Anda di halaman 1dari 30

SEMINAR INDUSTRI

REKLAMASI PASCA TAMBANG BATUBARA MENJADI LAHAN


PRODUKTIFDI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Mata Kuliah


Seminar Industri Pada Prodi Teknik Pertambangan Institut
Teknologi Nasional Yogyakarta

Oleh :

HENGKY BILEAM LOLOPAYUNG


NIM. 7100190199

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2022
HALAMAAN PENGESAHAN

REKLAMASI PASCA TAMBANG BATUBARA MENJADI


LAHAN PRODUKTIFDI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Oleh :
Hengky Bileam Lolopayung
NIM : 7100190199
Disetujui untuk program studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral Institut teknologi
Nasional yogyakarta

Yogyakarta, September 2022

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program StudiTeknik Dosen Pembimbing
Pertambangan

Bayurohman Pangacella Putra,.T.,M.T Mycelia Paradise, S.T., M.T.


NIK : 1973 0296 NIK. 19730350

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya maka Seminar Tambang ini dapat diselesaikan sebagaimanamestinya
dengan judul “ Reklamasi Lahan Pasca Tambang Batubara Menjadi LahanProduktif
di Kabupaten Kutai Kartanegara” dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah Seminar Tambang pada Program Studi Teknik
Pertambangan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Dalam penyusunan Seminar Tambang ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari
pihak lain. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan Seminar Tambang ini,
khususnya kepada :
1. Bapak Dr.Ir.H.Ircham, M.T, selaku Rektor Institut Teknologi Nasional
Yogyakarta.
2. Bapak Prodi Teknik Pertambangan Bayurohman Pangacella Putra
S.T.,M.T, selaku Ketua Program Studi Teknik Pertambangan Institut
Teknologi Nasional Yogyakarta.
3. Ibu Mycelia Paradise S.T.,M.T selaku dosen pembimbing seminar
tambang.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan dan bantuan hingga terselesaikannya Seminar
Tambang ini.
Akhir kata penulis berharap Seminar Tambang ini dapat bermanfaat khususnyabagi
penulis sendiri dan pembaca serta dapat dijadikan referensi demi pengembangan ke
arah yang lebih baik.

Yogyakarta, September 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 3
1.3 Batas Masalah.................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penulisan ............................................................................... 3
1.5 Metode Penulisan .............................................................................. 4
1.6 Manfaat Penulisan ............................................................................. 4
BAB II DASAR TEORI .............................................................................. 5
2.1 Reklamasi Lahan ............................................................................... 5
2.2 Kondisi Lahan Pasca Tambang .......................................................... 7
2.3 Tahap Prakonstuksi ............................................................................ 8
2.4 Tahap Konstuksi ................................................................................ 9
2.5 Tahap Operasi.................................................................................. 10
2.6 Tahap Pasca Operasi......................................................................... 11
2.7 Pratek Pertambangan Yang Baik dan Benar (Good Mining Practice) . 12
BAB III PEMBAHASAN ........................................................ .................. 13
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................. 13
3.2 Analisis Data .....................................................................................13
3.3 Analisis Pupuk...................................................................................14
3.4 Iklim ............................................................................................... 16
3.5 Pertumbuhan Tanaman .................................................................... 16
3.6 Rancangan Percobaan ...................................................................... 17
3.7 Prosedur Pelaksanaan........................................................................ 18
3.8 Pemulihan Tanah Lahan Pasca Tambang .......................................... 19
iv
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 21
4.2 Saran ............................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 23

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penataan Lahan Bekas Tambang Batubara .......................................... 11


Gambar 3.1 Diagram Tinggi Tanaman Gaharu ....................................................... 16
Gambar 3.2 Diagram Tanaman Gaharu................................................................... 17

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kelas Kemasaman Ph Tanah ................................................................... 14


Tabel 3.2 Hasil Analisis Pupuk Organik(Kompos Sapi) .......................................... 14

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya
pencarian,penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan
bahan galian(mineral, batubara, panas bumi, migas).Indonesia merupakan salah
satu daerah penghasil tambang batu bara terbesar di dunia.Kegiatan penambangan
apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem hutan. Apabila tidak
dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.. Usaha
pertambangan dilaksanakan oleh kontraktor, kedudukan pemerintah adalah
memberikan izin kepada kontraktor yang bersangkutan. Usaha pertambangan telah
lama menjaditulang punggung perekonomian Indonesia dan sekaligus sebagai
pembuka akses serta pengembangan daerah- daerah yang semulaterisolasi. Usaha
penambangan sering diasosiasikan dengan kerusakan hutan, karena kegiatan
penambangan khususnya tambang terbuka selalu dimulai dengan menghilangkan
vegetasi, termasuk hutan diatasnya. Dengan reklamasi penanganan pasca tambang
yang tepat, lahan bekas tambang dapat memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kondisi rona awalnya.
Reklamasi merupakan kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata
kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum
agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Perencanaan
reklamasi yang baik dan ideal harus sejalan dengan rencana penambangan atau
sebaliknya dengan sendirinya akan saling mendukung dalam pelaksanaan kedua
kegiatan tersebut. Pelaksanaan reklamasi mengacu pada dasar hukum atau undang-
undang yang berlaku yaitu UU No. 32 pasal 23 tahun 2009. Penambangan batubara
secara terbuka memberikan dampak negatif terhadap penurunan kualitas lahan,
seperti perubahan bentang lahan (alam), rusaknya pipa-pipa kapiler dan
permeabilitas tanah, kurangnya daya penyimpanan air, dan terjadinya penurunan

