Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KONVERSI DAN PEMANFAATAN BATUBARA

COLDRY ( PENGERINGAN)

Dibuat Sebagai Tugas Mata Kuliah Konversi dan Pemanfataan Batubara


Pada Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Sriwijaya

Oleh :
KELOMPOK 2

M. WAHYU AKBAR 03021181419019


MAYANG SARI 03021181419009
LULU MUTHIA 03021181419005
RIZKI DESELIMA NUSADA 03021181419011
M. MELDI OKTARIANDI 03021181419013
REZA DAVID NAUFAL 03021181419015

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME yang mana atas berkat
rahmat, taufik dan hidayah NYA jua lah sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Konversi dan Pemanfaatan Batubara yang berjudul Coldry
(Pengeringan)dengan baik dan tepat waktu.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada :
1. Ibu RR Yunita Bayu Ningsih, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing
mata kuliah Konversi dan Pemanfaatan Batubara Jurusan Teknik
Pertambangan Universitas Sriwijaya.
2. Kedua Orang Tua Penulis yang senantiasa selalu mendoakan
penulis.
3. Para Pembaca yang senantiasa memberikan masukan berupa kritik
maupun saran yang membangun kepada penulis.
4. Teman teman Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya yang
selalu memberikan motivasi kepada penulis.
5. dan seluruh pihak yang telah terlibat dalam proses pembuatan
makalah Konversi dan Pemanfaatan Batubara.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini, masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan maupun dalam penyampaian isi
makalah. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari pembaca, agar kedepannya penulis dapat membuat makalah
maupun bacaan yang lebih baik lagi. Dan semoga tugas ini dapat memberikan
manfaat yang baik untuk pembaca.

Indralaya, April 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR......................................................................................... 2
DAFTAR ISI....................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 6
1.3 Pembatasan Masalah ................................................................... 6
1.4 Tujuan dan Manfaat .................................................................... 6
1.5 Metode Penulisan ........................................................................ 6

BAB II PEMBAHASAN
II.1 Teknologi Pengering Batubara..................................................... 7
II.2 Alat Pengering batubara di Indonesia... 8
II.3 Aplikasi Alat Pengeringan Batubara pada PLTU......................... 12
II.4 Jenis-jenis Batubara................................................................. 13
II.5 Cara Pengeringan Brown Coal 15
II.6 Metode Coldry. 16

BAB III PENUTUP


III.1 Kesimpulan.................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang

Batubara merupakan salah satu sumber bahan bakar yang digunakan pada
Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Agar didapatkan efisiensi yang tinggi pada PLTU
maka batubara harus memiliki nilai kalor tinggi. Indonesia sendiri merupakan
salah satu negara penghasil batubara terbersa didunia. Namun hampir 80%
batubara yang dihasilkan tergolong batubara rendah dan sedang. Untuk
meningkatkan nilai kalor atas batubara perlu dilakukan pengeringan untuk
mengurangi kadar air dalam batubara. Eksperimen dilakukan menggunakan
batubara dengan moisture conten awal 25%. Batubara dikeringkan dalam chamber
cyclone coal dryer dengan kecepatan udara dan temperature udara panas 55 0C.
Pengambilan data dilakukan setiap 5 menit sekali dengan pengambilan sampel
batubara selama 30 menit proses pengeringan. Untuk 5 menit pertama interval
waktu pengambilan dilakukan selama 1 menit. Data yang diperoleh berupa
relative humidity udara, temperatur, berat basah dan berat kering. Pengambilan
data berat sampel kering dilakukan berdasarkan standart ASTM D5142 dengan
pengeringan pada temperatur 1050C selama 3 jam. Percobaan dilakukan dengan
variasi beban pengeringan 300gr,600gr,900gr. Dari hasil eksperimen diketahui
bahwa pada 5 menit pertama proses pengeringan batubara memiliki drying rate
paling cepat hal ini ditandai dengan penurunan moisture conten yang
tajam.Temperatur udara outlet chamber untuk beban 900gr memiliki nilai paling
rendah dibandingkan beban pengeringan yang lain yaitu 39.90C. Hal ini
dikarenakan massa air pada beban 900 gr lebih banyak sehingga udara pengering
mengalami proses pendinginan paling besar. Pada 5 menit pertama terjadi
perubahan relative humidity terbesar untuk masing masing beban pengeringan,
dimana untuk beban pengeringan 900 gr memiliki nilai relatie humidity terbesar
pada menit pertama yaitu 35.47 %. Kenaikan Relative humidity ini dikarenakan
massa air yang diilepaskan beban 900gr lebih banyak dari beban 600 gr dan 300
gr.
Batubara merupakan energi yang cukup andal untuk menambah pasokan
bahan bakar minyak mengingat cadangannya yang cukup besar. Dalam

