COLDRY ( PENGERINGAN)
Oleh :
KELOMPOK 2
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME yang mana atas berkat
rahmat, taufik dan hidayah NYA jua lah sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Konversi dan Pemanfaatan Batubara yang berjudul Coldry
(Pengeringan)dengan baik dan tepat waktu.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada :
1. Ibu RR Yunita Bayu Ningsih, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing
mata kuliah Konversi dan Pemanfaatan Batubara Jurusan Teknik
Pertambangan Universitas Sriwijaya.
2. Kedua Orang Tua Penulis yang senantiasa selalu mendoakan
penulis.
3. Para Pembaca yang senantiasa memberikan masukan berupa kritik
maupun saran yang membangun kepada penulis.
4. Teman teman Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya yang
selalu memberikan motivasi kepada penulis.
5. dan seluruh pihak yang telah terlibat dalam proses pembuatan
makalah Konversi dan Pemanfaatan Batubara.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini, masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan maupun dalam penyampaian isi
makalah. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari pembaca, agar kedepannya penulis dapat membuat makalah
maupun bacaan yang lebih baik lagi. Dan semoga tugas ini dapat memberikan
manfaat yang baik untuk pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................... 2
DAFTAR ISI....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 6
1.3 Pembatasan Masalah ................................................................... 6
1.4 Tujuan dan Manfaat .................................................................... 6
1.5 Metode Penulisan ........................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Teknologi Pengering Batubara..................................................... 7
II.2 Alat Pengering batubara di Indonesia... 8
II.3 Aplikasi Alat Pengeringan Batubara pada PLTU......................... 12
II.4 Jenis-jenis Batubara................................................................. 13
II.5 Cara Pengeringan Brown Coal 15
II.6 Metode Coldry. 16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang
Batubara merupakan salah satu sumber bahan bakar yang digunakan pada
Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Agar didapatkan efisiensi yang tinggi pada PLTU
maka batubara harus memiliki nilai kalor tinggi. Indonesia sendiri merupakan
salah satu negara penghasil batubara terbersa didunia. Namun hampir 80%
batubara yang dihasilkan tergolong batubara rendah dan sedang. Untuk
meningkatkan nilai kalor atas batubara perlu dilakukan pengeringan untuk
mengurangi kadar air dalam batubara. Eksperimen dilakukan menggunakan
batubara dengan moisture conten awal 25%. Batubara dikeringkan dalam chamber
cyclone coal dryer dengan kecepatan udara dan temperature udara panas 55 0C.
Pengambilan data dilakukan setiap 5 menit sekali dengan pengambilan sampel
batubara selama 30 menit proses pengeringan. Untuk 5 menit pertama interval
waktu pengambilan dilakukan selama 1 menit. Data yang diperoleh berupa
relative humidity udara, temperatur, berat basah dan berat kering. Pengambilan
data berat sampel kering dilakukan berdasarkan standart ASTM D5142 dengan
pengeringan pada temperatur 1050C selama 3 jam. Percobaan dilakukan dengan
variasi beban pengeringan 300gr,600gr,900gr. Dari hasil eksperimen diketahui
bahwa pada 5 menit pertama proses pengeringan batubara memiliki drying rate
paling cepat hal ini ditandai dengan penurunan moisture conten yang
tajam.Temperatur udara outlet chamber untuk beban 900gr memiliki nilai paling
rendah dibandingkan beban pengeringan yang lain yaitu 39.90C. Hal ini
dikarenakan massa air pada beban 900 gr lebih banyak sehingga udara pengering
mengalami proses pendinginan paling besar. Pada 5 menit pertama terjadi
perubahan relative humidity terbesar untuk masing masing beban pengeringan,
dimana untuk beban pengeringan 900 gr memiliki nilai relatie humidity terbesar
pada menit pertama yaitu 35.47 %. Kenaikan Relative humidity ini dikarenakan
massa air yang diilepaskan beban 900gr lebih banyak dari beban 600 gr dan 300
gr.
Batubara merupakan energi yang cukup andal untuk menambah pasokan
bahan bakar minyak mengingat cadangannya yang cukup besar. Dalam
4
perkembangannya, batubara diharapkan dapat menjadi jembatan dari energi
konvensional (terutama minyak) ke energi non-konvensional yang lebih bersih
dan dapat diperbarui. Namun kualitas batubara Indonesia yang pada umumnya
didominasi oleh batubara peringkat rendah (lignit), yaitu sekitar 70% dari total
sumber daya, belum banyak dieksploitasi karena masih mengalami kendala dalam
transportasi dan pemanfaatan. Batubara peringkat rendah ini mempunyai
kandungan air total cukup tinggi sehingga nilai kalor menjadi rendah. Dengan
demikian diperlukan teknologi khusus untuk memanfaatkan batubara peringkat
rendah tersebut agar dapat bersaing dengan batubara peringkat tinggi yang
cadangannya sudah mulai menipis.
