang spigot adalah suatu lubang yang berfungsi sebagai tempat keluarnya
konsentrat hasil pemisahan. Besarnya ukuran lubang spigot ini akan mempengaruhi
volume air yang terdapat dalam tangki jig. Apabila ukuran lubang spigot terlalu besar,
maka volume air yang keluar melalui lubang spigot akan menjadi besar. Hal ini akan
mengakibatkan tangki jig menjadi kosong dan jig akan mengalami kekurangan air. Untuk
menjaga keseimbangan air didalam jig, maka ukuran lubang spigot diusahakan sekecil
mungkin. Hal ini bertujuan agar pada proses pemisahan berikutnya tidak terjadi kelebihan
air dan pemakaian air tambahan dapat terjaga.

6. Motor jig
Motor jig merupakan motor penggerak pukulan yang menyebabkan terjadinya
pulsion dan suction pada proses pemisahan. Penentuan daya atau HP motor yang
digunakan berdasarkan beban yang akan didorong pada saat pulsion, jumlah putaran gear
box dan panjang pukul motor yang digunakan.

7. Jig screen
Jig screen merupakan saringan yang terbuat dari kawat (ketebalan kawat 1,5 mm)
yang dipasang diantara roobster bawah dan atas. Semakin besar ukuran lubang bukaan jig
screen maka recovery semakin tinggi ( kebuntuan makin lambat).
3.6 Jig Harz
3.5.1 definisi Jig
Jig adalah suatu alat pemisah bijih timah berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ)
dari bijih timah dan mineral-mineral ikutan lainnya. Butiran Bijih Timah akan turun
secara gravitasi akibat adanya gaya isap (suction) dan tekan (pushion) dari air yang
berada dalam komponen Jig harz akibat gerakan dari penggerak jig dengan system
hidrolik.

3.5.2 Definisi Jig harz


Jig merupakan salah satu alat pemisahan yang berdasarkan perbedaan berat jenis, bekrja
secara mekanis yang menggunakan adanya perbedaan kemampuan menerobos dari butiran
yang akan dipisahkan terhadap suatu lapisan pemisah (bed). Secara umum jig merupakan
suatu tangki terbuka yang berisi air dengan saringan horizontal terletak pada bagian atasnya
dimana terdapat lapisan pemisah.
            Tangki jig  dilengkapi dengan lubang pengeluaran konsentrat (spigot) pada bagian
bawahnya. Disaning itu jig  juga memiliki suatu mekanisme penyebab terjadinya tekanan
(pulsion) yang diimbangi dengan pemakaian air tambahan.
Alat utama yang banyak dipakai dalam konsentrasi gravitasi salah satunya adalah jig.
Dalam jig, pemisahan mineral berharga (umumnya dengan berat jenis tinggi) dari
pengotornya (berat jenis rendah) dilakukan didalam suatu aliran fluida. Lumpur (pulp) yang
merupakan umpan (feed) disebarkan di atas screen (pengayak) yang mana diatasnya
disebarkan pula material lain (bed). Berat jenis bed merupakan faktor yang cukup penting dan
biasanya terletak di antara mineral berat dan mineral ringan.
Aliran air ke atas (pulsion) dan aliran air ke bawah (suction) akan membentuk getaran
sedemikian rupa sehingga mineral-mineral berat akan akan tertarik ke bawah sedang mineral-
mineral ringan akan terdorong ke atas. Aliran air ke atas dengan kecepatan yang cukup tinggi
akan membuka bed dan mineral akan terdorong ke atas. Pada aliran air ke bawah, bed akan
tertutup, mineral-mineral berat akan terperangkap di dalam bed. Proses ini berlangsung
berulang-ulang sehingga mineral berat dapat dipisahkan dari mineral ringan.
3.5.2.1 Bagian-bagian penting pad Jig harz

Berikut ini adalah bagian-bagian penting Jig harz, yaitu :


h. Saringan (Rubber Screen)
Saringan gunanya untuk menahan jig bed (hematite) jangan sampai turun ke bawah dan
melewatkan atau meloloskan bijih timah. Pada umumnya saringan dibuat dari bahan yang
tahan terhadap korosi seperti pospor brons, baja tahan karat dan karet. Ukuran lubangnya
harus lebih kecil dari hematite dan lebih besar dari bijih timah, biasanya dipakai dengan
ukuran 4 x 10 mm untuk kompartemen A dan ukuran 3 x 10 mm untuk kompartemen BC,
ukuran lubang 6-10. Saringan berukuran lebih besar diletakan melintang terhadap arah
aliran, dengan tujuan agar lubang saringan tidak mudah buntu atau tersumbat.
i. Bed
Bed adalah lapisan material diatas saringan jig, yang terdiri dari batu hematite yang
berfungsi sebagai bahan perantara dalam memisahkan bijih timah yang berat jenisnya
lebih tinggi dengan bijih yang berat jenisnya lebih rendah. Untuk menghitung kebutuhan
bed jig per unit adalah
H = A  x t x BJ pure hematite x jumlah cell ...................... (2.3)
Keterangan :
A = Luas area/cell (m2)
T = Tinggi rooster (m)
Bj = 2,3 ton/m3