4
perkembangannya, batubara diharapkan dapat menjadi jembatan dari energi
konvensional (terutama minyak) ke energi non-konvensional yang lebih bersih
dan dapat diperbarui. Namun kualitas batubara Indonesia yang pada umumnya
didominasi oleh batubara peringkat rendah (lignit), yaitu sekitar 70% dari total
sumber daya, belum banyak dieksploitasi karena masih mengalami kendala dalam
transportasi dan pemanfaatan. Batubara peringkat rendah ini mempunyai
kandungan air total cukup tinggi sehingga nilai kalor menjadi rendah. Dengan
demikian diperlukan teknologi khusus untuk memanfaatkan batubara peringkat
rendah tersebut agar dapat bersaing dengan batubara peringkat tinggi yang
cadangannya sudah mulai menipis.
Konsumsi batubara di Indonesia terus meningkat seiring dengan irama
pembangunan nasional dan bertambahnya penggunaan energi. Indonesia
memiliki 36 milyar ton cadangan sumber daya batubara, tetapi sebagian besar
daripadanya merupakan batubara yang termasuk pada jenis berkadar rendah.
Penggunaan batubara berkadar rendah kurang disukai dan terbatas dibandingkan
dengan jenis batubara bituminous atau antrasit dan penggunaannya untuk jangka
panjang mengakibatkan dampak negatip terhadap lingkungan.
Berdasarkan kondisi di atas, timbul pemikiran bagaimana menanggulangi
tingginya kadar air dalam batubara. Apakah air lembab dalam batubara dapat di
kurangi dengan hanya memanaskan batubara tersebut sehingga airnya keluar
berupa uap, atau apakah pengurangan kadar air dengan cara ini bersifat permanen,
artinya akan tetap stabil setelah disimpan sekian lama. Salah satu jenis
penanggulangannya ialah dengan menggunakan teknologi flash heating yang
nantinya akan sekaligus membuat nilai guna dari batubara yang berkalori rendah
memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

5
Adapun pada penulisan makalah ini, Rumusan Masalah yang penulis kaji
adalah sebagai berikut :
1. Apa itu coldry ?
2. Apakah Teknologi yang digunakan dalam proses coldry ?
3. Apa alat yang digunakan serta jenis-jenis batubara nya ?

1.3 Pembatasan Masalah


Adapun pada penulisan makalah ini, penulis membatasi masalah menjadi
beberapa macam, yakni sebagai berikut ;

1. Penjelasan mengenai Coldry


2. Penjelasan mengenai proses Coldry yang diterapkan pada PLTU

1.4 Tujuan Penulisan Dan Manfaat Penulisan


Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini,
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan Mampu menjelaskan mengenai Proses Coldry
(Pengeringan) itu Sendiri
2. Mengetahui dan Mampu menjelaskan mengenai apakah yang diterapkan
dalam PLTU
1.5 Metodologi Penulisan
Dalam membuat makalah ini penulis menggunakan metode non-
interaktif yakni dengan mendapatkan informasi melalui sumber sumber dari
internet dan juga literatur buku

