Disusun oleh :
RICKE TAMARA YULISTIANA BERLIAN ARITONANG
0511 15 021
Menyetujui,
Pembimbing Kerja Praktek
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur atas hadirat Tuhan yang Maha Esa, dan atas Berkat Rahmat
dan Karunia-Nya, sehingga pelaksanaan Kerja Praktek dan pembuatan Laporan
Kerja Praktk yang berjudul “PEMBUATAN MOSAIC FOTO
MENGGUNAKAN SOFTWARE INPHO APPLICATIONMASTER 7.1 DI
WILAYAH TENGGARONG, KALIMANTAN TIMUR” ini dapat diselesaikan
dengan baik dan lancar.
Pelaksanaan Kerja Praktek dan pembuatan laporan ini tidak terlepas dari peran
serta dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ir. Singgih Irianto, M.Si selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas Pakuan.
2. Dr. Ir Rochman Djaja, M.Surv.Sc selaku Ketua Program Studi Teknik
Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan.
3. Bapak Dadan Ramdhani, ST., MT selaku Dosen Pembimbing Kerja
Praktek.
4. Kepala Bidang Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponimi, Badan Informasi
Geospasial (BIG), yang telah menerima penulis untuk melaksanakan Kerja
Praktek.
5. Mas Aldino selaku Pembina di PPRT BIG.
6. Kedua Orang tua penulis, ibu dan ayah yang telah memberikan semangat
dan dukungan baik moril dan materi.
7. Teman-teman Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas
Pakuan, Bogor angkatan 2015.
8. Ita Dwiyuliani, Hani Apriliani dan Riandi Saputra yang telah bersedia
menemani dan mendengarkan setiap keluh kesah dan
9. Seluruh rekan yang mendukung penulis yang tidak dapat dituliskan satu-
persatu.
Penulis menyadari masih bayak kekurangan dalam pelaksanaan dan penulisan
laporan Kerja Praktek ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar kedepannya dapat membawa kebaikan bagi pribadi
ii
penulis khususnya, dan bagi Program Studi Teknik Geodesi serta Fakultas Teknik
Universitas Pakuan Umumnya.
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terimakasih atas segala kesempatan,
kebaikan dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis, semoga laporan ini
dapat bermanfaat dan dapat menjadi referensi
iii
DAFTAR ISI
iv
3.3 Pengolahan Data .................................................................................. 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 35
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 35
5.2 Saran .................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36
LAMPIRAN .......................................................................................................... 37
v
DAFTAR GAMBAR
1
DAFTAR TABEL
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah Tenggarong adalah sebuah kota kecamatan sekaligus ibu kota
kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kota ini didirikan pada
tanggal 28 September 1782 oleh Raja Kutai Kartanegara ke-15. Kota
Tenggarong terletak pada 116o 47’- 117o 04’ Bujur Timur dan 0o 21’ – 0o 34’
Lintang Selatan, Indoensia.
Badan Informasi Geospasial (BIG) merupakan lembaga pemerintahan yang
bertugas untuk menyediakan Informasi Geospasial di Indonesia. Salah satu
produk dari Informasi Geospasial ini adalah Peta Rupabumi atau Peta Dasar
yang dijadikan sebagai acuan keperluan pemetaan, baik kepentingan nasional
maupun swasta.
Pusat Pemetaan Rupa Bumi dan Toponimi (PPRT) merupakan salah satu
Bidang Informasi Geospasial Dasar. PPRT mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyiapan penyusunan rencana dan program, perumusan dan
pengendalian kebijakan teknis, pengumpulan, pengolahan, peyimpanan,
penggunaan data Infromasi Geospasial Dasar, serta penyiapan pelaksanaan
penelitian dan pengembangan, dan pelaksanaan kerja sama teknis di bidang
PPRT.
Dalam percepatan pembuatan peta rupabumi cara yang paling efektif adalah
dengan memanfaatkan data Foto Udara. Foto udara merupakan citra yang
direkam dari udara untuk memperoleh gambaran dari sebagian permukaan bumi
dengan menggunakan wahana pesawat terbang dengan ketinggian tertentu dan
menggunakan kamera tertentu. Output yang dihasilkan dari foto udara adalah
peta foto yang dihasilkan melalui Pemotretan dari udara dengan menggunakan
wahana pesawat.