j. Afsluiter Underwater
Underwater berfungsi sebagai pengatur cross flow dan mengatur  pemasukan air ke
tiap tangki jig dan menjaga keseimbangan air dalam jig, maka air perlu ditambahkan dan
dimasukkanke dalam  jig dari bagian bawah
saringan (Hutch), disebut underwater atau hutchwater. Selain itu fungsi yang terpenting
adalah untuk mengontrol pemisahan konsentrat dan tailing, sehingga tailing yang sudah
masuk ke dalam jig bed dapat didorong kembali ke atas dan keluar sebagai tailing.
k. Kisi – Kisi (Rooster)
      Kisi-kisi (rooster) adalah alat yang berguna untuk menjepit saringan jig dan
menahan bed agar tetap di tempat. Kisi-kisi dibuat berpetak-petak supaya bed tersebar
merata di seluruh permukaan jig. Bahan kisi-kisi terbuat dari kayu (papan) dan
dari plat (besi) yang di lapisi oleh karet.
l. Alat Penggerak
Untuk membuat gerakan isapan dan tekanan secara terus menerus (continuitas). Alat
yang digunakan sebagai penggerak adalah menggunakan pompa hidrolik yang
dihubungkan dengan satu sumbu eksentrik yang dibagi untuk 2 kompartemen AB dengan
panjang stang yang sama secara mekanis. Stang balance diafragma merupakan salah satu
alat penggerak untuk proses pencucian, yang dipergunakan pada jig type Pan
America. Stang balance diafragma ini berfungsi untuk merubah gerakan berputar yang
ditimbulkan oleh pompa hidrolik menjadi gerakan atas bawah. Alat ini fungsinya untuk
menimbulkan isapan (Suction) dan tekanan (Pushion) pada permukaan bed jig. Gerakan
atas bawahnya dapat disetel (diubah-ubah) disesuaikan dengan kebutuhan.
m. Membran
Gunanya adalah untuk memberikan gaya isapan (Suction) dan
dorongan (Pushion) dengan menutup rapat antara tangki dan torak yang digerakan oleh
motor penggerak. Membran ini harus diklem dengan kuat, sehingga tidak terjadi
kebocoran atau lepas dan tidak boleh di cat karena akan mengakibatkan mudah retak dan
pecah.
n. Spigot
Spigot merupakan alat untuk mengeluarkan konsentrat yang keluar melewati saringan
dan untuk mengatur jumlah air di dalam tangki jig. Bentuk dari Spigot ialah kerucut yang
berbahan dari karet.
3.5.2.2 Faktor-faktor Kinerja Jig
c. Sifat-sifat umpan (feed), yakni:
4. Bentuk dan ukuran feed
Semakin besar (kasar) ukuran butir mineral, maka recovery semakin tinggi. Tetapi ada
satu hal yang harus diperhatikan, makin besar ukuran partikel mineral makin makin cepat
pula pemadatan pada bed, sehingga terjadi kebuntuhan yang mengakibatkan feed yang
masuk berikutnya tidak dapat menerobos bed.
5. Kadar mineral
Makin tinggi atau kaya kadar mineral berharga yang masuk sebagai feed, maka recovery
akan semakin tinggi. Dan makin banyak kadar mineral pengganggu yang masuk sebagai
feed pemisahan semakin sulit, berarti perolehan recovery akan rendah.
6. Berat jenis mineral
Semakin tinggi berat jenis mineral berharga terhadap mineral pengganggu maka recovery
akan semakin tinggi.
d. Parameter-parameter proses jig
Pada proses pemisahan dengan menggunakan alat jig, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi efektifitas kerja jig. Adapun parameter yang mempengaruhi proses pemisahan
tersebut antara lain :
8. Panjang pukulan
Panjang pukulan adalah jarak yang ditempuh oleh torak atau membran dari awal
dorongan (pulsion) hingga akhir hisapan (suction). Untuk mengatur panjang pukulan perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu berat jenis, ukuran butir, jumlah mineral
ikutan, dan kekayaan timah yang digali.
Panjang pukulan berpengaruh terhadap recovery dan kadar konsentrat. Jika ingin
mendapatkan konsentrat yang bersih, dapat menggunakan panjang pukulan yang kecil dan
cepat dimana pulsion akan ditahan dengan menggunakan back water dalam jumlah yang
banyak, tetapi cassiterit tidak tertangkap semua terutama yang ukuran butir halus dan akan
lari ke tailing sehingga recovery menjadi rendah. Untuk mendapatkan tailing yang bersih,
panjang pukulan yang digunakan lebih besar sehingga panjang pukulan bergerak lambat
dan suction akan kuat dengan menggunakan back water yang sedikit. Panjang pukulan
yang relatif pendek dan cepat dengan back water yang banyak digunakan untuk
memisahkan feed yang berkadar tinggi, tetapi untuk feed dengan kadar yang rendah
biasanya digunakan panjang pukulan yang besar dan lambat.
panjang pukulan pada jig berbanding terbalik dengan jumlah pukulan per menit. Ukuran
butir dari mineral berbanding lurus dengan panjang pukulan dan berbanding terbalik
dengan jumlah pukulan per menit.
9. Kecepatan aliran horizontal
Kecepatan aliran horizontal adalah kecepatan air yang mengalir diatas lapisan bed.
Fungsi aliran horizontal adalah untuk membawa material ringan, baik yang berukuran
besar maupun kecil. Untuk kecepatan aliran horizontal yang terlalu besar, mineral
berukuran halus akan ikut terbuang bersama tailing. Sedangkan kecepatan aliran
horizontal yang lebih kecil dari kecepatan pengendapan mineral ringan, maka akan
mengendap diatas permukaan jig bed sehingga akan mengganggu proses jigging.
10. Ukuran Butiran dan Tebal Bed
Batu jig/hematit berfungsi sebagai media pemisah yakni untuk menahan mineral
ringan agar sekecil mungkin turun ke dalam tangki jig, dan memberi peluang yang
sebesar-besarnya kepada mineral berat (termasuk timah) turun ke dalam tangki jig. Ukuran
butiran batu hematit harus disesuaikan, bed jangan terlalu tebal sebab apabila terlalu tebal
(penuh) maka tidak ada lagi kantong untuk menjebak material sebelum terkonsentrasi
menjadi konsentrat
11. Volume air Tambahan (Underwater)
Sejumlah air ini yang berada dalam tangki jig adalah merupakan media penghantar
efektif pukulan terhadap daerah pemisahan/daerah suspensi. Apabila jumlah air ini terlalu
kecil maka efektif pukulan tidak berlanjut ke daerah suspensi dan proses pemisahan tidak
terjadi. Apabila underwater terlalu banyak seolah-olah tertekan ke permukaan pemisahan
dan dapat mempengaruhi proses suspensi, sebaliknya underwater diatur sedemikian rupa,
seakan-akan air tersebut keluar melalui permukaan jig dalam keadaan bebas tanpa tekanan.
Kebutuhan underwater jig primer maupun sekunder dapat dihitung dengan rumus :

