Anda di halaman 1dari 24

PAPER

MINERAL LOGAM
A. MINERAL LOGAM
Dalam kimia, sebuah logam atau metal (bahasa Yunani: Metallon) adalah sebuah unsur
kimia yang siap membentuk ion (kation) dan memiliki ikatan logam, dan kadangkala
dikatakan bahwa ia mirip dengan kation di awan elektron. Metal adalah salah satu dari tiga
kelompok unsur yang dibedakan oleh sifat ionisasi dan ikatan, bersama dengan metaloid dan
nonlogam. Dalam tabel periodik, garis diagonal digambar dari boron (B) ke polonium (Po)
membedakan logam dari nonlogam. Unsur dalam garis ini adalah metaloid, kadangkala
disebut semi-logam; unsur di kiri bawah adalah logam; unsur ke kanan atas adalah
nonlogam (Noor, 2009).
Nonlogam lebih banyak terdapat di alam daripada logam, tetapi logam banyak terdapat
dalam tabel periodik. Beberapa logam terkenal adalah aluminium, tembaga, emas, besi,
timah, perak, titanium, uranium, dan zink.
Alotrop logam cenderung mengkilap, lembek, dan konduktor yang baik, sementara
nonlogam biasanya rapuh (untuk nonlogam padat), tidak mengkilap, dan insulator (Noor,
2009).
Dalam bidang astronomi, istilah logam seringkali dipakai untuk menyebut semua unsur yang
lebih berat daripada helium.

B. CONTOH MINERAL LOGAM


1. Logam Dasar (Base Metal)
Secara kimia, logam dasar merupakan logam yang mudah teroksidasi, terkorosi, dan
bereaksi dengan HCl membentuk hidrogen. Logam ini biasa disebut logam aktif. contoh
logam dasar yang terdapat di Indonesia adalah air raksa (Hg), seng (Zn), tembaga (Cu),
timah (Sn), dan timbal (Pb).
Native Copper

Sphalerit (Zn)

2. Logam mulia
Jenis logam ini disebut logam mulia karena tahan terhadap korosi maupun
oksidasi. Logam mulia yang terdapat di Indonesia adalah emas (Au), emas
placer (Au), perak (Ag), dan platina (Pt). 1arena sifatnya yang langka dan tahan
korosi maka logam mulia memiliki harga yang cukup tinggi. Logam mulia
merupakan anggota dari logam transisi. Logam ini biasa digunakan sebagai
perhiasan dan mata uang (Au, Ag), bahan tahan karat (lapisan perak), ataupun
katalis (Pt).
Native 2old

Silver

Platinum

3. Logam Besi dan Paduan Besi

Jenis logam ini lazim digunakan dalam industri besi dan campurannya. Logam besi
yang terdapat di Indonesia yaitu besi (Fe), besi laterit (Fe), kobalt (Co), krom (Cr),
krom placer (Cr), mangan (Mg), molibdenum (Mo), nikel (Ni), dan pasir besi.
Iron Ore

Nikel

Chrom
Cobalt

4. Logam Ringan dan Langka

Logam ini relatif ditemukan dalam jumlah sedikit. jenis logam ini yang terdapat
di Indonesia meliputi aluminium (Al), monasit, titan laterit (Ti), titan placer.
Logam ini umumnya digunakan sebagai material teknologi tinggi seperti barang
elektronik, katalis dalam pengolahan minyak bumi, keramik tahan panas dan
lain-lain.
Bauksit

Monosit

Titanium

Mineral non — logam adalah kelompok komoditas mineral yang tidak termasuk mineral
logam, batubara maupun mineral energi lainnya. Mineral non logam biasa disebut juga
sebagai bahan galian non logam atau bahan galian industri atau bahan galian golongan
C. Bahan galian non logam mudah dicari dan pengusahaannnyapun tidak membutuhkan
modal yang besar, teknologi yang rumit maupun waktu yang lama untuk eskplorasi,
sehingga sangat cocok digunakan untuk mendorong perekonomian rakyat. Menurut
keterdapatannya di Indonesia, mineral logam dibagi menjadi 6 jenis, yaitu:
1) Bahan galian Industri
Merupakan kelompok komoditas mineral bukan logam dan batuan. Bahan
galian industri yang terdapat di Indonesia adalah asbes, barit, batugamping,
belerang, bentonit, diatomea, dolomit, fosfat, gipsum, kalsit, mika, oker, talc,
yodium, zeolit. Bahan galian industri ini dipakai terutama sebagai bahan mentah
dalam industri pupuk, kertas, plastik, cat, peternakan, pertanian, kosmetik,
farmasi, dan kimia.