BAB II

6
PEMBAHASAN
II.1 Teknologi Pengering Batubara
Secara internasional, meskipun penelitian telah sejak lama dilaksanakan,
namun aplikasi pengering tersebut pada PLTU juga belum banyak dilakukan. Hal
tersebut disebabkan pada masa yang lalu belum terjadi kelangkaan pada batubara
kalori tinggi. Baru pada tahun-tahun terakhir dengan semakin banyaknya
pembangkit dengan bahan bakar batubara, maka cadangan batubara kalori tinggi
berkurang. Hal tersebutlah yang mendorong pengembangan teknologi pengering
batubara untuk memanfaatkan batubara kalori rendah.

Saat ini beberapa teknologi Pengering Batubara yang tersedia adalah sebagai tabel
berikut : (Bart Lucarelli, 2008)

Teknologi Sumber Energi Primer Company


Fluidized Bed Dryer Waste heat from power plant Great River Energy
condenser (~50 C), aux load for (USA)
fans & pumps
Lehigh University (USA)
Fluidized Bed Dryer Low temperature steam from RWE (WTA Process)
power plant turbine; aux. load for
Alsthom Power
fans & pumps
BinderlessBriquetter Heat from burning coal in furnace White Energy (Australia)
-flash dryer
PyrolysisSystem Both heat and power from power Evergreen Energy (USA)
plant
UBC Process Power & Kerosene as Binder for Kobe Steel
briquettes
Microwave Dryer Power lots of it! CoalTek(USA)
AMTECH (USA)

Menurut Tim dari Lehigh University yang bersama-sama perusahaan Great River
Energy mengembangkan Coal Drier dengan teknologi Fluidized Bed Drier di

7
PLTU berkapasitas 550 MW di Coal Creek USA, pengeringan batubara tersebut
menyebabkan peningkatan efisiensi boiler sebesar 3 %, menurunkan Net Unit
Heat Rate 3,3 %, menurunkan SO2 dan CO2 3,3 %, serta mengurangi jumlah
make-up water cooling tower sebesar 2 x 105 galon per hari.

This Drying System Uses a Combination of Thermal Energy from Boiler and

Condenser Cooling Water as the Heat Source for Coal Drying

II.2 Alat Pengering batubara di Indonesia

Sampai saat ini belum banyak terdapat alat pengering batubara pada PLTU di
Indonesia. Dari beberapa contoh yang dapat kami himpun, adalah sebagai
berikut :

1. PLTU Simpang Belimbing di Muara Enim, Sumatra Selatan


PLTU Simpang Belimbing yang mulai beroperasi pada akhir tahun 2011
adalah PLTU milik Swasta dengan kapasitas 2 x 150 MW. PLTU tersebut
merupakan PLTU mulut tambang dengan bahan bakar batubara yang ditambang
pada lokasi sekitar PLTU. Namun karena nilai kalor batubara tersebut tergolong
rendah dan kadar air tinggi, maka pada PLTU tersebut dibangun alat pengering
batubara. Dengan adanya alat pengering batubara tersebut maka nilai kalor
batubara tersebut dapat ditingkatkan sehingga sesuai dengan spesifikasi teknis
boiler.

8
PLTU Simpang Belimbing

2. PLTU Ombilin, Sawah lunto


Alat pengering batubara di PLTU Ombilin dimiliki oleh perusahaan swasta
yang memasok batubara untuk PLTU.Perusahaan tersebut memiliki kuasa
tambang batubara dengan nilai kalor sebesar (+ 3900 kkal/kg yang tidak
memenuhi spesifikasi batubara untuk PLTU Ombilin. Agar batubara tersebut
dapat memenuhi syarat untuk PLTU Ombilin, maka perusahaan tersebut membeli
alat pengering batubara dari China, yang dapat menaikkan nilai kalor batubara
menjadi 5.400 kcal/ kg. Dengan metoda upgrading tersebut, maka perusahaan
tersebut dapat memasok batubara sebanyak 20.000 Ton/Bulan atau seperempat
dari kebutuhan PLTU. Alat yang beroperasi sejak bulan Juli 2012 tersebut
merupakan jenis direct contact, dimana sumber panas bersinggungan langsung
dengan batubara kalori rendah (Lignite, Sub Bituminus), sedangkan panas untuk
pengeringan memakai gas buang (flue gas) dari pembakaran batubara di furnace