Kebutuhan Underwater Jig =


LSE keseluruhan x Kebutuhan Underwater/Cell x 60 ........(

12. Ukuran lubang spigot


Lubang spigot adalah suatu lubang yang berfungsi sebagai tempat keluarnya
konsentrat hasil pemisahan. Besarnya ukuran lubang spigot ini akan mempengaruhi
volume air yang terdapat dalam tangki jig. Apabila ukuran lubang spigot terlalu besar,
maka volume air yang keluar melalui lubang spigot akan menjadi besar. Hal ini akan
mengakibatkan tangki jig menjadi kosong dan jig akan mengalami kekurangan air. Untuk
menjaga keseimbangan air didalam jig, maka ukuran lubang spigot diusahakan sekecil
mungkin. Hal ini bertujuan agar pada proses pemisahan berikutnya tidak terjadi kelebihan
air dan pemakaian air tambahan dapat terjaga.
13. Motor jig
Motor jig merupakan motor penggerak pukulan yang menyebabkan terjadinya
pulsion dan suction pada proses pemisahan. Penentuan daya atau HP motor yang
digunakan berdasarkan beban yang akan didorong pada saat pulsion, jumlah putaran gear
box dan panjang pukul motor yang digunakan.
14. Jig screen
Jig screen merupakan saringan yang terbuat dari kawat (ketebalan kawat 1,5 mm)
yang dipasang diantara roobster bawah dan atas. Semakin besar ukuran lubang bukaan jig
screen maka recovery semakin tinggi ( kebuntuan makin lambat).
Tabel 3.2 Sifat kimia Timah
Sifat Kimia
Elektronegatifitas 1.96 (skala paili)
Struktur Kristal Tetragonal
Konduktifitas termal 66.8 W/mK
(sumber: http/kanwar03oke.blogspot.co.id/2013)

Kasiterit (Sn02) merupakan mineral utama yang mengandung timah.


Mieral ini selalu diikuti beberapa mineral berharga dan mineral gangue. Endapan
biji timah pada kasiterit berasal dari magma granitic, yaitu magma yang berasal
dari larutan yang bersifat asam membentuk batuan granit, sehingga terdapatnya
endapan bijih timah berhubungan erat dengan batuan granit (noer,1998). Sifat dan
mineral-mineral yang terdapat pada bjih timah yaitu:

4. Mineral utama

Mineral utama yang diproses dipusat Badan Pengolahan mineral (BPM) PT


Timah Tbk adalah kasiterit (Sn02). Mineral ini memiliki warna yang beragam
yakni kecoklatan, kehitaan dan kemerahan. Mineral ini juga memiliki
kandungan Sn sekitar 78,8% dengan berat jenis 6,8-7,1.
5. Mineral Ikutan Berharga
Mineral ikutan berharga yang umumnya terbawa oleh mineral cassiterite yang
diproses di Bidang Pengolahan mineral (BPM) yaitu :
d. Monasit
Merupakan mineral pospat berwarna cenderung kuning agak ciklat yang
mengandung logam tanah jarang. Dipisahkan dalam Magnetic Saparation.
Mineral ini bersifat radioaktif sehingga harus disimpan yang terisolasi.
e. Tourmalin
Mineral Tormalin memiliki warna hijau kehitaman atau hitam arang dengan
bentuk yang tidak teratur dan permukaan menyerat seperti asbes dengan
pecahan seperti kaca memiliki berat jenis 3,6-4,0 bersifat non komduktor dan
non magnetik.
f. Zirkon
Merupakan mineral berwrna orange yang dapat diekstraksi untuk diambil
zirkonnya dan banyak digunakan di industry keramik. Bersifat non magnetic
sehingga saat proses magnetic saparation (ms) akan ikut masuk kedalam
kosentrat namun karena memiliki sifat non konduktor sehingga dapat
dipisahkan dengan High Tension Saparation (HTS).

6. Mineral Ikutan Lainnya


f. Topaz
Memiliki warna putih bening, merah jambu, ungu. Mineral ini berbentuk
persegi atau potongan lidi tajam dengan goresan pipih pada bagian pinggir,
bersifat non konduktor dan non magnetic.
g. Tourmalin
Mineral tormalin memiliki warna hiaju kehitaman atau itam arang dengan
bentuk yang tidak teratur dan pemukaan menyerat seperti asbes dengan
pecahan seperti kaca memiliki berat jenis 3,6-4,0 bersifat non konduktor dan
magnetic.

22
h. Hematit
Mineral hematit memiliki warna yang beagam mulai dari kecoklatan
kemerahan dan kehitaman berbentuk lonjong dan memiliki berat jenis 4,9-5,3
bersifat konduktor dan magnetic.
i. Pirit
Memiliki warna beragam seperti kuning dengan kilap keemasan, kehijauan,
atau nerwarna abu-abu keputiha . Mineral ini memiliki bentuk yang tidak
teratur dengan permukaan yang tidak rata dengan berat jeni 5,0 serta
mengandung 46,7% Fe bersifat konduktor dan non magnetic.
j. Xenotime
Merupakan senyawa fospot berwarna kuning keabuan yang mengandung
logam tanah jarang ittrium, dapat dilakukkan proses ekstraksi untuk
mengambil yttrium yang banyak digunakan sebag paduan untuk baja karena
mampu meningkatkan sifat mekanis (kekuatan,kekerasaan dan ketahanan
terhadap suhu tinggi). Dipisahkan dari kasiterit dengan Megnetic Saparator
(MS) karena bersifat magnet.