1
kualitas tanah sehingga reklamasi lahan pasca tambang yang benar menjadi sangat
strategis untuk pemanfaatan lahan selanjutnya agar menjadi produktif. Kabupaten
Kutai Kertanegara merupakan salah satu wilayah yang mengalami perubahan tata
guna lahan dari pertanian (agraris) menjadi pertambangan (ekstraktif). Secara
historis, pertanian diwilayah Kutai Kertanegara menjadi sektor unggulan hingga
pada tahun 1980-an Kabupaten Kutai Kertanegara dinobatkan sebagai lumbung
padi di wilayah Kalimantan TImur (Sidik, 2021). Namun, berdasarkan hasil studi
yang dilakukanoleh Azaki (2019) menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan
produktivitas komoditaspertanian di wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara sebesar
4,23% sampai 6,15%. Sementara itu, berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik
(BPS Kutai Kertanegara, 2021) menyajikan data bahwa pada tahun 2020 sektor
pertanian hanya menyumbangkan 14,92% terhadap total PDRB Kabupaten Kutai
Kertanegara.Di sisi lain, sektor pertambangan, terutama pertambangan batubara
berkembangsecara signifikan. Pada periode tahun 2011-2017 tercatat jumlah
perusahaan tambang batubara di wilayah Kutai Kertanegara meningkat secara
tajam yaitu mencapai 197,6% (Jatim, dkk., 2018). Data tersebut terus meningkat,
pada tahun 2020 tercatat sektor pertambangan menyumbangkan PDRB di wilayah
Kutai Kertanegara sebesar 59,81% (BPS Kutai Kertanegara, 2021). Kecamatan
Sangasanga merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Kutai Kertanegara yang
secara signifikan mengalami perubahan serupa.
Kajian yang dilakukan oleh Thamrin dan Raden (2018) menunjukkan data
bahwa luas izin pertambangan di wilayahKecamatan Sangasanga mencapai
8.226,72 hektar atau setara dengan 77,6% dari luas keseluruhan wilayah Kecamatan
Sangasanga. Hal ini sejalan dengan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2009 luas
panen pertanian di Kecamatan Sangasanga mencapai 312 hektar (BPS Kutai
Kertanegara, 2010) dan pada tahun 2018 terjadi penurunan luas panen pertanian
menjadi 161,5 hektar (BPS Kutai Kertanegara, 2019).
Pertambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan kegiatan
pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui(unrenewa
bleresources).Dengan ini reklamasi di lahan Kabupten Kutai Kartanegara bisa
menjadi lahan produktif bagi masyarakat, untuk di pakai sebgai lahan pertanian

2
bagi masyarakaat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, dapat dirumuskan suatumasalah
sebagai berikut :

1. Bagaaimana pengaruh penmbahan pupuk terhaadap kulitas lahan bekas


tambang di Kabupaten Kutai Kartanegara.
1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penulisan seminar ini, yaitu :


1. Pupuk yang digunakan adalah Kompos ,NPK, Dolomit.
2. Bibit tanam gaharu
1.3 Tujuan Penulis
Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka
penulis memiliki tujuan sebagai berikut. :
1. Untuk mengetahui kondisi kualitas tanah setelah dilakukan pengelolaan
dengan pemberian pupuk organik dan anorganik terhadap lahan bekas
tambang di Kabupten Kutai Kartanegara

1.4 Metode penulisan

Penulisan Seminar ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif-


deskriptifdan teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka,
yaitu denganmempelajari berbagai sumber referensi terkait dengan topik yang
diangkat dalam artikel mengenai mengenai reklamasi pasca tambang batubara
menjadi lahan produktif di kabupaten kutai kartanegara dan berbagai referensi
mengenai upaya revegetasi lahan pascatambang batubara. Berbagai sumber
referensi tersebut diperoleh dari berbagai sumber data sekunder yaitu data publikasi
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Kertanegara, artikel pada jurnal nasional dan
internasional, ebook, dokumen-dokumen laporan yang dimiliki oleh perusahaan
sebagai pelaksana program dan berbagai dokumen lainnya yang telah
dipublikasikan oleh berbagai institusi dan dapat diakses oleh saya sebagi penulis
penulis.

3
1.5 Manfaat Penulisan

dari penyusunan seminar ini yaitu :

1. Memberikan pemahaman kepada pembaca untuk mengetahui pentingnya


reklamasi produktifitas lahan untuk meningkatkan/memperbaiki lahan akibat
penambangan

4
BAB II
DASAR TEORi

2.1 Reklamasi Lahan


Upaya reklamasi lahan bekas tambang batubara tidak saja dilaksanakan pada
saat pasca penambangan, tetapi harus sejak dari awal rencana penambangan yaitu
mulai pada tanah. Reklamasi merupakan kegiatan yang bertujuan memperbaiki
atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan umum agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai
peruntukannya.
Dalam melaksanakan reklamasi diperlukan perencanaan yang baik agar dalam
pelaksanaannya dapat tercapai sasaran sesuai yang dikehendaki.Perencanaan
reklamasi disiapkan sebelum melakukan operasi penambangan dan merupakan
program yang terpadu dalam kegiatan operasi penambangan.Adapun pekerjaan
yang dilakukan dalam kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan sebagai berikut :
1) Pengamanan Lahan Bekas Tambang kegiatan ini meliputi ;
a. Pemindahan/pembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang tidak
digunakan di lahan yang akan direklamasi.
b. Perencanaan secara tepat lokasi
2) Pengaturan bentuk lahan
Pengaturan bentuk lahan disesuaikan dengan kondisi topografi dan hidrologi
setempat.
a. Pengaturan bentuk lereng
Pengaturan bentuk lereng dimaksudkan untuk mengurangi
kecepatan air limpasan, sedimentasi, erosi, dan longsor. Kemudian
lereng yang terlalu tinggi atau terjal dibentuk berteras-teras.
b. Pengaturan saluran air
Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) dimaksudkan untuk pengatur
air agar mengalir pada tempat tertentu dan dapat mengurangi kerusakan
lahan akibat erosi.