3. PLTU Labuan , Banten


PLTU Labuan Banten adalah PLTU berkapasitas 2 x 315 MW yang
dirancang untuk beroperasi dengan bahan bakar dengan nilai kalor sebesar 4.120

9
kcal/ kg. Namun karena sering batubara yang tersedia mempunyai nilai kalor yang
lebih rendah serta moisture yang lebih tinggi, maka hasil heat rate PLTU Labuan
lebih tinggi dari nilai desain. Hal tersebut berarti efisiensi PLTU lebih rendah dari
desain, dan biaya pemeliharaan meningkat.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka saat ini di PLTU Labuan sedang
dipasang peralatan untuk uji coba alat pengering batubara (coal drier) dengan
sistem memanfaatkan fluida panas dari pembakaran batubara pada tungku cyclone
burner. Kapasitas desain coal drier PLTU Labuan tersebut adalah sebesar 200 ton
perjam, atau 1,4 juta ton per tahun. Kapasitas tersebut diharapkan dapat melayani
1 unit PLTU Labuan (315 MW).

4. Prototype Alat Pengering Batubara PLN Puslitbang


Pada tahun 2011 para peneliti dari PLN Puslitbang Ketenagalistrikan
berhasil membangun dan mengoperasikan alat pengering batubara skala
laboratorium dengan kapasitas 1 ton batubara per jam. Proses pengeringan
menggunakan gas buang (flue gas) dengan tujuan mengurangi resiko terbakar
sendiri (self combustion) dan memanfaatkan panas dari gas buang tersebut.
Pada uji coba pengeringan dengan temperatur flue gas 150 oC, diperoleh kenaikan
nilai kalor sebesar 500 600 kcal/kg, sedangkan jika temperature pengeringan
dinaikkan menjadi 160 oC diperoleh kenaikan nilai kalor hingga 900 kcal/kg.

Dengan keberhasilan tersebut direncanakan dapat dilakukan ujicoba untuk


membangun alat yang sama dengan kapasitas yang lebih besar di lapangan.

5. Uji Coba Pengering Batubara di BPPT


Pada tahun 2011 di laboratorium BPPT di Serpong dilakukan uji coba
skala laboratorium alat pengering batubara. Alat yang merupakan produksi luar
negri tersebut tersebut adalah Steam Tube Drier yang memakai uap air sebagai
pemanas. Uap air tersebut dialirkan pada pipa-pipa yang terdapat pada tabung

10
berputar yang diisi batubara. Di luar negri produk alat tersebut telah beroperasi
dan dipakai baik pada pembangkit listrik maupun cooking coal.

Steam tube drier BPPT

6. Pengeringan Batubara

Penghilangan air dengan perlakuan panas , merupakan cara terakhir untuk


mengatur kandungan air dalam batubara . Dalam industri batubara , semua

11
peralatan kering menggunakan prinsip perpindahan panasnya dengan cara
kontinyu dan terjadi kontak langsung dengan menggunakan peristiwa konveksi .
Gas panas atau gas buang ( flue gas ) bagian pembangkit tenaga dan batubara
basah mengadakan kontak satu dengan lain dengan cara pengaliran yang kontinyu
antara keduanya .