3.4 Pengolahan timah


3.4.1 Gravity Concentration
Gravity concertration merupakan suatu proses pemisahan dari kumpulan suatu
mineral-mineral yang memiliki bentuk, ukuran serta berat jenis yang berbeda-
beda menjadi mineral-meinral yang saling terpisah antara satu mineral dengan
mineral lainnya oleh pengaruh gaya gravitsai atau gaya sentrifugal (Barry A.
Willys,1992). Proses pemisahannya perbedaan berat jenis dari mineral merupakan
factor utama keberhasilan proses pemisahan mineral. Alat-alat pemisahan mineral
dengan prinsip gravity concertratiom disebut gravity separation.
Gravity separation dapat dilakukan atau tidak, terlebih dahulu harus diketahui
nilai spific garavity mineral, specific gravity viscisity separating medium, dan
mechanical method yang menyebabkan perbedaan pergerakan partikel pada
proses klasifikasi mineral. Dua factor yang utama diatas, dieroleh rumusan hasil
bagi dari berat jenis mineral ringan dan mineral berat dengan dikurangin berat
jenis medium, yang disebut dengan concentration criterin (CC). definisi dari
concentration criterion (CC) itu sendri adalah tingkat keberhasilan pemisahan
mineral berharga dengan pengotornya yang ditentukan oleh perbdaan berat jenis
dalam media. Rumus dari concentration criterion (CC) itu sendri adalah sebgai
berikut.
ρh−ρ F
CC¿ ………………………………..(3.1)
ρ i−ρ F
Keterangan :
CC = Concentration criterion
𝞺h = Spesific gravity mineral berat
𝞺ℱ = Spesific gravity mineral ringan
𝞺𝔦 = Spesific gravity fluida

Secara umum dapat ditentukan bahwa, apabila concentration criterion (CC0


memberikan angka/ hasil (kuran/lebih sebagai berikut):
6. CC ≥ 2,50
Pemisahan mudah dilakukan dalam semua ukuran partikel hingga butiran yang halus
(sampai 200 mesh).
7. CC=1,75-2,50
Pemisahan secara gaya berat efektif dilakukan sampai dengan ukuran 100 mesh

8. CC= 1.50-1,75
Pemisahan secara gaya berat masih memungkinkan tetapi sukar dilakukan untuk
ukuran 10-20 mesh (2000 mm-0,814 mm)
9. CC= 1,25-1,50
Pemisahan masih memungkinkan sampai ukuran ¼ inci tetapi sukar dilakukan
10. CC<1,25: pemisahan secara gaya berat tidak dapat dilakukan kerena tidak ekonomis.

Berdasarkan hasil proses pencucian, mineral pengotor yang dominan pada casiterite
adalah pasir kuarsa. Proses pemisahkan yang menggunakan medim air laut (bj=1,03), mineral
cassiterite (bj=6,9) dengan quartz (bj=2,6) diperoleh nilai concentration criterion sebagai
berikut.
Berdasarkan hasil perhitungan concentration criterion (CC) diatas makan cassiterite
memiliki nilai CC ≥ 2,5 terhadap pasir kuarsa yang merupakan mineral pengotor dominan
pada kapal isap maupun kapal keruk, sehingga metode gravity concentration dapat diterpkan
dalam proses pencucian bijih timah, sedangkan untuk memisahkan cassiterit dengan pyrite
sulit dilakukan perhitungan concentratin criterion (CC) karena CC ≤ 2,5.
Ukuran butir juga berpengaruh pada proses pemisahan. Pemilihan alat pemisahan dapat juga
dilihat dari kondisi karakteristik burit dari mineral serta ukuran mineral itu sendri. (gambar
8.1)

Gambar 3.1. Batas Ukuran Partikel Untuk Proses Konsentrasi

(Kelly dan Spottswood 1982)


Teknologi pengolahan bahan galian metode gravity consentrasi yang sering
digunakan antara lain:

d. Shaking Table (meja goyang)


Tabling adalah suatu proses konsentrasi untuk memisahkan antara mineral berharga
dengan mineral tidak berharga, mendasarkan pada perbedaan berat jenis mineral melalui
aliran fluida yang tipis (Gambar 3.2). Oleh karena itu proses ini termasuk dalam Flowing
Film Concentration. Alat yang digunakan adalah Shaking Table. Prinsip pemisahan dalam
tabling ialah ukuran mineral harus halus karena proses konsentrasi ini mendasarkan pada
aliran fluida tipis. Adanya gaya dorong air terhadap partikel yang sama besarnya tapi berbeda
berat jenisnya, maka partikel yang ringan akan mengalami dorongan air yang lebih besar dari
partikel berat. Dengan adanya gerakan maju mundur dari  ”head motion” maka partikel yang
berat akan melaju lebih jauh dari partikel yang ringan sampai akhirnya partikel-partikel
tersebut masuk ke tempat penampungan. Untuk mendapatkan aliran air yang turbulen maka
dipasang alat yaitu ”riffle”, dengan demikian partikel yang ringan akan cenderung untuk
meloncat dari riffle satu ke riffle lainnya dibanding partikel yang berat yang hanya akan
menggelinding searah dengan riffle tersebut. Proses ini berjalan terus menerus sehingga
antara mineral yang mempunyai berat jenis besar dengan yang ringan dapat terpisahkan.

Gambar3.2 Shaking Table (Nesbitt, 2001)


e. Sluice Box
Prinsipnya adalah memisahkan antara mineral berharga dengan yang tidak berharga
mendasarkan atas gaya beratnya (Gambar 2.3). Alat ini berbentuk box atau kotak yang bagian
dalamnya dilengkapi dengan riffle, yang gunanya untuk menahan material yang mempunyai
berat jenis relatif besar dibandingkan dengan material lain sehingga mampu mengimbangi
gaya dorong dari aliran air. Jadi yang mempengaruhi berhasil tidaknya dalam melakukan
operasi pemisahan dengan alat ini adalah :
6) Kecepatan aliran dan ketebalan aliran fluida
Bila kecepatan dan ketinggian fluida terlalu besar maka mineral yang ada baik itu mineral
berat maupun ringan dan ketebalan yang besar dari fluida akan membuat arus turbulen
yang besar dan ini yang membuat material meloncat dari riffle.
7) Berat jenis material yang akan dipisahkan
Berat jenis dari material harus cukup besar karena material itu harus dapat mengimbangi
derasnya arus dengan gaya berat sehingga material itu akan dapat terhalangi oleh riffle.
Bila material itu mampunyai berat jenis yang kecil, akan hanyut terbawa oleh aliran air.
8) Banyaknya air/fluida
Bila air yang digunakan untuk memisahkan mineral ini hanya sedikit, maka mineral
tersebut tidak akan dapat terpisahkan atau hasilnya adalah heterogen
9) Ketinggian riffle
Ketinggian riffle harus sebanding dwngan ketebalan aliran air, paling tidak harus melebihi
+/- 0,5 cm dari permukaan riffle