5
Jenis perlakuaan reklamasi dipengaruhi oleh berbagai faktor menurut Yustina
Hong Lawing :
a. Kondisi iklim
b. Geologi
c. Jenis tanah
d. Bentuk alam
e. Air permukaan dan air tanah
f. Flora dan fauna
g. Penggunaan lahan
h. Tata ruang dan lain-lain
Rencana (tahapan pelaksanaan) reklamasi ditetapkan sesuai dengan kondisi
setempat dan rencana kemajuan tambang.Rencana reklamasi dilengkapi dengan
peta-peta dan disertai dengan peta indeks dengan skala yang memadai.Untuk
menunjang keberhasilan kegiatan reklamasi biasanya digunakan peralatan dan
sarana serta prasarana seperti Dump Truck, Bulldoser, Excavator, Tractor dan
Beckhoe.
kegiatan sebagai berikut:
a. Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang, pengaturan
bentuk lahan (landscaping), pengaturan/penempatan lahan tambang kadar
rendah (low grade) yang belum dimanfaatkan.
b. Pengendalian erosi dan sedimentasi
c. Pengelolaan tanah pucuk (topsoil)
d. Revegetasi (penanaman kembali) dan/atau pemanfaatan lahan bekas
tambang untuk tujuan lainnya.

Permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan rencana reklamasi


meliputi menurut Yustina Hong Lawing 2018 :
a. Pengisian kembali bekas tambang, penebaran tanah pucuk dan penatan
kembali lahan bekas tambang serta penataan lahan bagi pertambangan yang
kegiataannya tidak dilakukan pengisian kembali.
b. Stabilitas jangka panjang, penampungan tailing, kestabilan lereng dan
permukaan timbunan, pengendalian erosi dan pengelolaan air.

6
c. Keamanan tambang terbuka, longsoran, pengelolaan B3 dan bahaya radiasi.
d. Karakteristik kandungan bahan nutrient dan sifat beracun tailing atau
limbah batuan yang dapat berpengaaruh terhadap kegiatan revegetasi.
e. Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang.
f. Penanganan potensi timbulnya gas metan dan emisinya dari tambang
batubara.
g. Penanganan atau penyimpanan bahan galian yang masih potensial untuk
menjadi bernilai ekonomi baik dalam kondisi in-situ, berupa tailing atau
waste.
2.2 . Kondisi Lahan Pasca Tambang
1. Kondisi Fisik Lahan
Kegiatan pengerukan, penimbunan dan pemadatan alat-alat berat
menyebabkan profil tanah normal terganggu dan pada musim kering
menjadi padat dan keras. Penyerapan air menjadi lambat, struktur dantekstur
tanah menjadi rusak. Sehingga laju aliran permukaan meningkat dan
menimbulkan erosi.
2. Kondisi Kimia Lahan
Kesuburan tanah, pH dan keberadaan nutrisi dalam tanah rendah, sedangkan
keberadaanmetal logam berat tinggi. Persediaan zat makanan bagi tumbuhan
seperti : P, K, Mg dan Ca menurun akibat pH tanah yang rendah.
3. Kondisi Biologi Lahan
Beberapa faktor lingkungan yang menyebabkan rendahnya aktifitas
mikroba tanah yaitu penuruhan pH tanah, kelembaban tanah, kandungan
bahan organik, terkikisnya top soil, daya pegang tanah terhadap air, dan
struktur tanah. Mikroba tanah sangat potensial dalam perkembangan dan
kelangsungan hidup tanaman. Aktivitas mikroba berperan dalam
ketersediaan unsur hara, dekomposisi serasah, dan memperbaiki sifat
struktur tanah.