Secara komersial , untuk pengeringan batubara digunakan flash


dryer dengan sistim fluidized bed atau suspension bed . Pada fluidized bed , udara
panas ditiupkan ke atas melalui unggun batubara yang akan dikeringkan sehingga
batubara itu akan terfluidisasi dalam bejana . Fluidized bed dryer lebih disukai
karena mempunyau kapasitas yang besar .
Sedangakn pada suspension dryer , gas kering yang dihasilkan dari stoker
fired furnaces dilewatkan ke dalam bejana pengering . Pada kedua peralatan
pengering ini , dilakukan pengaturan laju pengumpanan batubara dan aliran gas
panas sehingga dapat dihindari terbawanya partikel halus batubara dan menjaga
agar temperatur keluar mencapai 275 - 375F. Ukuran bejana pengering dan laju
gas panas dipilih agar waktu tinggal batubara dapat optimum sehingga dapat
diperoleh kehilangan kandungan uap airnya antara 90 - 95%. Jenis peralatan
pengering yang lain , misalnya multi louver , vertical tray and cascade , continous
carrier dan drum .

II.3 Aplikasi Alat Pengeringan Batubara pada PLTU

Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) digolongkan sebagai pembangkit


listrik pembangkit listrik tenaga thermal yang mengubah energi kimia dalam
bahan bakar menjadi energi listrik. Bahan bakar pada PLTU dapat berupa bahan
bakar padat (batubara), cair (BBM) serta gas.

Pada PLTU dengan bahan bakar batubara. Proses konversi energi berlangsung dari
batubara menjadi listrik tersebut dapat dibagi dalam 3 tahap :

1. Tahap pertama, terjadi pada boiler yang merubah energi kimia batubara
menjadi uap bertekanan dan temperature tinggi.

12
2. Tahap kedua berlangsung pada turbin uap yang merubah energi uap
menjadi energi putaran mekanik.

3. Tahap ketiga pada generator yang mengubah energi putaran menjadi


listrik.

Agar dapat menghasilkan listrik secara optimal dan efisien, maka suatu
PLTU batubara didesain untuk menggunakan batubara dengan kadar air
(moisture) dan nilai kalor (heating value) tertentu. Jika digunakan batubara
dengan kadar air dan nilai kalor di bawah spesifikasi pembangkit, maka akan
berpengaruh pada performa dan emisi yang dihasilkan. Artinya kapasitas dan
efisiensi akan turun, sedangkan emisi CO2 dan SO2 naik.

II.4 Jenis-jenis Batubara

Batubara dibedakan berdasarkan nilai kalor serta lama proses


pembentukannya. Pengelompokan ini menunjukkan kualitas batubara yang akan
membedakan nilai ekonomis serta kegunaan batubara tersebut. Terdapat empat
jenis batubara mulai dari kualitas rendah hingga tinggi, yaitu: lignit, sub-
bituminous, bituminous, dan antrasit. Di bawah ini ditunjukkan secara singkat
perbedaan keempat jenis batubara tersebut.

1. Lignit atau sering disebut sebagai brown coal. Batubara ini


merupakan batubara kelas rendah dengan nilai kalor kurang dari 4165
kcal/kg.

2. Sub-bituminous.adalah batubara yang memiliki sifat-sifat fisik di


antara batubara jenis lignit dan bituminous. Batubara sub-bituminous
memiliki nilai kalor 4166 kcal /kg hingga 5700 kcal/kg, dan sering
digunakan digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap

3. Bituminous. adalah batubara dengan densitas tinggi, berwarna


hitam atau coklat gelap, umumnya mengkilap dan keras dan juga biasa

13
digunakan untuk proses pemanasan. Bituminous memiliki nilai kalor 5700
kcal/kg hingga 6900 kcal/kg.

4. Antrasit, adalah batubara kualitas terbaik tinggi dan keras. Nilai


kalor batubara jenis ini lebih dari 6900 kcal/kg.

Ciri dari batubara kelas rendah seperti lignit dan subbituminous adalah
kandungan air yang cukup tinggi dibandingkan dengan batubara kelas di atasnya,
yaitu 25 sampai 40 % pada batubara lignit , dan 15 sampai 30 % pada sub-
bituminous. Kadar air tinggi batubara yang dipakai sebagai bahan bakar PLTU
dapat mengakibatkan kesulitan fuel handling dan akan berpengaruh pada laju
aliran kalor, laju aliran massa dari emisi gas buang, dan juga konsumsi air yang
dibutuhkan untuk pendinginan evaporative.