10) Panjang box


Panjang box sangat menentukan karena makin panjang akan semakin besar kemungkinan
material itu untuk tersangkut pada roffle sehingga hasilnya semakin besar.
f. Jig
Jigging biasanya digunakan untuk konsentrat yang relative kasar hingga halus dan
range ukuran umpan cukup sempit (Gambar 3.3). Metodenya yaitu pemisahan mineral yang
berbeda berat jenisnya sehingga terjadi stratifikasi. Fungsi alat jig adalah untuk meningkatkan
kadar mineral tertentu.
Prinsip kerja alat ini adalah apabila terjadi pulsion maka  bed akan terdorong naik.
Sehingga batuan pada lapisan bed akan merenggang karena adanya tekanan. Kesempatan ini
akan dimanfaatkan oleh mineral berat untuk menerobos bed masuk ke tangki sebagai
konsentrat sedangkan mineral ringan akan terbawa oleh aliran horizontal diatas
permukaan bed dan akan terbuang  sebagai tailing. Pada saat terjadi suction, bed menutup
kembali sehingga mineral berat berukuran besar dan mineral ringan berukuran besar tidak
berpeluang masuk ke tangki. Jadi mineral berat berukuran besar akan mengendap
diatas bed untuk menunggu kesempatan pulsion berikutnya, sedangkan mineral ringan
berukuran besar akan terbawa aliran arus horizontal.

Gambar 2.5 Jig (Nesbitt, 2001)


Prinsipkerja alat ini adalah pabila terjadi pulsion maka bed akan terdorong naik. Sehingga
batuan pada lapisan bed akan merenggang karena adanya tekanan. Kesempatan ini akan
dimanfaatkan oleh mineral berat untuk menerobos bed masuk ke tangki sebagai konsentrat
sedangkan mineral ringan akan terbawa oleh aliran horizontal diatas permukaan bed dan akan
terbuang sebagai tailing. Pada saat terjadi suction, bed menutup kembali sehingga mineral
berat berukuran besar dan mineral ringan berukuran besar tidak berpeluang masuk ke tangki.
Jadi mineral berat berukuran besar akan mengendap diatas bed untuk menunggu kesempatan
pulsion berikutnya, sedangkan mineral ringan berukuran besar akan terbawa aliran arus
horizontal.

3.4.2 Proses Pemisahan Mineral pada Jig


Pada kapal isap, alat pemisah mineral yang digunakan dan utama adalah jig. Menurut
Pryor, E. J, 1965, Mineral Processing, jig merupakan alat pemisah mineral kasiterit terhadap
mineral pengotor lainnya berdasarkan perbedaan nilai specific gravity dari mineral. Pada
dasarnya proses pemisahan mineral didalam jig dapat terjadi akibat adanya prinsip klasifikasi
mineral pada medium berupa fluida. Dalam hal ini medium yang digunakan adalah air laut
dengan berat jenis 1,03.
c. Teori Jigging
Jigging adalah suatu proses pemisahan bijih dalam suatu media cair dengan alat jig
berdasarkan perbedaan berat jenis. Jig bekerja secara mekanis yang menggunakan prinsip
perbedaan kemampuan menerobos dari butiran yang akan dipisahkan terhadap suatu
lapisan pemisah (bed).
d. Prinsip Jigging
Pada proses jigging terjadi gerakan tekanan (pulsion) dan isapan (suction) akibat gerakan
naik turun membran. pulsion terjadi maka bed akan terdorong naik, sehingga bantuan
pada lapisan bed akan merenggang karena adanya tekanan. Kesempatan ini akan
dimanfaatkan oleh mineral berat untuk menerobos bed masuk ke tangki sebagai konsentrat
sedangkan mineral ringan akan terbawa oleh aliran horizontal diatas permukaan bed dan
akan terbuang sebagai tailing.
Suctionterjadi sehingga bed menutup kembali sehingga mineral berat berukuran besar dan
mineral ringan berukuran besar tidak berpeluang masuk ke tangki. Jadi mineral berat
berukuran besar akan mengendap diatas bed untuk menunggu kesempatan pulsion
berikutnya, sedangkan mineral ringan berukuran besar akan terbawa aliran arus horizontal.
Pada pemisahan partikel mineral dalam proses jigging dipengaruhi tiga faktor, antara lain:
3. Differential acceleration
Pada awal jatuhnya mineral pada suatu fluida maka akan terjadi dua proses yaitu,
mineral dengan berat jenis yang besar akan lebih cepat jatuh dibandingkan mineral yang
memiliki berat jenis yang ringan. Differential acceleration (Gambar 3.4) merupakan faktor
perbedaan kecepatan jatuh partikel mineral ke bed, karena adanya gerakan yang terjadi
pada alat jig. Hal ini akan menyebabkan partikel mineral yang memiliki berat jenis besar
akan memiliki kecepatan jatuh yang lebih besar. Pada proses ini kecepatan dari mineral
hanya dipengaruhi oleh berat jenis mineral dan berat jenis fluida. Dan tidak dipengaruhi
oleh ukuran dari mineral (karena kondisi berlangsung pada free settling).

Gambar 3.4 Differential Acceleration (Nesbitt, 2001)

4. Hindered settling classification


Hindered settling adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh gaya pulsion (pukulan)
dan suction (hisapan) dari panjang pukulan yang mengakibatkan timbulnya hentakan pada
suatu medium yang mengakibatkan adanya perubahan kecepatan pengendapan partikel
pada suatu pulb (suspensi) yang bergejolak. Partikel-partikel yang memiliki bentuk ukuran
dan berat jenis yang berbeda, akan memiliki kecepatan pengendapan yang berbeda
(Gambar 8.5). Dimana bentuk ukuran dan berat jenis partikel akan menentukan besarnya
gaya pengendapan (∑F) dari suatu partikel. Hal ini dapat dilihat pada persamaan di bawah
ini menurut Pryor, E. J, 1965.