7
2.3. Tahap Prakonstruksi
Upaya reklamasi lahan tambang batubara dapat dilakukan pada tahap
prakonstruksi melalui pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) ekplorasi dan
IUP ekploitasi dengan rentan waktu penambangan yang lebih lama dan areal
tambang lebih luas dibandingkan dengan IUP yang lebih singkat dan areal yang
lebih sempit apalagi penambangan dilakukan tanpa izin (penambangan liar). Sebab
dengan izin penambangan yang lebih lama dan areal yang lebih luas, perusahaan
tambang memiliki waktu lebih lama untuk melakukan reklamasi lahan bekas
tambang. Upaya reklamasi lahan bekas tambang lainnya yang dapat dilakukan pada
tahap prakonstruksi ini adalah perolehan lahan milik masyarakat oleh perusahaan
tambang lebih baik jika dilakukan dengan sistem sewa lahan atau izin pinjam pakai
kawasan hutan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan jika areal
rencana tambang masuk dalam Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK). Cara ini
dinilai lebih efektif untuk mengembalikan fungsi lahan bekas tambang dibanding
sistem pembebasan lahan ganti putus. Sebab dengan cara ini, perusahaan dituntut
memiliki komitmen untuk mengembalikan fungsi lahan minimal seperti kondisi
semula agar lahan bekas tambang menjadi produktif. Namun demikian, cara sewa
lahan seperti ini jarang dilakukan oleh pemilik lahan dan lebih cenderung
membebaskan lahannya kepada perusahaan pertambangan dengan cara ganti rugi
putus. Pada tahap prakonstruksi ini juga perlu ditetapkan perencanaan reklamasi
lahan sehingga perusahaan melakukan reklamasi lahan sesuai rencana yang telah
ditetapkan. Akan lebih baik lagi jika diatur dengan peraturan daerah atau sejesnis
seperti yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dengan
menetapkan peraturan daerah tentang reklamasi lahan bekas tambang yang
didalamnya mengatur tentang zonasi pemanfaatan lahan bekas tambang. Melalui
peraturan Daerah ini, PT. Bukit Asam sebagai salah atu perusahaan pertambangan
batubara terbesar di Provinsi Sumatera Selatan membuat perencanaan reklamasi
lahah bekas tambang batubara dengan membagi zonasi kawasan bekas tambang
dalam delapan zonasi yaitu (1) Zona peternakan, (2) zona hutan tanaman, (3) zona
kebun koleksi, (4) zona wisata air, (5) zona penerima, (6) zona penelitian produktif,
(7) zona kebun buah, (8) dan zona sarana dan prasarana pendukung, dengan peta

8
zonasi kawasan .
2.4 . Tahap Konstruksi
Pada tahap konstruksi, upaya reklamasi lahan tambang batubara dapat diawali
denganpembukaan lahan tanpa pembakaran (zero burning). Pembersihan lahan ini
meliputilahan non tambang dan lahan tambang baik pada area pembangunan sarana
dan prasarana penunjang, area pit tambang maupun pada lokasi disposal area (area
penimbunantanah pucuk dan tanah penutup) dan fasilitas pendukung pertambangan
batubara lainnya. Biomassa berupa vegetasi hasil pembersihan lahan dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik untuk meningkatkan kualitas tanah.
Dengan demikian perlu pengelolaan yang baik terhadap vegetasi yang ada saat
pembukaan lahan dilakukan.
Biasanya perusahaan menempatkan biomassa hasil bukaan lahan pada tempat
tertentu untuk diberikan perlakuan khusus agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pupuk organik pada saat kegiatan reklamasi (revegetasi) dilakukan. Untuk
meningkatkan kualitas pupuk organik dapat ditambahkan larutan EM4 adalahcairan
yang berisi campuran dari beberapa mikroorganisme hidup yang bermanfaat dan
berguna bagi proses penguraian dan persedian unsur hara tanah. Sebagai started
dalam proses pengomposan. EM4 mengandung mikroorganisme berfungsi untuk
mempercepat dekomposisi bahan organik dan meningkatkan kualitas pupuk yang
dihasilkan. Beberapa mikroorganisme dalam EM4 antara lain :
1. Bakteri Fotosintetik (Rhodopseudomonas spp.). Bakteri ini menghasilkan
asam amino asam nukleik, zat bioaktif dan gula yang berfungsi sebagai
substrat bagi mikroorganisme lain sehingga jumlahnya terus bertambah dan
sumber hara bagi tanaman.
2. Bakteri asam laktat (Lactobacillus spp.) dapat mengakibatkan kemandulan
(sterilizer)sehingga dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang
merugikan dan mempercepat perombakan bahan organik.
3. Ragi/Yeast (Saccharomyces spp.), dengan proses fermentasi, menghasilkan
zatzat bioaktif seperti hormon dan enzim untuk meningkatkan jumlah sel
aktif dan perkembangan akar.
4. Actinomycetes menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang

9
dihasilkan bakteri fotosintetik. Zat-zat anti mikroba ini menekan
pertumbuhan jamur dan bakteri.
5. Jamur fermentasi (Aspergillus dan Penicilium) menguraikan bahan secara
cepat untuk menghasilkan alkohol, ester dan zat-zat anti mikroba. Beberapa
keuntungan penggunaan pupuk organic dengan teknologi EM4 adalah
menunjang pembangunan pertanian ramah lingkungan, menekan
penggunaan pupuk kimia dan pestisida, meningkatkan produktivitas tanah,
mengurangi biaya produksi dan menghasilkan bahan pangan yang bebas
bahan kimia sehingga bersih dan sehat untuk di konsumsi Pada tahap ini
juga seluruh fasilitas pengelolaan lingkungan sudah harus dibangun terlebih
dahulu sebelum penambangan dilakukan seperti pembangunan lubang
pengendapan air tirisan tambang (settling pond), pembangunan oil trap di
sekitar lokasi workshop (bengkel) dan areal penimbunan BBM, pembuatan
saluran drainase, pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL),
penyediaan Tempat Pembuangan Sampah Sementara dan akhir (TPS dan
TPA), dan fasilitas kelola lingkungan lainnya. Untuk fasilitas settling pond
atau oil trap sebaiknya terdiri atas empat kompartemen untuk setiap unit
dengan dimensi luasan disesuaikan dengan potensi air tirisan dan limbah
cair yang perlu dkelola.
2.5. Tahap Operasi
Pada tahan ini, kegiatan reklamasi lahan dimulai dari penataan lahan
bekastambang batubarauntuk mendapatkan kondisi akhir penambangan mendekati
kondisi rona lingkunganhidup awal. Selanjutnya tanah pucuk (top soil) dan tanah
penutup (sub soil)dikembalikan pada posisi semula (seperti sebelum penambangan)
dan dilanjutkan dengan kegiatan revegetasi.