Tenggarong merupakan salah satu dari wilayah di Indonesia yang belum
memiliki Peta Dasar. Oleh karena itu, penulis melakukan pekerjaan “Pembuatan
Mosaic menggunakan software Inpho ApplicationMaster 7.1 di Wilayah
Tenggarong, Kalimantan Timur” dalam rangka mendukung ketersediaan Peta
Dasar di wilayah tersebut.
3
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari dilaksanakannya kerja praktek adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui tahapan pengoprasian software Inpho ApplicationMaster 7.1
untuk Pembuatan Mosaic.
2. Mengetahui hasil pengolahan software Inpho ApplicationMaster 7.1.
4
e. OrthoVista yaitu melakukan penggabungan beberapa foto stand alone (
berdiri sendiri) menjadi 1 foto.
4. Hasil
Adapun hasil yang di dapat pada kerja praktek berupa Mosaic foto
Wilayah Tenggarong, Klimantan Timur.
Adapun metodologi pelaksanaan dalam kegiatan kerja praktek ini,
penulis hanya melakukan pembuatan mosaic berikut akan di gambarkan
dalam diadram alir :
PERSIAPAN
PENGUMPULAN
DATA
PENGOLAHAN
DATA
HASIL
5
Tabel 1. 1 Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini membahs secara umum mengenai latar belakang,
perumusan masalah, maksud dan tujuan, batasan masalah,
metodologi dan sistematika penulisan.
Bab II : Dasar Teori
Dalam bab ini berisikan konsep umum, definisi-definisi, istilah-
istilah yang digunakan dan juga pengertian dari beberapa literature
lainnya yang menjadi dasar pembuatan Mosaic.
Bab III : Pelaksanaan Pekerjaan
Dalam bab ini membahas mengenai tahapan yang dilakukan dalam
pelaksanaan kerja praktek, menguraikan proses pekerjaan yang
dimulai dari persiapan kerja praktek, pelaksanaan kerja praktek dan
pengolahan data.
6
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Dalam Bab ini memuat kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan
kerja praktek dan saran.
Daftar Pustaka
Lampiran
7
BAB II
DASAR TEORI
8
2. Untuk keperluan tertentu foto udara vertikal dapat digunakan sebagai
pengganti peta.
3. Foto udara vertikal lebih mudah diinterpretasi dari pada foto udara
condong. Ini dikarenakan skala dan obyek-obyek yang lebih tetap
bentuknya, tidak menutupi obyek-obyek lain sebanyak yang terjadi
pada foto udara condong.
2.1.3 Kamera
Kamera pada fotogrametri digunakan untuk keperluan akuisisi data.
Karena kamera diletakan pada pesawat yang bergerak maka waktu
pemotretan dan pemotretan ulang harus singkat, lensa bekerja cepat, dan
penutup bekerja efisien (Wolf P. R, 1993). Hal yang sangat penting
dari kamera untuk keperluan fotogrametri adalah kualitas geometri
dari citra. Kualitas geometri yang rendah akan mengakibatkan
ketidakakuratan posisi pada citra yang dihasilkan.
Untuk aplikasi fotogrametri menggunakan UAV kamera yang
digunakan umumnya adalah kamera berformat kecil, bukan kamera
metric ataupun kamera dirgantara. Berikut tabel beberapa jenis kamera
beserta spesifikasinya :
9
Tabel 2. 1 Jenis Kamera dan Spesifikasinya
2.2 Fotogrametri
Fotogrametri merupakan seni,ilmu dan teknologi perolehan informasi
tentang obyek fisik dan lingkungan melaui perekaman,pengukuran dan
penafsiran foto udara ( Thomson dan Gruner, 1980).
10
Fotogrametri adalah suatu metode pemetaan objek-objek dipermukaan
bumi yang menggunakan fotto udara sebagai media. Sebagai bahan dasar
dalam pembuatan peta secara fotogrametris yaitu foto udara yang
bertampalan. Umumnya foto tersebut di peroleh melalui pemotretan udara
pada ketinggian tertentu menggunakan pesawat UAV. Keunikan fotogrametri
adalah dapat melakukan pengukuran objek atau pemetaan daerah tanpa kontak
langsung atau dengan kata lain tanpa perlu menjejakan kaki pada daerah
tersebut. Berdasarkan definisi tersebut, fotogrametri dapat mencakup dua
bidang yaitu fotogrametri metric dan fotogrametri interpretative (Wolf P. R,
1993).