∑F = mg – m’g – drag force


………………(3.5)
Keterangan : mg = (V. ρ ) g

m : massa partikel
ρ : Berat jenis partikel
V : Volume partikel
g : Gaya gravitasi

Pada kondisi hindered settling besarnya gaya pulsion (Fpulsion) akan diteruskan sama
besar untuk setiap partikel. Partikel dengan gaya pengendapan lebih besar dari gaya pulsion
(∑F > FPulsion), akan tetap tenggelam. Sedangkan partikel dengan gaya pengendapan yang
lebih kecil dari gaya pulsion (∑F < FPulsion), akan terangkat menuju permukaan fluida. Hal ini
akan menimbulkan perbedaan kecepatan pengendapan partikel. Kondisi ini seperti
digambarkan pada (gambar 3.5).

Gambar 3.5 Hindered Settling (Nesbitt, 2001)


mineral awal yang jatuh menuju medium pemisah (fluida) nilai terminal velocity dari
mineral akan menentukan posisi dari mineral pada proses pemisahan. Pada (Gambar 3.6) (a)
posisi mineral berat dengan mineral ringan tidak jauh berbeda, sehingga pemisahan pada
sistem ragging akan sulit untuk dilakukan. Sementara pada (Gambar 3.6) (b) kondisi mineral
ringan dengan mineral berat telah memiliki perbedaan posisi yang sangat mencolok, sehingga
pemisahan dari mineral pada sistem ragging akan sangat mudah untuk dilakukan.

Gambar 3.6 Proses Klasifikasi pada (a) Free Settling, (b) Hindered Settling (Nesbitt, 2001)
4. Consolidation trickling
Consolidation trickling (Gambar 3.7) pada akhir jatuh merupakan suatu keadaaan
pada saat suction dari bed. Bed akan merapat sehingga mineral yang mempunyai ukuran
butir yang kecil dengan berat jenis besar akan mempunyai kesempatan untuk menerobos
celah-celah dari bed. Sedangkan mineral besar dengan berat jenis kecil tidak sanggup
berpindah karena pengaruh perbedaan kecepatan pengendapan mineral dengan bed. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.7 Consolidation Trickling (Nesbitt, 2001)
Dari ketiga proses tersebut terjadilah proses pemisahan mineral yang memiliki
perbedaan dalam berat jenis pada jig. Pada pemisahan mineral tersebut, perbedaan dari nilai
terminal velocity dari suatu mineral menjadi faktor yang utama pada proses pemisahan.
Siklus jigging (Gambar 3.8) merupakan suatu bentuk gelombang yang sebangun dan bergerak
secara teratur serta berulang-ulang yang diakibatkan oleh pulsion dan suction (A. B. Nesbitt)
Titik A merupakan titik dimulainya siklus penggerak pada jig (Gambar 2.11), ketika
feed masuk menuju jig, maka mineral berat akan memiliki nilai terminal velocity yang lebih
besar dari mineral ringan. Saat kecepatan aliran ke atas yang disebabkan oleh panjang
pukulan terus meningkat maka jig bed akan terangkat sehingga ragging akan terbuka. Jika
waktu antara A dan B sangat kecil, maka terjadi efek differential acceleration dimana mineral
berat akan terlebih dahulu sampai ke dasar bed dibandingkan mineral ringan.
Pada titik B, kecepatan aliran ke atas semakin besar, sampai mencapai puncaknya pada
titik C, dalam keadaan ini mineral yang mempunyai kecepatan pengendapan yang lebih besar
dari kecepatan aliran keatas akan terus mengendap sedangkan mineral yang mempunyai
kecepatan aliran pengendapan yang lebih kecil dari kecepatan aliran keatas akan terangkat
keatas terbawa aliran mendatar (cross flow) dan menjadi tailing. Pada kondisi ini disesuaikan
dengan kondisi hindered settling.

Gambar 3.8 Siklus Penggerak pada Jig (Nesbitt, 2001)


Pada titik D pengendapan mineral dimulai oleh mineral berukuran besar, kemudia
mineral yang berukuran halus. Keadaan ini merupakan kombinasi antara differential
acceleration dan hindered settling, dimana sebagian besar mineral berukuran besar akan
terletak pada dasar lapisan jig bed.
Pada titik E yang merupakan transisi antara pulsion dan suction, lapisan jig bed mulai
menutup. Dalam keadaan ini mineral berat yang berukuran kecil masih mempunyai
kesempatan untuk terus bergerak turun menerobos celah-celah dari ragging. Sedangkan
mineral berukuran besar atau mineral ringan yang berukuran besar akan tertahan dalam jig
bed, dalam hal ini efek consolidation trickling yang berlaku.
Dari pergerakan panjang pukulan akan menghasilkan dua gaya yang berperan utama
pulsion dan suction. Dimana ketika terjadi pulsion ragging akan terbuka, sedangkan suction
ragging akan tertutup. Pada kondisi consolidation trickling, maka gaya yang dihasilkan
panjang pukulan, merupakan gaya suction.

Gambar 3.9 Ideal Jigging Process (Nesbitt, 2001)

4.4.3 Proses Pengolahan Timah Dibidang Pengolahan Mineral


Proses pengolahan mineral bijih timah (kasiterit) berlangsung di Bidang
Pengolahan Mineral (BPM) kundur. Terdapat 2 proses yang berada pada BPM,
yakni proses basah dan proses kering. Kedua Proses Ini secara terintergrasi akan
menghasilkan kosentrat bijih timah (kasiterit) dengan kadar timah (Sn) lebih besar
dari 70% timah akan kata lain minimal persen kasiterit ialah sekitar 90%. Kadar
minimal 70% ini merupakan kriteria nijih yang dapat dilebur dipabrik peleburan
dan pemurnian. Berikut ini diagram alir proses basah pengolahan mineral pada
gambar 3.10
feed

Proses yang pertama kali dilakukan ialah gravity concentrator dengan menggunakan jig harz.
Kosentrat yang dihasilkan mengandung kadar Sn 70 % dan tailingnya akan dilanjut keprose
selanjutnya berupa Harz jig sekunder. Konsentrat harz jig sekunder atau sering disebut
milding ini memiliki kadar Sn 20-30% yang akan dilanjutkan keproses kering. Tailing dari
Harz jig sekunder akan menuju settling pond dan menuju keamang pland. Berikut gambar
3.11 merupakan proses kering pengolahan mineral
4.5 Jig Harz
3.5.1 definisi Jig
Jig adalah suatu alat pemisah bijih timah berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ)
dari bijih timah dan mineral-mineral ikutan lainnya. Butiran Bijih Timah akan turun
secara gravitasi akibat adanya gaya isap (suction) dan tekan (pushion) dari air yang
berada dalam komponen Jig harz akibat gerakan dari penggerak jig dengan system
hidrolik.