10
Gambar 2.5. Penataan Lahan Bekas Tambang Batubara
Sumber : Thamrin1) dan Ince Raden2) 2018

Dalam kegiatan revegetasi ini perlu dilakukan pengayaan tanah dengan


penambahan pupuk organic yang berasal dari hasil pengomposan sebelumnya pada
saat pembukaan lahan ataupun sumber pupuk organic lainnya. Penambahan bahan
organik dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti meningkatkan kemantapan
aggregat tanah, meningkatkan ruang pori tanah, memperbaiki kecepatan infiltrasi
dan aerasi tanah, mengurangi evaporasi, dapat menurunkan bobot jenis tanah
BP(Badan Pengusahaan), dan dapat meningkatkan permeabilitas tanah. Dengan
demikian tata air dalam tanah akan menjadi lebih baik untuk menunjang
pertumbuhan tanaman revegetasi danmengurangi penggunaan pupuk an-organik.
Selanjutnya kegiatan revegetasi dengan menanam tanaman hutan atau tanaman
budidaya terintegrasi dengan ternak dan/atau perikanan (pertanian terpadu) dapat
dilakukan sesuai perencanaan reklamasi lahan yang telah ditetapkan, disertai
dengan input teknologi yang ramah lingkungan. Dalam kegiatan reklamasi lahan
pasca tambang yang berkelanjutan, kelayakan lingkungan dan kelayakan teknis dan
finansial harus merupakan kesatuan yang tak terpisahkan. Ini berarti bahwa
peningkatan kesadaran lingkungan menjadi pertimbangan utama dalam kegiatan
pertambangan batubara, selain faktor teknis dan finansial. Reklamasi lahan tidak
sekedar kewajiban menanam tanaman revegetasi, namun juga bertujuan agar
lingkungan tetap sehat baik pada skala lokal, regional maupun global.
2.6 .Tahap Pasca Operasi
Pada tahap ini dilakukan kegiatan reklamasi lanjutan seperti pada tahap
operasi. Pengembalian lahan pemerintah atau ke masyarakat dilakukan minimal

11
tiga tahun pasca tambang untuk memperbaiki kondisi tanah dan tanaman yang
layak ditinggalkan.
2.7. Praktek Pertambangan Yang Baik dan Benar (Good Mining Practice)
Pengertian Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pascatambang. Pengertian dari Good Mining Practice (menurut
Suyartono, 2003) yaitu seluruh proses yang dilalui dari awal sampai akhir harus
dilakukan dengan baik dengan mengikuti standar yang telah ditetapkan, mengikuti
normadan peraturan yang berlaku sehingga dapat mencapai tujuan pertambangan
dengan effisien. Salah satu bagian penting dari tujuan pertambangan adalah
bagaimana pertambangan ini yang mempunyai umur terbatas dikelola agar
mempunyai kontribusi terhadap pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development). Ada tiga kelompok yang berkepentingan dalam mewujudkan
terciptanya keselarasan antara kegiatan usaha pertambangan dan pembangunan
yang berkelanjutan, yaitu pemerintah daerah maupun pusat, dunia usaha
pertambangan umum dan masyarakat setempat. Selain itu, sebagai pembanding
dapat juga dibaca definisi tentang paradigma praktek/pengelolaan kegiatan usaha
pertambangan yang baik dan benar
(good mining practice) yang membangun peradaban sebagai suatu kegiatan usaha
pertambangan yang memenuhi ketentuan, kriteria kaidah dan norma sehingga
memberikan hasil yang optimal dan dampak buruk yang minimal. Hal ini meliputi
perizinan, teknis pertambangan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3), lingkungan,
keterkaitan hulu-hilir/konservasi/nilai tambah dan pengembangan
masyarakat/wilayah di sekitar lokasi kegiatan, dan mempersiapkan penutupan dan
pasca tambang, dalam bingkai kaidah peraturan-peraturan perundangan dan standar
yang berlaku, sesuai tahap-tahap kegiatan pertambangan. (Suyartono,
2003).Akibatnya, segala perusahaan pertambangan terlebih dahulu harus mendapat
kuasa pertambangan/izin dari pemerintah.

12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut penelitian dari Yustina Hong Lawing, yang di lakukan di lahan bekas
tambang di Kabupaten Kutai kartanegara dalam upaya melakukan reklamasi
sebagai revegetasi lahan bekas tambang sebagai besikut :
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan meliputi hand tracktor rotari, cangkul, lingga, hand
sprayer, drum plastik, alat tugal. Bahan-bahan yang digunakan meliputi pupuk an-
organik (NPK Pelangi, NPK Mutiara), pupuk hayati (cair dan granule), pestisida,
kapur pertanian, pupuk organik (kotoran ternak), serta pupuk organik cair (POC).
Benih yang digunakan: (1) padi gogo Inpago 5, 6 dan 8.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Bibit tanaman gaharu jenis A.microcarpa berumur ± 9 bulan.
2. Peta lokasi.
3. Alat tulis kamera, cangkul, parang, mistar, calliper, Thermohygrometer
hp meter ,Lightmeter, dan GPS
4. Kapur dolomit, pupuk organik (kompos sapi), dan NPK
Mutiara 16:16:16 jenis Lao Ying.
3.2 Analisis Data
1. Analisis Tanah
Berdasarkan hasil analisis tanah dengan menggunakan pH meter tingkat
kemasaman tanah pada lokasi penelitian termasuk dalam kategori sangat masam
(4,66), dan perlu dilakukan pemupukan agar tanaman dapat tumbuh dan
meningkatkan pH tanah pada lahan pasca tambang. Kesalahan pengelolaan
lingkungan (tanah) dapat mengakibatkan menurunnya daya lingkungan dan
mengakibatkan tekanan terhadap tanaman yang di budidayakan. Mutu kesuburan
tanah dilokasi penelitian dapat dilihat dari kondisi tanaman yang diamati dan hasil
dari analisis tanah dapat dilihat pada table berikut.

