DISUSUN OLEH :
DIMAS ANDRYA PERKASA 1610814110004
ERIS MUNANDAR 1610814210008
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
khusus seperti karbon, silicon karbida, zircon dan lainya. Masing- masing jenis
refraktori mempunyai keungulan yang biasa diaplikasikan dalam industri
pengecoran logam.
Hal utama yang perlu sangat diperhatikan disamping prinsip pemanasan dan
pencairan pada penggunaan tanur induksi adalah lapisan bahan tahan panas
(lining) yang berfungsi sebagai isolasi. Kualitas lining ini sangat berperan
terhadap fungsi, keselamatan kerja, metalurgi peleburan dan efisiensi [3]. Peranan
lining pada suatu tungku induksi peleburan baja dan besi cor akan memberikan
hasil peleburan yang baik dan beroperasinya tungku dipengaruhi oleh lining
refraktori tersebut. Apabila suatu tungku mengalami masalah dengan lining maka
otomatis tungku tersebut tidak dapat dioperasikan sehingga berakibat tidak
berjalannya operasi pada suatu industri pengecoran logam.
1.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Refraktori
Refraktori adalah bahan anorganik bukan logam yang sukar leleh pada
temperatur tinggi dan digunakan dalam industri tempratur tinggi seperti bahan
tungku dan lainnya. Dengan kata lain refraktori adalah material yang dapat
mempertahankan sifat-sifatnya yang berguna dalam kondisi yang sangat berat
karena temperatur tinggi dan kontak dengan bahan-bahan yang korosif. Refraktori
dibuat dari berbagai jenis material terutama keramik yang mana termasuk bahan-
bahan seperti alumina, lempung(clay), magnesia, kromit, silikon, karbida dan lain-
lain. Refratori digunakan untuk mengkonstruksi atau melapisi struktur yang
berhubungan dengan temperatur tinggi, dari perapian sampai blast furnace. Bahan-
bahan yang terdapat dalam refraktori, biasanya merupakan senyawa oksida logam
yang memiliki daya tahan terhadap suhu tinggi. Berikut ini beberapa senyawa
oksida yang terdapat dalam refraktori:
Senyawa padat putih dengan titik leleh 2572 C dibentuk melalui pemanasan
kalsium dengan oksigen atau dari penguraian kalsium karbonat (batu kapur).
Suatu zat padat berwarna coklat kemerah-merahan dengan titik leleh 1580 oC,
yang dapat diperoleh dengan memanaskan Fe(OH)3 atau FeSO4 pada suhu tinggi
(Sunarya, 2003).
3. Cara pembuatan
Cara pembentukan akan mempengaruhi kekuatan bahan yang dihasilkan.
Benda yang dicetak dengan menggunakan mesin umumnya lebih kuat
dibandingkan dengan pencetakan manual. Benda yang dibuat dengan proses
penekanan kekuatannya bergantung pada kuat tekan dan arah penekanannya.
4. Kondisi pengeringan
Pengeringan yang baik dilakukan dengan laju pengeringan yang lambat.
Hal ini dimaksudkan agar uap air dapat keluar dengan kecepatan yang merata
pada seluruh benda tanpa menimbulkan retakan pada bahan.
11
6. Temperatur pemakaian
Prosedur yang harus diketahui bahwa setiap refraktori memiliki jenis dan
kegunaannya, maka sebelum menggunakan sebaiknya perlu diketahui batas
temperatur suatu refraktori agar menghindari tingkat kesalahan yang fatal.
7. Kondisi lingkungan
Kondisi iklim, perubahan temperatur yang mendadak, dan pemanasan
yang lama. Bahan refraktori yang disimpan terlalu lama akan rusak, karena
dipengaruhi oleh keadaan cuaca disekitarnya. Perubahan temperatur yang
mendadak pada suatu bahan dapat mengakibatkan bahan tersebut pecah. Kondisi
tersebut dapat terlihat saat bahan mengalami perubahan kimia dan fisika selama
proses pemanasan dan pendinginan yang berulang- ulang (termal shock).
Gambar 2.1 Perbandingan kurva titik cair dan kurva ke-refraktori-an dalam sistem
SiO2 Al2O3
Selain itu untuk mengetahui kekuatan dari refraktori para peneliti telah
melakukan riset tentang sifat mekanik refraktori diantaranya Cold Crushing
Strength (CCS) dan Modulus of Rapture (MOR). Sifat-sifat ini penting untuk
mendapatkan refraktori dengan rekomendasi yang baik. Densitas dan porositas
berkaitan dengan katahanan tekan, dan aksi abrasi. Porositas terbentuk selama
proses sintering akibat gas yang terperangkap serta penyebaran fasa cair yang
meleleh tidak merata saat sintering. Semakin tinggi densitas dan porositas yang
rendah akan sangat baik dalam instalasi konstruksi. CCS merupakan pengujian
kuat tekan pada kondisi dingin dan berkaitan dengan waktu penyimpanan
konstruksi. Sedangkan MOR atau sering disebut uji kuat lentur merupakan
kekuatan suatu refraktori mengatasi beban lentur.
14
Kekuatan tekan dan porositas merupakan dua sifat refraktori yang sangat
mudah ditentukan. Hal ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan
homogen atau tidaknya bahan dasar yang digunakan dan baik atau tidaknya
teknologi yang digunakan dalam proses. Sedangkan densitas dan kekuatan tekan
suatu refraktori dapat dijadikan indikator dalam mempertahankan kondisinya
terhadap ketahanan tekan, aksi abrasi, dan permeabilitas. Tabel berikut merupakan
nilai dari jenis sifat fisik dan mekanik dari beberapa tipe refraktori.
dalam nilai- nilai standar yang diberlakukan baik oleh para peneliti atau pun
produsen penyedia refraktori.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Surdia, Tata dan Shinroku Saito. 1999. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta:
PT.Pradnya Paramita.