3.5.2 Definisi Jig harz


Jig merupakan salah satu alat pemisahan yang berdasarkan perbedaan berat jenis, bekrja
secara mekanis yang menggunakan adanya perbedaan kemampuan menerobos dari butiran
yang akan dipisahkan terhadap suatu lapisan pemisah (bed). Secara umum jig merupakan
suatu tangki terbuka yang berisi air dengan saringan horizontal terletak pada bagian atasnya
dimana terdapat lapisan pemisah.
            Tangki jig  dilengkapi dengan lubang pengeluaran konsentrat (spigot) pada bagian
bawahnya. Disaning itu jig  juga memiliki suatu mekanisme penyebab terjadinya tekanan
(pulsion) yang diimbangi dengan pemakaian air tambahan.
Alat utama yang banyak dipakai dalam konsentrasi gravitasi salah satunya adalah jig.
Dalam jig, pemisahan mineral berharga (umumnya dengan berat jenis tinggi) dari
pengotornya (berat jenis rendah) dilakukan didalam suatu aliran fluida. Lumpur (pulp) yang
merupakan umpan (feed) disebarkan di atas screen (pengayak) yang mana diatasnya
disebarkan pula material lain (bed). Berat jenis bed merupakan faktor yang cukup penting dan
biasanya terletak di antara mineral berat dan mineral ringan.
Aliran air ke atas (pulsion) dan aliran air ke bawah (suction) akan membentuk getaran
sedemikian rupa sehingga mineral-mineral berat akan akan tertarik ke bawah sedang mineral-
mineral ringan akan terdorong ke atas. Aliran air ke atas dengan kecepatan yang cukup tinggi
akan membuka bed dan mineral akan terdorong ke atas. Pada aliran air ke bawah, bed akan
tertutup, mineral-mineral berat akan terperangkap di dalam bed. Proses ini berlangsung
berulang-ulang sehingga mineral berat dapat dipisahkan dari mineral ringan.
3.5.2.1 Bagian-bagian penting pad Jig harz

Berikut ini adalah bagian-bagian penting Jig harz, yaitu :


o. Saringan (Rubber Screen)
Saringan gunanya untuk menahan jig bed (hematite) jangan sampai turun ke bawah dan
melewatkan atau meloloskan bijih timah. Pada umumnya saringan dibuat dari bahan yang
tahan terhadap korosi seperti pospor brons, baja tahan karat dan karet. Ukuran lubangnya
harus lebih kecil dari hematite dan lebih besar dari bijih timah, biasanya dipakai dengan
ukuran 4 x 10 mm untuk kompartemen A dan ukuran 3 x 10 mm untuk kompartemen BC,
ukuran lubang 6-10. Saringan berukuran lebih besar diletakan melintang terhadap arah
aliran, dengan tujuan agar lubang saringan tidak mudah buntu atau tersumbat.
p. Bed
Bed adalah lapisan material diatas saringan jig, yang terdiri dari batu hematite yang
berfungsi sebagai bahan perantara dalam memisahkan bijih timah yang berat jenisnya
lebih tinggi dengan bijih yang berat jenisnya lebih rendah. Untuk menghitung kebutuhan
bed jig per unit adalah
H = A  x t x BJ pure hematite x jumlah cell ...................... (2.3)
Keterangan :
A = Luas area/cell (m2)
T = Tinggi rooster (m)
Bj = 2,3 ton/m3