13
Tabel 3.2.Kelas kemasaman pH tanah

Sumber : Ritung, Sofyan et al, 2007

Pada area reklamasi pH tanah lebih rendah dibandingkan hutan sekunder (Adman.
dan Gunawan, 2010). Nilai pH tanah yang rendah menyebabkan kelarutan Fe dan
Al tinggi,sehingga gejala keracunan Fe dan Al juga tinggi (Rosmarkam dan
Yuwono, 2002). Kebanyakan tanaman toleran terhadap pH tanah yang ekstrim
rendah atau tinggi, jika tersedia hara pada tanah dalam keadaan cukup. Pentingnya
pH tanah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, serta
berperan dalam menentukan status kesuburan tanah, umumnya pada pH netral
unsur hara mudah diserap akar tanaman (Hardjowigeno, 2007)
3.3 Analisis Pupuk
a. Pupuk Organik (kompos Sapi)
Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk organik kandang Sapi diproduksi
oleh Agro garden Bukit Biru dalam bentuk kompos.
Tabel 3.3. Hasil Analisis Pupuk Organik (kompos Sapi )

Sumber : Sari, 2015

14
Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik. Kompos adalah bahan-bahan
organik (sampah organik) yang terjadi karena adanya interaksi antara
mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya dan telah
mengalami proses pelapukan. Salah satu bahan yang mempunyai potensi untuk
dijadikan kompos adalah kotoran sapi. Kandungan unsur hara dalam kotoran sapi
antara lain nitrogen 0,33%, fosfor 0,11%, kalium 0,13%, kalsium 0,26%. Pupuk
kompos merupakan bahan pembenah tanah yang alami dan paling baik. Umumnya
pupuk organik mengandung hara makro N,P,K rendah, tetapi mengandung hara
mikro dalam jumlah cukup yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
b. Pupuk NPK
Jenis pupuk NPK yang digunakan adalah NPK Mutiara Lao Ying 16;16:16
yang merupakan pupuk majemuk yang mengandung lebih dari satu macam
unsur hara makro didalam produknya. NPK Mutiara Lao Ying memiliki unsur
hara N 16 %, P2 16%, K2 K2O, P2 05%, dan CaO 5,0%. Hardjowigeno(1987)
menyatakan unsur hara N, P, K sangat dibutuhkan tanaman karena berfungsi
untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman, dan mempermudah
proses fisiologi tanaman. Pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata pada
diameter batang bibit gaharu (Dina dkk, 2013).
c. Kapur Dolomit
Dolomit adalah senyawa kapur yang mengandung kalsium sejumlah 8 hingga
12 persen, serta magnesium sejumlah 18 hingga 22 persen. Pemberian kapur
dilakukan karena tanah yang bersifat masam. Tanah masam memberikan hasil
pertumbuhan yang rendah sehingga perlu dilakukan pengapuran kedalam
tanah. Pengapuran dilakukan agar menaikkan pH tanah, menambah unsur Ca
dan Mg, mengurangi keracunan Al dan Fe, memperbaiki kehidupan
mikroorganisme dan pembentukan bintil-bintil akar (Kiral,2020). Jumlah
kebutuhan akan kapur dolomit tergantung derajat keasaman, jenis tanah dan
jenis tanaman.

15
3.4 Iklim
Syarat tumbuh tanaman gaharu dengan suhu antara 28ᵒ C – 34ᵒC dan kelembaban
sekitar80%. Kondisi tanah yang memiliki pH mulai 4,5 - 7,0. Faktor yang
mendukung keberhasilan pertumbuhan tanaman gaharu yaitu, tanaman pelindung
sebagai naungan dengan intensitas cahaya berkisar 50 - 60%, serta kadar air tanah
lahan yang cukup (Bili, 2014). Tanaman gaharu berupa bibit sampai berumur 2 - 3
tahun membutuhkan naungan sekitar 60 - 70% atau kebutuhan intensitas cahaya
matahari sekitar 40%. Dari kondisi lingkungan daerah penelitian yang memilki
suhu berkisar antara 27° - 33°0 dan kelembaban udara 53% - 65%, serta intensitas
cahaya sebesar 70,2%. Hal ini menunjukkan terjadi intensitas cahaya yang cukup
tinggi dan turunnya tingkat kelembaban udara. Pengukuran kelembaban dan
intensitas cahaya matahari dengan menggunakan alat berupa Thermohygrometer
dan Lightmeter.
3.5 Pertumbuhan Tanaman
Penelitian dilakukan selama 4 bulan dan tanaman diukur setiap bulan
pertumbuhannya untuk melihat pertambahan tinggi dan diameter tanaman. Berikut
ini dapat dilihat pada gambar 3.1
1. Pertambahan Tinggi
Diagram pertambahan tinggi dan diameter dapat dilihat pada gambar 3.5