2.3 Triangulasi Udara
Triangulasi udara merupakan metode penentuan titik kontrol dengan cara
melakukan pengukuran koordinat foto atau koordinat model yang selanjutnya
diproses dengan perhitungan perataan, sehingga dapat diperoleh koordinat
maupun elevasi tanah dengan ketelitian yang memenuhi persyaratan teknik
untuk keperluan pemetaan fotogrametri (Rokhim, 2014). Berdasarkan data
koordinat yang diukur, maka triangulasi udara dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu :
1. Aeropoligon, yaitu dengan data input berupa koordinat strip.
2. Independent Model Triangulation, yaitu dengan data input berupa koordinat
model.
3. Bundle Adjustment, yaitu dengan data input berupa koordinat foto.
Dalam metode perataan ini berasal dari potongan atau blok fotografi dengan
sekurang-kurangnya 60% overlap dan 20% sidelap. Definisi dari prinsip
penyesuaian kuadrat terkecil adalah bundel-bundel sinar ditempatkan dan
diputar sedemikian rupa sehingga bundle-bundle tumpang tindih satu sama lain
sebaik-baiknya pada titik-titik yang bertalian dan menerobos titik-titik kontrol
sedekat mungkin (Subiyanto, 2007).
2.4 Unmanned Aerial Vehicle (UAV)
UAV adalah salah satu wahana tanpa awak di udara yang mana dapat
terbang tanpa pilot, menggunakan gaya aerodinamik untuk menghasilkan gaya
11
angkat (lift), dapat terbang secara autonomous atau dioperasikan dengan radio
kontrol. UAV digunakan untuk berbagai keperluan baik di lingkup militer
maupun sipil. Pada tugas akhir ini dirancang dan direalisasikan pengembangan
sistem navigasi otomatis pada UAV dengan GPS waypoint. Sistem ini
menggunakan kontrol manual dan autopilot. Pada mode manual, pengguna
secara manual mengendalikan pergerakan pesawat melalui radio kontroler
sedangkan pada mode autopilot pesawat dikendalikan oleh mikrokontroler
Arduino Mega 2560 yang mengolah data-data sensor IMU (Inertial
Measurement Unit) yang didalamnya terdapat gyroscope dan accelerometer,
GPS dan barometric altimeter sehingga dapat terbang secara otomatis dengan
sesuai waypoint GPS yang dimasukkan.
2.4.1 Jenis UAV
Secara umum pembagian jenis UAV dilakukan menurut posisi sayap dan
sumber tenaga pesawat.
1. Jenis UAV berdasarkan posisi sayap.
Posisi sayap UAV terbagi dalam 3 bagian, meliputi:
a. High wing, Sayap pesawat berada di atas fuselage.
b. Middle wing, Sayap pesawat berada di tengah fuselage dalam
posisi sejajar.
c. Low wing, Sayap pesawat berada di bawah fuselage.
12
2.5 Orientasi Eksternal
Orientasi Eksternal (EO) adalah orientasi kamera dalam ruang yang terdiri
dari enam parameter yang menggambarkan posisi sistem koordinat dari kamera
yang digunakan untuk pemotretan udara (Aulejtner, 2011). Parameter-
parameter itu yakni koordinat posisi principal point (X, Y, Z) dan rotasi
(omega, phi, kappa) dari titik pusat foto (Rizaldy dan Wildan, 2012). Adanya
parameter rotasi kamera untuk setiap foto yang dihasilkan disebabkan oleh
ketidak sempurnaan posisi terbang pesawat pada saat pemotretan. Berikut
parameter rotasi yang terjadi akibat pergerakan pesawat (Indra, 2012 dalam
Aristia, 2014):
1. Parameter omega (ω). Parameter ini bertujuan untuk mengkoreksi gerakan
roll pada pesawat yang menyebabkan foto berotasi terhadap sumbu X.