Batugamping

Kalsit
Zeolite

2) Bahan Keramik
Merupakan semua bahan anorganik bukan logam yang berbentuk padat. Sifat
keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral
bawaannya. Secara umum, strukturnya sangat rumit dengan sedikit elektron-
elektron bebas. 1urangnya beberapa elektron bebas keramik membuat sebagian
besar bahan keramik merupakan konduktor panas dan listrik yang 8elek. Di
samping itu keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku. 1eramik secara
umum mempunyai kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya.
1omoditas bahan keramik yang terdapat di Indonesia antara lain : ball clay,
antara lain : ball &lay, felspar, kaoli, kuarsit, lempung, magnesit, pasir ng,
magnesit, pasir kuarsa, perlit, pirofilit, toseki, dan trakhit. Bahan
keramik dipakai terutama sebagai bahan mentah dalam industri keramik,
refraktori, dan gelas.

Ball clay
Feldspar (Albite)

Kaolin

Pasir Kuarsa
3) Bahan Bangunan

Beberapa komoditas bahan bangunan yang terdapat di indonesia adalah andesit,


di indonesia adalah andesit, basal, batu basal, batu apung, diorit, granit, marmer,
obsidian, oni;, pasir, sirtu dan tras. Bahan bangunan digunakan terutama sebagai
bahan mentah dalam industri bahan bangunan/konstruksi dan ornament.
Andesit

Basalt

Batu apung
Diorite

Granite

Marmer
Obsidian

4) Batu Mulia dan Batu hias


Batu mulia dan batu hias merupakan komoditas mineral dan batuan yang terdiri
dari amethyst, andalusit, batuhias, batubelah, batusabak, dasit, gabro, intan,
kalsedon, opal, rijang, serpentin, tanah urug, traventin, ultrabasa, granodiorit,
dan jasper. Bahan ini dipakai terutama dalam industri perhiasan dan kerajinan.

Amethyst
Andalusit

Diamond

Opal
Opal

Jasper
C. PROSES TERBENTUKNYA LOGAM
Akibat kristalisasi Magma
Magma dapat diartikan sebagai leburan silikat yang mengandung berbagai macam unsur
kimia, baik unsur logam, semi logam bukan logam ataupun unsur-unsur pembentuk gas
(volatil). Magma terdapat pada lingkungan suhu dan tekanan tinggi, dan diperkirakan
terdapat pada kedalaman 40 kilometer atau lebih dibawah permukaan bumi.

Magma bersifat mobile dan salah satu nya mobilitasnya adalh berupa instrusi yang
menuju kepermukan bumi dan masuk kedalam retakan batuan yang ada di kulit bumi.
Dalam perjalanannya, instrusi magma yang mengalami penuruan suhu maupun tekanan
yang mengakibatkan terjadinya kristalisasi mineral silikat.

Endapan galian yang terbentuk bersama-sama dengan batuan di sekelilingnya disebut


sebagai endapan bahan galian singenetik dan endapan yang terbentuk sesudah terjadinya
batuan disebut sebagai epigenetik.

Pada tahap awal pengkristalan , ada 3 pristiwa yang mungkin terjadi:

a) Dissiminasi (penghamburan)
Sebagai penghamburan mineral dalm batuan beku yang mengkristal pda temapat
dalam dan bila yang terhambur tadi bermuai, maka sebagai satu kesatuan, batuan
dapat dianggap sebagai mineral bahan galian.
b) Sugresi (pemisahan)
Istilah yang dipakai pada endapan mineral bahan galian yang mebgkristal
terlebih dahulu. Pada sat magma mulai mengkristal kemudian terpisah dari
magma tersebut karena sifat fisik yang berbeda, misalnya karena berat jenis
yang berbeda.
c) Injeksi
Sesudah terjadinya pemisahan, kemudian diikuti dengan injeksi sehingga
pengumpulan bahan galian berpindah ketempat lain, bahkan pada tempat
terbentuk semula.
Pada tahap akhir pengkristalan yang terjadi ada / kemungkinn.