Gambar 3.1. Tinggi tanaman gaharu


Sumber : Yustina Hong Lawing 2021

Dari perlakuan yang diberikan pada bulan keempat pemberian kapur dolomit
memberikan hasil yang baik terhadap tinggi tanaman gaharu Pemberian pupuk

16
kompos sapi danNPKmengalami penurunan sejalan bertambahnya waktu dan kapur
dolomitmengalamipeningkatan pada akhir penelitian Dari
nilai rata-rata pertambahan pertumbuhantanaman gaharu selama empat bulan
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemberian pupuk organik
memberikan pertambahan tinggi tanaman yang terbaik.
1. Pertambahan Diameter

Gambar 3.5 Diameter Tanaman Gaharu


Sumber : Yustina Hong Lawing 2021

Dari perlakuan yang diberikan pada bulan keempat pemberian pupuk organik
memberikan hasil yang baik terhadap diameter tanaman gaharu. Jika dilihat dari
nilai rata-rata pertambahan pertumbuhan tanaman gaharu selama empat bulan
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemberian kapur dolomit
memberikan pertambahan diameter tanaman yang terbaik.
3.6 . Rancangan Percobaan
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu meneliti
suatu obyek pengamatan atau observasi langsung di lapangan. Percobaan
menggunakan Metode Tanaman Tunggal (Fehr,1987) yaitu semua individu
tanaman yang diuji merupakan sampel. Petak pengamatan dirancang yaitu 12 m x
20 m yang terdiri atas 15 tanaman gaharu pada masing-masing petak. Jarak tanam
tanaman gaharu yaitu 4 x 4 meter. Pemberian pupuk dilakukan dengan 4 perlakuan
yaitu perlakuan P0 kontrol (tanpa pupuk), perlakuan P1 (Pupuk Organik 4 Kg),

17
perlakuan P2 (Kapur Dolomit 100 gram), perlakuan P3 (NPK Mutiara30 gram).
3.7 . Prosedur Pelaksanaan
Mengukur pH tanah dilokasi penelitian menggunakan alat pH meter di lima
titik kemudian dirata-ratakan untuk mengetahui pH tanah lokasi penelitian. Dari
hasil pengukuran pH tanah diperoleh pH sebesar 4,66. Magrobis Journal 306
Volume 21 (No.2) Oktober 2021
1. Prosedur kerja tahap 1
a. Persiapan bibit, pembersihan lahan, pemberian ajir dan pembuatan lubang
tanaman ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm dengan jarak antar lubang 3 m x 3
m dilakukan sekitar 1 bulan sebelum waktu tanam.
b. Pemberian kapur dolomit sebanyak 100 g setelah pembuatan lubang selesai
diberikan pada percobaan P3. Pemberian pupuk organik sebanyak 4 kg
setiap lubang diberikan setelah lubang siap, yaitu satu bulan sebelum bibit
tanaman gaharu ditanam diberikan pada percobaan P1.
c. Pada minggu keempat (setelah tiga minggu pembuatan lubang), pada
percobaan P2 tanah pada lubang digemburkan kemudian diberikan NPK 30
g dan ditutup kembali. Pada akhir minggu keempat lubang tanam siap untuk
ditanami gaharu.
2. Prosedur kerja tahap 2
Penanaman dilakukan pada waktu musim hujan. Penanaman gaharu dilakukan
setelah 1 bulan persiapan lahan.
1. Pengukuran tinggi dan diameter dilakukan setelah semua tanaman gaharu
sudah ditanam sebagai data awal yaitu satu minggu setelah masa tanam.
2. Tanaman gaharu diamati satu persatu untuk melihat ada atau tidaknya
serangan hama atau penyakit pada tanaman gaharu.
3. Faktor lingkungan yang diamatiyaitu suhu, kelembaban dan besaran
intensitas cahaya yang masuk, karena menentukan aspek kesesuaian tumbuh
tanaman gaharu (Sumarna, 2008)

18
3.8 . Pemulihan Tanah Lahan Pasca Tambang
Tanah sebagai akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar
permukaan bumi, mampu menumbuhkan tanaman karena memiliki sifat-sifat
sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk
dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Sutanto, 2005).
Kesuburan tanah adalah kemampuan atau kualitas suatu tanah menyediakan unsur
hara tanaman dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman, dalam bentuk
senyawa-senyawa yang dapat dimanfaatkan tanaman dan dalam perimbangan yang
sesuai untuk pertumbuhan tanaman tertentu dengan didukung oleh faktor
pertumbuhan lainnya (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Hasil analisis tanah dengan
menggunakan pH meter tingkat kemasaman tanah pada lokasi penelitian termasuk
dalam kategori sangat masam (4,66), sehingga perlu dilakukan pemupukan
terutama pengapuran pada lubang tanam agar tanaman dapat tumbuh pada lahan
pasca tambang. Daya dukung lingkungan menurun dapat terjadi sebagai akibat
kesalahan pengelolaan lingkungan (tanah), akan mengakibatkan tekanan terhadap
tanaman yang di budidayakan. Mutu kesuburan tanah dilokasi penelitian dapat
dilihat dari keadaan tanaman yang diamati dan hasil dari analisis tanah serta dosis
pupuk yang diberikan. Kesuburan tanah tergantung pada iklim, kondisi lahan dan
jenis tanaman yang diusahakan.
Pemberian kapur dolomit memperbaiki sifat kimia tanah dan meningkatkan
pH tanah yang semula sangat masam (4,66) menjadi agak masam (6,5), serta
berpengaruh terhadap tinggi tanaman, sedangkan pupuk organik (kompos Sapi)
meningkatkan pH tanah menjadi agak masam (6,2) dan meningkatkan pertambahan
diameter tanaman. Sementara pupuk NPK meningkatkan pH tanah menjadi agak
masam 5,8. Pemberian pupuk dolomit dapat bertahan sampai bulan keempat
sementara pupuk organik (kompos sapi) dan NPK hanya bertahan sampai bulan
kedua kemudian mengalami penurunan sehingga perlu diaplikasikan lagi setiap dua
bulan sekali. Sebelum penanaman gaharu sebaiknya diberikan kapur dolomit pada
setiap lubang tanam guna menetralkan pH tanah terlebih dahulu. Kemudian
selanjutnya diberikan pupuk organik pada setiap lubang yang sama sebelum
penanaman dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah. Dalam setiap lubang