Konsumsi batubara di Indonesia terus meningkat seiring dengan irama
pembangunan nasional dan bertambahnya penggunaan energi. Indonesia
memiliki 36 milyar ton cadangan sumber daya batubara, tetapi sebagian besar
daripadanya merupakan batubara yang termasuk pada jenis berkadar rendah.
Penggunaan batubara berkadar rendah kurang disukai dan terbatas dibandingkan
dengan jenis batubara bituminous atau antrasit dan penggunaannya untuk jangka
panjang mengakibatkan dampak negatip terhadap lingkungan.
Berdasarkan kondisi di atas, timbul pemikiran bagaimana menanggulangi
tingginya kadar air dalam batubara. Apakah air lembab dalam batubara dapat di
kurangi dengan hanya memanaskan batubara tersebut sehingga airnya keluar
berupa uap, atau apakah pengurangan kadar air dengan cara ini bersifat permanen,
artinya akan tetap stabil setelah disimpan sekian lama. Salah satu jenis
penanggulangannya ialah dengan menggunakan teknologi flash heating yang
nantinya akan sekaligus membuat nilai guna dari batubara yang berkalori rendah
memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
5
Adapun pada penulisan makalah ini, Rumusan Masalah yang penulis kaji
adalah sebagai berikut :
1. Apa itu coldry ?
2. Apakah Teknologi yang digunakan dalam proses coldry ?
3. Apa alat yang digunakan serta jenis-jenis batubara nya ?
BAB II
6
PEMBAHASAN
II.1 Teknologi Pengering Batubara
Secara internasional, meskipun penelitian telah sejak lama dilaksanakan,
namun aplikasi pengering tersebut pada PLTU juga belum banyak dilakukan. Hal
tersebut disebabkan pada masa yang lalu belum terjadi kelangkaan pada batubara
kalori tinggi. Baru pada tahun-tahun terakhir dengan semakin banyaknya
pembangkit dengan bahan bakar batubara, maka cadangan batubara kalori tinggi
berkurang. Hal tersebutlah yang mendorong pengembangan teknologi pengering
batubara untuk memanfaatkan batubara kalori rendah.
Saat ini beberapa teknologi Pengering Batubara yang tersedia adalah sebagai tabel
berikut : (Bart Lucarelli, 2008)
Menurut Tim dari Lehigh University yang bersama-sama perusahaan Great River
Energy mengembangkan Coal Drier dengan teknologi Fluidized Bed Drier di
7
PLTU berkapasitas 550 MW di Coal Creek USA, pengeringan batubara tersebut
menyebabkan peningkatan efisiensi boiler sebesar 3 %, menurunkan Net Unit
Heat Rate 3,3 %, menurunkan SO2 dan CO2 3,3 %, serta mengurangi jumlah
make-up water cooling tower sebesar 2 x 105 galon per hari.
This Drying System Uses a Combination of Thermal Energy from Boiler and
Sampai saat ini belum banyak terdapat alat pengering batubara pada PLTU di
Indonesia. Dari beberapa contoh yang dapat kami himpun, adalah sebagai
berikut :
8
PLTU Simpang Belimbing
9
kcal/ kg. Namun karena sering batubara yang tersedia mempunyai nilai kalor yang
lebih rendah serta moisture yang lebih tinggi, maka hasil heat rate PLTU Labuan
lebih tinggi dari nilai desain. Hal tersebut berarti efisiensi PLTU lebih rendah dari
desain, dan biaya pemeliharaan meningkat.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka saat ini di PLTU Labuan sedang
dipasang peralatan untuk uji coba alat pengering batubara (coal drier) dengan
sistem memanfaatkan fluida panas dari pembakaran batubara pada tungku cyclone
burner. Kapasitas desain coal drier PLTU Labuan tersebut adalah sebesar 200 ton
perjam, atau 1,4 juta ton per tahun. Kapasitas tersebut diharapkan dapat melayani
1 unit PLTU Labuan (315 MW).
10
berputar yang diisi batubara. Di luar negri produk alat tersebut telah beroperasi
dan dipakai baik pada pembangkit listrik maupun cooking coal.
6. Pengeringan Batubara
11
peralatan kering menggunakan prinsip perpindahan panasnya dengan cara
kontinyu dan terjadi kontak langsung dengan menggunakan peristiwa konveksi .
Gas panas atau gas buang ( flue gas ) bagian pembangkit tenaga dan batubara
basah mengadakan kontak satu dengan lain dengan cara pengaliran yang kontinyu
antara keduanya .
Pada PLTU dengan bahan bakar batubara. Proses konversi energi berlangsung dari
batubara menjadi listrik tersebut dapat dibagi dalam 3 tahap :
1. Tahap pertama, terjadi pada boiler yang merubah energi kimia batubara
menjadi uap bertekanan dan temperature tinggi.
