Oleh :
Nando Apriyadi
NIM.1031811033
Menyetujui
Dosen Pengampuh,
PENILAIAN :
Asisten Dosen
Nando Apriyadi
NIM.1031811033
Dosen Pengampuh
Nilai Akhir
Catatan :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayahnya sehingga laporan praktikum Pengolahan Bahan Galian dapat
terselesaikan. Pada laporan ini, sebelum penulis memaparkan hasil praktikum,
terlebih dahulu penulis menjelaskan meteri-materi yang berhubungan dengan
praktikum yang dilaksanakan. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat baik
bagi pembaca maupun penulis. Dengan penjelasan yang dipaparkan oleh penulis,
diharapkan pembaca dapat mengerti materi-materi yang akan dipraktikumkan.
Penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu
dalam praktikum yakni dosen pengampu, asisten dosen, dan teman-teman Jurusan
Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung. Penulis juga menyadari bahwa
dalam menyusun laporan ini banyak kekurangan didalamnya baik dalam materi
penjelasan dan penulisan dari laporan praktikum Pengolahan Bahan Galian. Penulis
juga berharap semoga Laporan Praktikum Pengolahan Bahan Galian dapat
bermanfaat bagi pembaca.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum dan penulisan laporan yaitu :
1. Memahami bagian-bagain dari alat Hammer Mill.
2. Memahami mekanisme kerja peralatan yang digunakan dalam mengolah
bahan galian yaitu alat mekanis Hammer Mill.
3. Memahami dan menganalisis hasil dari alat Hammer Mill.
BAB II
DASAR TEORI
2.2 Kominusi
Kominusi merupakan tahap awal yang dilakukan dalam proses pengolahan
bahan galian. Kominusi merupakan proses mereduksi ukuran butir atau proses
meliberasi bijih. Comminution adalah mereduksi ukuran butiran sehingga
menjadi lebih kecil dari ukuran semula dengan menggunakan alat crushing dan
grinding. Sedangkan sizing adalah pengelompokan mineral dengan cara
screening dan classifiying.
Kominusi ini memiliki tujan sebagai berikut :
1. Membebaskan (meliberasi) mineral berharga dari mineral pengotornya.
2. Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan
pada proses berikutnya.
3. Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat
lain, misalnya reagen flotasi.
Kominusi ini tidak terlepas dari penggunaan alat crushing dan grinding agar
dapat mengurangi ukuran butir atau bijih dari suatu bahan galian. Sehingga dapat
dikatakan bahwa proses kominusi ini memiliki 2 macam, yaitu peremukan
(crushing) dan penggerusan (grinding). Ada beberapa tahap dalam crushing dan
grinding diantaranya yaitu :
1. Tahap pertama/primer (primary stage).
2. Tahap kedua/sekunder (secondary stage).
3. Tahap ketiga/tersier (tertiary stage).
4. Kadang-kadang ada tahap keempat quartenary stage.
2.3 Crushing
Peremukan ini merupakan proses bagian dari kominusi yang bertujuan untuk
mengurangi atau mereduksi ukuran butir dari bijih bahan galian yang telah
ditambang. Crushing ini sendiri memiliki arti proses reduksi ukuran dari bahan
galian atau bijih yang langsung dari tambang (ROM : Run Of Mine) dan memiliki
ukuran besar-besar (diameter sekitar 100 cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan
bisa mencapai ukuran 2,5 cm. Crushing bagian dari kominusi ini memiliki 3
tahap, yaitu primary crushing, secondary crushing, dan fine crushing (grinding).
Tahapan Crushing tersebut yaitu :
1. Primary crushing (Tahap Pertama) : Dapat memecah batuan yang berukuran
sekitar 1500 mm menjadi ukuran 30-100 mm. Ukuran terbesar dari tahapan
ini adalah 200 mm. Alat peremuk yang biasanya digunakan pada tahap ini
adalah Jaw Crusher dan Gyratory Crusher.
2. Secondary crushing (Tahap kedua) : Dapat memecahkan material yang
berukuran 150 mm menjadi 12,5-25,4 mm. Pada tahapan ini kadang masih
dijumpai ukuran partikel 75 mm sehingga perlu dilakukan crushing tahap
ketiga. Alat peremuk yang digunakan adalah Cone Crusher, Hammer Mill,
dan Rolls.