Secara spesifik pemakaian batubara lignit dengan kelembaban 25 sd 40 % akan


menyebabkan rendahnya heating value, Heat rate naik, stack flue gas dan stack
loss meningkat, listrik pemakaian sendiri naik, effisiensi pembangkit turun,
berkurangnya kapasitas mill, serta naiknya biaya pemeliharaan. Dengan adanya
permasalahan tersebut di atasa, maka diperlukan upaya untuk menaikkan nilai
kalor bahan bakar batubara sehingga sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan
untuk memasok pembangkit. Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan adalah
dengan melakukan proses pengeringan batubara (coal drying) untuk mengurangi
kandungan air agar nilai kalornya naik.

Menurut data dari Indonesia Coal Industri Outlook 2011, jumlah sumberdaya
batubara indonesia adalah sebesar 104,94 milyar ton. Sedangkan TSK dan Sojits
Corporation pada Workshop Clean Coal Technology 2011 menyampaikan bahwa
komposisi sumberdaya batubara tersebut terdiri dari lignit 58,7 %, sub-bituminous
26,7 %, bituminous 14,3 %, dan antrasit sebesar 0,3 %.

Sedangkan menurut Bart Lucarelli pada Cleaner Coal Workshop 19-21 August
2008 Ha Long City, Viet Nam , saat ini banyak perusahaan batubara Indonesia
yang mengatakan bahwa batubara sub -bituminous mereka telah habis terjual.
Dengan demikian akan banyak PLTU yang tidak dapat beroperasi secara optimal

14
karena tidak tersedia batubara dengan nilai kalor dan kadar air sesuai dengan
spesifikasi tersebut.

Namun mengingat banyaknya kerugian jika PLTU beroperasi dengan batubara


yang nilai kalornya dibawah nilai kalor desain, maka alternatif yang cukup
menarik adalah dengan teknologi pengering batubara. Dengan demikian maka
nilai kalor batubara dapat dinaikkan sampai nilai kalor desain boiler PLTU.

II.5 Cara Pengeringan Brown Coal


1. Steam Fluidised Bed Drying
Teknologi ini melibatkan pengeringan batubara dengan cara menguapkan
uap superheated yang terfluidisasi. Konsep ini diciptakan oleh Potter di Monash
University pada tahun 1985. Dikembangkan untuk skala pra-komersial oleh Lurgi
di Jerman. Tiga generasi pembangunan dan skala-up selama 20 tahun terakhir.
Memasuki penggunaan komersial penuh di Jerman dan demonstrasi pra-komersial
direncanakan di Victoria
2. Integrated Drying gasification
HRL Pty Ltd telah mengembangkan dan menunjukkan gasifikasi teknologi
terpadu pengeringan siklus gabungan. Berhasil dibawa ke 10 tingkat skala pilot
demonstrasi MW di Lembah Latrobe Sekarang melakukan skala besar proyek
demonstrasi terdiri dari konstruksi dan commissioning dari 400 MW pembangkit
listrik siklus gabungan batubara generasi bersih dipasok oleh 2x200 MW gasifiers
menggunakan Teknologi IDGCC HRL itu. Bersama bertualang dengan Harbin
Group dari China untuk proyek M $ 750 yang didukung dengan $ 100 M
Pemerintah Australia dan $ 50 M dana Pemerintah Victoria
3. Densified Brown coal
Batubara yang dipadatkan adalah produk dari teknologi batubara Proses
Coldry upgrade yang menghilangkan kelembaban dari batubara peringkat rendah
seperti sub-bituminus dan lignit / batubara coklat. Proses densifikasi
meningkatkan nilai kalor batubara peringkat rendah untuk sama atau melebihi
nilai ekspor batubara banyak hitam. Dipadatkan batubara yang dihasilkan dari
Proses Coldry dianggap sebagai setara batubara hitam atau pengganti batubara