a. immisibilitas cairan

terjadi selagi proses pembekuan berjalan, atau terjadi pemisahan itu sebagai akibat
secara langsung dua atau lebih cairan yang tidak dapat bersatu, seperti minyak dan
air.

b. Injeksi---jik pada tahap akhir pembekuan dapat terjadi Ada dua kemungkinan yang
terjadi

● mineral itu bisa dipindahkan


● mineral itu tidak bisa dipindahkan.
1. Sublimasi
Pengendapan langsung dari uapatau gas. Pembentukan bahan galian ini
merupakan proses yang kecil bila dibandingkan dengan proses lainnya. Letak
prinsip proses tersebut adalah pada penuruanan suhu dan tekanan. Terjadinya
endapan ini karena bereaksinya dua atau lebih gas-gas.
2. Metasomatisme kontak
Intrusi magma yng telah menjadi padat mempunyai sisa magma berupa cairan
atau gas yang mempunyai suhu tinggi. Bila bersentuhan dengan dinding atau
celah batuan lainnya dapat mengadakan reaksi yang menghasilkan mineral baru.
Disini terdapat perbedaannya dengan metasomatisme sentuh yaitu pada
metasomatisme kontak hanya satu yang memegang peranan, sedangkan pada
metasomatisme sentuh terdapat penambahan tekanan pada sisa cairan yang
mengadakan reaksi dan menghasilkan mineral baru.
4. Proses hidrrothermal
Hasil akhir dari proses pembekuan magma yang mengadakan instrusi adalah
cairan sisa magma yang juga masih mengandung konsentrasi logam yang
terdapat dalam magma dan tidak ikut dalam proses pembekuan sebelumnya.
cairan ini dinamakan cairan hydrothermal yang membawa logam ke tempat
pengendapan baru
● cairan hydrothermal, pengertian awalnya cairan dari magma
● Perk (1964) mengembangkan pengertian cairan tersebut tidak harus
berasal dari magma, dengan syarat: 1, suhu tinggi, 2. Memiliki daya
melarutkan mineral, 3, tekanan tinggi.

Membagi 3 cairan hydrothermal

● hypothermal (300-500 C)
● mesothermal (150-300 C, dangkal)
● epithermal (50-150 C, dangkal)

Di alam proses hidrotermal dapat dibedakan menjadi 2

● deposit pengisian celah

Dimana cairan hidrotermal akan mulai mengendapkan mineral bila telah


mencapai tempat yang menguntungkan, dalam hal ini adalah berupa celah,
rongga atau retakan yang terdapat dalam batuan.

● dengan reaksi kimia

Merupakan proses pengendapan bahan galian yang bersifat epigentik


(mineralnya sukar membeku). Disamping itu juga merupakan proses
pengendapan bahan galian yang paling utama dan dominan dalam pengendapan
bahan galian hipotermal dan isothermalpergantian metasomatik dapat terjadi
setempat atau meluas dengan cara perluasannya ada 3 kemungkinan

1. pengembangan massif.cairan yang melalui retakan itu mula-mula mengganti


dinding celah disekelilingnya, kemudian meluas kebagian luar, dinamakan
pengembangan massif.
2. pengembangan terhambur:
3. pertumbuhan inti ganda

5. Proses sedimentasi
Proses sedimantasi perlu dibedakan dengan evaporasi karena adanya perbedaan
mekanisme, dimana pada proses sedimentasi, pengendapan mineral terjadi akibat proses
kimiawi, organik dan fisik. Sedangkan pada evaporasi endapan terjadi karena mineral
terlarut dalam air. kemudian akan tinggal sebagai bahan padat setelah terjadinya
evaporasi. endapan yang terjadi akibat sedimentasi yang penting adalah endapan besi,
mangan, tembaga, uranium, posfat, belerang dan lempung.
Batuan beku umumnya sumber bahan galian setelah melalui proses pelapukan kimia
atau fisik, dimana proses pelarutan oleh air merupakan salah satu hasil pelapukan kimia
yang sangat berperanan di dalam pengendapan mineral besi, mangan, tembaga dan
posfat.
Air hujan pada umumnya banyak mengandung asam karbonat (H2SO3) sangat efektif
melarutkan mineral besi, mangan dan fosfor.