19
tanam terdapat kapur dolomit dan pupuk organik sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan baik serta memiliki pertambahan tinggi dan diameter yang sama dalam
setiap lubangnya. Setiap penanaman perlu diberikan pupuk kandang dan pupuk
buatan setiap kali penanaman guna mencegah menurunnya kesuburan tanah
(Sumarni, 2010). Banyaknya unsur hara dalam tanah tidak menjamin tanaman dapat
tumbuh dengan baik tergantung hubungan udara dan air (faktor lingkungan) agar
unsur hara bagi tanaman tersedia secara efisien (Hasibuan, 1981). Pupuk organik
dan kapur dolomit memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan tanamangaharu
dengan melihat pada hasil pertambahan pertumbuhan gaharu di lapangan. Gaharu
merupakan tanaman yang cepat tumbuh, tidak memerlukan nutrisi dan cahaya yang
banyak, mudah berkembang biak, serta mudah dikelola Perbedaan pertambahan
pertumbuhan gaharu selain karena perbedaan perlakuan pemupukan yang
diberikan. Iklim mikro yang tidak menentu juga memberi pengaruh yang besar
terhadap perkembangan tanaman. Berdasarkan iklim dilokasi penelitianuntuk pH
tanah dan suhu telah memenuhi syarat hidup tanaman gaharu, dan kelembaban
udara yang cukup rendah dan intensitas cahaya sedikit tinggi. Hal tersebut tidak
mempengaruhi pertumbuhan tanaman gaharu, tanaman tetap tumbuhdengan baik.
Dosis pupuk yang diberikan pun memberikan peningkatan terhadap perkembangan
tanaman gaharu dan kondisi tanah pada lahan pasca tambang batubara.

20
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pupuk terbaik untuk pemulihan lahan bekas tambang terhadap tanaman
gaharu yaitu pupuk Dolomit.
2. Tinggi tanaman gaharu saat menggunakan pupuk kapur dolomit adalah memilki
nilai tertinggi diantara pupuk lainnya yaitu 1,6 cm dalam waktu 1 bulan .
3. Diameter tanaman gaharu yang terbaik selama 4 bulan benelitian adalah
diameter tanaman Ketika menggunakan pupuk dolomit yaitu 1,8 meter
dalam waktu 1 bulan .
4. Jenis tanaman yang ditanam pada daerah penelitian adalah tanaman yang
memiliki nilai penghijauan, nilai produksi tinggi, dan bermanfaat bagi
masyarakat sekitar.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:
1. Perlunya dilakukan uji coba variasi dosis pupuk yang lebih banayak agar
mendapat variasi hasil yang lebih banyak
2. Perlu dilakukan uji coba terhadap bibit tanaman lainnya .

21
DAFTAR PUSTAKA

Abdulrachman, A., Sutono, dan I. Juarsah. 1997. Pengkayaan


Bahan OrganikDalam Upaya Pelestarian Usaha Tani
Lahan Kering di DAS Bagian

Hulu. Prosiding Pertemuan Pembahaan dan Komunikasi Hasil


PenelitianTanah dan Agroklimat. Puslittanak. Bogor.

Anggria, L. dan Antonius Kasno. 2011. Reklamasi Tanah Bekas


Tambang Timah Bangka dengan Bahan Organik
terhadap Beberapa Sifat Kimia

Prosiding Seminar dan Kongres Nasional X Himpunan Ilmu


TanahIndonesai (HITI). Surakarta.

Anonim. 2012. Teknologi EM-4, Dimensi Baru Dalam


Pertanian Modern. http://id.shvoong.com/exact-
sciences/agronomy-agriculture/teknologiem-dimensi-
baru-dalam-pertanian. Diakses pada tanggal 07 Oktober
2014.

Bagian SDA Sekretariat Kabupaten Kutai Kartanegara dan


Dewan Riset Daerah Kutai Kartanegara. 2012. Penetapan
Zona Kawasan Non TambangBatubara di Kabupaten
Kutai Kartanegara. Bag. SDA dan DRD Kukar.
Tenggarong

BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Kartanegara. 2015.


KutaiKartanegaradalam Angka Tahun 2014. BPS Kukar.
Tenggarong

22
23

Anda mungkin juga menyukai