2. Parameter phi (φ).Parameter ini bertujuan untuk mengkoreksi gerakan
pitch pada pesawat yang menyebabkan foto berotasi terhadap sumbu Y.
3. Parameter kappa (κ). Parameter ini bertujuan untuk mengkoreksi gerakan
yaw pada pesawat yang menyebabkan foto berotasi terhadap sumbu Z.
13
satunya berupa titik yang harus diketahui koordinat tiga dimensinya dan
pengamat (rover) dalam keadaan bergerak (Abidin, 2006). Sedangkan
IMU atau Inertial Measurement Unit diintegrasikan dengan GPS pada
pemotretan udara dan memiliki dua sensor, yakni gyroskop dan
akselerometer. Sensor gyro digunakan untuk mengukur kecepatan putar
sudut roll (guling), kecepatan putar sudut pitch (angguk) dan kecepatan
putar sudut yaw (geleng). Kecepatan putaran adalah perubahan sudut
terhadap waktu. Sedangkan akselerometer digunakan untuk mengukur
percepatan sebuah benda yang bergerak, seperti pesawat terbang atau UAV
yang sedang bergerak dengan percepatan tertentu. Pengolahan raw data
dari GNSS dan IMU untuk menghasilkan parameter orientasi eksternal ini
umumnya menggunakan metode postprocessing pada beberapa perangkat
lunak, misalnya IGI AEROoffice, POSPac, Application Master, dan lain
lain.
14
1. Faktor penentu ketelitian geometris hasil olah foto (misalnya ortofoto,
DSM, DTM). Semakin teliti GCP maka akan semakin baik pula ketelitian
geometris hasil dari pengolahan foto udara tersebut.
2. Mempermudah proses orientasi relatif antar foto.
3. Mengkoreksi hasil olah foto udara yang berupa ball effect (kesalahan yang
mengakibatkan model 3D akan berbentuk cembung di tengah area yang di
ukur).
4. Menyatukan hasil olah data yang terpisah dengan lebih cepat dan lebih
efektif.
15
2.7 Digital Terrain Model ( DTM )
DTM pertama kali dikenalkan pada tahun 1950. Miller dan Laflamme
memperkenalkan DTM di bidang Teknik Sipil. DTM yang dibuat untuk
memonitor perubahan permukaan bumi, seperti erosi dan pergeseran tanah.
DTM adalah representasi statistik yang sederhana dari permukaan kontinyu
tanah dengan banyak titik-titik yang dipilih dengan diketahui koordinat X, Y
dan Z pada sebuah bidang koordinat tertentu. DTM merupakan representasi
digital sebagian permukaan bumi (Weibel dan Heller, 1991). Pengertian lain
tentang DTM merupakan DEM yang telah ditambah dengan unsur-unsur
seperti breaklines dan pengamatan selain data asli. Digital Elevation Model (
DEM ) adalah gambaran model relief rupabumi tiga dimensi (3D) yang
menyerupai keadaan sebenarnya di dunia nyata (real world) divisualisasikan
dengan bantuan teknologi komputer grafis dan teknologi virtual reality. DEM
memberikan informasi hanya tentang elevasi, sedangkan Digital Terrain
Model memberikan informasi tentang elevasi morfologi dan layer permukaan.
( sumber : wordpress.com )
16
Gambar 2. 6 Perbedaan Dtm dan DSM
( sumber : zonaspasial.com )
17
7. Pengurangan (koreksi medan) pengukuran gravitasi (gravimetri,
geodesi fisik).
8. Analisis Terrain dalam geomorfologi dan geografi fisik.
2.8 Mosaic Foto
Mozaik foto udara merupakan gabungan dari dua atau lebih foto udara yang
saling bertampalan sehingga terbentuk paduan gambar yang
berkesinambungan dan menampilkan daerah yang lebih luas (Wolf, 1983).
Penggabungan dilakukan dengan memotong dan menyambungkan bagian-
bagian foto yang overlap atau sidelap. Mozaik udara umumnya dirakit dari
foto udara vertikal, namun kadang-kadang juga dirakit dari foto miring atau
foto terestris. Dalam rangkaian pekerjaan pemetaan fotogrametri, yang dibuat
mosaik adalah foto terektifikasi atau orthophoto, dan dikontrol dengan adanya
titik ikat. Istilah yang lebih tepat sering disebut mosaik terkontrol.