Endapan sedimentasi yang ditemukan sering memiliki nilai ekonomi:

● besi sedimenter
● mangan
● Penguapan (Evaporasi)

Merupakan proses yang penting karena banyak menbghasilkan endapan mineral bukan
logam. Proses ini efektif di daerah iklim kering dan panas. Secara umum berlaku
ketentuan garam-garaman yang daya larutnya terkecil akan diendapkan terlebih dahulu
dan yang terakhir diendapkan adalah jenis garam yang mudah larut.

Pengendapan yang terjadi pada evaporasi yang memiliki nilai ekonomi dapat dibedakan
menjadi 3:
● pengendapan dari air laut
dari proses evaporasi bila tidak ada gangguan akan diendapkan terlebih dahulu
oksida besi (Fe2O3) dan kalsium karbonat (CaCo3) dengan ketentuan bila air
laut teruapkan sekitar 50 %. Bila penguapan berjalan terus sehingga air melaut
menjadi 20 % mulai diendakan mineral Gips (CaSO4 2H2O)
penyusuatan lebih lanjut sampai 10 % volume air laut. Nacl mulai diendapkan,
kemudian diikuti endapan kasterit (MgSO4H2O) dan Bitthofit (MgCl2 6H2O).
penguapan lebih lan8ut menghasilkan garam pahit (NaBr)
● Endapan danau
● Pada daerah kering dan panas, danau yng tidk memiliki saluran pembuangan
biasanya merupakan danau garam. Proses evaporasi terjadi sama dengan
evaporasi air laut. kisaran kadar garam tersebut amat tergantung pada iklim yang
berlaku di mana pada musim yang lembab kadar garamnya menurun dan pada
musim kering kadarnya menjadi naik.
● endapan berasal dari air tanah
penguapan air tanah juga terjadi, tetapi endapan yang terjadi pad daerah lembah
dilarutkan kembali kemudian terbawa air hujan, tetapi di daerah kering endapan
dapat terkumpul selama iklimnya tetap kering. Proses yang terjadi sama dengan
endapan air laut. Perbedaanya terletak pada kadarnya lebih kecil atau lebih
rendah.
● endapan mata air panas
Endapan sekitar air panas, tidak sepenuhnya hasil proses evaporasi saja, tetapi
kegiatan mikroorganisme juga ikut berperan. Endapan yang di hasilkan kalsium
karbonat caco3 yang membentuk tuffatraferit. 1emudian silikat sebagai geyserit
atau cintersilikat dan oksida mangan dalam bentuk wad.

6. Konsentrasi mekanik dan residual

Proses yang menyebabkan terjadinya pengendapan ini adalah proses alami yaitu berupa
pemisahan antara mineral ringan oleh air yang mengalir atau angin. Endapan bahan
yang dihasilkan adalah hasil atau pengaruh dari pelapukan dimana pada daerah beriklim
kering proses desenterasi lebih dominan, sebaliknya di daerah tropic proses
dekomposisi yang lebih dominan.
Batuan dan mineral yang tidak dapat bertahan dalam lingkungan pelapukan akan
mengalami dekomposisi. Bagian yang tidak lapuk akan tertinggal dan bahagian yang
larut akan terbawa bersama air. Larutan akan mengalami pengendapan bila keadaan
memungkinkan dan terbentuk mineral baru yang dapat mempunyai arti sebagi mineral
bahan galian. Endapan yang terjadi disebut dengan placer deposit.

Konsentrasi mekanik

Untuk bisa terbentuknya konsentrasi mekanik, mineral-mineral harus memilki 3 macam


sifat fisik.

● mempunyai berat jenis yang tinggi


● harus resistan, tahan terhadap proses pelapukan
● keras dan tahan terhadap tumbukan serta gesekan selama diangkut.

Mekanisme proses konsentrasi sangat tergantung pada berat jenis, ukuran, dan bentuk
fragment-fragment, untuk itu perlu dipahami ada 3 macam prinsip yaitu:

● dalam air
● kecepatan pengendapan
● bentuk butiran

Residual

Proses konsentrasi residual menyebabkan terkonsentrasinya mineral di tempat karena


bagian lain dari bahan induk terangkut akibat proses pelapukan. Oleh karena itu
beberapa syarat yang diperlukan untuk terjadinya endapan residual adalah:

● terdapat sumber mineral dalam batuan induk


● keadan iklim yang memungkinkan terjadinya pelapukan
● keadaan relief yang relative datar.