q. Afsluiter Underwater
Underwater berfungsi sebagai pengatur cross flow dan mengatur  pemasukan air ke
tiap tangki jig dan menjaga keseimbangan air dalam jig, maka air perlu ditambahkan dan
dimasukkanke dalam  jig dari bagian bawah
saringan (Hutch), disebut underwater atau hutchwater. Selain itu fungsi yang terpenting
adalah untuk mengontrol pemisahan konsentrat dan tailing, sehingga tailing yang sudah
masuk ke dalam jig bed dapat didorong kembali ke atas dan keluar sebagai tailing.
r. Kisi – Kisi (Rooster)
      Kisi-kisi (rooster) adalah alat yang berguna untuk menjepit saringan jig dan
menahan bed agar tetap di tempat. Kisi-kisi dibuat berpetak-petak supaya bed tersebar
merata di seluruh permukaan jig. Bahan kisi-kisi terbuat dari kayu (papan) dan
dari plat (besi) yang di lapisi oleh karet.
s. Alat Penggerak
Untuk membuat gerakan isapan dan tekanan secara terus menerus (continuitas). Alat
yang digunakan sebagai penggerak adalah menggunakan pompa hidrolik yang
dihubungkan dengan satu sumbu eksentrik yang dibagi untuk 2 kompartemen AB dengan
panjang stang yang sama secara mekanis. Stang balance diafragma merupakan salah satu
alat penggerak untuk proses pencucian, yang dipergunakan pada jig type Pan
America. Stang balance diafragma ini berfungsi untuk merubah gerakan berputar yang
ditimbulkan oleh pompa hidrolik menjadi gerakan atas bawah. Alat ini fungsinya untuk
menimbulkan isapan (Suction) dan tekanan (Pushion) pada permukaan bed jig. Gerakan
atas bawahnya dapat disetel (diubah-ubah) disesuaikan dengan kebutuhan.
t. Membran
Gunanya adalah untuk memberikan gaya isapan (Suction) dan
dorongan (Pushion) dengan menutup rapat antara tangki dan torak yang digerakan oleh
motor penggerak. Membran ini harus diklem dengan kuat, sehingga tidak terjadi
kebocoran atau lepas dan tidak boleh di cat karena akan mengakibatkan mudah retak dan
pecah.
u. Spigot
Spigot merupakan alat untuk mengeluarkan konsentrat yang keluar melewati saringan
dan untuk mengatur jumlah air di dalam tangki jig. Bentuk dari Spigot ialah kerucut yang
berbahan dari karet.
3.5.2.2 Faktor-faktor Kinerja Jig
e. Sifat-sifat umpan (feed), yakni:
7. Bentuk dan ukuran feed
Semakin besar (kasar) ukuran butir mineral, maka recovery semakin tinggi. Tetapi ada
satu hal yang harus diperhatikan, makin besar ukuran partikel mineral makin makin cepat
pula pemadatan pada bed, sehingga terjadi kebuntuhan yang mengakibatkan feed yang
masuk berikutnya tidak dapat menerobos bed.
8. Kadar mineral
Makin tinggi atau kaya kadar mineral berharga yang masuk sebagai feed, maka recovery
akan semakin tinggi. Dan makin banyak kadar mineral pengganggu yang masuk sebagai
feed pemisahan semakin sulit, berarti perolehan recovery akan rendah.
9. Berat jenis mineral
Semakin tinggi berat jenis mineral berharga terhadap mineral pengganggu maka recovery
akan semakin tinggi.
f. Parameter-parameter proses jig
Pada proses pemisahan dengan menggunakan alat jig, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi efektifitas kerja jig. Adapun parameter yang mempengaruhi proses pemisahan
tersebut antara lain :
15. Panjang pukulan
Panjang pukulan adalah jarak yang ditempuh oleh torak atau membran dari awal
dorongan (pulsion) hingga akhir hisapan (suction). Untuk mengatur panjang pukulan perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu berat jenis, ukuran butir, jumlah mineral
ikutan, dan kekayaan timah yang digali.
Panjang pukulan berpengaruh terhadap recovery dan kadar konsentrat. Jika ingin
mendapatkan konsentrat yang bersih, dapat menggunakan panjang pukulan yang kecil dan
cepat dimana pulsion akan ditahan dengan menggunakan back water dalam jumlah yang
banyak, tetapi cassiterit tidak tertangkap semua terutama yang ukuran butir halus dan akan
lari ke tailing sehingga recovery menjadi rendah. Untuk mendapatkan tailing yang bersih,
panjang pukulan yang digunakan lebih besar sehingga panjang pukulan bergerak lambat
dan suction akan kuat dengan menggunakan back water yang sedikit. Panjang pukulan
yang relatif pendek dan cepat dengan back water yang banyak digunakan untuk
memisahkan feed yang berkadar tinggi, tetapi untuk feed dengan kadar yang rendah
biasanya digunakan panjang pukulan yang besar dan lambat.
panjang pukulan pada jig berbanding terbalik dengan jumlah pukulan per menit. Ukuran
butir dari mineral berbanding lurus dengan panjang pukulan dan berbanding terbalik
dengan jumlah pukulan per menit.
16. Kecepatan aliran horizontal
Kecepatan aliran horizontal adalah kecepatan air yang mengalir diatas lapisan bed.
Fungsi aliran horizontal adalah untuk membawa material ringan, baik yang berukuran
besar maupun kecil. Untuk kecepatan aliran horizontal yang terlalu besar, mineral
berukuran halus akan ikut terbuang bersama tailing. Sedangkan kecepatan aliran
horizontal yang lebih kecil dari kecepatan pengendapan mineral ringan, maka akan
mengendap diatas permukaan jig bed sehingga akan mengganggu proses jigging.

17. Ukuran Butiran dan Tebal Bed


Batu jig/hematit berfungsi sebagai media pemisah yakni untuk menahan mineral
ringan agar sekecil mungkin turun ke dalam tangki jig, dan memberi peluang yang
sebesar-besarnya kepada mineral berat (termasuk timah) turun ke dalam tangki jig. Ukuran
butiran batu hematit harus disesuaikan, bed jangan terlalu tebal sebab apabila terlalu tebal
(penuh) maka tidak ada lagi kantong untuk menjebak material sebelum terkonsentrasi
menjadi konsentrat

18. Volume air Tambahan (Underwater)


Sejumlah air ini yang berada dalam tangki jig adalah merupakan media penghantar
efektif pukulan terhadap daerah pemisahan/daerah suspensi. Apabila jumlah air ini terlalu
kecil maka efektif pukulan tidak berlanjut ke daerah suspensi dan proses pemisahan tidak
terjadi. Apabila underwater terlalu banyak seolah-olah tertekan ke permukaan pemisahan
dan dapat mempengaruhi proses suspensi, sebaliknya underwater diatur sedemikian rupa,
seakan-akan air tersebut keluar melalui permukaan jig dalam keadaan bebas tanpa tekanan.
Kebutuhan underwater jig primer maupun sekunder dapat dihitung dengan rumus :

Kebutuhan Underwater Jig =


LSE keseluruhan x Kebutuhan Underwater/Cell x 60 ........(

19. Ukuran lubang spigot


Lubang spigot adalah suatu lubang yang berfungsi sebagai tempat keluarnya
konsentrat hasil pemisahan. Besarnya ukuran lubang spigot ini akan mempengaruhi
volume air yang terdapat dalam tangki jig. Apabila ukuran lubang spigot terlalu besar,
maka volume air yang keluar melalui lubang spigot akan menjadi besar. Hal ini akan
mengakibatkan tangki jig menjadi kosong dan jig akan mengalami kekurangan air. Untuk
menjaga keseimbangan air didalam jig, maka ukuran lubang spigot diusahakan sekecil
mungkin. Hal ini bertujuan agar pada proses pemisahan berikutnya tidak terjadi kelebihan
air dan pemakaian air tambahan dapat terjaga.
20. Motor jig
Motor jig merupakan motor penggerak pukulan yang menyebabkan terjadinya
pulsion dan suction pada proses pemisahan. Penentuan daya atau HP motor yang
digunakan berdasarkan beban yang akan didorong pada saat pulsion, jumlah putaran gear
box dan panjang pukul motor yang digunakan.
21. Jig screen
Jig screen merupakan saringan yang terbuat dari kawat (ketebalan kawat 1,5 mm)
yang dipasang diantara roobster bawah dan atas. Semakin besar ukuran lubang bukaan jig
screen maka recovery semakin tinggi ( kebuntuan makin lambat).

Anda mungkin juga menyukai