(generalgeomorfology.2014)
18
BAB III
PELAKASANAAN
Mulai
Persiapan
Pengumpulan
Data
Triangulasi
Udara
Bundle
Adjusment
Pembentukan DTM
Pembuatan Mosaic
Mosaic
3.1 Lokasi
Lokasi yang menjadi obyek dari pekerjaan ini di wilayah Tenggarong,
Kalimantan Timur dengan letak geografis 116o 47’- 117o 04’ Bujur Timur dan
0o 21’ – 0o 34’ Lintang Selatan, Indoensia.
19
Gambar 3. 2 Peta Pekerjaan Kerja Praktek
( Sumber Kotakita.com )
3.2 Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan persiapan peralatan dan data, sebagai berikut :
3.2.1 Persiapan Peralatan
Adapun perangkat keras ( hardware ) yang digunakan pada kerja praktek
ini adalah 2 Unit Monitor LG, RAM 8GB, dan CPU DELL, sedangkan
perangkat lunak ( software ) yang digunakan yaitu :
1. Inpho ApplicationMaster 7.1 untuk pengolahan data foto udara
sampai pembuatan Mosaic Foto.
2. ArcGIS 10.3 untuk melihat hasil pembentukan DTM dan Mosaic
Foto.
3.2.1 Data
Data yang digunakan pada pekerjaan ini yaitu :
1. Data Foto Udara.
2. Eksternal Orientaion ( EO ) yang sudah terkoreksi.
20
Di perlukan untuk memasukkan data-data foto udara, seperti Frame type,
sensor, GNSS/IMU, dan EO. Project yang telah dibuat akan menghasilkan
data dengan format *prj ( project ).
Data yang di input hanyalah data yang di beri label merah saja yaitu
camera/sensors, Frame type, EO, dan Strips. Setelah memasukan data yang
ada lalu simpan project dengan nama file yang di inginkan, data yang di simpan
akan menghasilkan format *prj.
21
Gambar 3. 5 Data EO
2. Georeferencing
Pada tahap georeferencing ini ada dua tahapan yang harus dilakukan
yaitu:
a. Multi Photo Measurement, tahap dimana melakukan Premark kembali
titik GCP pada software untuk memastikan apakah titik GCP
dilapangan dan Foto tidak berpindah.
22
b. Automatic tie point extraction with adjustment of block, pemindahan
tie point secara otomatis dengan penyesuaian blok.
23
Gambar 3. 9 Tampilan Menu Edit
24
Gambar 3. 11 Tampilan Proses Adjusment of Block Selesai
25
Pemberian nama
pekerjaan, misalnya
Untuk merubah
DTM
Generation type
menjadi DTM
Untuk merubah
tempat
penyimpanan
Pada menu Parameter Basics ini isilah pada kolom General, serta Output
atau tempat untuk data DTM yang akan di buat, usahakan file penyimpanan
dalam satu folder jika semua sudah terisi klik Apply OK . setelah semua
tahapan diatas dilakukan proses pembuatan DTM akan berjalan,
menghabiskan waktu + 30 – 60 menit.
26
Gambar 3. 15 Processing DTM
27
Gambar 3. 16 Tampilan Awal OrthoMaster
Untuk Import
data DTM
Setelah memasukan data DTM yang telah dibuat sebelumnya, lalu pilih
Process Control Parameters pada toolbars dan akan muncul tampilan
seperti di bawah ini :
28
Gambar 3. 18 Tampilan Process Control Parameters
Lalu klik Edit Image Generation Parameter, ceklis pada kolom Create
Info File untuk menyimpan data OrthoMaster pada Folder yang diinginkan
29
kemudian klik OK dan Run. Proses Pembuatan OrthoMaster ini
menghabiskan waktu + 30 – 60 menit.
2. OrthoVista, tahap penggabungan beberapa frame foto menjadi satu
Mosaic. Frame foto yang digabungkan ini adalah frame foto yang sudah
di olah pada proses OrthoMaster.
30
Setelah melakukan import image pada orthoVista, akan muncul
tampilan beberapa frame foto seperti pada di Gambar 3.19, lakukan
pemblokkan semua frame foto untuk membuat satu data Mosaic foto.