7. Oksidasi dan pengkayaan sulfida sufergen

Bila suatu endapan bahan galian tersingkap oleh kegiatan erosi setelah terkena
pelapukan, terutama endapan yang mengandung mineral sulfide. Mineral tersebut akan
mengalami oksidasi dan pelarutan oleh air hujan. Larutan yang berasal dari mineral
banyak mengandung asam sulfat (H2SO4) dan kemudian bertindak sebagai pelarut aktif
terhadap mineral lainnya. Dengan kata lain mineral bijih akan teroksidisir dan banyak
diantaranya yang terdiri bersama air yang merembes ke lapisan bawah hingga mencapai
air tanah sampai pada batas kedalaman yang dapat dijangkau oleh pengaruh oksidasi.
Bagian yang teroksidir (tercuci) disebut dengan zona oksidasi. Larutan yang merembes
ke bawah bila telah mencapai air tanah akan mengendapkan kandungan logam sabagai
mineral sulfide sekunder. Daerah ini dinamakan daerah pengkayaan sulfide supergen.
Bagian deposit bijih di sebelah bawah yang tidak terkena pengaruh oksidasi dan masih
utuh disebut one primer (one hipogen).
DAFTAR PUSTAKA
Cui, Q., & Shi, G. (2012). Research on design of geological mineral exploration
enterprise coordinated management information platform. Proceedings - 2012
IEEE Symposium on Robotics and Applications, ISRA 2012.
https://doi.org/10.1109/ISRA.2012.6219168

Gadd, G. M. (2010). Metals, minerals and microbes: Geomicrobiology and


bioremediation. In Microbiology (Vol. 156, Issue 3).
https://doi.org/10.1099/mic.0.037143-0

Fomina, M. A., Alexander, I. J., Colpaert, J. v., & Gadd, G. M. (2005). Solubilization of
toxic metal minerals and metal tolerance of mycorrhizal fungi. Soil Biology and
Biochemistry, 37(5). https://doi.org/10.1016/j.soilbio.2004.10.013

Ding, S., Wang, M., & Zhang, H. (2021). Intergenerational externalities influence for
exploitation process of rare metal minerals. Processes, 9(5).
https://doi.org/10.3390/pr9050883

LI, P., & CAI, M. feng. (2021). Challenges and new insights for exploitation of deep
underground metal mineral resources. Transactions of Nonferrous Metals
Society of China (English Edition), 31(11). https://doi.org/10.1016/S1003-
6326(21)65744-8

Gadd, G. M. (2010). Metals, minerals and microbes: Geomicrobiology and


bioremediation. In Microbiology (Vol. 156, Issue 3).
https://doi.org/10.1099/mic.0.037143-0

Sari, M. P., & Yunita, I. (2019). ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DAN


TINGKAT AKURASI MODEL SPRINGATE, ZMIJEWSKI, DAN GROVER
PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR LOGAM DAN MINERAL LAINNYA
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2016.
JIM UPB (Jurnal Ilmiah Manajemen Universitas Putera Batam), 7(1).

Safitri, B. R. A. (2019). Analisis Kandungan Mineral Logam Mangan (Mn) Di Kawasan


Pertambangan Desa Bangkang. Jurnal Ilmiah IKIP Mataram, 6(1).

M Meirawaty, C Palit, DA Setyorini, MA Jambak Journal of Community Based


Environmental Engineering and Management 5 (2), 63-72, 2021

Meirawaty, M., Palit, C., Setyorini, D. A., & Jambak, M. A. (2021). BENTONITE
APPLICATIONS IN SIMPLE PURIFICATION OF BULK COOKING OIL AS
ALTERNATIVE SOLUTIONS FOR HOUSEHOLD COST EFFICIENCY.
Journal of Community Based Environmental Engineering and Management,
5(2). https://doi.org/10.23969/jcbeem.v5i2.4471
Noor, Djauhari. (2009). Pengantar Geologi. Bogor: Program Studi Teknik Geologi
Fakultas Teknik Universitas Pakuan.

Anda mungkin juga menyukai