3. Fine crushing (Tahap lanjutan) : Material yang di crushing biasanya
berukuran lebih besar dari 25,4 mm. Apabila hasil tidak memuaskan maka
perlu dilakukan crusher lagi. Alat yang digunakan Rolls, Dry Ball Mills, dan
Ring Mills (Vincentius, 2016)
2.4 Grinding
Penggerusan (grinding) merupakan salah satu tahap awal proses pengecilan
akuran (penghalusan) bijih atau batuan. Penggerusan dilakukan sebelum bahan
Balian memasuki proses pengolahan. Penggerusan ini bisa merupakan tahap
akhir sebelum bahan galian dimanfaatkan untuk keperluan tertentu. Penggerusan
yang sering juga disebut penggilingan, dilakukan terhadap agregat-agregat
berukuran kecil agar menjadi butiran yang sangat halus. Agregat ini diperoleh
sebagai hasil proses pemecahan batuan. Pada bahan galian industri, penggerusan
dilakukan untuk menjadikan butiran-butiran batuan yang berukuran kecil
menjadi serbuk sangat halus berukuran beberapa milimeter. Pada bijih logam,
penggerusan dilakukan sampai dicapai ukuran yang sesuai dengan ukuran yang
diperlukan untuk proses selanjutnya. Misalnya, agar terjadi pemisahan fisik
anatara mineral berharga dan mineral pengotornya.
Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi
farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan
konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau ukuran butiran
dapat menentukan tingkat homogenitas zat aktif dan tingkat kerja optimal.
Penggerusan juga dilakukan untuk menjamin perolehan kandungan zat aktif yang
diinginkan sekuantitatif mungkin. Suatu proses penggerusan meningkatkatkan
gaya tekan, gaya bentur, gaya gesek dan gaya geser. Penggerusan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu penggerusan kering dan penggerusan basah.
Pada penggerusan basah, kedalam bahan yang digerus diberi cairan dimana
bahan tidak melarut didalamnya. Proses penggerusan yang paling sederhana
dapat dilakukan dengan menggunakan mortir dan stemper. Alat ini terutama
untuk penggerusan sediaan farmasi yang berbentuk serbuk. Peralatan yang
digunakan untuk menghaluskan dipilih sesuai dengan tujuan yang dikehendaki
tergantung dari jumlah material dan sifat fisikanya, ukuran partikel awal bahan
yang digerus, dan ukuran partikel akhit produk yang diinginkan.
Penggerusan dapat diklsifikasikan menjadi 3 kelompok sesuai dengan tingkat
kehalusan yang dicapai yaitu:
1. Mesin penggerus butir kasar.
2. Mesin penggerus butir sedang.
3. Mesin penggerus butir halus.
Sifat fisik alamiah dari bahan menentukan proses penghalusan, misalnya
bahan berserat tidak dapat digerus dengan tekanan atau tumbukan tetapi hahan
tersebut harus diiris. Dalam proses penggerusan adanya air lebih dari 5 % dapat
menghalangi penghalusan. Efek ini lebih nyata dampaknya pada bahan yang
memiliki partikel halus daripada partikel yang lebih besar. Penggerusan juga
dapat mengubah struktur kristal dan menyebabkan perubahan struktur kimiawi
pada zatzat tertentu.
Operasi penggerusan (grinding) dapat dilakukan secara kering maupun basah.
Beberapa kriteria yang digunakan untuk penentuan grinding dilakukan secara
kering atau basah adalah :
1. Pengolahan berikutnya dilakukan secara basah atau kering. Pengolahan
mineral/bijih pada umumnya dilakukan secara basah. Pada umumnya operasi
konsentrasi atau pemisahan mineral dilakukan secar basah. Namun
penggerusan klingker untuk menghasilkan semen selalu cara kering.
2. Penggerusan secara basah memerlukan energi lebih kecil dibandingkan
dengan cara kering.
3. Klasifikasi/sizing lebih mudah dan memerlukan energi lebih kecil
dibandingkan cara kering.