15
hitam.
II.6 Metode Coldry

Metode ini dikembangkan oleh perusahaan Environmental Clean


Technologies dari Australia. Seperti ditampilkan dalam gambar 2, proses
dewatering yang dilakukan adalah mencampur lignit dengan sedikit air, kemudian
setelah digerus dan dicetak, batubara dipanaskan dan dikeringkan. Proses ini dapat
menekan kadar air dalam batubara mentah, dari 60% menjadi sebesar 12%. Plant
berkapasitas 2 juta ton/tahun sedang direncanakan dibangun di Loy Yang paling
lambat tahun 2013.

Gambar : Metode Coldry

BAB III
PENUTUP

16
III.3 Kesimpulan

Pada dasarnya suatu PLTU haruslah beroperasi dengan bahan bakar


batubara yang sesuai dengan desain boilernya. Dengan demikian prioritas utama
yang harus dilaksanakan adalah mencari batubara yang sesuai dengan
spesifikasinya. Meskipun harga batubara tersebut lebih mahal dibandingkan
dengan harga batubara kalori rendah. Namun tetap akan lebih menguntungkan,
karena jika PLTU mempergunakan bahan bakar dengan kalori rendah dan (atau)
kadar air melebihi spesifikasinya maka akan menimbulkan kerugian kapasitas dan
efisiensi turun, emisi CO2 dan SO2 naik, biaya pemeliharaan akan meningkat,
demikian juga time between failure akan turun.

Namun jika batubara dengan nilai kalor dan kadar air yang sesuai desain tidak
dapat diperoleh, maka langkah berikut yang bisa dilakukan adalah dengan
teknologi pengering batubara. Teknologi tersebut akan menguntungkan
dibandingkan dengan membangun PLTU dengan desain batubara dengan kalori
lebih rendah. Karena PLTU dengan nilai kalori bahan bakar batubara yang lebih
tinggi, maka kapasitas dan efisiensi pembangkit naik, harga pembangkit per MW
lebih murah, serta biaya pemeliharaan akan rendah.

Mengingat saat ini belum banyak terdapat Coal Drier pada PLTU, baik di dunia
maupun di Indonesia. Maka perlu dilakukan uji coba teknologi coal drier pada
berbagai pembangkit, khususnya pada PLTU yang diperkirakan sulit mendapat
batubara sesuai dengan desainnya. Teknologi dalam negri yang sudah ada,
termasuk dengan kapasitas kecil dapat diterapkan pada berbagai PLTU skala kecil
yang ada. Dengan demikian jika uji coba pada pembangkit berkapasitas kecil
berjalan dengan baik, maka langkah berikutnya dapat dilakukan scale-up secara
bertahap untuk PLTU dengan kapasitas yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

17
http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/4504 Diakses pada tanggal
30 April 2017
http://jonny-havianto.blogspot.co.id/2013/01/aplikasi-alat-pengering-batubara-
pada.html Diakses pada tanggal 30 April 2017
http://www.ryoalifbuana.bid/2016/05/pengeringan-batubara.html Diakses pada
tanggal 30 April 2017
https://imambudiraharjo.wordpress.com/2011/06/17/teknologi-pengeringan-
lignit/. Diakses pada tanggal 30 April 2017
http://muhammadsaid28.blogspot.co.id/2016/08/pembakaran-dan-konversi-batu-
bara.html. Diakses pada tanggal 30 April 2017
http://simonsamosir.blogspot.co.id/2014/07/teknologi-konversi-batubara_15.html.
Diakses pada tanggal 30 April 2017
Studi Eksperimen Karakteristik Pengeringan Batubara Dengan Variasi Beban
Pengeringan Pada Cyclone Coal Dryer

18

Anda mungkin juga menyukai