Isi Tile Id dengan nama yang diinginkan, lalu pilih Add Tile untuk
melakukan format penyimpanan data mosaic Fotonya, seperti pada gambar
di bawah ini :
31
Isilah output untuk penyimpanan data pada folder yang di inginkan, dan
ouput Image Format yang di pilih adalah BigTIFF agar resolusi hasil
Mosaic lebih jelas. Proses yang dilakukan + 30 menit.
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari beberapa proses yang telah dikerjakan mulai dari Input Data, Premark,
Pembentukan DTM, Input DTM, sampai penggabugan Frame foto hingga hasil
yang di dapat adalah Mosaic Foto wilayah Tenggarong, Kalimantan Timur. Hasil
Mosaic Foto yang didapat dengan menggunakan data DTM dengan skala peta
1:5000 masih terlihat baik dan jelas, akan tetapi dengan menggunakan data DTM
juga masih memiliki kekurangan dalam pembuatan peta dengan skala 1:5000 yaitu,
jika dibandingkan dengan data DSM yang menghasilkan Mosaic Foto lebih tegak
lurus, dan data DTM seperti bangunan, tiang listrik ataupun tiang lampu yang
terlihat tidak tegak lurus atau rebah, sehingga jika di koreksi dengan software
ArcGIS mencapai + 3 m. Berikut beberapa contoh hasil Mosaic foto rebah :
33
Gambar 4. 3 Hasil Mosaic Bangunan Rebah
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pekerjaan ini dapat di simpulkan bahwa :
1. Penulis dapat mengetahui bagaimana proses pengoperasian software Inpho
ApplicationMaster 7.1.
2. Hasil yang didapat jika menggunakan DTM kurang baik, karena masih ada
beberapa hasil Mosaic foto yang mengalami rebah, akan tetapi pembuatan
peta dengan skala 1: 5.000 masih terlihat baik dan jelas.
5.2 Saran
Adapun saran – saran yang dapat penulis sampaikan selama melakukan kerja
praktek ini :
1. Sebelum melakukan proses pengolahn data Foto Udara, sebaiknya harus
lebih mengetaui data – data apa saja yang harus digunakan untuk
pengolahan.
2. Harus mencatat setiap tahapan proses pengolahan data agar, dapat
mengetahui setiap kegunaan proses yang berjalan.
3. Dibutuhkan modul praktikum pengolahan data Foto Udara menggunakan
software Inpho ApplicationMaster yang lebih spesifik sehingga dapat
menunjang dalam pelaksanaan pengolahan.
4. Perlu lebih banyak lagi kegiatan belajar mengajar yang harus dilakukan
pada instansi belajar terkait dengan pengolahan data Foto Udara dalam
mata kuliah Fotogrametri atau Penginderaan Jauh (Remote Sensing ).
35
DAFTAR PUSTAKA
Putri, Kemala Medika, Sawitri Subiyanto, dan Andri Suprayogi. 2017. “Pembuatan
Peta Wisata Digital 3 Dimensi Obyek Wisata Brown Canyon secara
Interaktif dengan menggunakan wahana Unmanned Aerial Vehicle
(UAV)”. Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang, 6(1), 85 – 86.
Rachma, Yulia Savira, Yudo Prasetyo, dan Bambang Darmo Ywono. 2018.
“Analisis Akurasi Ketelitian Vertikal menggunakan Foto Udara Hasil
Pemotretan Pesawat Tanpa Awak untuk Pembentukan Digital Terrain
Model ( DTM )”. Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang, 7(4(, 246 – 247.
36
LAMPIRAN
37
Gambar 3 Data EO
38
Gambar 5 Multi Photo Measurment
39
Gambar 7 Tampilan Menu Edit
40
Gambar 9 Tampilan Proses Adjusment
of Block selesai
41
Gambar 11 Tampilan Menu Parameter Settings Basics
42
Gambar 13 Processing DTM
43
Gambar 15 Tampilan Layer DTM Scope
44
Gambar 17 Tampilan Edit Image Generation Paramters
45
Gambar 19 Tampilan Import Image
46
Gambar 21 Tampilan Processing Option
47
Gambar 23 Hasil Mosaic Foto
48
49