4. Lingkungan pada penggerusan cara basah relatif lebih bersih dan tidak
memerlukan peralatan untuk menangkap debu.
5. Penggerusan cara kering mensyaratkan bijig betul-betul kering, sehingga
memerlukan operasi pengeringan terlebih dahulu.
6. Pada penggerusan cara basah, konsumsi media gerus dan bahan pelapis relatif
lebih banyak karena terjadi korosi.
Penggerusan dilakukan dalam alat yang disebut penggerus atau Tumbling
Mill berbentuk tabung silinder yang berputar pada sumbu horizontalnya.
Didalam tabung silinder terdapat media gerus, bijih yang akan digerus dan air
untuk operasi cara basah. Penggerusan cara basah menggunakan air sebagai
campuran bijih, membentuk persen solid tertentu. Persen solid menyatakan
perbandingan antara berat padatan atau bijih terhadap berat pulp atau slurry atau
campuran padatan dan air.
2.5 Size Reduction
Size reduction adalah proses pengurangan ukuran partikel besar menjadi
potongan yang lebih kecil dengan cara pemotongan atau pemecahan. Size
reduction memiliki metode yang berbeda untuk tujuan yang berbeda. Tujuan
percobaan size reduction yaitu untuk memperbesar luas permukaan agar
memudahkan proses lebih lanjut. Ukuran partikel yang dikecilkan juga dapat
meningkatkan reaktivitas partikel dan memudahkan pemisahan bahan campuran
lain yang tidak diinginkan (McCabe, 1993).
Klasifikasi dari peralatan size reduction antara lain:
a. Crushers
Crushers adalah mesin penghancur padatan berkecepatan rendah, digunakan
untuk padatan kasar dalam jumlah yang besar. Crushers memiliki berbagai
macam bentuk diantaranya jaw crushers, gyratory crushers, dan smooth-roll
crushers yang beroperasi dengan gaya tekan dan mampu mematahkan bahan
padat yang sangat keras, serta toothed-roll crushers mampu menghancurkan
umpan yang lebih lembut seperti batu bara, tulang, dan serpihan lunak.
2. Belt Pulley Well, sabuk yang menggerakkan roda dan dihubungkan ke roda
penggerak.
5. Palu, berfungsi sebagai alat penggerus material, roller hammer mill berfungsi
untuk memutarkan palu dan berhubungan dengan belt, lubang screen
berfungsi untuk wadah dari palu sebagai penggerus dan tempat keluarnya
material yang loose.
Gambar 4.2.5 Palu, Roller, dan Lubang screen
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan dan hasil praktikum pengolahan bahan galian mengenai
alat Hammer Mill yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Hammer Mill adalah salah satu alat dalam pengolahan bahan galian yang
berfungsi untuk meremukan material dengan hasil yang lebih kecil. Hammer
Mill adalah alat yang digunakan pada tahap secondary crushing namun ada
juga yang menyatakan bahwa Hammer Mill adalah alat yang digunakan pada
tahap grinding karena ukuran yang sangat kecil.
2. Cara kerja Hammer Mill yaitu dengan cara menggeruskan atau meremukkan
material dengan menggunakan palu yang terdapat pada bagian alat. Palu yang
berputar dengan berlawan arah jarum jam yang dibantu oleh alat Roller
Hammer Mill kemudian material yang telah digerus dapat melewati lubang
screen.
3. Ukuran lubang screen yang digunakan pada alat Hammer Mill pada
praktikum kali ini yaitu 0,5 cm.
5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan praktikan berharap bahwa
alat yang terdapat di Laboratorium Pengolahan Bahan Galian Teknik
Pertambangan untuk dikalibrasi sehingga alat dapat digunakan dan hal ini dapat
meminimalisir terjadinya penggunaan data sekunder yang bertujuan agar
praktikan mampu menganalisis sendiri dan mengetahui hasil maupun kinerja dari
alat Hammer Mill tersebut secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Ricardo S, Vincentius. 2016. Jaw Crusher dan Double Roll Crusher. Balunijuk.
Universitas Bangka Belitung.
LAMPIRAN