12
2. Tahap kedua berlangsung pada turbin uap yang merubah energi uap
menjadi energi putaran mekanik.
Agar dapat menghasilkan listrik secara optimal dan efisien, maka suatu
PLTU batubara didesain untuk menggunakan batubara dengan kadar air
(moisture) dan nilai kalor (heating value) tertentu. Jika digunakan batubara
dengan kadar air dan nilai kalor di bawah spesifikasi pembangkit, maka akan
berpengaruh pada performa dan emisi yang dihasilkan. Artinya kapasitas dan
efisiensi akan turun, sedangkan emisi CO2 dan SO2 naik.
13
digunakan untuk proses pemanasan. Bituminous memiliki nilai kalor 5700
kcal/kg hingga 6900 kcal/kg.
Ciri dari batubara kelas rendah seperti lignit dan subbituminous adalah
kandungan air yang cukup tinggi dibandingkan dengan batubara kelas di atasnya,
yaitu 25 sampai 40 % pada batubara lignit , dan 15 sampai 30 % pada sub-
bituminous. Kadar air tinggi batubara yang dipakai sebagai bahan bakar PLTU
dapat mengakibatkan kesulitan fuel handling dan akan berpengaruh pada laju
aliran kalor, laju aliran massa dari emisi gas buang, dan juga konsumsi air yang
dibutuhkan untuk pendinginan evaporative.
Menurut data dari Indonesia Coal Industri Outlook 2011, jumlah sumberdaya
batubara indonesia adalah sebesar 104,94 milyar ton. Sedangkan TSK dan Sojits
Corporation pada Workshop Clean Coal Technology 2011 menyampaikan bahwa
komposisi sumberdaya batubara tersebut terdiri dari lignit 58,7 %, sub-bituminous
26,7 %, bituminous 14,3 %, dan antrasit sebesar 0,3 %.
Sedangkan menurut Bart Lucarelli pada Cleaner Coal Workshop 19-21 August
2008 Ha Long City, Viet Nam , saat ini banyak perusahaan batubara Indonesia
yang mengatakan bahwa batubara sub -bituminous mereka telah habis terjual.
Dengan demikian akan banyak PLTU yang tidak dapat beroperasi secara optimal
14
karena tidak tersedia batubara dengan nilai kalor dan kadar air sesuai dengan
spesifikasi tersebut.
15
hitam.
II.6 Metode Coldry
BAB III
PENUTUP
16
III.3 Kesimpulan
Namun jika batubara dengan nilai kalor dan kadar air yang sesuai desain tidak
dapat diperoleh, maka langkah berikut yang bisa dilakukan adalah dengan
teknologi pengering batubara. Teknologi tersebut akan menguntungkan
dibandingkan dengan membangun PLTU dengan desain batubara dengan kalori
lebih rendah. Karena PLTU dengan nilai kalori bahan bakar batubara yang lebih
tinggi, maka kapasitas dan efisiensi pembangkit naik, harga pembangkit per MW
lebih murah, serta biaya pemeliharaan akan rendah.
Mengingat saat ini belum banyak terdapat Coal Drier pada PLTU, baik di dunia
maupun di Indonesia. Maka perlu dilakukan uji coba teknologi coal drier pada
berbagai pembangkit, khususnya pada PLTU yang diperkirakan sulit mendapat
batubara sesuai dengan desainnya. Teknologi dalam negri yang sudah ada,
termasuk dengan kapasitas kecil dapat diterapkan pada berbagai PLTU skala kecil
yang ada. Dengan demikian jika uji coba pada pembangkit berkapasitas kecil
berjalan dengan baik, maka langkah berikutnya dapat dilakukan scale-up secara
bertahap untuk PLTU dengan kapasitas yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
17
http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/4504 Diakses pada tanggal
30 April 2017
http://jonny-havianto.blogspot.co.id/2013/01/aplikasi-alat-pengering-batubara-
pada.html Diakses pada tanggal 30 April 2017
http://www.ryoalifbuana.bid/2016/05/pengeringan-batubara.html Diakses pada
tanggal 30 April 2017
https://imambudiraharjo.wordpress.com/2011/06/17/teknologi-pengeringan-
lignit/. Diakses pada tanggal 30 April 2017
http://muhammadsaid28.blogspot.co.id/2016/08/pembakaran-dan-konversi-batu-
bara.html. Diakses pada tanggal 30 April 2017
http://simonsamosir.blogspot.co.id/2014/07/teknologi-konversi-batubara_15.html.
Diakses pada tanggal 30 April 2017
Studi Eksperimen Karakteristik Pengeringan Batubara Dengan Variasi Beban
Pengeringan Pada Cyclone Coal Dryer
18